You are on page 1of 13

MAKALAH CURRENT ISUE DALAM BIDANG GIZI DAN MAKANAN

DOSEN PEMBIMBING: SUSI MARYANTI. S. Pd


Di susun oleh:
Nama
ERNA SARI
KHAIRUNA FITRI
MAYA ZULIARA
TIARA DHARMA

STIKES PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kehendaknya,
tim penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang berjudul
"CURRENT ISUE DALAM BIDANG GIZI DAN MAKANAN."
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal
referensi yang berkaitan dengan sistem periodik kimia. Apabila dalam isi makalah ditemukan
kekeliruan atau informasi yang kurang valid, tim penyusun sangat terbuka dengan kritik dan
saran yang membangun untuk diperbaiki selanjutnya.
Akhir kata, tim penyusun makalah mengucapkan terima kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perekonomian memainkan peran penting dalam bidang pangan dan gizi. Keduanya terhubung
satu sama lain. Ekonomi dikaitkan dengan perilaku masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi pilihannya dengan sumber daya yang terbatas untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Perekonomian juga merupakan dampak penting dalam bidang pangan dan gizi,
mengingat perekonomian merupakan tolak ukur dalam menentukan ketahanan pangan dan gizi yang
mencakup daya dukung kehidupan negara dan individu. Pembangunan finansial yang tinggi akan sangat
mempengaruhi aksesibilitas pangan yang dibutuhkan oleh daerah setempat. Dengan demikian,
aksesibilitas pangan merupakan sesuatu yang kritis yang harus dipenuhi baik oleh negara maupun
daerah. Apabila aksesibilitas pangan lebih rendah dari kebutuhan maka dapat menimbulkan kerawanan
finansial yang selanjutnya akan dikaitkan dengan berbagai macam masalah gizi.

Saat ini di Indonesia masalah perekonomian dalam pangan dan gizi menjadi sorotan utama karena
terjadi peningkatan. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi seperti sekarang, banyak masyarakat yang
mengalami kemiskinan akibat dampak pandemi Covid-19. Dalam kondisi yang sedang berlangsung,
harga pangan akan cukup sering meningkat, sehingga semakin sulit bagi individu untuk mendapatkan
aksesibilitas pangan dalam jumlah yang memadai bagi keluarganya, terutama bagi keluarga dengan gaji
tetap dan keluarga tidak mampu. Menurut Undang-Undang NO 18 Tahun 2012 kelangkaan pangan atau
krisis pangan mempunyai arti dimana situasi krisis pangan ini dialami oleh sebagian besar masyarakat
yang berada di suatu wilayah yang disebabkan oleh kesulitan untuk distribusi pangan maupun kesulitan
dalam finansial.

FAO mengatakan bahwa krisis pangan disebabkan oleh jumlah pekerja yang berada pada sector
pertanian terbatas. Krisis pangan ini sudah menjadi isu global yang membutuhkan penanganan yang
serius. Beberapa permasalahan pangan yang dihadapi beberapa Negara di dunia antara lain:

• Harga minyak bumi yang sangat naik fluktuatif dan berpengaruh pada perminataan komoditas
pangan

• Pengaruh perubahan iklim global yang semakin jelas dan nyata akan mempengaruhi produksi
dan stok pangan global
• Meningkatnya permintaan pangan global dikarenakan jumlah penduduknya yang terus
meningkat

Selain terdapat permasalahan pangan juga terdapat faktor-faktor yang menyebabkan krisis pangan
diantaranya yaitu:

