5.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSUD S.K. Lerik
Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD S.K Lerik meliputi pengelolaan Sediaan Farmasi, Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi Klinik. a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai Kegiatan Pengelolaan di RSUD S.K Lerik Kota Kupang sudah menggunakan SIMRS (Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit) yang menggunakan system yang sudah terintegrasi. Pada Instalasi Farmasi RSUD S.K Lerik sudah menggunakan aplikasi yang spesifik melalui aplikasi khanza yang merupakan sistem informasi manajemen Rumah Sakit yang memungkinkan untuk kegiatan dapat berlangsung secara online. Persediaan perbekalan farmasi di RSUD S.K Lerik meliputi : 1. Obat narkotika dan psikotropika 2. Injeksi : infus, vial, dan ampul 3. Obat-obatan generik tablet, kapsul, kaplet, sirup dan dry sirup, salep, dan injeksi 4. Obat-obat paten/generik bermerek tablet, kapsul, tetes mata, tetes telinga, injeksi, dll. 5. Suppositoria dan ovula 6. Obat -obat high alertObat program (obat TBC, obat COVID-19, Anti Retro Viral untuk pasien HIV/AIDS, dan obat malaria) 7. Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) 8. Bahan Medis Habis Pakai. Manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD S.K Lerik yaitu: a. Pemilihan Pemilihan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD S.K Lerik Kota Kupang berdasarkan Formularium Rumah Sakit, pola penyakit, pemakaian sebelumnya, mutu dan stabilitas obat, efektivitas dan keamanan, harga yang terjangkau, ketersediaan di pasaran. b. Perencanaan Kebutuhan Kegiatan perencanaan di RSUD S.K Lerik menggunakan 3 metode yaitu konsumsi, epidemiologi (morbiditas), kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia di Rumah Sakit. a. Metode Komsumsi Perhitungan kebutuhan di dasarkan pada data real konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Digunakan untuk obat atau Alat Kesehatan yang mempunyai data konsumsi yang tepat, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per kasus penyakit. Misalnya, Infus cairan dasar (RL, D5%, NaCl dll), Injeksi Antibiotika generik (Ceftriaxon, Cefotaxim) dan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ( Spuit, Infuset, IV Cateter dll). b. Metode Epidemiologi (Morbiditas) Metode Perencanaan berdasarkan pada penyakit yang ada di Rumah Sakit S.K. Lerik Kota Kupang atau yang paling sering muncul di masyarakat bertujuan untuk, mengetahui perbekalan kesehatan suatu populasi masyarakat tertentu (Obat Program, KB, Obat Program Imunisasi, dan Vaksin). Memperkirakan kebutuhan obat atas dasar epidemiologi. c. Metode Kombinasi (Konsumsi dan Epidemiologi) Pada metode ini berupa perhitungan kebutuhan obat atau Alat Kesehatan yang mempunyai data konsumsi, namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Koreksi dapat berupa penambahan bila kasus epidemiologi naik, berupa pengurangan bila kasus turun. Digunakan untuk Obat dan Alat Kesehatan yang mengalami flukuatif, maka dapat menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan jenis/jumlah tindakan, perubahan pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan. d. Pengadaan Kegiatan pengadaan obat dan BHPK di RSUD S. K. Lerik dilakukan melalui pembelian dan dropping/sumbangan/hibah. 1. Pembelian 1) Reguler Petugas gudang farmasi melakukan pemeriksaan dan stok Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai yang stoknya menipis dan melaporkan kepada Apoteker Penanggung Jawab. Kemudian Apoteker Penanggung Jawab melakukan pemesanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai kepada distributor dengan melampirkan blanko Surat Pesanan. Surat Pesanan dibuat 2 rangkap non Psikotropika-Narkotika ( 1 terdiri dari blanko dan arsip). 4 rangkap untuk Psikotropika- Narkkotika 1 asli kedistributor dan 3 rangkap arsip. 