Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii - 2
Bab Ii - 2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
menyatakan bahwa:
lain
Menurut Roger dan David Johnson, ada lima unsur dasar dalam
1
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali
Pers, Jakarta, h. 205
2
Ibid, h. 208
10
11
ketergantungan
kelompok lain
telah berkembang tidak hanya untuk mata pelajaran bahasa, tetapi juga
kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam
kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/ bangsa, atau tingkat
kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang
pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu
yang tinggi.
heterogen
pembelajaran
pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau LKS dan ditulis
dalam kertas
f. Penutup 5
5
Istarani. Op Cit. h.113
14
Skor
No Nilai Tes
Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin
2 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 diatas skor dasar 20 poin
4 Lebih dari10 poin diatas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan
5 30 poin
skor dasar
anggota kelompok.
6
Anik Fadillah. Op Cit. h.69
15
3. Pendekatan Scientific
7
Rusman. Op Cit. h. 216-217
16
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses
teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky8. Teori belajar Bruner
disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan
terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi
8
Imas Kurniasih. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kata Pena:
Yogyakarta. h. 30
18
hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada
yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada.
sebagai berikut:
siswa.
9
Ibid. h. 31
10
Daryanto. Op Cit. h. 52-53
19
11
Ibit. h. 54
20
siswa
mengajar guru
dalam komunikasi
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
12
Imas Kurniasih.Op Cit. h. 34-35
13
Daryanto, Op Cit. h.59.
14
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21.
Ghalia Indonesia: Bogor. h. 37-75
21
1) Mengamati (observasi)
informasi.
2) Menanya
Kegiatan mengamati,guru membuka kesempatan secara luas
dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
22
sejumlah pertanyaan.
Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan
guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
3) Mengumpulkan Informasi
sepanjang hayat.
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
5) Mengkomunikasikan
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok
dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip
4. Hasil Belajar
pengalaman belajarnya.
15
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya,
Jakarta, 2004, h. 22.
27
suatu kriteria.
16
Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009,
h. 62.
28
tetapi berupa molekul raksasa berwujud padat dan dapat larut dalam air.
Bagian yang larut telah dipecah oleh air menjadi ion yang disebut
bejana sebagai padatan. Senyawa ion ada yang mudah larut dalam air dan
ada yan sukar. Sebenarnya cukup sulit membedakan kedua kelompok ini,
tetapi yang kelarutannya lebih kecil dari 0,1 gram dalam 100 mL air
termasuk yang sukar larut dan didalam air akan jatuh kedasar bejana
sebagai padatan.
constand), yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan
koefisiennya masing-masing.
mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter
Contoh:
17
Syukri S, Op Cit, h. 433-444
29
Pada suhu 250C kelarutan BaSO4 yang larut dalam air 0,0091 g L-1.
Jawaban:
,
Konsentrasi BaSO4 : = 3,9 × 10
= 1,5 x 10-9
larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan
membandingkan hasil kali ion (Qsp) dengan hasil kali kelarutan (Ksp).
Kriterianya adalah:
Contoh:
Dalam 2L larutan terdapat 1,6 x 10-4 mol Ag+ dan 3,0 x 10-3 mol Cl-.
Jawaban:
, ×
[Ag+] = = 0,8 × 10
, ×
[Cl-] = = 1,5 × 10
Cu2+ dan Cd2+ dalam air minum karena bersifat racun. Pemisahan ion
Contoh:
dialirkan gas H2S sehingga jenuh (0,10 M). berapakah [H+] larutan
Jawaban
1 x 10-26 = (0,10)[S2-]
[S2-] = 1 x 10-25
H2 S
[H+]2 = ka
S2-
H2S adalah asam lemah, maka [H2S] = 0,10 M dan [S2-] yang diharapkan =
[H+] = 1,1 10 = 33 M
Jadi, agar terjadi SnS secara selektif, maka [H+] paling kurang 33 M.
Dengan cara yang sama seperti SnS diatas, kita terpapkan pada ZnS.
H2 S
[H+]2 = ka
S2-
,
= 1,1 x 10-21
= 0,96
[H+] = 0,96 M
Kesimpulan: agar SnS mengendap selektif maka [H+] < 33 M dan untuk
bila dalam larutan terdapat ion sejenis yang berasal dari senyawa lain,
yang disebut pengaruh ion sejenis. Contohnya, kelarutan AgCl akan lebih
kecil dalam larutan yang mengandung ion Ag+ atau Cl- dari senyawa lain,
seperti dari AgNO3 dan NaCl. Hal ini disebabkan oleh ion sejenis
berkurang.
Contoh:
Hitunglah kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,01 M, bila Ksp AgCl 1,7
Jawaban:
0,01 0,01
c c
= 2,43 x 10-6
33
c c
c = 1,7 10
Ternyata kelarutan AgCl dalam air murni sekitar 1000 x lebih besar dari
belajar Siswa
informasi yang diberika oleh guru. Sementara itu guru harus mampu
tertarik untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Ada banyak hal yang
pembelajaran.
Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/ bangsa,
atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada
siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa
belajar kimia siswa. Selain dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik,
juga memiliki pemahaman yang luas dan lebih lama mengingat materi.
dan mencapai indikator keberhasilan yaitu 25% siswa aktif pada tiga
siklus.18
18
Ya’syahibal. OpCit
36
pembelajaran konvensional.19
kimia siswa pada pokok bahasan reaksi redoks kelas X SMA Negeri 1
bahwa Hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model PBL
63,88%. 20
Pada penelitian yang akan peneliti lakukan ini terdapat persamaan dan
19
Agasta Ria Sastika. Op Cit
20
Fitri Purnamasari. Jurnal: Pengaruh model pembelajaran problem based learning
(PBL) dengan pendekatan scientific terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan
reaksi redoks kelas X SMA Negeri 1 Siantar. 2014
37
C. Konsep Operasional
1. Rancangan Penelitian
Belajar Siswa
adalah hasil belajar pada kelas eksperimen dan hasil belajar pada kelas
kontrol. Hasil belajar pada penelitian ini diukur berdasarkan hasil skor
terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pretest dan postest,
Tabel II.1 :
Rancangan Peneltian
Ekperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
Keterangan :
2. Prosedur Penelitian
a. Tahap persiapan
postest
a. Tahap pelaksanaan
dan yang diberikan sama dalam hal jumlah, isi, dan lama waktu
a) Kelas Eksperimen
siswa berdoa.
1) Kegiatan Inti
Langkah-langkah :
a. Penyajian kelas
b. Kelompok (Teams)
a) Mengamati
disediakan
b) Menanya
c) Pengumpulan data
soal
d) Mengasosiasi
dibagikan.
d. Mengumpulkan LKS
2) Kegiatan Penutup
b) Kelas kontrol
siswa berdoa.
1) Kegiatan Inti
hari ini
42
Langkah-langkah
Mengamati
dipelajari
Menanya
Mengasosiasi
yang dipelajari
Mengkomunikasikan
e. Evaluasi
2) Kegiatan Penutup
c) Tahap akhir
2) Data akhir (nilai pre test dan post test) yang diperoleh
rumus statistik.
3) Pelaporan
D. Hipotesis
scientific terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil
Kampar