• Sangat minim atau terbatasnya sumber daya alam atau lingkungan


• Letak geografis yang mengalami perbedaan

• Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang

• Bencana alam

• Kemampuan untuk produksi produk rendah

• Kebutuhan manusia bertambah

• Ketersediaan sumber daya yang terbatas

Abdulsyani (dalam Ramadhanti et al., 2016) menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang sering
digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
tingkat pekerjaan. Supraisa (dalam Sari, 2018) menyatakan bahwa status sosial ekonomi keluarga dapat
diklasifikasikan dengan melihat beberapa faktor yang meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga,
kekayaan, pengeluaran atau anggaran serta harga makanan. Pekerjaan dapat digolongkan menjadi
pekerjaan utama misalnya pekerjaan berupa pertanian dan pekerjaan tambahan contohnya pekerjaan
musiman. Gaji, utang, non pangan, pertanian pangan maupun industri rumah tangga merupakan tolak
ukur pendapatan keluarga. Kekayaan berupa rumah, kendaraan, tanah, atau yang terlihat. Anggaran
atau pengeluaran dapat diukur dari jumlah makanan atau konsumsi, pakaian, penggunaan listrik,
minyak, transportasi, pendidikan, rekreasi.

Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan status gizi
individu/keluarga?

2) Apa saja efek yang menyebabkan kelangkaan pangan terhadap status gizi?
3) Bagaimana cara mengatasi permintaan dan penawaran terhadap pangan pada masyarakat kota?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permintaan dan Penawaran Terhadap Pangan


2.1 Definisi Permintaan dan Penawaran Terhadap Pangan

Menurut Ahman “permintaan diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta
(mampu dibeli) seseorang atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga”.
Dapat disimpulkan bahwa permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu
dibeli seseorang atau individu pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu.
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan adalah suatu fungsi
yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan banyaknya barang yang diminta
(febianti, 2014).

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat
memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Sedangkan
menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial (priangani, 2013).

2.2 Jenis Permintaan Terhadap Pangan

Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut


(febianti, 2014):

a. Permintaan menurut daya beli

Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu permintaan efektif,
permintaan potensial, dan permintaan absolut.
• Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa
yang disertai dengan daya beli atau kemampuan membayar.
• Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan
jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi belum
melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut.
• Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa
yang tidak disertai dengan daya beli, dalam permintaan absolut ini konsumen tidak
mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli barang yang diinginkan.

b. Permintaan menurut jumlah subjek pendukungnya

• Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya.

• Permintaan kolektif atau permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaan


permintaan perorangan/individ atau permintaan secara keseluruhan para konsumen
di pasar.

2. 3 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu, sebagai berikut (febianti,
2014):
1) Harga barang itu sendiri

2) Harga barang lain yang berkaitan dengan produk tersebut (harga barang substitusi
dan barang komplementer)

3) Pendapatan konsumen

4) Intensitas kebutuhan

5) Selera konsumen 6) Jumlah penduduk

7) Distribusi pendapatan

8) Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan (periklanan) 9)


Ekspektasi konsumen tentang harga.

2. 4 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran yaitu, sebagai berikut (priangani, 2013):
1) Kebutuhan, keinginan

2) Permintaan

3) Produksi, utilitas

4) Nilai dan kepuasan

5) Pertukaran, transaksi dan hubungan pasar

6) Pemasaran dan pasar

B. Hubungan Antara Status Ekonomi Dengan Status Gizi Masyarakat, Individu atau
Keluarga

Masyarakat perkotaan secara harfiah dipahami sebagai masyarakat yang berdomisili di


