You are on page 1of 11

LAPORAN PEDODONSIA

TOPIKAL APLIKASI FLOUR

Oleh :
Sinta Ramadhani
04074821921014

Dokter Pembimbing :
Drg. Budi Asri Kawuryani, MM

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
I. IDENTITAS
Nama pasien : Davien Arkana Rasya
Umur : 4 Tahun 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Belum menikah
Alamat : Jalan prajurid abdul somad No.3435
Telepon : 08117113030
Pekerjaan : belum sekolah
Rujukan dari : -
Nama Orang Tua : Adesy Mayang Sari
Suku : Melayu
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat orang tua : Jalan prajurid abdul somad No.3435
II. STATUS UMUM PASIEN
Keadaan Umum : Compos Mentis
Berat Badan : 25 kg
Tinggi Badan : 105 cm
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Pupil Mata : Refleks normal
III. WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : Tgl. 29 Agustus 2019
Indikasi kasus : Tgl. 29 Agustus 2019
IV. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis )
a. Keluhan Utama :
Pasien anak laki-laki (4 tahun) datang ke poli gigi RSMH bersama ibunya. Ibu
pasien ingin gigi anaknya dilakukan perawatan agar tidak rentan terjadi lubang.
Pasien pernah dilakukan perawatan gigi untuk penambalan, tidak terdapat gigi
yang berlubang pada rahang atas dan bawahnya.

2
V. ODONTOGRAM
TOOTH ICDAS ANNOTATION ANNOTATION ICDAS TOOTH
11 (51) 21 (61)
12 (52) Tambalan GIC 22 (62)
13 (53) 23 (63)
14 (54) 24 (64)
15 (55) 25 (65)
16 26
17 27
18 28

TOOTH ICDAS ANNOTATION ANNOTATION ICDAS TOOTH


48 38
47 37
46 36
45 (85) 35 (75)
44 (84) Tambalan GIC 34 (74)
43 (83) 33 (73)
42 (82) 32 (72)
41 (81) 31 (71)

3
VI. ORAL FINDING DIAGNOSIS / TREATMENT PLAN
Oral finding Diagnosis Treatment Plan
Pada gigi rahang atas dan bawah Free karies Topikal aplikasi flour (TAF)
tidak terdapat karies

VII. TREATMENT
Date & Time Treatment
Indikasi Topikal Aplikasi Flour (TAF)
29 agustus 2019

Diskusi pada tanggal :


Nama Operator : Nim:
Nama Supervisor :
Tanda Tangan Supervisor :

4
Topikal Aplikasi Fluor

1. Definisi
Topikal aplikasi flour (TAF) merupakan perawatan gigi pada anak dengan pengulasan zat
yang mengandung flour pada seluruh permukaan enamel gigi. TAF merupakan tehnik yang
sederhana untuk aplikasi larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat
diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang
baru erupsi di dalam mulut sehingga memperkuat lapisan email gigi untuk mencegah
terjadinya lubang gigi. aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara
lain: pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (SnF2), larutan fluor (NaF) dan fluor dalam bentuk
gel (APF). Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan selama 4 menit dan selama 30 menit,
tidak boleh makan, minum ataupun berkumur, tujuan taf adalah untuk melindungi gigi dari
karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolism bakteri yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih
stabil dan lebih tahan terhadap kelarutan asam.1

2. Indikasi dan kontraindikasi pengguna fluor


Indikasi dan kontraindikasi pengguna fluor menurut Donley (2013) :2
a. Indikasi
 Pasien anak dibawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
 Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
 Gigi yang sensitif
 Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi,
contohnya down syndrome
 Pasien yang sedang dalam perawatan ortodontik

b. Kontraindikasi
 Pasien yang tinggal di kawasan air minum fluor
 Ada kavitas besar yang terbuka

3. Peranan fluor terhadap email

5
Fluor berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat
sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri di
dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam yang
berulang akan merusak gigi sehingga menyebabkan terjadinya karies. Disini fluor berperan
mengurangi permukaan bakteri untuk membentuk asam, fluor juga berfungsi merangsang
pembentukan mineral kembali yang akan menghentikan proses terjadinya karies.3

Gigi terdiri dari email dan dentin, dentin merupakan lapisan bawah email, sehingga
struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies, struktur email terdiri dari
susunan kimia, kompleks dengan gugus Kristal penting yaitu hidroksiapatit, dan rumus kimia
Ca10(PO4)6.(OH)2. Permukaan email ini mengandung mineral dan bahan bahan organik dengan
air yang relative lebih sedikit. Mineralisasi email tidak hanya melalui email dan pulpa dan
dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap melalui penyerapan mineral langsung di
permukaan gigi. Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh hidroksi apatit pada
email gigi adalah ion flour, dengan adanya penambahan flour, hidroksi apatit akan berubah
menjadi flouroapatit. Fluoroapatit lebih resisten terhadap asam (pH kritis <4,5) dibandingkan
hidroksiapatit (pH kritis <5,5). Flouroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga gigi akan
lebih tahan terhadap proses demineralisasi.3

Ca10(PO)4(OH)2 (Hydroxyl apatite) + 20 NaF2  –>   10CaF2 + 6Na3(PO)4 +2NaOH

Ca10 (PO4) 6(OH)2+CaF2  –>  Ca10(PO4)6 F2 (Flourapatite) + Ca (OH)2

Reaksi kimia tersebut menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga
dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang
perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela, 2005). Remineralisasi adalah proses perbaikan
kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang
telah kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal
hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan
fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang
menghasilkan asam.

