Professional Documents
Culture Documents
Hukum Lingkungan
Hukum Lingkungan
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1 . Lihat, Penjelasan Umum Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Konvensi Basel 1989 yang mencerminkan kesadaran pemerintah Indonesia tentang adanya
pencemaran lingkungan akibat masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia.
Dalam perkembangan setelah diundangkan Undang-Undang No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai uapaya untuk mewujudkan pengelolaan
limbah B3, pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Peraturan
Pemerintah Limbah B3), sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 85
Tahun 1999. Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 diharapkan
pengelolaan limbah B3 dapat lebih baik sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh limbah B3. Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya
Peraturan Pemerintah Limbah B3 para pelaku industry dan pelaku kegiataan lainnya
tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut.
Seperti dikutip dalam berita online Radio Republik Indonesia yang terbit pada
tanggal 22 April 2017 :
KBRN, Bengkulu : WALHI Bengkulu merilis keberadaan PT. Sinar Bengkulu
Selatan (SBS), diduga meresahkan Warga Kecamatan Pino Raya, lantaran aktivitasnya
diduga melakukan pencemaran lingkungan hidup sekitar.
Dari laporan masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli
Lingkungan-Pino Raya (FMPL-PR), adanya indikasi pelanggaran pencemaran lingkungan
hidup yang dilakukan oleh PT SBS, dengan membuang limbah ke Sungai Selali, tanpa
melalui mekanisme yang sudah di atur oleh perundang-undangan.
Hal itu dibuktikan, dari hasil uji sampel yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bengkulu Selatan dan DLHK Provinsi Bengkulu, yang
dilakukan di laboratorium Pemda Sumatera Selatan, disinyalir melampaui Ambang Batas
Baku Mutu Air pada limbah kolam 11 hingga pemeriksaan kedua kalinya.
Kemudian didukung rilis Maret 2017 dari DLHK Provinsi Bengkulu, dalam Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) yang dinilai langsung Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), PT SBS juga mendapat Rapor Merah.
“Laporan masyarakat Pino Raya lepada WALHI Bengkulu pada Kamis, 20 April
2017 lalu, telah terjadi pengerukan Muara Sungai selali yang diindikasikan ingin
menghilangkan dan mengalirkan aliran sungai yang telah tercemar oleh Limbah akibat
aktivitas PT. Sinar Bengkulu Selatan,” kata Manager Advokasi dan Kampanye Walhi
Bengkulu, Awang Konaevi didampingi Teo Reffelsen, Staff Walhi di Bengkulu.
Dikatakan, berpijak fakta-fakta lapangan diketahui aktifitas alat berat PT. SBS untuk
melawati jalan telah mendapat izin dari Kepolisian Sektor Pino Raya, Bengkulu Selatan.
Sedangkan aktivitas alat berat PT. SBS untuk menggeruk Muara Air Sungai Selali
diduga tidak mendapat izin dari pihak terkait, dan hanya secara lisan meminta izin kepada
Kepala Desa.
“WALHI Bengkulu dalam hal ini melihat adanya kejanggalan atas aktivitas illegal
tersebut, karena ada indikasi PT. SBS ingin menghilangkan jejak terkait pencemaran
limbah ke Air Selali yang menimbulkan bau tidak sedap, penurunan kualitas dan warna air
menjadi hitam pekat yang mengakibatkan rusaknya Ekosistem Sungai Air Selali, dan
disinyakir matinya Biota Sungai dengan cara melakukan pengerukan Muara Sungai Agar
Aliran Sungai Selali yang sudah tercemar mengalir kepantai. Kemudian atas kejadian itu,
Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan diduga juga telah kecolongan,” terangnya, Sabtu,
(22/4/2017).
Lebih jauh Awang menyatakan, aktivitas Alat Berat PT. SBS yang melakukan
pengerukan, diduga tanpa izin atau melanggar aturan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
“Akibatnya diduga berubahnya alur sungai, terjadinya pemindahan/pengalihan Alur
Sungai, sebagaimana ketentuan Pasal 5 Permen PU Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peralihan Sungai,” paparnya.
Selain itu ditambahkannya, aktivitas yang dilakukan PT. SBS bukan untuk
kepentingan umum, melainkan hanya kepentingan perusahan sendiri dengan, disinyalir
sengaja untuk mengelabuhi pemerintah dan masyarakat sekitar atau menghilangkan jejak
Pencemaran Limbah ke Sungai Selali.