wilayah kota. Perkembangan yang sangat pesat menuju perubahan sosial merupakan ciri yang
melekat pada sebuah kota. Cepatnya perkembangan informasi menjadikan masyarakat kota
terpola dengan budaya informasi yang berkembang. Suka atau tidak, sengaja atau tidak
informasi tetap bergulir dan menerpa individu maupun kelompok yang pada akhirnya
membangun perilaku dan budaya. Keberagaman konsumsi pangan masyarakat kota sangat
dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Masyarakat perkotaan cenderung lebih banyak
mengeluarkan pendapatannya untuk konsumsi sektor non makanan. Biasanya masyarakat kota
dalam hal konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan kesadaran
masyarakat terhadap pangan dan gizi. Dalam masyarakat kota prinsip konsumsi pangan adalah
memberikan pilihan dalam kegiatan konsumsi di sektor pangan yang sesuai dengan citarasa dan
selera konsumen, serta untuk menghindari kebosanan terhadap menu makanan yang sama
setiap harinya dalam rangka mendapatkan pangan dan gizi yang cukup dan baik untuk hidup
sehat dan aktif.
peningkatan konsumsi makanan dan minuman sejalan dengan salah satu fenomena
gaya hidup masyarakat perkotaan yaitu makan di luar rumah (eating out) yang mengakibatkan
menjamurnya restoran, cafe, foodcourt, warung makan yang terdapat di pusat perbelanjaan, di
sekitar perkantoran, sekolah, kampus, dan permukiman. Potensi berkembangnya budaya
makan makanan dan minuman siap saji di luar rumah ini disebabkan antara lain oleh
keterbatasan waktu yang dimiliki untuk menyiapkan makanan dan minuman dari rumah,
peningkatan persentase ibu bekerja di rumah dan di luar rumah, jarak rumah dan lokasi
bekerja/sekolah yang semakin jauh, serta kepadatan lalu lintas sehingga meningkatkan waktu
tempuh perjalanan dari rumah ke sekolah/kantor. Berbagai penyebab/keterbatasan tersebut
diikuti dengan peningkatan pendapatan keluarga, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk
membeli dan menyantap makanan dan minuman siap saji. (Hartari, 2016)
Dapat dikaitkan dalam analisis permintaan dan penawaran terhadap pangan pada masyarakat
kota, bahwa bisnis kuliner yang menawarkan beragam makanan baik makanan tradisional
maupun internasional sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari masyarkat kota, dan juga
dalam masyarakat kota makanan siap saji memperoleh kedudukan atau tempat pada
segmentasi tertentu pada masyarakat kota tingkat menengah, jadi permintaan dan penawaran
terhadap masyarakt kota sangat dibutuhkan dalam lingkungan kota.
Karena kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota keluarganya sehingga tidak
sempat memasak dan hampir tidak memiliki waktu untuk makan bersama. Kebiasaan makan
bersama itu hilang dan tergantikan dengan berkumpul di suatu tempat makan tertentu hanya
untuk sekedar makan bersama. Makan di suatu tempat juga menjadi sarana berkumpul dan
bersosialisasi. Bahkan saat ini acara-acara seperti rapat, arisan, pernikahan, ulang tahun dan
hanya sekedar untuk berkumpul dengan kerabat atau teman pun sering juga diadakan di
restauran, pusat jajanan/kuliner dengan harapan akan tercipta suasana yang santai dan
menghindari adanya kesan formal. Makna makanan bagi masyarakat perkotan mulai berubah,
tidak hanya sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan hidup agar mampu bertahan
hidup, namun lebih untuk mempertimbangkan kepuasan atau kesenangan demi menjaga
gengsi dan juga gaya hidup.

C. Hubungan Status Ekonomi Dengan Status Gizi Individu/Keluarga

Malnutrisi telah lama dikaitkan dengan kemiskinan karena tingkat malnutrisi yang
lebih tinggi ditemukan di daerah dengan kemiskinan kronis. Dampak kemiskinan pada individu
dapat dilihat melalui berbagai manifestasi dan mencakup status gizi buruk, kerawanan pangan,
kerentanan terhadap penyakit, penurunan tingkat produktivitas, dan perkembangan fisik dan
intelektual yang terganggu. Selain itu, orang yang hidup dalam kemiskinan tidak dapat
mengakses kebutuhan termasuk makanan bergizi, lingkungan yang higienis, tempat tinggal
yang layak, dan perawatan kesehatan yang memadai (Siddiqui et al., 2020).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dari keluarga berpenghasilan
rendah cenderung mengkonsumsi lebih sedikit buah dan sayuran dan lebih banyak gula, lemak,
daging olahan, minuman ringan, makanan ringan asin dibandingkan dengan mereka yang
berasal dari rumah tangga kelas sosial yang lebih tinggi. Menurut peneliti, mekanisme
penyebabnya mungkin karena makanan sehat seringkali lebih mahal, pilihan hidup keluarga
dalam kemiskinan atau keluarga berpenghasilan rendah berbeda dalam hal pendidikan dan
budaya makanan mereka, membuat mereka membuat pilihan makanan yang kurang sehat di
daerah dengan ketersediaan makanan yang lebih rendah. makanan sehat (Petrauskienė et al.,
2015).
Status gizi ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri.
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah.
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk menentukan keadaan gizi
seseorangng. Pengukuran antropometri untuk usia dewasa sekarang ini menggunakan
perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu perbandingan (rasio) berat badan / tinggi badan
yang sering digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa. Penggunaan IMT hanya berlaku
untuk orang dewasa yang berumur 18 tahun ke atas, dan IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil (Dewandaru, 2018).
D. Perilaku Konsumen Dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan dan Gizi