4. Tujuan

6
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan
cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan
terhadap pelarutan asam.5
Efek aplikasi fluor secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu dapat memacu
proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang
merubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang
menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi.6
Penggunaan flour juga memiliki manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi.7
a. Praerupsi

 Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan sejumlah


matriks yang dibentuk.
 Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten terhadap
asam.
 Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang disebabkan
oleh asam.
b. Pascaerupsi
 Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.
 Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi.
 Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.
 Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang
perbaikan atau penghentian lesi karies awal.
 Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang terlibat
dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan glukosa dalam
streptococcus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan
asam dalam sintesa polisakarida.
 Mencegah demineralisasi. Gigi yang diberi fluoride memiliki penurunan daya larut
enamel dalam asam rongga mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel,
maka mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan
digantikan oleh ion-ion fluoride pada permukaan enamel.

7
 Memiliki sifat antibakteri. Pada keadaan pH rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam
Hydrofluoride Acid. Hal ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme
karbohidrat oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam.
 Mempercepat remineralisasi. Dengan cara mengubah lingkungan permukaan dari
enamel, sehingga transfer ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung efektif.
Keadaan ini mengakibatkan proses ionisasi pada permukaan yang terdemineralisasi
menjadi lebih cepat.

5. Cara pemberian
 Menggosok gigi dan flossing dari sisa-sisa makanan sebelum aplikasi fluor. Gigi
dibersihkan dengan pasta pumice dan rubber cup.
 Isolasi gigi geligi, bisa dengan menggunakan saliva ejektor atau gulungan kapas agar
saliva terserap oleh kapas sehingga nantinya fluor tidak larut dalam saliva.
 Gigi dikeringkan dengan semprotan udara.
 Oleskan 2% larutan sodium fluoride dengan menggunakan kapas ( cotton pellet ) atau
disemprotkan. Biarkan kering selama 4 menit.
 Kemudian setelah 4 menit, bersihkan larutan/gel dari permukaan gigi. Jumlah fluor yang
dioleskan dalam jumlah sedikit sehingga jangan sampai anak menelan fluor, boleh
meludah (untuk meludahkan sisa-sisa fluor) tapi jangan berkumur.
 Setelah perawatan dianjurkan kepada pasien agar tidak makan dan minum selama 30
menit.
 Aplikasi sodium fluoride diulangi setiap 1 minggu hingga 4 kali pemberian sebagai tahap
permulaan, karena kalau tidak maka gigi yang sudah dirawat tadi akan sia-sia saja
sesudah perawatan pertama. Setelah perawatan 4 kali maka efek pencegahan karies gigi
diharapkan
dapat bertahan
sampai 3
tahun.

8
Pengulangan aplikasi dengan interval ± 3 tahun untuk disesuaikan dengan pola erupsi
gigi anak-anak. Aplikasinya adalah sebagai berikut :
I. Dibuat pada umur 3 tahun untuk melindungi gigi susu.
II. Dibuat pada umur 7 tahun untuk melindungi gigi insisivus dan molar.
III. Dibuat pada umur 10 tahun untuk melindungi gigi kaninus dan premolar.
IV. Dibuat pada umur 13 tahun untuk melindungi molar kedua.

6. Bahan Fluor
Bahan fluor (aplikasi) yang biasa digunakan:
1. Sodium fluoride 2% (NaF 2%)    –>    4x / tahun
2. Stannous fluoride 8 % (SnF2 8%)    –>  1-2 x / tahun
3. Acidulated Phosphate Fluoride       –>  1-2 x / tahun

Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya
diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF digunakan pertama kali
sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat
disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi
serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi
2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002). NaF
2% memiliki pH 7 (netral), sehingga direkomendasikan untuk pasien dengan restorasi
porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus dengan erosi
enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel.

Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa
tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi karena
beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan
segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru. Konsentrasi
senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk

9
SnF 0,8 gram dengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. Bahan
ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di sekitar
band pada pasien ortodontik.

APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-
macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan
ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang
banyak di pasaran dan dijual bebas. APF gel memiliki pH yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5,
sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat dan orthofosfat mencegah
pemecahan enamel karena efek ion. APF dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasa
seperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis

NaF SnF APF

Sediaan Berbentuk bubuk Berbentuk bubuk Berbentuk Gel

pH 7 (Netral) 2,4-2,8 3,5

Waktu Dapat disimpan dalam selalu memakai sediaan Dapat disimpan dalam
Penyimpanan waktu yang lama yang masih baru waktu yang lama

Pewarnaan Gigi tidak menyebabkan mengubah warna gigi tidak menyebabkan


pewarnaan pada gigi pewarnaan pada gigi

Iritasi Gingiva tidak mengiritasi gingiva mengiritasi gingiva tidak mengiritasi gingiva

Rasa Rasa cukup baik rasanya seperti logam berbagai rasa seperti rasa
jeruk, anggur dan jeruk
nipis

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI,. 2000, Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.
2. Tarigan, R. 1990, Kesehatan Gigi dan Mulut, EGC, Jakarta.
3. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Pediatric Dentistry. 3rded. New York: Oxford
University Press Inc.; 2005. p.133-42.
4. Nio, B, K,. 1989, Preventive Dentistry.
5. Angela, A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi,
Majalah Kedokteran Gigi, (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
6. Lubis. S.L.A., 2001, Fluor Dalam Pencegahan Karies Gigi, USU eRepository.
7. Ami Angela. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.Ked.Gigi
(Dent J); 2005: 38(3): 130-34
8. Donley, Kevin J. 2003, Fluoride Varnishes, Journal of Californian Dental Association.
9. Soeprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta. STPI
Bina Insan Mulia. 2017; 34-35
Ami Angela. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.Ked.Gigi
(Dent J); 2005: 38(3): 130-34

11

You might also like