You are on page 1of 5

LO NO 1 PEMERIKSAAN KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1). Sondenasi
Untuk melihat adanya karies : Sonde digoreskan pd permukaan gigi, bila sonde tersangkut,
berarti ada karies
2). Perkusi
Merupakan metode yg digunakan untuk menentukan adanya radang pd jar. Periodontal dgn
cara mengetuk gigi secara ringan menggunakan tangkai instrumen
3). Palpasi
Pengertian: Pemeriksaan dgn cara meraba
4). Tes mobilitas
Pemeriksaan dgn cara menggoyangkan gigi : Cara: Melakukan penekanan pd gigi yg akan
diperiksa dgn jari, pinset atau lidah pasien. Bila gigi tsb goyang, kita tentukan derajat
kegoyangannya.
5). Rontgen : panoramic dan periapikal

LO NO 2

Menurut Walton yang dikutip oleh Sibarani , ada beberapa klasifikasi dari penyakit pulpa
diantaranya adalah pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa

 Pulpitis reversibel
Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang ringan hingga sedang disebabkan oleh
rangsang noksius.[1] Namun apabila penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali
normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus
ringan contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan dalam prosedur operatif, kuretase
perodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.[11]
Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan (nyeri
tajam dan berlangsung sesaat), rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat
normal, dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika terdapat trauma pada bagian
oklusal.

 Pulpitis ireversibel
Pulpitis ireversibel adalah radang pada pulpa yang disebabkan oleh invasi bakteri yang
sudah menyebar sehingga sistem pertahanan jaringan pulpa tidak dapat memperbaiki dan
pulpa tidak dapat pulih kembali. [14] Pulpitis ireversibel ini merupakan kelanjutan dari
pulpitis reversibel yang tak kunjung dilakukan perawatan. [15] Gejala dari pulpitis ireversibel
diantaranya adalah nyeri spontan yang terus menerus meski tanpa adanya penyebab dari
luar, nyeri yang sangat mengganggu pekerjaan, nyeri tidak dapat terlokalisir, dan nyeri yang
berkepanjangan jika terdapat stimulus eksternal seperti rangsangan panas atau dingin.[11]

 Pulpitis hiperplastik
Pulpitis hiperplastik adalah bentuk dari pulpitis ireversibel dan sering dikenal dengan pulpa
polip. Hal ini terjadi karena hasil dari proliferasi jaringan pulpa muda yang telah
terinfalamasi akut.[13] Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastik adalah vaskularisasi yang
cukup pada pulpa yang masih muda, proliferasi jaringan, dan daerah yang cukup besar untuk
kepentingan drainase.[11

 Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah keadaan dimana pulpa sudah mati, aliran pembuluh darah sudah
tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi kembali. Pulpa yang sudah sepenuhnya
nekrosis, maka gigi tersebut asimtomatik hingga gejalagejala timbul sebagai hasil dari
perkembangan proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler. [15] Sebagian besar nekrosis
pulpa terjadi karena komplikasi dari pulpitis akut dan kronik yang tidak mendapat perawatan
yang baik

According to Grossman

 Pulpitis Reversibel
Ini adalah salah satu bentuk pulpitis paling awal dan sekaligus pertama kali yang disebut
sebagai "hiperemia pulpa". Gejala : Pulpa meradang biasanya pada rangsangan dingin -
menyebabkan respons yang cepat, tajam. Nyeri tidak spontan.

 Pulpitis Irreversibel
Merupakan kondisi inflamasi pulpa yang persisten, simtomatik atau asimtomatik. Nyeri
terjadi secara spontan dan menetap selama beberapa menit hingga berjam-jam dan
bertahan. Gejala awal Nyeri tajam, menusuk, dan mungkin intermiten atau kontinyu. Pada
tahap selanjutnya Nyeri sangat parah dan berdenyut. intensitas meningkat oleh rasangan
panas . Pasien sering terus terjaga di malam hari karena nyeri yang disebabkan.

 Pulpitis Hiperplastik Kronis (Polip Pulp)


Hiperplastik pulpitis kronis adalah suatu kondisi jaringan pulpa vital yang mengalami radang
kronis sebagai respon pertahanan jaringan pulpa terhadap infeksi bakteri. Respon
pertahanan jaringan pulpa membentuk jaringan granulasi. Kondisi yang memungkinkan
pembentukan jaringan granulasi hanya pada pulpa muda yang terinfeksi dengan kavitas yang
besar. Hiperplastik pulpitis kronis juga dikenal dengan polip pulpa.

