Professional Documents
Culture Documents
Modul 3 Pengantar Keimigrasian
Modul 3 Pengantar Keimigrasian
PELATIHAN FUNGSIONAL
PEMERIKSA KEIMIGRASIAN PEMULA
PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Penulis:
Ikram A. Taha, S.H.
Wisnu Widayat, S.H., M.Si.
Editor:
Dita Dhikadara, S.Tr.Im.
PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Penulis:
Ikram A. Taha, S.H.
Wisnu Widayat, S.H., M.Si.
ISBN : 978–623–5373–10–2
Editor :
Dita Dhikadara, S.Tr.Im.
Penerbit :
BPSDM KUMHAM Press
Jl. Raya Gandul No. 4 Kec. Cinere - Kota Depok
Telp. +62 217540123
Email humas.bpsdmkumham@gmail.com
Distributor Tunggal :
CV. Alnindra Putra Perkasa
Jl. KH. M. Usman No. 8B, Kukusan, Kota Depok
Email cv.alnindraputraperkasa@gmail.com
ii PENGANTAR KEIMIGRASIAN
KATA SAMBUTAN
Modul ini dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan
kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 Jam
Pelajaran (JP) dalam 1 tahun bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai
implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).
iv PENGANTAR KEIMIGRASIAN
KATA PENGANTAR
PENGANTAR KEIMIGRASIAN v
telah memberikan reviu dan masukan yang sangat bermanfaat
untuk penyempurnaan Modul ini. Semoga Modul ini dapat
bermanfaat bagi peserta dan tenaga pengajar Pelatihan Fungsional
Pemeriksa Keimigrasian Pemula.
vi PENGANTAR KEIMIGRASIAN
DAFTAR ISI
Halaman
BAB VI PENUTUP................................................................................ 37
A. Kesimpulan...................................................................... 37
B. Tindak Lanjut................................................................... 39
Halaman
PENGANTAR KEIMIGRASIAN ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 1
keimigrasian, pengendalian rumah detensi imigrasi dan
pengelolaan informasi keimigrasian.
B. Deskrispsi Singkat
C. Manfaat Modul
2 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
1. Memberikan kemudahan belajar dalam memahami konsep
yang dikombinasikan dengan aspek teknis.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan
dapat menjelaskan terkait pengantar keimigrasian.
1. Materi Pokok
• Pengertian dan Fungsi Keimigrasian
• Sejarah Keimigrasian di Indonesia
• Dasar Hukum dan Undang-undang serta Peraturan
Pelaksanaan di bidang Keimigrasian
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 3
2. Sub Materi Pokok
• Pengertian Keimigrasian menurut Ahli
• Fungsi Keimigrasian Indonesia
• Awal Mula Migrasi Manusia
• Faktor Pendorong dan Penarik Melakukan Migrasi
• Undang-undang tentang Keimigrasian
• Peraturan Pelaksanaan di bidang Keimigrasian
F. Petunjuk Belajar
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah interaktif;
2. Diskusi kelompok.
I. Alokasi Waktu
5 (lima) jam pelajaran, @45 menit = 225 menit
4 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB II
PENGERTIAN DAN FUNGSI KEIMIGRASIAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan dapat menjelaskan
pengertian dan fungsi keimigrasian
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 5
berbagai wilayah negara lain, baik untuk tinggal sementara atau
menetap serta bersifat multidimensi dengan berbagai dampaknya
sebagai suatu strategi di dalam rangka mencari peluang
kehidupan yang lebih baik.”
B. Fungsi Keimigrasian
6 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
2. Fungsi penegakan hukum
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 7
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
8 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
c. Keamanan negara
d. Pengembangan SDM
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 9
BAB III
SEJARAH KEIMIGRASIAN DI INDONESIA
Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan dapat menjelaskan
sejarah keimigrasian di Indonesia
1) Zaman Penjajahan
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 11
dipekerjakan di pusat. Tidak sedikit di antaranya adalah
tenaga-tenaga kiriman dari negeri Belanda (uitgezonden
krachten). Semua posisi kunci jawatan imigrasi berada di
tangan para pejabat Belanda.