Perilaku konsumen dapat digolongkan menjadi 2 yaitu perilaku yang tampak dan perilaku
yang tidak tampak. Perilaku yang tampak terdiri dari jumah pembelian,karena siapa,dengan
siapa,waktu dan bagaimana konsumen dalam melakukan pembelian. Sedangkan perilaku yang
tidak tampak terdiri dari ingatan terhadap informasi yang disampaikan,persepsi serta perasaan
kepemilikan oleh konsumen. Konsumen merupakan penerima suatu produk berupa barang.
Konsumen mempunyai peranan sebagai bentuk tuntutan mutu atau kualitas produk barang
yang dapat dilihat dari beberapa segi yaitu kegunaanya bagi konsumen,kemampuan konsumen
dalam membeli produk pangan yang ditawarkan,pendidikan,kebudayaan serta estetika.
Konsumen nantinya cenderung lebih memprioritaskan mutu serta kualitas pangan untuk
mengindari kepalsuan produk pangan yang diperjual belikan.
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan individu dalam membuat keputusan
serta kesepakatan dalam melakukan jual beli untuk mendapatkan barang serta jasa yang akan
digunakan sesuai dengan keinginan. Barang barang yang diperdagangkan di pasar merupakan
barang kebutuhan yang biasanya digunakan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang
diperhatikan,harga yang diperjual belikan juga relatif murah dengan cara melakukan tawar
menawar barang yang akan dibeli (Rumbayan, S. A., Laoh, E. O., Loho, A. E., & Ngangi, C. R.
(2016, June).
Perilaku konsumen merupakan proses seseorang dalam membeli, menggunakan,
mengavaluasi serta bertindak untuk mempertahankan harga jual barang maupun jasa sesuai
yang diharapkan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Biasanya jenis perilaku
konsumen dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sifat rasional dan sifat irasional. Pada sifat rasional
biasanya konsumen lebih mengutamakan pemikiran serta logika yang dimiliki oleh konsumen
sedangkan pada sifat irasional biasanya terdapat adanya dorongan semata misalnya melihat
barang yang sedang diskon kemudian mereka segera membelinya tanpa memikirkan untuk
kedepannya (Rohmah, A. (2020).
Perilaku konsumen merupakan karakter pembeli dalam melakukan proses jual beli pangan
dengan cara pencarian,pemilihan serta pembelian dengan cara menggunakan produk pangan
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Kriteria perilaku konsumen juga dapat
mencerminkan pada hal yang mendasar konsumen untuk membuat sebuah kesepakatan dalam
membeli produk pangan. Pada produk pangan dengan harga rendah proses kesepakatan dalam
pembelian dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan pada produk pangan dengan harga jual
tinggi maka pengambilan kesepakatan dilakukan dengan pertimbangan terlebih dahulu agar
nantinya antara produsen dan konsumen dapat menerima serta sepakat dengan harga yang
telah dipertimbangkan. Perilaku konsumen merupakan suatu proses dimana individu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk mengambil sebuah keputusan tentang harga
barang dan jasa yang berada di pasar.
Proses jual beli dimulai pada tahap pertama yaitu ketika pembeli mengetahui masalah yang
dihadapi serta kebutuhan yang terpenuhi. Pada tahap kedua yaitu dimulai dengan mencari
informasi, dimana dengan mencari serta mengumpulkan informasi nantinya pembeli dapat
mengenali merk merk yang bersaing pada perdagangan yang mereka jual belikan. Pada tahap
ketiga yaitu konsumen nantinya akan menentukan produk pangan yang mereka pilih untuk
memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pangan yang sangat penting di indonesia adalah beras. Hampir seluruh
masyarakat indonesia mengonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Oleh karena itu
Indonesia merupakan konsumen pangan dengan bahan pangan terbesar salah satunya yaitu
bahan pokok berupa beras. Bukan hanya itu saja beras juga sangat berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai petani
penghasil bahan makanan pokok berupa beras. Oleh karena itu, beras tidak hanya dibutuhkan
dalam memenuhi kebutuhan pokok saja akan tetapi juga merupakan sumber pendapatan serta
penyerapan tenaga kerja bagi penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani. Dengan
demikian, pemasaran yang luas terkait konsumen beras yang ada di Indonesia masih sangat
terbatas dibandingkan dengan negara lain, dimana produsen dalam pengolah beras
memperoleh keuntungan dari survei yang mereka lakukan pada kegiatan perdagangan. Di
Indonesia kepercayaan biasanya dilimpahkan pada pengamatan individu yang berada di pasar
serta pengalaman pedangang besar yang berada di pasar.
Beras sebagai bahan pangan utama bagi sebagian penduduk Indonesia memiliki peluang
besar untuk mengembangkannya khususnya pada bidang pengembangan pasar atau
perdangangan. Salah satu peluang perdagangan yaitu dapat membuat produk pangan berupa
beras yang mempunyai nilai tambah serta lebih baik dibandingkan dengan produk beras yang
telah tersedia di pasar baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas serta mutu bahan pangan diawali dengan
pemilihan produk pangan dengan kualitas terbaik hingga proses akhir yaitu dengan melakukan
pemberian kemasan bermerk yang bertujuan untuk meningkatkan mutu serta kualitas produk
pangan serta menarik perhatian konsumen (Aji, J. M. M., & Widodo, A. (2010).
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu barang
salah satunya adalah mutu produk yang diperdagangkan serta pelayanan dalam melakukan
proses jual beli barang. Penjual juga harus mempertimbangkan harga selai dilihat dari nilai
ekonomisnya. Hampir setiap konsumen menggunakan harga sebagai patokan mutu atau
kualitas pada barang pangan yang di dagangkan. Pada produk pangan yang mempunyai harga
mahal dianggap mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga aslinya.
Banyaknya pengaruh dari berbagai sumber yang berbeda beda yang meliputi klasifikasi produk
pangan dan karakteristik pembeli. Informasi yang penting untuk disampaikan kepada konsumen
yaitu mengenai pemakaian masa simpan produk pada bahan pangan. Oleh karena itu pada
produk yang sudah dikemas sebaiknya mencantumkan merk serta label yang berkaitan dengan
produk pangan yang akan digunakan,tujuannya adalah memberikan informasi kepada
konsumen.

