You are on page 1of 54

MODUL

PELATIHAN FUNGSIONAL
PEMERIKSA KEIMIGRASIAN PEMULA

PENGANTAR KEIMIGRASIAN

Penulis:
Ikram A. Taha, S.H.
Wisnu Widayat, S.H., M.Si.

Editor:
Dita Dhikadara, S.Tr.Im.

BPSDM KUMHAM PRESS


MODUL
PELATIHAN FUNGSIONAL PEMERIKSA KEIMIGRASIAN PEMULA

PENGANTAR KEIMIGRASIAN

Penulis:
Ikram A. Taha, S.H.
Wisnu Widayat, S.H., M.Si.

ISBN : 978–623–5373–10–2

Editor :
Dita Dhikadara, S.Tr.Im.

Penerbit :
BPSDM KUMHAM Press
Jl. Raya Gandul No. 4 Kec. Cinere - Kota Depok
Telp. +62 217540123
Email humas.bpsdmkumham@gmail.com

Distributor Tunggal :
CV. Alnindra Putra Perkasa
Jl. KH. M. Usman No. 8B, Kukusan, Kota Depok
Email cv.alnindraputraperkasa@gmail.com

Cetakan Pertama, Maret 2022


Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
tertulis dari penerbit.

ii PENGANTAR KEIMIGRASIAN
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat


dan karunia-Nya Modul Pelatihan Fungsional Pemeriksa Keimigrasian
Pemula telah terselesaikan. Modul ini merupakan upaya yang
dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum
dan HAM dalam memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh Para
Fungsional Pemeriksa Keimigrasian guna meningkatkan kinerja
individu maupun organisasi.

Modul ini merupakan strategi pendokumentasian tacit dan explicit


knowledge yang merupakan bagian dari aset intelektual organisasi
sehingga keberadaannya diharapkan dapat mendukung proses
pembelajaran peserta secara mandiri, pengayaan materi dan
peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan
kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan
pengembangan karir.

Modul ini dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan
kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 Jam
Pelajaran (JP) dalam 1 tahun bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai
implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan


Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam
penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan
guna peningkatan kualitas Pelatihan Fungsional Pemeriksa

PENGANTAR KEIMIGRASIAN iii


Keimigrasian Pemula. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif
bagi para pembacanya dan para pegawai di lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Selamat Membaca. Salam Pembelajar

Depok, Maret 2022


Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Hukum
dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia


NIP. 19661119 198603 1 001

iv PENGANTAR KEIMIGRASIAN
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya serta kerja
keras Tim Penyusun Modul dan Editor sehingga berhasil disusun
Modul Pelatihan Fungsional Pemeriksa Keimigrasian Pemula
berjudul “Pengantar Keimigrasian” tepat pada waktunya.

Modul Pengantar Keimigrasian ini merupakan salah satu


implementasi dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai leading sector dalam
meningkatan kualitas sumber daya manusia di Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penyusunan modul ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yaitu memberikan
kebebasan bagi para insan pembelajar untuk meningkatkan
pengetahuan.

Dengan tersusunnya Modul Pengantar Keimigrasian ini,


diharapkan dapat membantu tenaga pengajar dalam menyusun
desain pembelajaran yang dinamis, aktual dan interaktif serta
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman para Pemeriksa
Keimigrasian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi para peserta
pelatihan.

Atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Hukum dan Hak Asasi Manusia, kami mengucapkan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun dan Editor yang
telah bekerja keras menyusun Modul ini serta Narasumber yang

PENGANTAR KEIMIGRASIAN v
telah memberikan reviu dan masukan yang sangat bermanfaat
untuk penyempurnaan Modul ini. Semoga Modul ini dapat
bermanfaat bagi peserta dan tenaga pengajar Pelatihan Fungsional
Pemeriksa Keimigrasian Pemula.

Depok, Maret 2022


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Fungsional dan HAM,

Dr. Hendra Ekaputra


NIP. 19721224 199902 1 001

vi PENGANTAR KEIMIGRASIAN
DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMBUTAN ........................................................................ iii


KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Deskrispsi Singkat.......................................................... 2
C. Manfaat Modul................................................................. 2
D. Tujuan Pembelajaran...................................................... 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ............................ 3
F. Petunjuk Belajar .............................................................. 4
G. Metode Pembelajaran.................................................... 4
H. Alat Bantu dan Media..................................................... 4
I. Alokasi Waktu .................................................................. 4

BAB II PENGERTIAN DAN FUNGSI KEIMIGRASIAN ............... 5


A. Pengertian Keimigrasian menurut Ahli........................ 5
B. Fungsi Keimigrasian....................................................... 6
C. Latihan............................................................................... 8
D. Rangkuman...................................................................... 8
E. Evaluasi ............................................................................ 8
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut................................... 9

BAB III SEJARAH KEIMIGRASIAN DI INDONESIA.................... 11


A. Awal Mula Migrasi Manusia .......................................... 11

PENGANTAR KEIMIGRASIAN vii


B. Faktor Pendorong dan Penarik Melakukan
Migrasi............................................................................... 26
C. Latihan............................................................................... 28
D. Rangkuman ..................................................................... 28
E. Evaluasi ............................................................................ 29
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut................................... 30

BAB IV DASAR HUKUM DAN UNDANG-UNDANG SERTA


PERATURAN PELAKSANAAN DI BIDANG
KEIMIGRASIAN...................................................................... 31
A. Undang-Undang tentang Keimigrasian...................... 31
B. Peraturan Pelaksanaan di bidang Keimigrasian....... 33
C. Latihan .............................................................................. 34
D. Rangkuman...................................................................... 35
E. Evaluasi............................................................................ 35
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut................................... 36

BAB VI PENUTUP................................................................................ 37
A. Kesimpulan...................................................................... 37
B. Tindak Lanjut................................................................... 39

kunci JAWABAN ................................................................................. 40


DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 41

viii PENGANTAR KEIMIGRASIAN


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses Pendaftaran orang asing phase I (POA-I)


tahun 1954 .................................................................... 13

Gambar 2. Proses pendaftaran orang asing phase I (POA-I)


tahun 1954, di Kantor Imigrasi Bandung................... 15

Gambar 3. Mr. H. Joesoef Adiwinata memberikan pengarahan


kepada staf imigrasi..................................................... 17

Gambar 4. Pejabat imigrasi pada masa awal keimigrasian


Indonesia....................................................................... 20

PENGANTAR KEIMIGRASIAN ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya


Pegawai Negeri Sipil yang memiliki profesionalisme dan
kompetensi yang memadai, berdayaguna, dan berhasilguna
dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan.