12 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Gambar 1. Proses Pendaftaran orang asing phase I (POA-I) tahun 1954
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 13
yang ditangani oleh Panitia Oeroesan Pengangkoetan
Djepang (POPDA); (2) Kegiatan barter, pembelian senjata dan
pesawat terbang; pada masa Revolusi Kemerdekaan para
pejuang sering bepergian ke luar negeri, misal masuk ke
Singapore dan Malaysia, masih tanpa paspor; (3) Perjuangan
Diplomasi; diawali dengan penyelenggaraan Inter Asian
Conference di New Delhi. Dalam kesempatan itu Kementerian
Luar Negeri Indonesia akhirnya berhasil mengeluarkan “Surat
Keterangan dianggap sebagai paspor” sebagai dokumen
perjalanan antar negara yang pertama setelah kemerdekaan
bagi misi pemerintah Indonesia yang sah dalam konferensi
tersebut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh H. Agus
Salim ikut memperkenalkan “Paspor Diplomatik” pemerintah
Indonesia kepada dunia Internasional; dan (4) Keimigrasian
di Aceh; Aceh sebagai satu-satunya wilayah Indonesia yang
tidak pernah diduduki Belanda, sejak tahun 1945 telah
mendirikan kantor imigrasi di lima kota dan terus beroperasi
selama masa revolusi kemerdekaan. Pendirian kantor imigrasi
di Aceh sejak tahun 1945 adalah oleh Amirudin. Peristiwa
cukup penting pada masa ini, Jawatan Imigrasi yang sejak
semula di bawah Departemen Kehakiman, pada tahun 1947
pernah beralih menjadi di bawah kekuasaan Departemen
Luar Negeri.
14 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Besluit (1916) diubah menjadi Penetapan Ijin Masuk (PIM)
yang dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 330 Tahun
1949, dan (b) Toelatings Ordonnantie (1917) diubah menjadi
Ordonansi Ijin Masuk (OIM) dalam Lembaran Negara Nomor
331 Tahun 1949. Selama masa revolusi kemerdekaan
lembaga keimigrasian masih menggunakan struktur
organisasi dan tata kerja dinas imigrasi (Immigratie Dients)
peninggalan Hindia Belanda.
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 15
dan tata kerja serta beberapa produk hukum pemerintah
Hindia Belanda terkait keimigrasian masih dipergunakan
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa
Indonesia. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya
dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur
organisasi jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie
dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih
seder hana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman,
baik operasionaltaktis, administratif, maupun organisatoris.
16 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
sebagai pelabuhan pendaratan, (b) Undang-Undang Darurat
RIS Nomor 40 Tahun 1950 tentang Surat Perjalanan Republik
Indonesia, dan (c) Undang- Undang Darurat RIS Nomor 42
Tahun 1950 tentang Bea Imigrasi (Lembaran NegaraTahun
1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 77).
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 17
imigrasi. Pada periode 1950-1960 jawatan imigrasi berusaha
membuka kantor-kantor dan kantor cabang imigrasi, serta
penunjukan pelabuhan-pelabuhan pendaratan yang baru.
18 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
disahkannya Undang Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1955
tentang Kependudukan Orang Asing (Lembaran Negara
Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor
812), (3) Pengaturan di bidang pengawasan orang asing,
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun
1953 tentang Pengawasan Orang Asing (Lembaran Negara
Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor
463), (4) Pengaturan mengenai delik/perbuatan pidana/
peristiwa pidana/tindak pidana di bidang keimigrasian,
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 8
Darurat Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi (Lembaran
Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 807), (5) Pengaturan di bidang kewarganegaraan,
pada periode ini disahkan produk perundangan penting
mengenai kewarganegaraan yakni Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia
Dan Republik Rakyat Tiongkok Mengenai Soal
Dwikewarganegaraan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor),
(6), dan UndangUndang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1647), (7) Masalah kewarganegaraan turunan Cina, (8)
Pelaksanaan Pendaftaran Orang Asing (POA).