E. Tren Perubahan Permintaan Pangan Masyarakat

Permintaan pangan ini skalanya hanya untuk rumah tangga biasa tidak untuk kalangan
industry,hotel,restaurant ,dll. Di tahun 2020 pada kelompok menengah permintaan pangan
cukup tinggi. Permintaan pangan yang biasanya diminta atau diajukan yaitu seperti
gula,terigu,kedelai,beras,minyak goreng,dll.
Dalam usaha diversifikasi pangan pokok sumber daya local,pemerintah harus dapat
mewujudkannya secara signifikan contohnya seperti pemerintah mengalihkan pola makan
masyarakat yang berawal beras dan terigu beralih ke makanan local seperti
umbiumbian,jagung, dan sagu. Selain itu masyarakat juga sudah berubah ke pola konsumsi
yang baik dapat dilihat dari segi kebutuhan protein,energy,dll. Tetapi diversifikasi konsumsi
pangannya masih perlu ditingkatkan. Ada beberapa karakteristik yang dapat merubah
permintaan pangan masyarakat diantaranya yaitu:
• Karakteristik individu : Maksud dari karakteristik ini dilihat dari segi umur, jenis kelamin,
pendapatan, pendidikan, pengetahuan gizinya,kesehatanya dll.
• Karakteristik pangan : Maksud dari karakteristik ini yaitu dilihat dari segi tekstur,
rasanya, rupa, harga, bentuk makanan dll.