Dalam bidang keimigrasian, Kementerian Pendayagunaan


Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi telah menetapkan 2 (dua)
jabatan fungsional di bidang Keimigrasian, yaitu analis
keimigrasian dan pemeriksa keimigrasian.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan


Reformasi Birokrasi Nomor 48 Tahun 2018 menyebutkan bahwa
Jabatan Fungsional Pemeriksa Keimigrasian adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang
untuk melakukan kegiatan pemeriksaan keimigrasian.

Pejabat Fungsional Pemeriksa Keimigrasian yang selanjutnya


disebut Pemeriksa Keimigrasian adalah PNS yang diberi tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeriksaan keimigrasian.

Pemeriksaan Keimigrasian adalah kegiatan pelayanan


keimigrasian dalam mengatur lalu lintas orang yang masuk atau
ke luar wilayah Indonesia serta pengawasannya yang meliputi
pemeriksaan dokumen keimigrasian, intelijen dan penindakan

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 1
keimigrasian, pengendalian rumah detensi imigrasi dan
pengelolaan informasi keimigrasian.

Dalam rangka melaksanakan pelatihan pemeriksa keimigrasian


dengan optimal, makaperlu adanya wawasan terkait pengantar
di bidang keimigrasian sebagai dasar pelaksanaan tugas dan
fungsi keimigrasian dalam pekerjaan sehari-hari.

B. Deskrispsi Singkat

Modul Pengantar Keimigrasian ini diberikan kepada peserta


Pelatihan Pemeriksa Keimigrasian, dengan tujuan untuk dapat
menjelaskan gambaran umum pengertian dan fungsi
keimigrasian, sejarah keimigrasian di Indonesia, dasar hukum dan
Undang-undang serta Peraturan Pelaksanaan di bidang
keimigrasian. Metode yang digunakan dalam mata pelatihan ini
meliputi ceramah dan diskusi. Adapun target peserta dalam
pelatihan ini adalah pejabat fungsional Pemeriksa Keimigrasian
Pemula yang telah diangkat dalam jabatan Pemeriksa
Keimigrasian Pemula melalui Pengangkatan Pertama.

C. Manfaat Modul

Modul merupakan sebuah buku yang berisi materi bahan ajar


yang sifatnya lebih praktis dan teknis dalam mempelajari sebuah
kajian tertentu. Modul ini disusun untuk memberi kemudahan
belajar pada peserta didik sehingga mereka mempunyai
pemahaman baik secara konsep maupun praktis. Adapun
beberapa manfaat dari modul ini antara lain:

2 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
1. Memberikan kemudahan belajar dalam memahami konsep
yang dikombinasikan dengan aspek teknis.

2. Sebagai upaya untuk memberikan persepsi yang sama bagi


peserta sehingga mempunyai basic dan pola pikir yang relatif
sama dengan substansi kelembagaan dan pelayanan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan
dapat menjelaskan terkait pengantar keimigrasian.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari modul ini maka peserta diharapkan
dapat:
1) Menjelaskan pengertiandan fungsi keimigrasian;
2) Menjelaskan sejarah keimigrasian di Indonesia;
3) Menjelaskan dasar hukum dan Undang-undang serta
Peraturan Pelaksanaan di bidang keimigrasian;

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Materi Pokok
• Pengertian dan Fungsi Keimigrasian
• Sejarah Keimigrasian di Indonesia
• Dasar Hukum dan Undang-undang serta Peraturan
Pelaksanaan di bidang Keimigrasian

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 3
2. Sub Materi Pokok
• Pengertian Keimigrasian menurut Ahli
• Fungsi Keimigrasian Indonesia
• Awal Mula Migrasi Manusia
• Faktor Pendorong dan Penarik Melakukan Migrasi
• Undang-undang tentang Keimigrasian
• Peraturan Pelaksanaan di bidang Keimigrasian

F. Petunjuk Belajar

Penyampaian materi pelatihan ini menggunakan pendekatan


orang dewasa, dalam bentuk bertukar pendapat, diskusi dan
latihan. Peserta dianjurkan membaca seluruh materi yang ada,
menjawab soal-soal, serta membuat latihan-latihan yang
disertakan di akhir materi.

G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah interaktif;
2. Diskusi kelompok.

H. Alat Bantu dan Media


1. Laptop;
2. Komputer/PC;
3. Zoom Meeting.

I. Alokasi Waktu
5 (lima) jam pelajaran, @45 menit = 225 menit

4 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB II
PENGERTIAN DAN FUNGSI KEIMIGRASIAN

Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan dapat menjelaskan
pengertian dan fungsi keimigrasian

A. Pengertian Keimigrasian Menurut Ahli

Perpindahan peduduk dari satu negara ke negara lain sering kita


dengar dengan istilah imigrasi. Imigrasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti perpindahan penduduk dari
negara lain ke negara tertentu untuk menetap. Sedangkan
keimigrasian menurut KBBI yaitu perihal yang bertalian dengan
imigrasi; seluk beluk imigrasi. Dalam bahasa inggris, imigrasi
berasal dari kata immigrationyang berartithe movement of non-
native people into a country in order to settle thereatau people
moving into a country to live.

Jazim Hamidi dan Charles Christian dalam buku Hukum


Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia menjelaskan secara
etimologi bahwa istilah emigrasi, imigrasi, dan transmigrasi
ketiganya berasal dari bahasa latin yaitu migration, yang berarti
perpindahan penduduk.

M. Iman Santoso mendefinisikan bahwa:


“Migrasi manusia secara perorangan atau berkelompok dari
berbagai tingkatan dan selalu disertai oleh berbagai aspek
kehidupan, yang terus bergerak dari satu wilayah negara ke

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 5
berbagai wilayah negara lain, baik untuk tinggal sementara atau
menetap serta bersifat multidimensi dengan berbagai dampaknya
sebagai suatu strategi di dalam rangka mencari peluang
kehidupan yang lebih baik.”