Selain itu pada era ini, produk hukum yang terkait dengan
keimigrasian juga secara bertahap mulai dibenahi, seperti
visa, paspor dan surat jalan antar negara, penanganan tindak
pidana keimigrasian, pendaftaran orang asing, dan
kewarganegaraan. Salah satu produk hukum penting yang
dikeluarkan selama era Demokrasi Parlementer adalah
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 19
penggantian Paspor Regelings (1918) menjadi Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1959 tentang Surat Perjalanan
Republik Indonesia (LN Tahun 1959 Nomor 56, TLN Nomor
1799).
20 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
tugas departemen, yang pada gilirannya membawa
perubahan terhadap organisasi jajaran imigrasi. Pada
tanggal 3 November 1966 ditetapkan kebijakan tentang
Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen, yang
mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah
satu pelaksana utama Departemen Kehakiman menjadi
Direktorat Jenderal Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur
Jenderal Imigrasi. Perubahan inipun berlanjut dengan
pembangunan sarana fisik di lingkungan Direktorat Jenderal
Imigrasi yang luas. Pembangunan gedung kantor, rumah
dinas, pos imigrasi maupun asrama tahanan dijalankan tahun
demi tahun. Di bidang SDM dan pembinaan karier, sistem
penempatan dan pembinaan karier pegawai yang direkrut
Direktorat Jenderal Imigrasi yang zig zag, tidak terpaku di satu
pos, diteruskan. Sistem pembinaan karir di bidang imigrasi
juga terus disempurnakan dengan tetap mengedepankan
prinsip profesionalisme dan keadilan.
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 21
pengaturan terkait: (1) pelayanan jasa keimigrasian, (2)
penyelesaian dokumen pendaratan di atas pesawat jemaah
haji 1974, (3) penyelesaian pemeriksaan dokumen di pesawat
garuda Jakarta-Tokyo, (4) perbaikan kualitas cetak paspor, (5)
pengaturan masalah lintas batas, (6) pengaturan dispensasi
fasilitas keimigrasian, (7) penanganan TKI gelap di daerah
perbatasan, (8) pengaturan penyelenggaraan umroh, (9)
pengaturan masalah pencegahan dan penangkalan, (10)
pengaturan keimigrasian di sektor ketenagakerjaan, (11)
pengaturan visa tahun 1979, (12) masalah orang asing yang
masuk ke dan atau tinggal di wilayah Indonesia secara tidak
sah, (13) penghapusan exit permit bagi WNI.
22 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan
Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3561), (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3562), (3) Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3563), dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994
tentang Surat Pejalanan Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3572).
6) Era Reformasi
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 23
penegakam HAM serta demokratisasi. Arus globalisasi juga
mengakibatkan semakin sempitnya batas-batas wilayah suatu
negara (bordeless countries) dan mendorong semakin
meningkatnya intensitas lalulintas orang antarnegara. Hal ini
telah menimbulkan berbagai permasalahan di berbagai
negara termasuk Indonesia yang letak geografisnya sangat
strategis, yang pada gilirannya berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Indonesia serta bidang tugas keimigrasian. Dalam
operasional di lapangan ditemukan beberapa permasalahan
menyangkut orang asing yang memerlukan penanganan
lebih lanjut. Lingkungan strategis global maupun domestik
berkembang demikian cepat, sehingga menuntut semua
perangkat birokrasi pemerintahan, termasuk keimigrasian di
Indonesia untuk cepat tanggap dan responsif terhadap
dinamika tersebut. Sebagai contoh, implementasi kerja sama
ekonomi regional telah mempermudah lalu lintas perjalanan
warga negara Indonesia maupun warga negara asing untuk
keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Lonjakan perjalanan
keluar atau masuk ke wilayah Indonesia tentu membutuhkan
sistem manajamen dan pelayanan yang semakin handal dan
akurat. Tugas keimigrasian saat ini semakin berat seiring
dengan semakin maraknya masalah terorisme dan pelarian
para pelaku tindak pidana ke luar negeri. Untuk mengatasi
dinamika lingkungan strategis yang bergerak semakin cepat,
bidang keimigrasian dituntut mengantispasi dengan berbagai
peraturan perundang-undangan dan saranaprasarana yang