• Karakteristik lingkungan : Yang mempengaruhi karakteristik ini yaitu pekerjaan, musim,


perpindahan penduduk, tingkat social masyarakat,dll.

• Selain karakteristik juga terdapat beberapa faktor ,yaitu :

• Tingkat pendapatan pada masyarakat

• Selera pada konsumen

• Harga pada barang

• Tingkat kesehatan / pendidikan masyarakat dll.


F. Ketahanan Pangan Terhadap Status Gizi

Ketahanan pangan adalah status aksesibilitas pangan yang memadai untuk semua
orang kapan saja dan masing-masing orang yang mendekati mendapatkannya, baik benar-
benar dan ekonomi. Titik fokus ketahanan pangan tidak seperti semula pada pasokan
makanan di tingkat provinsi namun serta tingkat aksesibilitas dan pemanfaatan pangan
distrik dan keluarga, dan

dalam hal apa pun, untuk manusia untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Dengan
asumsi ketahanan pangan kurang, maka status kesehatan akan menjadi kurang dan
menyebabkan penurunan status kesejahteraan. Status sehat terkait erat dengan ketahanan
pangan.
Pentingnya ketahanan pangan dikarenakan ketahanan pangan mempengaruhi status gizi
masyarakat/ individu itu sendiri. Jika ketahanan pangan kurang, status gizi secara alami
ternyata kurang dan menyebabkan penurunan derajat kesehatan. Oleh karena itu, ketahanan
pangan erat kaitannya dengan status gizi dan kesehatan. Kapanpun ketahanan pangan apabila
secara terus menerus tidak cukup memadai dalam jangka panjang waktu tertentu dapat
mengakibatkan kurang gizi walaupun tidak menderita penyakit ataupun infeksi (Arlius et al.,
2017).
Pada saat terjadi kelangkaan pangan atau biasa disebut krisis pangan, pangan akan
menjadi sedikit, kelangkaan ini membuat harga bahan pangan terus meningkat. Harga ini akan
memicu pertikaian yang akan mempengaruhi roda persoalan pemerintahan yaitu stabilitas
negara akan terganggu. Dampak kekurangan pangan akibak kelangkaan dapat dirasakan secara
langsung karena dapat memicu kelaparan, kemiskinan, dan kurangnya gizi pada generasi muda.
Usia yang semakin muda menjadi kurang gizi sehingga tidak dapat berkembang secara idea

BAB III
Kesimpulan
karena dapat mempengaruhi kebutuhan pangan dan gizi. Saat seseorang memiliki
perekonomian yang rendah, maka akan berdampak pada variasi makanan yang ia konsumsi dan
dapat menimbulkan permasalahan gizi. Ekonomi pangan dan gizi sangat erat kaitannya. Begitu
banyak yang belum menyadari bahwa terlepas dari kenyataan mereka mungkin kehilangan
sasaran pada suplemen.
Perekonomian Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi mempunyai
peranan yang sangat penting juga merupakan dampak penting dalam bidang pangan dan gizi,
mengingat perekonomian merupakan tolak ukur dalam menentukan ketahanan pangan dan gizi
yang mencakup daya dukung kehidupan negara dan individu. Ketahanan pangan dapat
mempengaruhi status gizi masyarakat/ individu itu sendiri. Jika ketahanan pangan kurang,
status gizi secara alami ternyata kurang dan menyebabkan penurunan derajat kesehatan. Oleh
karena itu, ketahanan pangan erat kaitannya dengan status gizi dan kesehatan.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh
dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Arlius, A., Sudargo, T., & Subejo. (2017). Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status
Gizi Balita (Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten
Tangerang). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(3), 359–375.
https://doi.org/10.22146/jkn.25500

Febianti, N. Y. (2014). PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Edunomic Jurnal,


2(1).

Hartari, A. (2016). Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan.
29–53.

Priangani, A. (2013). Memperkuat Manajemen Pemasaran Dalam Konteks PERSAINGAN


GLOBAL. Jurnal Kebangsaan, 2(4), 1–9.

You might also like