 Resorpsi Internal
Ini adalah resorptif progresif lambat atau cepat idiopatik proses yang terjadi di dentin kamar
pulpa atau saluran akar gigi. Ini adalah kondisi tanpa rasa sakit yang dirangsang oleh trauma
yang menghasilkan kerusakan dentin. Gigi tidak menunjukkan gejala tetapi pada perforasi
akar nyeri terjadi.

 Degenerasi Pulp
Umumnya terdapat pada orang tua. Degenerasi ini menyebabkan iritasi ringan yang
persisten. Degenerasi ini disebabkan oleh gesekan, abrasi, erosi, bakteri dll. 1. Degenerasi
kalsifikasi 2. Degenerasi atrofi
 Nekrosis Pulpa
Nekrosis adalah kematian pulpa.
Jenis : Nekrosis Likuefaksi (Pencairan) dan Nekrosis Koagulasi (Pengentalan)

SUMBER : Journal of Current Medical Research and Opinion Disease of Pulp and Periradicular Tissue:
An Overview Geetanjali Singh tahun 2020

LO NO 3

LO NO 4

Etiologi Penyakit Pulpa

Penyakit pulpa disebabkan oleh bakteri, trauma, panas, dan kimia. Bakteri merupakan penyebab
paling umum dari penyakit pulpa. Bakteri dapat masuk dengan mudah melalui celah pada dentin,
yang dikarenakan karies, sekitar restorasi, terbukanya pulpa karena kecelakaan, dan dari perluasan
infeksi dari gusi atau melalui perdarahan.[9, 10] Faktor lain yang mempengaruhi penyakit pulpa
adalah trauma fisis baik secara mekanis ataupun termal. Injuri pulpa secara mekanis biasanya
disebabkan oleh trauma atau pemakaian protesa gigi. Injuri traumatik dapat disertai atau tidak
disertai dengan fraktur mahkota atau akar. Biasanya injuri ini disebabkan oleh karena adanya
pukulan keras pada gigi, baik ketika melakukan kegiatan olahraga, kecelakaan atau perkelahian.
Selain itu, injuri ini dapat disebabkan oleh prosedur kedokteran gigi. Misalnya, terbukanya pulpa
secara tidak sengaja ketika operator melakukan ekskavasi struktur gigi yang terkena karies.[11]
Adapun trauma termal adalah trauma yang jarang terjadi pada kasus injuri pulpa, trauma yang dapat
menyebabkan penyakit pulpa ini dihasilkan dari konduksi panas dari tumpatan/ filling berbahan
metalik, seperti amalgam, inlay dan onlay. Tumpatan metalik yang dekat dengan pulpa tanpa suatu
dasar semen perantara dapat menyalurkan perubahan panas ke pulpa secara cepat dan mungkin
dapat merusak pulpa tersebut. Penyabab lain dari trauma termal adalah panas yang dihasilkan
handpiece ketika melakukan preparasi kavitas; dan panas yang terjadi karena gesekan saat
pemolesan gigi/ finishing polishing. [12] Penyebab kimiawi juga jarang terjadi pasca kasus injuri
pulpa. Beberapa contoh penyebab kimia adalah penggunaan etsa asam, keberadaan arsenik dalam
bubuk semen silikat dan penggunaan pasta desensitasi yang mengandung paraformaldehyde.[9,11]
Bila etsa digunakan pada dentin terbuka sebelum aplikasi restorasi komposit, akan merangsang
pulpa sehingga menimbulkan nyeri yang bervariasi dari ringan sampai parah.[11, 12]

Etiologi Penyakit Pulpa dan Periapikal

Cedera atau iritasi jaringan pulpa atau periapikal dapat menyebabkan peradangan. Reaksi pulpa gigi
terhadap iritan sebagian besar ditentukan oleh jenis dan durasi stimulus. Iritasi ini dapat
diklasifikasikan secara luas sebagai tidak hidup (mekanik, termal, atau kimia) atau hidup (mikroba)