semakin canggih. Peraturan dan kebijakan keimigrasan juga
harus responsif terhadap pergeseran tuntutan paradigma
fungsi keimigrasian. Jika sebelumnya paradigma fungsi
24 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
keimigrasian dalam pelaksanaan Undang Undang Nomor 9
Tahun 1992 lebih menekankan efisiensi pelayanan untuk
mendukung isu pasar bebas yang bersifat global, namun
kurang memperhatikan fungsi penegakan hukum dan
fungsisekuriti, mulai pada era ini harus diimbangi dengan
fungsi keamanan dan penegakan hukum.Dalam menghadapi
masalah dan perkembangan dalam dan luar negeri tersebut,
Direktorat Jenderal Imigrasi pada Era Reformasi ini telah
melakukan beberapa program kerja sebagai
berikut:Pemerintah memperbarui Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 25
Dengan berubahnya Undang-Undang nomor 9 tahun 1953
menjadi Undang-Undang nomor 9 tahun 1992 yang telah
menghapuskan politik pintu terbuka menjadi politik selektif
(selectif policy) yang dimana hanya orang asing yang memiliki
manfaat dan daya guna bagi pemerintah indonesia. Undang-
undang ini mengalami perubahan dan dengan
disempurnakannya Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang
keimigrasiaan dan undang-undang ini bukan hanya menerapkan
selectif policy saja tapi lebih disesuaikan pada pembangunan
nasional.
26 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Faktor-faktor pendorong (push factor) melakukan migrasi antara
lain adalah:
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 27
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat
hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-
orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
28 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
c. Immigratie dients
d. Uitgezonden krachten
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 29
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
30 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB IV
DASAR HUKUM DAN UNDANG-UNDANG
SERTA PERATURAN PELAKSANAAN
DI BIDANG KEIMIGRASIAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan mampu menjelaskan
dasar hukum dan Undang-undang serta Peraturan Pelaksanaan di
bidang Keimigrasian
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 31
maupun Pemerintah Republik Indonesia sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. 17 Dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sejak
tanggal 31 Maret 1992, peraturan perundang-undangan yang
berbentuk produk Pemerintah Hindia Belanda maupun
Pemerintah Republik Indonesia sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dinyatakan tidak berlaku lagi. Saat
ini, dasar hukum keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-
undang ini terdiri dari 15 Bab dan 145 Pasal. Bab
sebagaimanadimaksud antara lain:
32 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
B. Peraturan Pelaksanaan di Bidang Keimigrasian
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 33
7. Bab VII : Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan
8. Bab VIII : Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan PPNS
Keimigrasian dan Administrasi Penyidikan
Keimigrasian
9. Bab IX : Ketentuan Peralihan
10. Bab X : Ketentuan Penutup
C. Latihan
34 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
D. Rangkuman
E. Evaluasi
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 35
c. PP Nomor 51 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas
PP Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
d. PP Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
36 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 37
d. Era demokrasi parlementer: jawatan imigrasi telah
berhasil mengembangkan organisasinya dengan
pembentukan Kantor Pusat Jawatan Imigrasi di Jakarta,
26 kantor imigrasi daerah,3 kantor cabang imigrasi, 1
kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar
negeri serta mengeluarkan kebijakan selective policy,
38 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian.
B. Tindak Lanjut
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 39
KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI
Evaluasi BAB II
1. C
2. D
3. A
Evaluasi BAB IV
1. B
2. D
3. C
Evaluasi BAB V
1. B
2. A
3. D
40 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
DAFTAR PUSTAKA
PENGANTAR KEIMIGRASIAN 41