Keimigrasian sendiri menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun


2011 tentang Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam
rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

B. Fungsi Keimigrasian

Fungsi keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan


negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian, penegakan
hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan
kesejahteraan masyarakat.

1. Fungsi pelayanan masyarakat

Dalam hal ini imigrasi dituntut untuk dapat memberikan


pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik kepada Warga
Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA).
Pelayanan yang dapat diberikan bagi WNI antara lain
Dokumen Perjalanan Republik Indonesia baik berupa Paspor
maupun Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP). Sedangkan
bagi WNA antara lain visa maupun izin tinggal. Dalam
tugasnya, imigrasi juga melakukan pemberian tanda masuk
atau keluar;

6 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
2. Fungsi penegakan hukum

Dalam pelaksanaan tugas keimigrasian, aturan hukum harus


ditegakkan kepada setiap orang yang berada di wilayah
Indonesia. Fungsi penegakan hukum dalam imigrasi
merupakan tindakan hukum yang dilakukan terkait dengan
adanya pelanggaran dalam ketentuan keimigrasian.
Penegakan hukum keimigrasian di Indonesia dibagi menjadi
2 (dua) yaitu Tindakan Administratif Keimigrasian dan Tindak
Pidana Keimigrasian (Projustitia);

3. Fungsi keamanan negara

Imigrasi berfungsi sebagai penjaga pintu gerbang negara


karena merupakan institusi pertama dan terakhir yang
menyaring kedatangan dan keberangkatan orang yang masuk
dan keluar wilayah Indonesia. Dalam pelaksanaannya,
imigrasi menerapkan kebijakan selektif (selective policy) yang
mengatur bahwa hanya Orang Asing yang memberikan
manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban
umum yang diperbolehkan masuk dan berada di Wilayah
Indonesia;

4. Fungsi fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat

Dalam rangka mewujudkan fasilitator pembangunan


kesejahteraan masyarakat, imigrasi memberikan prioritas
untuk memberikan kemudahan dalam perizinan keimigrasian
dalam rangka mendukung upaya peningkatan nilai tambah
wisata, investasi, serta percepatan pembangunan ekonomi
melalui pengembangan kawasan strategis maupun prioritas
nasional.

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 7
C. Latihan

1. Sebutkan pengertian keimigrasian menurut Undang-undang!

2. Sebutkan 4 (empat) fungsi keimigrasian!

D. Rangkuman

1. Secara umum, imigrasi merupakan perpindahan penduduk


dari satu negara ke negara lain. Sedagkan keimigrasian
adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka
menjaga tegaknya kedaulatan negara.

2. Keimigrasian dalam pelaksanaannya terdiri dari 4 (empat)


funsi antara lain pelayanan keimigrasian, penegakan hukum,
keamanan negara, dan fasilitator pembangunan
kesejahteraan masyarakat.

E. Evaluasi

1. Perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain untuk


menetap disebut:
a. Migrasi
b. Emigrasi
c. Imigrasi
d. Transmigrasi

2. Berikut merupakan fungsi keimigrasian, kecuali:


a. Pelayanan keimigrasian
b. Penegakan hukum

8 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
c. Keamanan negara
d. Pengembangan SDM

3. Apakah kebijakan keimigrasian yang diterapkan di Indonesia?


a. Kebijakan selektif
b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan regulatif
d. Kebijakan publik

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apabila anda telah mampu mengerjakan latihan dan evaluasi


dengan benar, maka anda telah memnuhi kriteria tuntas di bab
ini. Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan
pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab II ini.

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 9
BAB III
SEJARAH KEIMIGRASIAN DI INDONESIA

Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan dapat menjelaskan
sejarah keimigrasian di Indonesia

A. Awal Mula Migrasi Manusia

1) Zaman Penjajahan

Kekayaan sumber daya alam, khususnya sebagai penghasil


komoditas perkebunan yang diperdagangkan di pasar dunia,
menjadikan wilayah Indonesia yang sebagian besar dikuasai
oleh Hindia Belanda menarik berbagai negara asing untuk
turut serta mengembangkan bisnis perdagangan komoditas
perkebunan. Untuk mengatur arus kedatangan warga asing
ke wilayah Hindia Belanda, pemerintah kolonial pada tahun
1913 membentuk kantor Sekretaris Komisi Imigrasi dan
karena tugas dan fungsinya terus berkembang, pada tahun
1921 kantor sekretaris komisi imigrasi diubah menjadi
immigratie dients (dinas imigrasi).

Dinas imigrasi pada masa pemerintahan penjajahan Hindia


Belanda ini berada di bawah Direktur Yustisi, yang dalam
susunan organisasinya terlihat pembentukan afdeling-afdeling
seperti afdeling visa dan afdeling (bagian) lain-lain yang
diperlukan. Corps ambtenaar immigratie diperluas. Tenaga-
tenaga berpengalaman serta berpendidikan tinggi

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 11
dipekerjakan di pusat. Tidak sedikit di antaranya adalah
tenaga-tenaga kiriman dari negeri Belanda (uitgezonden
krachten). Semua posisi kunci jawatan imigrasi berada di
tangan para pejabat Belanda.

Kebijakan keimigrasian yang ditetapkan oleh pemerintah


Hindia Belanda adalah politik pintu terbuka (opendeur
politiek). Melalui kebijakan ini, pemerintah Hindia Belanda
membuka seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk,
tinggal, dan menjadi warga Hindia Belanda. Maksud utama
dari diterapkannya kebijakan imigrasi “pintu terbuka” adalah
memperoleh sekutu dan investor dari berbagai negara dalam
rangka mengembangkan ekspor komoditas perkebunan di
wilayah Hindia Belanda. Selain itu, keberadaan warga asing
juga dapat dimanfaatkan untuk bersama-sama
mengeksploitasi dan menekan penduduk pribumi.