2) E-catalog Petugas gudang melakukan pemeriksaan dan perekapan stok Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang hampir habis dan melaporkan kepada Apoteker Penanggung Jawab. Kemudian Apoteker Penanggung Jawab mengajukan pemesanan kepada Pejabat Pembuat Komiten (PPK) dan disetujui, kemudian PPK melimpahkan ke panitia pengadaan untuk ditindaklanjuti pembelian secara sistem (E- catalog) 2. Sumbangan / dropping / hibah Selain melalui pembelian, perbekalan farmasi juga diperoleh dari sumbangan / dropping / hibah, dari Dinas Kesehatan Kota Kupang, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinas PPKB yang harus disertai dokumen administrasi yang lengkap baik itu dokumen permintaan, dokumen penerimaan dan dokumen penggunaan. Obat- obat sumbangan yang ada di RSUD S.K. Lerik yaitu obat Antitubercolosis, vaksin, obat Antiretroviral, Bahan Medis Habis Pakai obat KB (implant IUD). Sumbangan dari pihak ketiga seperti CV, PT, LSM yang bersisi obat, alat tulis kantor, paket ibu melahirkan, masker, dan lain-lain. d. Penerimaan Untuk penerimaan, setelah Obat dan BMHP tiba digudang utama, dilakukan penerimaan dan pemeriksaan oleh petugas gudang sesuai dengan SPO di Instalasi farmasi. SPO di RSUD. S.K. Lerik meliputi: 1. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat RS dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) serta tanda tangan penanggung jawab PBF. 2. Mencocokan faktur dan obat yang datang meliputi nama obat, jenis bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah, nomor batc, tanggal kadaluarsa. 3. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal kadaluarsa, dan bilamana ditemukan rusak maka akan diretur kembali dan diminta untuk digantikan dengan obat yang kondisi fisiknya baik. 4. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta di cap. Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedangkan Salinan faktur disimpan oleh petugas gudang sebagai arsip Obat dan BMHP tersebut ditulis dalam buku penerimaan barang dan diinput kedalam sistem Khanza. e. Penyimpanan Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD S.K. Lerik meliputi: 1. Alfabetis Penyimpanan obat berdasarkan huruf atau alphabet awalnya sehingga mempermudah pengambilan obat saat pelayanan. Misalnya Amlodipin, Betahistin, Cefadroxil dan seterusnya sampai obat Zink. Penyimpanan ini diterapkan baik digudang maupun di apotek 2. Bentuk sediaan Penyimpanan obat berdasarkan wujud zat yaitu sediaan bentuk cair (suspensi dan sirup), sediaan semi padat (krim, salep, gel), dan sediaan padat (tablet, kapsul, pil) disimpan pada rak yang berbeda- beda berdasarkan bentuk sediaan. 3. First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) Penyimpanan First In First Out (FIFO) berdasarkan obat yang masuk terlebih dahulu wajib dikeluarkan terlebih dahulu, penyimpanan First Expired First Out (FEFO) berdasarkan obat yang tanggal kadaluarsa duluan wajib dikeluarkan terlebih dahulu. Penyimpanan ini diterapkan baik digudang maupun di apotek 4. High Alert Penyimpanan obat dengan kewaspadaan tinggi dilakukan dilemari yang diberi penandaan khusus berupa garis merah. Misalnya eletrolit pekat terdiri dari KCL, MgSO4 40%, D40, NaCL 3%, Meylon inj, Atropin Sulfat inj, Epineprin inj, Tradosik inj, dan Vascon inj. Untuk sediaan High Alert hanya tersedia di gudang transit 5. Look Alike Sound Alike (LASA) atau Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) Penyimpanan obat yang memiliki rupa/ucapan yang mirip dan obat yang memiliki kekuatan sediian berbeda diberi label LASA dan disimpan terpisah atau diberi jarak. Misalnya Ceftriaxon dan Cefotaxim, atorvastatin 10 mg dan 20 mg, candesartan 8mg dan candesartan 16mg 6. Suhu Penyimpanan obat berdasarkan suhu yang tertera pada kemasan obat. Yaitu 2o-8oC (suhu dingin) misalnya Insulin, Vaksin HB0, 8o-15oC (suhu sejuk) misalnya Cendo lyters, Cendo Xitrol , 15o-30oc (suhu kamar) misalnya obat tablet Asam Mafenamat, Natrium Diclofenac, dan Paracetamol 7. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika sesuai peraturan Penyimpanan obat yang disimpan pada lemari kayu double pintu dan memiliki dua buah kunci berbeda yang dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas pada shift jaga. Misalnya Alprazolam, Midazolam, Codein, Diazepam 8. Penyimpanan B3 (Bahan, Berbahaya dan Beracun) yang meliputi Alkohol 70% , Hydrogen peroxide 3%, Lysol consentrate 50%, povidone iodine 10%, formalin 37%, coenzyme ensimatic cleaner disimpan di ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi, alat pemadam kebakaran B3 diletakan di atas palet. Selain itu untuk obat-obat yang telah kadaluarsa (expired date) disimpan di ruangan terpisah. f. Pendistribusian Jika terjadi kekosongan obat dan BMHP atau stok menipis di apotek, maka koordinator apotek akan melakukan permintaan ke gudang farmasi melalui aplikasi yang langsung terhubung ke gudang farmasi.Setelah permintaan dikonfirmasi dan disetujui,Sediaan Farmasi dikeluarkan dari gudang farmasi dan didistribusikan ke apotek yang nantinya akan disimpan menurut jenis sediaan,bentuk sediaan,dan golongan obat. Selain itu terdapat beberapa metode pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien yaitu : 1. Apotek RSUD S.K Lerik telah menggunakan aplikasi yaitu khanza yang memungkinkan kagiatan dapat dilakukan secara online. Dokter Penanggung Jawab pelayanan (DPJP) memasukkan resep ke aplikasi dan mengirimkan ke Instalasi Farmasi. Kemudian pasien/keluarga pasien datang ke Instalasi Farmasi untuk mengambil dengan membawa selembar kertas yang berisi nama pasien dan nomor RM. 2. Gudang Kegiatan pendistribusian BMHP ke poli, ruang perawatan, laboratorium dan ruangan lainnya selain apotek dilakukan dengan cara petugas datang membawa buku permintaan lalu dikonfirmasi oleh petugas gudang kemudian barang tersebut diberikan kepada petugas ruangan. Setelah itu,barang yang keluar di catat di sistem dan di buku stock pengeluaran barang dan BMHP. Selain itu, untuk obat-obat emergency diletakkan di trolley emergency dan disimpan di ruangan IGD, ICU, VK Nifas, Neonatologi (perina) dan ruangan rawat inap Garudan dan Cendrawasih. Setiap kotak penyimpanan ditulis nama, jumlah dan expire date. Obat-obatan ini secara rutin di cek ketersediaannya diruang oleh petugas farmasi. 3. One Daily Dose (ODD) Merupakan metode pendistribusian perbekalan farmasi dan BMHP di RSUD S. K Lerik untuk sehari pemakaian. g. Pemusnahan dan Penarikan Kegiatan pemusnahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah rusak atau expire date di RSUD S.K Lerik pernah dilakukan 2 kali yaitu pada tahun 2014 dan bulan Desember tahun 2022. Tahapan pemusnahan yang dilakukan: 1. Petugas farmasi merekap daftar obat yang akan dimusnahkan dari buku pencatatan obat kadaluarsa 2. Mengajukan usulan pemusnahan kepada direktur melalui bidang pelayanan medis 3. Direktur menerbitkan surat keputusan tentang panitia pemusnahan obat 4. Menetapkan jadwal, metode, waktu, dan tempat pemusnahan 5. Melukukan pemusnahan sesuai jadwal, metode, waktu, dan tempat pemusnahan yang telah disepakati 6. Panitia pemusnahan membuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleg pejabat yang berwenang atau saksi-saksi yaitu BPOM, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kota Kupang, Kepolisian setempat, pihak RSUD S.K. Lerik (Instalasi Farmasi, Managemen dan Sanitarian) h. Pengendalian Pengendalian Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD S.K. Lerik di lakukan berdasarkan automatic stop order dengan melakukan evaluasi persediaan yang jarang di gunakan (Slow moving) dan melakukan Stock opname sebelum sekali yaitu setiap akhir tahun. i. Administrasi Kegiatan administrasi di RSUD S. K Lerik terdiri dari : 1. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitoring transaksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk dan keluar di lingkungan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pencatatan akan mempermudah petugas untuk melakukan pelaporan. Dokumen pencatatan meliputi: a) Buku penerimaan yaitu buku pencatatan obat masuk dari PBF ke gudang, obat keluar dan sisa stok b) Buku pengeluaran BMHP dan BHP Lab ke ruang perawatan, laboratorium dan ruangan lainnya c) Buku defecta untuk mencatat perbekalan farmasi yang stoknya habis sehingga harus diadakan lagi (buku defecta apotik dan gudang d) Buku kunjungan yaitu pencatatan jumlah resep harian yang meliputi jumlah rresep BPJS PBI, BPJS non PBI dan pasien umum e) Buku expired date yitu buku untuk mencatat obat dan BMHP yang telah kadaluarsa f) Buku catatan polifarmasi yaitu buku yang mencatat resep dengan polifarmasi pengobatan lebih dari 7 obat g) Buku konfirmasi yaitu buku kunjungan keruangan perawatan untuk mengonfirmasi resep yang dibuktikan dengan stempel konfirmasi Dokumen pelaporan: a) Laporan bulanan apotek 1) Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika Laporan ini dilakukan melalui SIPNAP yang dilakukan sebellum tanggal 10 dalam bulan 2) Laporan jumlah pemakaian obat generic dan paten 3) Laporan jumlah pemakaian BMHP dan BHP lab 4) Laporan jumlah pemakaian obat TBC 5) Laporan jumlah pemakaian obat anti Retriviral b) Laporan bulanan di gudang farmasi 1) Laporan jumlah pemakaian obat generic dan paten 2) Laporan jumlah pemakaian BMHP dan BHP lab 3) Laporan jumlah pemakaian vaksin (HB0) dan Hiperheb c) Laporan tahunan Laporan neraca obat (obat generic dan paten) 2. Administrasi Penghapusan Administrasi penghapusan di IFRS Umum Daerah S.K.Lerik dilakukan ketika obat dan/atau BMHP tidak terpakai karena kedaluwarsa, rusak, atau mutu tidak memenuhi standar dengan cara melakukan pencatatan pada buku Expired Date (ED) dan diinput pada sistem khanza (retur obat). b. Pelayananan Farmasi Klinik a. Pengkajian dan Pelayanan Resep Proses peresepan di RSUD S.K Lerik sudah menggunakan sistem resep elektronik. Alurnya meliputi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) mengirimkan resep lewat sistem khanza yang secara otomatis diterima dibagian apotek. Kemudian pasien atau keluarga pasien datang ke apotek membawa nota bertuliskan nama dan nomor Rekam Medik pasien sehingga oleh petugas farmasi resep yang telah dikirim di E-Press. Kemudian petugas farmasi melakukan pengkajian terhadap resep yang meliputi : 1. Administrasi: nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien, nomor MR, alamat, nama dokter, nomor SIP, paraf dokter, tanggal resep, dan ruangan atau unit asal resep. 2. Persyaratan farmasetik: nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas, dan aturan cara penggunaan. 3. Persyaratan klinis: ketepatan indikasi, dosis, waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). 4. Koreksi akhri: yaitu pemeriksaan ulang obat yang telah disiapkan oleh petugas berbeda. Koreksi akhir juga dilakukan oleh penyerahan obat, untuk memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien yang tepat atau keluarga pasien (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, dan benar waktu pemberian). Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, apabila ditemukan masalah terkait resep maka petugas farmasi harus menghubungi DPJP untuk mengkonfirmasi resep tersebut, dan apabila telah dikonfirmasi dicatat pada buku dan distempel konfirmasi. Setelah itu, mengecek kembali etiket kemudian resep tersebut dicetak bagi pasien BPJS atau asuransi kesehatan lainnya. Jika pasien merupakan pasien umum maka resepnya dicetak setelah pasien melakukan pembayaran diloket yang dibuktikan dengan kwitansi pembayaran yang diserahkan ke apotek. Jika pasien dengan status BPJS Idle/ada penunggakan harus membuat jaminan diloket terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan penyiapan obat racikan atau non