Pada tahun 2014 Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
telah menyetujui dan menerima Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H sebagai tenaga pengajar di Universitas tersebut berdasarkan surat Rektor Nomor: B/560/XI/2014 tanggal 18 November 2014, lalu Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H mengajukan permohonan kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui surat bertanggal 21 Januari 2015 untuk perihal penempatan dan penarikan tenaga pengajar yang pada pokoknya mohon agar Menteri berkenan menempatkan ia sebagai tenaga pengajar di UPN veteran Jakarta dan menarik ia sebagai tenaga pengajar di Universitas Bengkulu. Karena pada saat itu Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H sebagai pejabat negara (Anggota Komisi Yudisial Periode 2010-2015) sehingga ia masih non-aktif fungsional karena dibebaskan sementara dari tugas- tugas jabatan akademik/fungsional melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2812/A4.2/KP.2011 tanggal 14 Maret 2014, maka permohonan lolos butuh saat itu tidak dapat diproses oleh Universitas Bengkulu, sebagaimana disampaikan melalui Surat Nomor: 10679/UN30/KP/2014 tanggal 29 Desember 2014 yang ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya. Setelah masa jabatannya sebagai Anggota Komisi Yudisial periode 2010-2015 berakhir, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi menerbitkan keputusan yang pada pokoknya memutuskan bahwa DR. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H diaktifkan kembali kedalam jabatan akademik/fungsional dosen untuk melaksanakan tugas-tugas jabatan sebagai lektor Kepala Unit Kerja Fakultas Hukum Universitas Bengkulu. Pada tanggal 27 Februari 2017 Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Kemenristekdikti mengirim nota dinas kepada Rektor Universitas Bengkulu yang berisi agar Rektor memproses lolos butuh atas nama DR. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. selanjutnya bagian HTN/HAN Fakultas Hukum Universitas Bengkulu telah menanggapi Nota Dinas Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Kemenristekdikti yang diketuai oleh Dr. Elektison, S.H., M.H terdiri dari atas dua kelompok dosen yakni kelompok HTN dan HAN yang terdiri dari 5 orang dosen telah melakukan pemungutan suara terkait permohonan lolos butuh dengan hasil komposisi suara 2 orang setuju 1 orang menolak dan 1 orang tidak berpendapat. Bahwa atas hasil rapat tersebut pada pokoknya memberikan jawaban bahwa pihak fakultas belum dapat memberikan izin penugasan kepada DR. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H, ia merasa mengalami ketidakpastian dan ketidakadilan karena tidak adanya kepastian perihal status permohonan lolos butuh yang diajukan oleh DR. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. Selain itu, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta saat ni membutuhkan sumber daya pengajar negeri. Karena mengalami ketidakpastian yang semakin berlarut-larut, kemudian pada tanggal 16 November 2017, Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H dosen Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, menyampaikan surat perihal permohonan lolos butuh pindah home base dari Universitas Bengkulu ke Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta kepada Rektor Universitas Bengkulu. Segala dokumen permohonan tersebut selanjutnya telah diterima secara lengkap oleh Rektor Universitas Bengkulu berdasarkan bukti tanda terima yang ditandatangani oleh Staf Sekretariat Kantor Rektor Universitas Bengkulu. Terhitung 10 hari kerja sejak permohonan diterima, Rektor Universitas Bengkulu harus melakukan penetapan atau melakukan keputusan terhadap permohonan tersebut. Dalam hal ini, Rektor Universitas Bengkulu tidak menanggapi sama sekali permohonan tersebut, maka lewat dari 10 hari kerja permohonan tersebut di anggap dikabulkan secara hukum. Menurut pasal 53 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan yaitu “(3). Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan, maka permohonan tersebut dinggap dikabulkan secara hukum”. Karena Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H merasa telah dirugikan kepentingannya akibat tidak ditetapkannya Keputusan atas Permohonan sampai batas waktu yang ditentukan berakhir, maka ia mengajukan permohonan terhadap keputusan yang dianggap dikabulkan tersebut ke PTUN sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (4) UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan yaitu “(4). Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk memperoleh putusan penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)”. Dan Pasal 1 ayat (6) Perma No.8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Beracara Untuk Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan dan/atau Tindakan Badan Atau Pejabat Pemerintahan “(6). Pengadilan Adalah Pengadilan Tata Usaha Negara”.