Walaupun terus berkembang (penambahan kantor dinas


imigrasi di berbagai daerah), namun struktur organisasi dinas
imigrasi pemerintah Hindia Belanda relatif sederhana. Hal ini
diduga berkaitan dengan masih relatif sedikitnya lalu lintas
kedatangan dan keberangkatan dari dan/atau keluar negeri
pada saat itu. Bidang keimigrasian yang ditangani semasa
pemerintahan Hindia Belanda hanya 3 (tiga), yaitu: (a) bidang
perizinan masuk dan tinggal orang; (b) bidang kependudukan
orang asing; dan (c) bidang kewarganegaraan. Untuk
mengatur ketiga bidang tersebut, peraturan pemerintah yang
digunakan adalah Toelatings Besluit (1916); Toelatings
Ordonnantie (1917); dan PasporRegelings (1918).

12 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Gambar 1. Proses Pendaftaran orang asing phase I (POA-I) tahun 1954

2) Era Revolusi Kemerdekaan

Era kolonialisasi Hindia Belanda mulai berakhir bersamaan


dengan masuknya Jepang ke wilayahIndonesia pada tahun
1942. Namun pada masa pendudukan Jepang hampir tidak
ada perubahan yang mendasar dalam peraturan keimigrasian.
Dengan kata lain, selama pendudukan Jepang, produk hukum
keimigrasian Hindia Belanda masih digunakan. Eksistensi
pentingnya peraturan keimigrasian mencapai momentumnya
pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada
17 Agustus 1945.

Ada 4 (empat) peristiwa penting pasca proklamasi


kemerdekaan Republik Indonesia yang terkait dengan
keimigrasian, yaitu : (1) Repatriasi APWI dan serdadu Jepang;
dalam peristiwa ini ditandai dengan pengangkutan ex APWI
dan pelucutan serta pengangkutan serdadu Jepang di Jawa
Tengah khususnya, di pulau Jawa dan Indonesia umumnya

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 13
yang ditangani oleh Panitia Oeroesan Pengangkoetan
Djepang (POPDA); (2) Kegiatan barter, pembelian senjata dan
pesawat terbang; pada masa Revolusi Kemerdekaan para
pejuang sering bepergian ke luar negeri, misal masuk ke
Singapore dan Malaysia, masih tanpa paspor; (3) Perjuangan
Diplomasi; diawali dengan penyelenggaraan Inter Asian
Conference di New Delhi. Dalam kesempatan itu Kementerian
Luar Negeri Indonesia akhirnya berhasil mengeluarkan “Surat
Keterangan dianggap sebagai paspor” sebagai dokumen
perjalanan antar negara yang pertama setelah kemerdekaan
bagi misi pemerintah Indonesia yang sah dalam konferensi
tersebut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh H. Agus
Salim ikut memperkenalkan “Paspor Diplomatik” pemerintah
Indonesia kepada dunia Internasional; dan (4) Keimigrasian
di Aceh; Aceh sebagai satu-satunya wilayah Indonesia yang
tidak pernah diduduki Belanda, sejak tahun 1945 telah
mendirikan kantor imigrasi di lima kota dan terus beroperasi
selama masa revolusi kemerdekaan. Pendirian kantor imigrasi
di Aceh sejak tahun 1945 adalah oleh Amirudin. Peristiwa
cukup penting pada masa ini, Jawatan Imigrasi yang sejak
semula di bawah Departemen Kehakiman, pada tahun 1947
pernah beralih menjadi di bawah kekuasaan Departemen
Luar Negeri.

Selain itu, untuk mengatasi kevakuman hukum, peraturan


perundang-undangan keimigrasian produk pemerintah
Hindia Belanda harus dicabut dan digantikan dengan produk
hukum yang selaras dengan jiwa kemerdekaan. Selama masa
revolusi kemerdekaan ada dua produk hukum Hindia Belanda
yang terkait dengan keimigrasian dicabut, yaitu (a) Toelatings

14 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Besluit (1916) diubah menjadi Penetapan Ijin Masuk (PIM)
yang dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 330 Tahun
1949, dan (b) Toelatings Ordonnantie (1917) diubah menjadi
Ordonansi Ijin Masuk (OIM) dalam Lembaran Negara Nomor
331 Tahun 1949. Selama masa revolusi kemerdekaan
lembaga keimigrasian masih menggunakan struktur
organisasi dan tata kerja dinas imigrasi (Immigratie Dients)
peninggalan Hindia Belanda.

Gambar 2. Proses pendaftaran orang asing phase I (POA-I) tahun 1954,


di Kantor Imigrasi Bandung.

3) Era Republik Indonesia Serikat (RIS)

Era Republik Indonesia Serikat merupakan momen puncak


dari sejarah panjang perjalanan pembentukan lembaga
keimigrasian di Indonesia. Di era inilah dinasimigrasi produk
Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah
Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950. Struktur organisasi

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 15
dan tata kerja serta beberapa produk hukum pemerintah
Hindia Belanda terkait keimigrasian masih dipergunakan
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa
Indonesia. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya
dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur
organisasi jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie
dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih
seder hana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman,
baik operasionaltaktis, administratif, maupun organisatoris.

Pada permulaan tahun 1950, sebagai bangsa yang baru


merdeka dan masih dalam suasana pergolakan, tentunya
sarana dan prasarana penunjang jawatan imigrasi pada saat
itu masih sangat terbatas dan sederhana. Kesulitan yang
dirasakan sangat mendasar adalah masih sangat sedikitnya
putra pribumi yang memahami tugas dan fungsi keimigrasian.
Untuk itu, sebagai bagian dari periode transisi, jawatan
imigrasi masih menggunakan pegawai berkebangsaan
Belanda. Dari 459 orang yang bekerja di jawatan imigrasi di
seluruh Indonesia, 160 orang adalah orang Belanda.
Peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai dasar
oleh jawatan imigrasi RIS adalah masih warisan dari
Pemerintah Hindia Belanda, yaitu: (a) Indische Staatsregeling,
(b) Toelatings Besluit, (c) Toelatings Ordonnantie.

Dalam masa yang relatif singkat, jawatan imigrasi pada era


Republik Indonesia Serikat telah menerbitkan 3 (tiga) produk
hukum, yaitu (a) Keputusan Menteri Kehakiman RIS Nomor
JZ/239/12 tanggal 12 Juli 1950 yang mengatur mengenai
pelaporan penumpang kepada pimpinan bea cukai apabila
mendarat di pelabuhan yang belum ditetapkan secara resmi

16 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
sebagai pelabuhan pendaratan, (b) Undang-Undang Darurat
RIS Nomor 40 Tahun 1950 tentang Surat Perjalanan Republik
Indonesia, dan (c) Undang- Undang Darurat RIS Nomor 42
Tahun 1950 tentang Bea Imigrasi (Lembaran NegaraTahun
1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 77).