racikan, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dengan sistem ODD (One Daily Dose) atau Individual Prescrition. Kemudian obat dibungkus dan diberikan etiket yang sudah dicetak menggunakan mesin cetak etiket, petugas kemudian melakukan pengecekan kembali (double check) dilakukan dengan mencocokkan nama pasien, nama obat, jumlah sediaan Obat atau Bahan Medis Habis Pakai, benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian dan waktu pemberian dengan yang tertulis pada resep. Obat dan BMHP diserahkan kepada pasien disertai pemberian PIO atau konseling untuk mencegah terjadinya kesalahan penggunaan obat (medication eror). b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat Penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUD S.K Lerik masih dilakukan oleh perawat, khususnya untuk pasien yang baru masuk Rumah Sakit diisi pada lembar assessment. Penelusuran riwayat obat dilakukan juga pada saat visite tetapi visite belum dilakukan lagi setelah pandemi. c. Rekonsilasi Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker menelusuri riwayat penggunaan obat pasien sebelum masuk Rumah Sakit kemudian membandingkan daftar obat tersebut dengan obat yang diresepkan saat perawatan untuk mencegah terjadi keselahan penggunaan obat. d. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat di RSUD S.K Lerik Kota Kupang dilakukan saat obat di berikan kepada pasien dengan memastikan kembali identitas pasien dengan meminta pasien kembali menyebutkan kembali nama pasien kmudian petugas menjelaskan nama obat, dosis sediaan, indikasi obat, aturan pakai dan efek samping obat kepada pasien dan atau keluarga pasien. e. Konseling Pada RSUD S.K. Lerik Kota Kupang, konseling untuk pasien rawat inap dilakukan oleh Apoteker saat melakukan kunjungan mandiri sedangkan untuk pasien rawat jalan proses konseling umumnnya dilakukan pada pasien yang menderita penyakit kronis (DM, Hipertensi, Gagal Ginjal) diruangan konseling yang berada tepat di samping ruang tunggu apotek salah satu contohnya pada pasien diabetes yang baru pertama kali menggunakan obat insulin terkait dengan cara penggunaan obat, penyimpanan obat, efek samping, pemusnahan, dan terapi Non- farmakologi. f. Visite Di RSUD S.K. Lerik Kota Kupang, visite di lakukan oleh Apoteker yang bertanggung jawab beserta team di bidang farmasi klinik setiap minggu untuk pasien rawat inap di ruangan cendrawasih khususnya pasien Diabetes Melitus. g. Pemantauan Terapi Obat Pemantauan terapi obat di RSUD S.K Lerik Kota Kupang dilakukan dengan tujuan agar dapat mencegah terjadinya medication eror. Pemantauan terapi obat dapat dilakukan dengan visite bersama maupun mandiri dengan tujuan agar dapat mengontrol terapi yang diberikan. Jika terdapat masalah dalam terapi (DRP) maka harus dilakukan analisis SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Planning). Selain saat ada masalah, SOAP juga dilakukan pada saat pasien masuk Rumah Sakit. DRP (Drug Related Problem) ada yang bersifat aktual maupun potensial. DRP yang bersifat potensial biasanya ditangani oleh Apoteker. Sementara untuk DRP yang bersifat aktual harus ditelaah untuk mengetahui penyebab terjadinya DRP. h. Monitoring Efek Samping Obat MESO di RSUD S.K Lerik dilakukan untuk kasus efek samping obat yang aktual ataupun potensial yang membahayakan pasien. MESO diisi pada lembar ESO kemudian lembar ESO dikumpulkan dan diserahkan ke KFT (Komite Farmasi dan Terapi). Untuk efek samping yang aktual dan fatal KFT akan melakukan analisis Naranjo, hasil analisis dikirim ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. i. Evaluasi Penggunaan Obat Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) di RSUD S.K Lerik dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian resep dengan Formularium Rumah Sakit. Evaluasi penggunaan Obat pada pasien sudah dilakukan pada pasien diagnosa Diabetes Melitus.