Professional Documents
Culture Documents
DENGAN DIMENSIA
OLEH :
LA MIDI
14420221016
CI Lahan CI Institusi
Resiko terjatuh
MK : Resiko
Cedera
5. Manifestasi Klinis
Demensia memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda,
bergantung pada dampak penyakit dan kepribadian orang tersebut
sebelum jatuh sakit. Tanda dan gejala yang terkait dengan demensia dapat
dipahami dalam tiga tahap, (WHO, 2020).
a. Tahap awal : tahap awal demensia sering terlewatkan, karena onsetnya
bertahap. Gejala umum termasuk:
1) Kelupaan
2) Lupa waktu
3) Tersesat di tempat yang sudah dikenal.
b. Stadium tengah: saat demensia berlanjut ke stadium tengah, tanda dan
gejala menjadi lebih jelas dan lebih membatasi. Ini termasuk:
1) Menjadi pelupa peristiwa baru-baru ini dan nama orang-orang
2) Tersesat di rumah
3) Mengalami kesulitan komunikasi yang semakin meningkat
4) Membutuhkan bantuan dengan perawatan pribadi
5) Mengalami perubahan perilaku, termasuk mengembara dan
bertanya berulang-ulang.
c. Tahap akhir: tahap akhir demensia adalah salah satu dari
ketergantungan dan ketidakaktifan yang hampir total. Gangguan
ingatan serius dan tanda serta gejala fisik menjadi lebih jelas.
Gejalanya meliputi:
1) Menjadi tidak sadar akan waktu dan tempat
2) Mengalami kesulitan mengenali kerabat dan teman
3) Memiliki kebutuhan yang meningkat untuk perawatan diri terbantu
4) Mengalami kesulitan berjalan
5) Mengalami perubahan perilaku yang mungkin meningkat dan
termasuk agresi.
6. Komplikasi
Demensia yang semakin memburuk seiring waktu dapat
menimbulkan komplikasi, di antaranya adalah:
a. Kekurangan nutrisi. Kondisi terjadi karena pasien lupa untuk makan
dengan baik, atau mungkin tidak bisa menelan dan mengunyah.
b. Pneumonia (radang paru-paru). Kesulitan menelan meningkatkan
risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang
dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
c. Tidak bisa merawat diri. Ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi,
menggunakan toilet sendiri, dan minum obat secara akurat.
d. Kematian. Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian,
seringkali karena infeksi, (Setiyorini & Wulandari, 2018).
7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia cukup sulit dilakukan karena gejalanya mirip
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, dokter perlu melakukan
serangkaian pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.
Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami pasien untuk mengetahui seberapa besar gejala tersebut
memengaruhi aktivitas sehari-hari. Dokter juga akan menanyakan riwayat
kesehatan pasien serta keluarga untuk mengetahui apakah ada riwayat
demensia dalam keluarga, (Widi, 2019). Setelah itu, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan tambahan yang meliputi:
a. Pemeriksaan saraf : Pemeriksaan saraf dilakukan untuk menilai
kekuatan otot serta melihat refleks tubuh.
b. Pemeriksaan mental : Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan
metode mini-mental state examination (MMSE), yaitu serangkaian
pertanyaan yang akan diberikan nilai oleh dokter untuk mengukur
seberapa besar gangguan kognitif yang dialami.
c. Tes fungsi luhur : Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
berpikir seseorang, misalnya dengan meminta pasien berhitung
mundur dari angka 100 atau menggambar jarum jam untuk
menunjukan waktu tertentu.
Pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan bila ada penyakit lain
yang menimbulkan gejala demensia, seperti stroke, tumor otak, atau
gangguan tiroid. Pemeriksaan tersebut meliputi:
a. Pencitraan otak dengan CT scan, MRI, atau PET scan.
b. Pemeriksaan listrik otak dengan EEG.
c. Pemeriksaan darah.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita
beradaptasi dengan kondisinya, menghambat gejala yang muncul, dan
menghindari komplikasi. Berikut adalah prosedur yang dapat digunakan
sebagai pengobatan untuk demensia:
a. Terapi khusus
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani
gejala dan perilaku yang muncul akibat demensia, yaitu:
1) Terapi stimulasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk merangsang daya ingat,
kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berbahasa,
dengan melakukan kegiatan kelompok atau olahraga.
2) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan penderita cara
melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman sesuai kondisinya,
serta mengajarkan cara mengontrol emosi dalam menghadapi
perkembangan gejala.
3) Terapi ingatan
Terapi ini berguna untuk membantu penderita mengingat
riwayat hidupnya, seperti kampung halaman, masa sekolah,
pekerjaan, hingga hobi.
4) Rehabilitasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk melatih bagian otak yang tidak
berfungsi, menggunakan bagian otak yang masih sehat. Teknik ini
melibatkan bekerja dengan profesional terlatih, seperti terapis
okupasi, dan kerabat atau teman untuk mencapai tujuan pribadi,
seperti belajar menggunakan ponsel atau tugas sehari-hari
lainnya, (NHS, 2021).
b. Dukungan Keluarga
Selain terapi-terapi di atas, untuk menjaga kualitas hidup
penderita demensia, diperlukan dukungan dari keluarga atau kerabat,
(Widi, 2019). Dukungan atau bantuan tersebut dapat meliputi:
1) Berkomunikasi dengan penderita menggunakan kalimat yang
singkat dan mudah dimengerti, disertai dengan gerakan, isyarat
dan kontak mata.
2) Melakukan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan,
keseimbangan, dan kesehatan jantung bersama penderita.
3) Melakukan aktivitas menyenangkan bersama penderita, seperti
memasak, berkebun, melukis, atau bermain musik.
4) Menciptakan kebiasaan sebelum tidur untuk penderita, seperti
tidak menonton televisi dan menghidupkan lampu rumah.
5) Membuat agenda atau kalender sebagai alat bantu mengingat
acara dan aktivitas yang harus dilakukan penderita, serta jadwal
pengobatan.
6) Membuat perencanaan pengobatan selanjutnya bersama penderita,
untuk menentukan pengobatan apa yang harus dijalaninya.
c. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi
gejala demensia adalah acetylcholinesterase inhibitors, memantine,
antiansietas, antipsikotik, dan antidepresan.
d. Operasi
Demensia dapat ditangani dengan operasi jika disebabkan oleh
tumor otak, cedera otak, atau hidrosefalus. Tindakan operasi dapat
membantu memulihkan gejala jika belum terjadi kerusakan permanen
pada otak, (Widi, 2019).
9. Prognosis
Alzheimer tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini akan terus
memburuk seiring waktu dan pasien akan mendapat disabilitas bermakna
karenanya. Angka harapan hidup bagi seseorang berusia 65 tahun atau
lebih tua yang terdiagnosis penyakit Alzheimer berkisar antara 4 tahun
hingga 8 tahun. Ada beberapa individu dengan penyakit Alzheimer yang
dapat hidup hingga 20 tahun setelah tanda pertama kemunculan penyakit
Alzheimer.
Faktor usia saat onset terjadi mempengaruhi prognosis pasien
Alzheimer. Pasien dengan onset dini (usia <65 tahun) akan mengalami
progresivitas penyakit yang lebih cepat dibandingkan dengan Alzheimer
onset lambat (usia ≥65 tahun). Faktor prognosis lain yang berhubungan
dengan penurunan kognitif yang lebih cepat adalah:
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Malnutrisi
c. Rendahnya tingkat pendidikan pasien
d. Penyakit komorbid seperti hipertensiatau dislipidemia
e. Adanya gangguan perilaku yang menyertai
10. Mind Mapping Demensia
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Demensia masih belum 1. Kognitif
diketahui secara pasti, namun 2. psikologis
diperkirakan terjadi berbagai
proses molecular yang Demensia
menyebabkan hilangnya
hubungan sinaps, kematian, Edukasi dan promosi
disfungsi sel otak, gliosis serta kesehatan demensia
inflamasi Edukasi dan pencegahan
demensia sebaiknya dijelaskan
perawat kepada pasien dan
keluarga.
Penatalaksanaan
1. Psikologis
2. support
D. Konsep Keperawatan
1. pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Riwayat Kesehatan
1) Identitas/Data Biografis Klien
2) Riwayat Keluarga
3) Riwayat Pekerjaan
4) Riwayat Lingkungan Hidup
5) Riwayat Rekreasi
6) Sistem Pendukung
7) Kebiasaan Ritual
8) Status Kesehatan Saat Ini
9) Status Kesehatan Masa Lalu
10) Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu
makan, demam, keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan
infeksi, penilaian diri terhadap status kesehatan, kemampuan
melakukan ADL, tingkat kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan
nevi, sering memar, perubahan rambut, perubahan kuku,
katimumul pada jari kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan
memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe,
anemia, riwayat transfusi darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala,
lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak,
nyeri, air mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater,
diplopia, kabur, fotofobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan
paling akhir, dampak pada penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas
pendegaran, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan
paling akhir, kebiasaan perawatan telinga, dampak penampilan
pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada
sinus, alergi, riwayat infeksi, penilaian diri pada kemampuan
olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan
menelan, perdarahan gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi,
tanggal pemeriksaan akhir, pola menggosok gigi, pola flossing,
masalah dan kebiasaan membersihkan gigi .
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan
gerak, pembesaran kelenjar thyroid.