Gambar 3. Mr. H. Joesoef Adiwinata memberikan pengarahan kepada


staf imigrasi.

4) Era Demokrasi Parlementer

Periode krusial pada era Republik Indonesia Serikat berlanjut


pada Era Demokrasi Parlementer, yang salah satunya terkait
dengan berakhirnya kontrak kerja pegawai keturunan Belanda
pada akhir tahun 1952. Berakhirnya kontrak kerja mereka
menjadi persoalan penting karena pada saat itu pemerintah
Indonesia sedang bergerak cepat mengembangkan jawatan

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 17
imigrasi. Pada periode 1950-1960 jawatan imigrasi berusaha
membuka kantor-kantor dan kantor cabang imigrasi, serta
penunjukan pelabuhan-pelabuhan pendaratan yang baru.

Pada dasawarsa imigrasi tepatnya 26 Januari 1960, jawatan


imigrasi telah berhasil mengembangkan organisasinya
dengan pembentukan Kantor Pusat Jawatan Imigrasi di
Jakarta, 26 kantor imigrasi daerah,3 kantor cabang imigrasi,
1 kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar negeri.
Di bidang sumber daya manusia (SDM) keimigrasian, pada
bulan Januari 1960 jumlah total pegawai jawatan imigrasi
telah meningkat menjadi 1256 orang yang kesemuanya putra-
putri Indonesia, mencakup pejabat administratif dan pejabat
teknis keimigrasian.

Di bidang pengaturan keimigrasian, mulai periode ini


pemerintah Indonesia memiliki kebebasan untuk mengubah
kebijaksanaan opendeur politiek imigrasi kolonial menjadi
kebijaksanaan yang sifatnya selektif atau saringan (selective
policy). Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan
kepentingan nasional dan lebih menekankan prinsip
pemberian perlindungan yang lebih besar kepada warga
negara Indonesia. Pendekatan yang dipergunakan dan
dilaksanakan secara simultan meliputi pendekatan
kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan
keamanan (security approach). Beberapa pengaturan
keimigrasian antara lain yang diterbitkan: (1) pengaturan lalu
lintas keimigrasian; yaitu pemeriksaan dokumen keimigrasian
penumpang dan crew kapal laut yang dari luar negeri
dilakukan di atas kapal selama pelayaran kapal, (2)
Pengaturan di bidang kependudukan orang asing, dengan

18 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
disahkannya Undang Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1955
tentang Kependudukan Orang Asing (Lembaran Negara
Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor
812), (3) Pengaturan di bidang pengawasan orang asing,
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun
1953 tentang Pengawasan Orang Asing (Lembaran Negara
Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor
463), (4) Pengaturan mengenai delik/perbuatan pidana/
peristiwa pidana/tindak pidana di bidang keimigrasian,
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 8
Darurat Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi (Lembaran
Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 807), (5) Pengaturan di bidang kewarganegaraan,
pada periode ini disahkan produk perundangan penting
mengenai kewarganegaraan yakni Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia
Dan Republik Rakyat Tiongkok Mengenai Soal
Dwikewarganegaraan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor),
(6), dan UndangUndang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1647), (7) Masalah kewarganegaraan turunan Cina, (8)
Pelaksanaan Pendaftaran Orang Asing (POA).

Selain itu pada era ini, produk hukum yang terkait dengan
keimigrasian juga secara bertahap mulai dibenahi, seperti
visa, paspor dan surat jalan antar negara, penanganan tindak
pidana keimigrasian, pendaftaran orang asing, dan
kewarganegaraan. Salah satu produk hukum penting yang
dikeluarkan selama era Demokrasi Parlementer adalah

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 19
penggantian Paspor Regelings (1918) menjadi Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1959 tentang Surat Perjalanan
Republik Indonesia (LN Tahun 1959 Nomor 56, TLN Nomor
1799).

Gambar 4. Pejabat imigrasi pada masa awal keimigrasian Indonesia.

5) Era Orde Baru

Era pemerintahan Orde Baru adalah yang terpanjang sejak


Indonesia merdeka. Masa pemerintahan yang cukup panjang
tersebut turut memberikankontribusi besar terhadap
pemantapan lembaga keimigrasian, walaupun dalam
pelaksanaannya mengalami beberapa kali penggantian induk
organisasi. Stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang
relatif tinggi selama era Orde Baru mendorong lembaga
keimigrasian di Indonesia untuk semakin berkembang dan
profesional dalam melayani masyarakat. Pada era ini terjadi
beberapa kali perubahan organisasi kabinet dan pembagian

20 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
tugas departemen, yang pada gilirannya membawa
perubahan terhadap organisasi jajaran imigrasi. Pada
tanggal 3 November 1966 ditetapkan kebijakan tentang
Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen, yang
mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah
satu pelaksana utama Departemen Kehakiman menjadi
Direktorat Jenderal Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur
Jenderal Imigrasi. Perubahan inipun berlanjut dengan
pembangunan sarana fisik di lingkungan Direktorat Jenderal
Imigrasi yang luas. Pembangunan gedung kantor, rumah
dinas, pos imigrasi maupun asrama tahanan dijalankan tahun
demi tahun. Di bidang SDM dan pembinaan karier, sistem
penempatan dan pembinaan karier pegawai yang direkrut
Direktorat Jenderal Imigrasi yang zig zag, tidak terpaku di satu
pos, diteruskan. Sistem pembinaan karir di bidang imigrasi
juga terus disempurnakan dengan tetap mengedepankan
prinsip profesionalisme dan keadilan.