“Atas dugaan pelanggaran tersebut untuk menghindari dampak yang lebih besar,
WALHI Bengkulu meminta aparat penegak hukum dalam hal ini Kepolisian, Kejaksaan
dan PPNS dapat melakukan penegakan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Terkait indikasi pencemaran lingkungan hidup,
merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan melakukan tindakan
tegas terhadap dugaan aktivitas sewenang-wenang dan tanpa izin yang dilakukan PT.
SBS,” jelasnya.
Sementara secara terpisah, sampai berita ini diturunkan belum diperoleh hak jawab,
terkait kebenaran atau tidaknya soal dugaan aktifitas dugaan pencemaran lingkungan yang
dilakukan pihak PT SBS. (red)
Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri dan
pelaku kegiatan lainnya dalam hal ini pencemaran yang dilakukan pabrik PT. Sinar
Bengkulu Selatan diduga dikarenakan oleh faktor penataan dan penegakan hukum
lingkungan khususnya yang terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Maka kami akan mengkaji lebih dalam
sejauh manakah efektifitas penataan dan penegakan hukum lingkungan pereturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan limbah B3 di dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 tenang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah pencemaran yang dilakukan pabrik PT. Sinar Bengkulu Selatan melanggar
ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
2. Bagaimanakah penerapan sanksi yang tepat terhadap PT. PT. Sinar Bengkulu Selatan
sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah pencemaran yang dilakukan pabrik PT. Sinar Bengkulu
Selatan melanggar ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan sanksi yang tepat terhadap PT. PT. Sinar
Bengkulu Selatan sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pencemaran Air
Pencemaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
proses, cara pembuatan mencemari atau mencemarkan, udara atau lingkungan.2
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan
timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi,
maupun biologis.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.3
Peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air
menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.
a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.4
Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source) atau
tak tentu/ tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya kenalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri.
Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan
dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air. Volume pencemar
3 . peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentangPengendalian Pencemaran Air.
5 . Hefni Effendi, Telaah Kualitas Air, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 195. 10
disk dapat juga dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan melihat kondisi
perairan dengan seksama.6
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang berdampak pada pembiasan cahaya ke
dalam air. Kekeruhan disebabkan karena adanya zat tertentu yang terurai seperti
jasad renik, lumpur tanah liat atau benda lain yang terapung. Kekeruhan ini akan
membatasi masuknya cahaya kedalam air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
untuk berfotosintesis.7
c. Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi dua yaitu, warna sesungguhnya (true
color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang
hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Sedangkan warna tampak
adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh
bahan tersuspensi. Warna air yang tidak normal biasanya merupakan indikasi
terjadinya pencemaran air.
d. Derajat Keasaman (pH)
pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. 13.Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai air dengan nilai pH 7-8,5.
Sebagian besar tumbuhan air mati pada pH air <4. Namun algae
Chlamydomonasacidophila mampu bertahan pada pH 1 dan algae Euglena pada pH
1,6.14
e. Jumlah padatan
Padatan di dalam air terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut,
mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang
lambat laun akan menimbulkan pendangkalan pada dasar wadah penerima. Pada
dasarnya air yang tercemar selalu mengandung padatan, yang dapat dibedakan
II. LIMBAH
1. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih
dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah
2. Pengolahan limbah
a.Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air
pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
b.Limbah padat
1. Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk berwarna hijau tua, pelapah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak hanya saja dengan
duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
2. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur ±12 tahun. Setelah umur ±12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa.
3. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
4. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
5. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan.
Faktor-faktor yang dipakai untuk penelitian prediksi harga kelapa sawit yaitu harga
kelapa sawit, harga minyak kelapa sawit, produksi kelapa sawit.
Produksi kelapa sawit adalah hasil yang dipanen dari usaha perkebunan tanpa
melalui proses pengolahan lebih lanjut. Pada tahun 1980 produksi kelapa sawit Indonesia
sebesar 721,17 ribu ton, tahun 2013 sebesar 27,74 juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar
11,95% per tahun. Peningkatan produksi kelapa sawit selama kurun waktu tersebut
terutama terjadi pada perkebunan rakyat sebesar 58,89% dan perkebunan besar swasta
sebesar 14,48%, sedangkan produksi dari perkebunan besar negeri relative lambat
sebesar 5,44% (Dinas Perkebunan Indonesia (2007: 4)).