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari
puting susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan
payudara, tanggal momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi
pernapasan, frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea
pada aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang,
parestesia, perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran
hepar, mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi
makanan, ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan
kebiasaan defekasi, diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan
rektum, pola defekasi biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria,
poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih,
batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin,
perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri
pelvik, penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat
menstruasi, tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas,
spasme, kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri
punggung, protesa, pola kebiasaan latihan, dampak pada
penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah
koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah
memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit,
perubahan rambut, polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imu
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah
dalam mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi,
pernyataan perasaan umum mengenai keputusan/frustasi
mekanisme koping yang biasa, stres saat ini, masalah tentang
kematian dan kehilangan, dampak penampilan ADL.
b. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
1) Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien
dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah,
kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Tujuan Dan
Diagnosa Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil
Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
diri berhubungan tindakan Observasi :
dengan adanya keperawatan 3x24 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
gangguan jam diharapkan perawatan diri sesuai
psikologis deficit perawatan 2. Monitor tingkat kemandirian
diri dapat teratasi 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang
terapeutik (mis, Susana hangat,
rileks, privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi (mis,
parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
3. Damping dalam melkukan
perawatan diri sampai mandi
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
tidak mampu melakukan
perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi tindakan Obsevasi
berhubungan keperawatan 3x24 1. Identifikasi status nutrisi
dengan faktor jam diharapkan 2. Identifikasi alergi dan inteloransi
psikologis ketidakseimbangan makanan
nutrisi dapat teratasi 3. Identifikasi makanan yang
disukai
4. Identifikasi kebutuha kalori dan
jenis nutria
5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman
diet
3. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, bila
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Konfusi kronik Setelah dilakukan Manajemen demensia
berhubungan tindakan Observasi :
dengan perubahan keperawatan 3x24 1. Identifikasi riwayat fisik, social,
struktur/ fungsi jam diharapkan psikologis dan kebiasaan
jaringan otak konfusi kronik dapat 2. Identifikasi pola aktivitas (mis,
teratasi tidur, minum obat, eliminasi,
asupan oral, perawatan diri)
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan aman,
nyaman, konsisten, dan rendah
stimulus (mis. Music tenang,
dekorasi sederhana, pencahayaan
memadai, makan dengan pasien
lain)
2. Orientasikan waktu, tempat dan
orang
3. Gunakan distraksi untuk
mengatasi masalah perilaku
4. Libatkan keluarga dalam
merencanakan, menyediakan dan
mengevaluasi perawatan
5. Fasilitasi perawatan dengan
symbol-simbol (mis. Dekorasi,
papan penunjuk, foto diberi nama,
huruf besar)
6. Libatkan kegiatan individu atau
kelompok sesuai kemampuan
kognitif dan minat
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak istirahat
2. Ajarkan keluarga cara perawatan
demensia
Resiko perilaku Setelah dilakukan Pencegahan perilaku kekerasan
kekerasan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3x24 1. Monitor adanya benda yang
dengan kerusakan jam diharapkan berpotensi membahayakan (mis.
kognitif perilaku kekerasan Benda tajam, tali)
resiko dapat teratasi 2. Monitor keamanan barang yang
dibawa oleh pengunjung
3. Monitor selama penggunaan
barang yang dapat
membahayakan(mis. Pisau cukur)
Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan bebas
dari bahaya secara rutin
2. Libatkan keluarga dalam
perawatan
Edukasi :
1. Anjurkan pengunjung dan
keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
2. Latih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
3. Latih mengurangi kemarahan
secara verbal dan nonverbal
Gangguan Setelah dilakukan Manajemen demensia
komunikasi verbal tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3x24 1. Identifikasi riwayat fisik, social,
dengan adanya jam diharapkan psikologis dan kebiasaan
hambatan gangguan 2. Identifikasi pola aktivitas (mis,
psikologis komunikasi verbal tidur, minum obat, eliminasi,
dapat teratasi asupan oral, perawatan diri)
Terapuetik :
1. Sediakan lingkungan aman,
nyaman, konsisten, dan rendah
stimulus (mis. Music tenang,
dekorasi sederhana, pencahayaan
memadai, makan dengan pasien
lain)
2. Orientasikan waktu, tempat dan
orang
3. Gunakan distraksi untuk
mengatasi masalah perilaku
4. Libatkan keluarga dalam
merencanakan, menyediakan dan
mengevaluasi perawatan
5. Fasilitasi perawatan dengan
symbol-simbol (mis. Dekorasi,
papan penunjuk, foto diberi nama,
huruf besar)
6. Libatkan kegiatan individu atau
kelompok sesuai kemampuan
kognitif dan minat
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak istirahat
2. Ajarkan keluarga cara perawatan
demensia
4. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis
dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Herdman TH, 2017).
DAFTAR PUSTAKA