Beban kerja yang semakin meningkat dan kebutuhan akan


akurasi data, mendorong Direktorat Jenderal Imigrasi untuk
segera menerapkan sistem komputerisasi di bidang imigrasi.
Pada awal tahun 1978 untuk pertama kalinya dibangunlah
sistem komputerisasi di Direktorat Jenderal Imigrasi,
sedangkan penggunaan komputer pada sistem informasi
keimigrasian dimulai pada tanggal 1 Januari 1979. Di bidang
peraturan perundangan keimigrasian pada masa Orde Baru,
dalam rangka mendukung program Pembangunan Nasional
Pemerintah, banyak produk regulasi keimigrasian yang dibuat
untuk mengifisienkan pelayanan keimigrasian dan/atau
untukmendukung berbagai sektor pembangunan, antara lain

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 21
pengaturan terkait: (1) pelayanan jasa keimigrasian, (2)
penyelesaian dokumen pendaratan di atas pesawat jemaah
haji 1974, (3) penyelesaian pemeriksaan dokumen di pesawat
garuda Jakarta-Tokyo, (4) perbaikan kualitas cetak paspor, (5)
pengaturan masalah lintas batas, (6) pengaturan dispensasi
fasilitas keimigrasian, (7) penanganan TKI gelap di daerah
perbatasan, (8) pengaturan penyelenggaraan umroh, (9)
pengaturan masalah pencegahan dan penangkalan, (10)
pengaturan keimigrasian di sektor ketenagakerjaan, (11)
pengaturan visa tahun 1979, (12) masalah orang asing yang
masuk ke dan atau tinggal di wilayah Indonesia secara tidak
sah, (13) penghapusan exit permit bagi WNI.

Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah


lahirnya Undang-Undang Keimigrasian baru yaitu Undang
Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3474), yang disahkan oleh DPR pada tangal 4 Maret 1992.
Undang Undang Keimigrasian ini selain merupakan hasil
peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan
perundangundangan sebelumnya yang sebagian merupakan
peninggalan dari Pemerintah Hindia Belanda, juga
menyatukan/mengkompilasi substansi peraturan perundang-
undangan keimigrasian yang tersebar dalam berbagai produk
peraturan perundangan keimigrasian sebelumnya hingga
berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 ini diikuti


dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksanaannya dalam: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 30

22 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan
Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3561), (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3562), (3) Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3563), dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994
tentang Surat Pejalanan Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3572).

6) Era Reformasi

Krisis ekonomi 1997 telah mengakhiri periode panjang era


Orde Baru dan memasuki era reformasi. Aspirasi yang hidup
dalam masyarakat, menginginkan komitmen yang kuat
terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), tegaknya hukum
dan keadilan, pemberantasan KKN, dan demokratisasi, tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance),
transparansi, dan akuntabel terus didengungkan, termasuk
diantaranya tuntutan percepatan otonomi daerah.

Sementara itu globalisasi informasi membuat dunia menyatu


tanpa batas, mendorong negara-negara maju(WTO) untuk
menjadikan dunia berfungsi sebagai sebuah pasar bebas
mulai tahun 2000, serta mengutamakan perlindungan dan

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 23
penegakam HAM serta demokratisasi. Arus globalisasi juga
mengakibatkan semakin sempitnya batas-batas wilayah suatu
negara (bordeless countries) dan mendorong semakin
meningkatnya intensitas lalulintas orang antarnegara. Hal ini
telah menimbulkan berbagai permasalahan di berbagai
negara termasuk Indonesia yang letak geografisnya sangat
strategis, yang pada gilirannya berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Indonesia serta bidang tugas keimigrasian. Dalam
operasional di lapangan ditemukan beberapa permasalahan
menyangkut orang asing yang memerlukan penanganan
lebih lanjut. Lingkungan strategis global maupun domestik
berkembang demikian cepat, sehingga menuntut semua
perangkat birokrasi pemerintahan, termasuk keimigrasian di
Indonesia untuk cepat tanggap dan responsif terhadap
dinamika tersebut. Sebagai contoh, implementasi kerja sama
ekonomi regional telah mempermudah lalu lintas perjalanan
warga negara Indonesia maupun warga negara asing untuk
keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Lonjakan perjalanan
keluar atau masuk ke wilayah Indonesia tentu membutuhkan
sistem manajamen dan pelayanan yang semakin handal dan
akurat. Tugas keimigrasian saat ini semakin berat seiring
dengan semakin maraknya masalah terorisme dan pelarian
para pelaku tindak pidana ke luar negeri. Untuk mengatasi
dinamika lingkungan strategis yang bergerak semakin cepat,
bidang keimigrasian dituntut mengantispasi dengan berbagai
peraturan perundang-undangan dan saranaprasarana yang
semakin canggih. Peraturan dan kebijakan keimigrasan juga
harus responsif terhadap pergeseran tuntutan paradigma
fungsi keimigrasian. Jika sebelumnya paradigma fungsi

24 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
keimigrasian dalam pelaksanaan Undang Undang Nomor 9
Tahun 1992 lebih menekankan efisiensi pelayanan untuk
mendukung isu pasar bebas yang bersifat global, namun
kurang memperhatikan fungsi penegakan hukum dan
fungsisekuriti, mulai pada era ini harus diimbangi dengan
fungsi keamanan dan penegakan hukum.Dalam menghadapi
masalah dan perkembangan dalam dan luar negeri tersebut,
Direktorat Jenderal Imigrasi pada Era Reformasi ini telah
melakukan beberapa program kerja sebagai
berikut:Pemerintah memperbarui Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Berikut ini adalah beberapa perkembangan yang perlu


diantisipasi, yaitu:

1. Mengatur wilayah geografis Indonesia;

2. Perjanjian internasional/konvensi internasional terkait


dengan penerapan fungsi imigrasi;

3. Meningkatkan perjanjian internasional dan transnasional;

4. Peraturan tentang tahanan dan tenggat waktu yang


ditentukan belum dibuat dengan kontribusi;

5. Peraturan imigrasi yang sistematis dan spesifik yang


bersifat universal dan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi modern;

6. Penempatan struktur kantor imigrasi dan pusat


penahanan imigrasi sebagai unit pelaksana teknis di
bawah Direktorat Jenderal Imigrasi.

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 25
Dengan berubahnya Undang-Undang nomor 9 tahun 1953
menjadi Undang-Undang nomor 9 tahun 1992 yang telah
menghapuskan politik pintu terbuka menjadi politik selektif
(selectif policy) yang dimana hanya orang asing yang memiliki
manfaat dan daya guna bagi pemerintah indonesia. Undang-
undang ini mengalami perubahan dan dengan
disempurnakannya Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang
keimigrasiaan dan undang-undang ini bukan hanya menerapkan
selectif policy saja tapi lebih disesuaikan pada pembangunan
nasional.