Pada tahun 1980 hingga tahun 1993 produksi kelapa sawit lebih didominasi oleh
perkebunan besar negeri. Perluasan areal oleh perkebunan besar swasta sekitar tahun
1990 mulai menunjukkan hasilnya setelah tahun 1993 dimana peningkatan produksi
perkebunan besar swasta mampu melampaui produksi kelapa sawit yang berasal dari
perkebunan besar negeri. Sementara itu perkebunan rakyat mengikuti keberhasilan
perkebunan besar swasta setelah tahun 1998. Untuk periode tahun 1980-2013 produksi
dari perkebunan rakyat meningkat sebesar 58,89% per tahun, sedangkan perkebunan
besar swasta sebesar 14,48% per tahun. Pertumbuhan produksi perkebunan besar negeri
cenderung landai dengan pertumbuhan sebesar 5,44% per tahun (Dinas Perkebunan
Indonesia (2007)).
1. Pengertian
9 . Ibid
BAB III
PEMBAHASAN
10. Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 134-135.
Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka
penanganan sengketa lingkungan melalui penegakkan hukum lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan merupakan bagian dari siklus pengaturan
(regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy planning) tentang lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan di Indonesia mencakup penataan dan penindakan
(compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum administrasi negara, bidang
hukum perdata dan bidang hukum pidana.
Sebelum membahas lebih jauh tentang penegakan hukum lingkungan terlebih
dahulu harus diketahui mengenai definisi dari lingkungan hidup itu sendiri menurut
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.11
Selanjutnya definsi dari pencemaran. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.12
Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.
Namun dewasa ini masih saja terdapat beberapa pihak yang melakukan
pencemaran lingkungan hidup, salah satunya yang dilakukan oleh pabrik PT. Sinar
Bengkulu Selatan. Menurut kutipan berita online pada latar belakang tersebut, Pabrik PT
Sinar Bengkulu Selatan telah mencemari aliran sungai Hal itu dibuktikan, dari hasil uji
11. Lihat, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
12. Lihat, Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
sampel yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK)
Bengkulu Selatan dan DLHK Provinsi Bengkulu, yang dilakukan di laboratorium Pemda
Sumatera Selatan, disinyalir melampaui Ambang Batas Baku Mutu Air pada limbah
kolam 11 hingga pemeriksaan kedua kalinya. Selain itu diketahui pihak perusahaan
melakukan pengerukan pada muara Sungai Selali untuk menghilangkan bukti
pembuangan limbah yang mengendap pada aliran yang bermuara di sungai Selali.
Pencemaran tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) UU No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana
setiap orang dilarang untuk:13
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
13 Lihat, pasal 69 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
dari pabrik PT Sinar Bengkulu Selatan harus melakukan penanggulangan dan
pemulihan terhadap lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah pabrik tersebut.
Sebagaimana yang diatur dalam pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, setiap orang
yang melakukan pencemaran lingungan hidup wajib melakukan penanggulangan
lingkungan hidup yang dilakukan dengan:
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
15 .Lihat, Pasal 59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup.
b. Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.
c. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
d. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
e. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
f. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1. Kesimpulan
Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal
penegakannya masih belum efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah
industri yang dilakukan oleh PT Sinar Bengkulu Selatan yang mengakibatkan
tercemarnya air Sungai Selali yang berada di lingkungan sekitar pabrik yang
menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan manusia.
Selanjutnya ada banyak sekali langkah penegakan hukum yang dapat
dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan sanski
kepidanaan. Sebab dalam menerapkan saksi hukum sebaiknya dijatuhkan sanksi
yang tepat serta dapat mencakup komposisi dari fungsi hukum itu sendiri seperti
kepastian, kemafaatan, dan keadilan serta tidak menimbulkan kerasahan pada
masyarakat.
2. Saran
Penerapan sanksi yang tepat dalam kasus ini adalah sanksi keperdataan
berupa penggantian kerugian yang nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk
merehabititasi lingkungan agar dapat kembali seperti semula. Sebab yang
mengalami dampak terbesar dalam pencemaran tersebut adalah masyarakat di
sekitar pabrik tersebut. Sehingga jika tidak dilakukan pemulihan lingkungan
tersebut maka masyarakatlah yang akan menderita dan pengusaha atau pemilik
panrik tersebut tidak mengalami dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup, Cetakan ketiga, Bandung, PT. Refika Aditama,
2011
Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,
1988
Daftar Undang-Undang
Undang-Undang No. 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Keputusan Presiden No.61 Tahun 1993 tetang Ratifikasi Konvensi Basel 1989
Daftar Internet
www.detik.com (sungai dan sumur tercemar limbah, warga semarang geruduk
pabrik minuman), diakses tanggal 29 April 2014