 Iritasi Mekanis
 Iritasi Kimia
 Iritasi Mikroba
Etiologi Menurut Garg dan Garg 4 , etiologi peradangan dan nekrosis pada pulpa pada dasarnya
diawali oleh urutan peristiwa yang logis yaitu dari mikroorganisme yang merupakan iritan yang
paling sering dijumpai. a. Bakteri Penyebab utama cedera pulpa adalah bakteri atau produk
buangannya yang dapat masuk ke dalam pulpa melalui dentin yang terbuka karena karies, trauma,
kebocoran pada restorasi, perluasan infeksi dari sulkus gingival, abses atau poket periodontal, serta
anakoresis (proses terbawanya mikroorganisme dari suatu tempat menuju jaringan yang meradang
oleh aliran darah). Bakteri yang sering dijumpai pada infeksi Tata Laksana Gigi dengan Abses Apikalis
Akut Akibat Nekrosis Pulpa Hervano Taufik Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Trisakti, 2016, 021-5672731 Ext. 1607 dari pulpa vital adalah Streptococcus, Staphylococcus,
Diphtheroid, dan sebagainya b. Traumatik Penyebab cedera pulpa karena trauma dapat dibedakan
menjadi trauma akut, seperti luksasi atau avulsi pada gigi dan trauma kronis, seperti kebiasaan
bruxism c. Iatrogenik (terjadi akibat kesalahan dokter gigi) Kesalahan iatrogenik yang dapat
menyebabkan cedera pada pulpa, antara lain perubahan thermal, seperti pada saat bleaching,
prosedur electrosurgical, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan pulpa
apabila tidak terkontrol, orthodontik, kuretase periodontal, kuretase d. Idiopatik (aging, resorpsi
internal dan eksternal)

nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan dari radang pulpa baik akut
maupun kronis. Pada umumnya nekrosis pulpa terjadi akibat bakteri dan toksinnya melalui proses
karies. Karies merupakan proses kerusakan jaringan keras gigi yang reversible (pada tahap awal) dan
progresif. Karies dipengaruhi oleh aktivitas bakteri dalam fermentasi karbohidrat pada lapisan plak di
permukaan gigi, yang menyebabkan demineralisasi dan kerusakan proteolitik pada material organik
gigi. Demineralisasi terjadi ketika asam yang terbentuk menyebabkan penurunan pH cairan rongga
mulut dan merusak struktur gigi, sehingga menyebabkan hilangnya mineral, terutama kalsium dan
fosfat. Disamping demineralisasi, tubuh juga bereaksi melalui peran buffer saliva yang menghasilkan
ion bikarbonat dan amonia sehingga pH cairan rongga mulut meningkat (remineralisasi). Apabila
demineralisasi lebih besar dari remineralisasi, maka proses karies akan berlanjut dan mengarah pada
nekrosis pulpa serta terbentuknya lesi periapikal.

LO MEKANISME RASA SAKIT ATAU NYERI

Patofisiologi nyeri gigi dimulai apabila terdapat stimulus (baik mekanis, panas, atau kimiawi) yang
mengenai gigi akan menstimulasi mekanoreseptor melalui aliran cairan di dalam tubulus dentin yang
mengalir dengan kecepatan 2–4 mm/detik. Stimulasi pada mekanoresptor selanjutnya akan
menginisiasi impuls neurologis pada pleksus subodontoblastik Raschkov dan pleksus
interodontoblastik Bradlow di dalam pulpa, yang akan dipersepsikan sebagai nyeri.1 Stimulus nyeri
selanjutnya akan dibawa dan dipersepsikan di otak melalui proses persepsi nyeri. Pada proses
persepsi nyeri, stimulus nyeri akan dibawa melalui percabangan nervus trigeminus, baik nervus
opthalmicus, nervus maksilaris, atau nervus mandibularis. Selanjunya, stimulus akan masuk ke dalam
ganglion trigeminus. Selanjutnya, stimulus noksius akan diteruskan ke kaudal subnukleus dan apabila
stimulus noksius tergolong ke dalam kategori panas atau cubitan maka stimulus noksius akan
diteruskan oleh diteruskan ke otak melalui syaraf Nociceptive Specifi c (NS), sedangkan apabila
stimulus tergolong ke dalam stimulus taktil maka stimulus akan diteruskan melalui syaraf Wide
Dynamic Range (WDR), yang keduanya sama-sama terdapat di dalam kaudal subnukleus. Baik NS
maupun WDR tergolong ke dalam second order neurons. Selanjutnya, stimulus akan memasuki
thalamus yang difasilitasi oleh third order neurons dan akan melalui serangkaian proses yang
melibatkan sistem limbik, hipotalamus, serta region kortikal otak.8 Pada tahap ini nyeri akan
dipersepsikan. Mekanisme persepsi nyeri di otak akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

SUMBER : text book nyeri odontogenik oleh Penulis: drg. Tantry Maulina, M.Kes, Ph.D Tahun 2017

You might also like