B. Faktor Pendorong dan Penarik Melakukan Migrasi

Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factor) suatu


wilayah dan daya tarik (pull factor) wilayah lainnya. Beberapa
faktor yang mendorong maupun menarik terjadinya migrasi antara
lain faktor ekonomi, kestabilan politik, sosial budaya, maupun
pendidikan. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke
tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia
sumberdaya yang memadai untuk memberikan jaminan
kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas
dari persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di
wilayah tersebut. Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu
wilayah mampu atau dianggap mampu menyediakan fasilitas dan
sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di
wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-
daerah lain. Penduduk wilayah sekitarnya dan daerah-daerah
lain yang merasa tertarik dengan daerah tersebut kemudian
bermigrasi dalam rangka meningkatkan taraf hidup.

26 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Faktor-faktor pendorong (push factor) melakukan migrasi antara
lain adalah:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti


menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya
permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau
bahan dari pertanian;

2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya


tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin
menyempit);

3. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku,


sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal;

4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan;

5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi,


tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah
penyakit.

Faktor-faktor penarik (pull factor) melakukan migrasi antara lain


adalah:

1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk


memperbaikan taraf hidup;

2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang


lebih baik;

3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang


menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan
fasilitas-fasilitas publik lainnya;

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 27
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat
hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-
orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.

C. Latihan

1. Bagaimana gambaran umum sejarah keimigrasian di


Indonesia?

2. Sebutkan faktor pendorong dan penarik seseorang


melakukan migrasi!

D. Rangkuman

1. Secara umum, perkembangan sejarah keimigrasian di


Indonesia dibagi kedalam 6 era, yaitu: zaman penjajahan,
era revolusi kemerdekaan, era Republik Indonesia Serikat, era
demokrasi parlementer, era orde baru, era reformasi.

2. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong suatu wilayah dan


daya tarik wilayah lainnya. Beberapa faktor terjadinya migrasi
antara lain karena sumber daya alam, sumber daya manusia,
pendidikan, pekerjaan, dll.

E. Evaluasi

1. Apakah nama Direktorat Jenderal Imigrasi pada saat pertama


kali didirikan?
a. Afdeling immigratie
b. Afdeling visa

28 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
c. Immigratie dients
d. Uitgezonden krachten

2. Pada masa zaman apakah Paspor Diplomatik diperkenalkan


pemerintah Indonesia kepada dunia?
a. Zaman penjajahan
b. Zaman revolusi kemerdekaan
c. Zaman orde baru
d. Zaman reformasi

3. Kapan dinas imigrasi produk Hindia Belanda


diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia?
a. 26 Januari 1955
b. 26 Januari 1950
c. 25 Januari 1965
d. 26 Januari 1960

4. Berikut ini adalah faktor pendorong dan penarik terjadinya


migrasi?
a. Sumber daya manusia
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. a, b, dan c benar

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 29
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apabila anda telah mampu mengerjakan latihan dan evaluasi


dengan benar, maka anda telah memnuhi kriteria tuntas di bab
ini. Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan
pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab III ini.

30 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB IV
DASAR HUKUM DAN UNDANG-UNDANG
SERTA PERATURAN PELAKSANAAN
DI BIDANG KEIMIGRASIAN

Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini pembaca diharapkan mampu menjelaskan
dasar hukum dan Undang-undang serta Peraturan Pelaksanaan di
bidang Keimigrasian

A. Undang-Undang tentang Keimigrasian

Pengaturan di bidang keimigrasian (lalu lintas keluar masuk) suatu


negara, berdasarkan hukum internasional merupakan hak dan
wewenang suatu negara. Dengan perkataan lain, merupakan
salah satu indikator kedaulatan negara. Keimigrasian di Indonesia
merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan
kedaulatan atas wilayah Indonesia dalam rangka menjaga
ketertiban kehidupan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Undang-undang Keimigrasian telah


mengalami beberapa kali perubahan.Peraturan terkait
keimigrasian semula di atur dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Sebelum diundangkan dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian,
masalah keimigrasian di atur oleh berbagai peraturan
perundangundangan, baik produk Pemerintah Hindia Belanda

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 31
maupun Pemerintah Republik Indonesia sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. 17 Dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian sejak
tanggal 31 Maret 1992, peraturan perundang-undangan yang
berbentuk produk Pemerintah Hindia Belanda maupun
Pemerintah Republik Indonesia sesudah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dinyatakan tidak berlaku lagi. Saat
ini, dasar hukum keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-
undang ini terdiri dari 15 Bab dan 145 Pasal. Bab
sebagaimanadimaksud antara lain:

1. Bab I : Ketentuan Umum


2. Bab II : Pelaksanaan Fungsi Keimigrasian
3. Bab III : Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia
4. Bab IV : Dokumen Perjalanan Republik Indonesia
5. Bab V : Visa, Tanda Masuk, dan Izin Tinggal
6. Bab VI : Pengawasan Keimigrasian
7. Bab VII : Tindakan Administratif Keimigrasian
8. Bab VIII : Rumah Detensi Imigrasi dan Ruang Detensi Imigrasi
9. Bab IX : Pencegahan dan Penangkalan
10. Bab X : Penyidikan
11. Bab XI : Ketentuan Pidana
12. Bab XII : Biaya
13. Bab XIII : Ketentuan Lain-lain
14. Bab XIV: Ketentuan Peralihan
15. Bab XV : Ketentuan Penutup

32 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
B. Peraturan Pelaksanaan di Bidang Keimigrasian

Untuk menjalankan Undang-undang Keimigrasian, maka


Pemerintah mengeluarkan Peraturan pelaksanaan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 yang mana
pelaksanaannya masih tergantung pada peraturan sebelumnya
selama tidak bertentangan dengan Undang-undang dan
peraturan pemerintah di bidang Keimigrasian. Peraturan ini terdiri
dari 10 Bab dan 258 Pasal. Bab sebagaimana dimaksud terdiri
dari:

1. Bab I : Ketentuan Umum


2. Bab II : Persyaratan dan Tata Cara Masuk dan Keluar
Wilayah Indonesia
3. Bab III : Persyaratan dan Tata CaraPemberian, Penarikan,
Pembatalan,Pencabutan, Penggantian, serta
Pengadaan Blanko, dan Standarisasi Dokumen
Perjalanan Republik Indonesia
4. Bab IV : Persyaratan dan Tata Cara Permohonan, Jenis
Kegiatan, dan Jangka Waktu Penggunaan Visa
5. Bab V : Persyaratan dan Tata Cara Permohonan,
Pemberian, Jangka Waktu, Penolakan dan
Pembatalan, dan Alih Status Izin Tinggal
6. Bab VI : Pengawasan Keimigrasian, Intelijen
Keimigrasian, Rumah Detensi Imigrasi dan Ruang
Detensi Imigrasi, serta Penanganan Terhadap
Korban Perdagangan Orang dan Penyelundupan
Manusia

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 33
7. Bab VII : Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan
8. Bab VIII : Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan PPNS
Keimigrasian dan Administrasi Penyidikan
Keimigrasian
9. Bab IX : Ketentuan Peralihan
10. Bab X : Ketentuan Penutup

Peraturan pelaksanaan ini telah mengalami 2(dua) kali perubahan,


yaitu:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2016 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 Tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

C. Latihan

1. Apakah dasar hukum keimigrasian di Indonesia?

2. Sebutkan peraturan pelaksanaan di bidang keimigrasian


beserta perubahannya!

34 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
D. Rangkuman

Dasar hukum keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-


undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Peraturan
pelaksanaan Undang-undang Keimigrasian diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011.

E. Evaluasi

1. Apakah dasar hukum keimigrasian di Indonesia?


a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006
b. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
c. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2001
d. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016

2. Undang-undang keimigrasian terdiri dari:


a. 15 Bab dan 145 Pasal
b. 15 Bab dan154 Pasal
c. 14 Bab dan 145 Pasal
d. 14 Bab dan 154 Pasal

3. Berikut peraturan pelaksanaan di bidang keimigrasian,


kecuali:
a. PP Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
UUNomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
b. PP Nomor 26 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 35
c. PP Nomor 51 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas
PP Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
d. PP Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apabila anda telah mampu mengerjakan latihan dan evaluasi


dengan benar, maka anda telah memnuhi kriteria tuntas di bab
ini. Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan
pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab IV ini.

36 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keimigrasian menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011


tentang Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya
dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

2. Fungsi keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan


negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian,
penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator
pembangunan kesejahteraan masyarakat.

3. Secara umum, perkembangan sejarah keimigrasian di


Indonesia dibagi kedalam 6 era, yaitu:

a. Zaman penjajahan dimana imigrasi pertama kali dibentuk


pada tahun 1913 pada masa pemerintah kolonial Belanda
dan pada tahun 1921 dibentuk dinas imigrasi;

b. Era revolusi kemerdekaan:era kolonial Belanda berakhir


bersamaan dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada
tahun 1942;

c. Era Republik Indonesia Serikat: dinas imigrasi


diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia pada
tanggal 26 Januari 1950;

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 37
d. Era demokrasi parlementer: jawatan imigrasi telah
berhasil mengembangkan organisasinya dengan
pembentukan Kantor Pusat Jawatan Imigrasi di Jakarta,
26 kantor imigrasi daerah,3 kantor cabang imigrasi, 1
kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar
negeri serta mengeluarkan kebijakan selective policy,

e. Era orde baru:Pada tanggal 3 November 1966 ditetapkan


kebijakan tentang Struktur Organisasi dan Pembagian
Tugas Departemen, yang mengubah kelembagaan
Direktorat Imigrasi sebagai salah satu pelaksana utama
Departemen Kehakiman menjadi Direktorat Jenderal
Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Imigrasi;

f. Era reformasi: memperbarui Undang-Undang Nomor 9


tahun 1992 tentang Keimigrasian. Undang-undang ini
mengalami perubahan dan dengan disempurnakannya
Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang
keimigrasiaan dan undang-undang ini bukan hanya
menerapkan selectif policy saja tapi lebih disesuaikan
pada pembangunan nasional.

4. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong suatu wilayah dan


daya tarik wilayah lainnya. Beberapa faktor terjadinya migrasi
antara lain karena sumber daya alam, sumber daya manusia,
pendidikan, pekerjaan, dll.

5. Dasar hukum keimigrasian diatur dalam Undang-undang


Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

6. Peraturan pelaksanaan Undang-undang Keimigrasian diatur


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang

38 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian.

B. Tindak Lanjut

Setelah Saudara memperoleh pengetahuan terkait pengertian dan


fungsi keimigrasian, sejarah keimigrasian di Indonesia, dan dasar
hukum keimigrasian di Indonesia ini,tugas Saudara selanjutnya
adalah melaksanakan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap Saudara tersebut dalam pelaksanaan
tugas Saudara sebagai Pemeriksa Keimigrasian Pemula.
Disamping itu Saudara juga mempunyai tugas untuk
mendiseminasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tersebut pada rekan kerja atau pimpinan Saudara di kantor. Agar
lebih memahami dan mendalami tentang materi pengantar
keimigrasian ini, Saudara dianjurkan untuk dapat mempelajari
bahan bacaan maupun referensi yang telah digunakan untuk
menulis modul ini serta referensi lainnya untuk memperkaya
wawasan di bidang keimigrasian.

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 39
KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI

Evaluasi BAB II
1. C
2. D
3. A

Evaluasi BAB III


1. C
2. B
3. B
4. D

Evaluasi BAB IV
1. B
2. D
3. C

Evaluasi BAB V
1. B
2. A
3. D

40 PENGANTAR KEIMIGRASIAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Imigrasi. 2005.Lintas Sejarah Imigrasi


Indonesia, Jakarta.

2. Hamidi, J. dan Christian, C. 2016. Hukum Keimigrasian bagi Orang


Asing di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

3. Santoso, M. Iman. 2007. Perspektif Imigrasi, Dalam United Nation


Convention Against Transnational Organized Crime, Jakarta: Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia.

4. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan


Reformasi Birokrasi Nomor 48 Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Pemeriksa Keimigrasian.

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan


Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Pemeriksa Keimigrasian dan Angka Kreditnya.

7. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian.

PENGANTAR KEIMIGRASIAN 41

You might also like