You are on page 1of 6

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 02 No 02, Januari 2021
www.jurnalmedikahutama.com

Open Acces
ANALISIS FAKTOR RISIKO SEPSIS NEONATORUM DI INDONESIA
Ferdian Syukri Arisqan 1
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Corresponding Author: Ferdian Syukri Arisqan, Program Studi


Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. E-
Mail: ferdiansyukria@gmail.com

Received September 22, 2020; Accepted Oktober 03, 2020; Online Published Januari 06, 2021

Abstrak

Sepsis merupakan permasalahan utama sampai saat ini dan temasuk dalam 10 besar penyebab kematian di negara
berkembang. sepsis neonatorum merupakan suatu sindroma klinis oleh bakteri, virus, dan jamur yang ditandai dengan
gejala dan tanda sistemik serta menunjukkan kultur darah positif yang terjadi pada bulan pertama kehidupan. Tujuan
literature review ini yaitu untuk menganalisis terkait faktor risiko sepsis neonatorum yang banyak dijumpai di
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Metode yang digunakan adalah metode studi literatur dari berbagai
jurnal nasional maupun internasional. Dari beberapa penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa faktor risiko
sepsis neonatorum tersering yang terdapat di Indonesia sebagai negara berkembang antara lain ketuban pecah dini >18
jam, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, bayi lahir dengan nilai apgar rendah, air ketuban keruh atau berbau,
dan proses persalinan dengan operasi sesar ataupun menggunakan alat seperti vakum.
Keywords: sepsis ; sepsis neonatorum ; faktor risiko ; Indonesia

PENDAHULUAN penderita dengan imunokompromais, yang keduanya


sangat rentan terhadap pemyakit infeksi dan pada
Sepsis masih menjadi permasalahan utama yang terjadi
akhirnya memberikan kontribusi terhadap peningkatan
sampai saat ini dan temasuk dalam 10 besar penyebab
angka kejadian sepsis. (3)
kematian. (1). Sepsis adalah keadaan dimana adanya
disfungsi organ yang mengancam jiwa dikarenakan Menurut Kosim MS et al. (2014) mengatakan bahwa
respon tubuh terhadap infeksi yang mengalami sepsis neonatorum merupakan suatu sindroma klinis
disregulasi, dan menurut penelitian Surviving Sepsis oleh bakteri, virus, dan jamur yang ditandai dengan
Campaign (2016) sepsis merupakan masalah kesehatan gejala dan tanda sistemik serta menunjukkan kultur
utama di dunia yang menyerang jutaan orang di dunia darah positif yang terjadi pada bulan pertama
setiap tahunnya serta menyebabkan kematian 1 dari 4 kehidupan. Nasution DA (2008) menyatakan angka
orang. (2) kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang
meningkat yakni 1,8-18 per 1000 kelahiran hidup, dan
Penelitian yang telah banyak dilakukan telah
di negara maju sebanyak 1-5 per 1000 kelahiran hidup.
memperlihatkan bahwa angka kejadian sepsis
Sedangkan Suarca IK et al (2005) menyatakan bahwa
meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh
kasus kematian sepsis neonatorum di Indonesia sebesar
meningkatnya usia harapan hidup geriatri dan
469
50-60%, dan di rumah sakit umum pusat Sanglah, relevan kemudian membandingkan hasil
dilaporkan dari Januari 2003 sampai dengan Desember tersebut dalam artikel.
2004 insiden sepsis neonatorum 5,3% dengan tingkat
kematian 56%. (4) HASIL PENELITIAN

Sepsis didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

biakan darah yang positif. Berdasarkan hal tersebut, Demsa Simbolon dengan mengatakan bahwa

sepsis dapat diklasifikasikan dalam sepsis neonatorum yang menjadi faktor sepsis tersebut terdiri dari

awitan dini (SNAD), dan sepsis neonatorum awitan faktor bayi dan faktor ibu. Faktor bayi yang

lambat (SNAL). Dikatakan sepsis neonatorum awitan menjadi faktor risiko sepsis neonatorum adalah

dini (SNAD) jika usia bayi < 72 jam, didapat saat jenis kelamin laki-laki, dimana bayi laki-laki

persalinan dan penularannya secara vertikal dari ibu ke berisiko mengalami sepsis neonatorum 2 kali

bayi. Sedangkan dikatakan sepsis neonatorum awitan dibandingkan bayi perempuan. Sedangkan dari

lambat (SNAL) jika usi bayi > 72 jam , didapat dari faktor ibu yang menjadi faktor risiko adalah

lingkungan, dan penularannya secara nasokomial atau berdasarkan riwayat persalinan dengan

dari rumah sakit. (5) tindakan dan ketuban pecah dini. Hasil
penelitiannya mengatakan bahwa bayi yang
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
lahir dengan tindakan berisiko 2 kali
sepsis neonatorum meliputi beberapa faktor yanitu
mengalami sepsis neonatorum dibandingkan
faktor ibu (maternal), faktor bayi, dan nasokomial (4).
bayi yang lahir secara normal. Sedangkan bayi
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti bermaksud
yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini
melakukan tinjauan literatur yang bertujuan untuk
bersiko mengalami sepsis neonatorum 7 kali
menganalisis terkait faktor risiko sepsis neonatorum
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai salah satu
yang tidak ketuban pecah dini. (6)
negara berkembang.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang
ISI dilakukan oleh Enderia Sari dan Mardelena
menegaskan dalam pernyataan bahwa ada
METODE PENELITIAN
hubungan yang bermakna antara ketuban
Penulisan ini menggunakan metode studi
pecah dini, status paritas, jenis kelamin,
literatur dari berbagai jurnal nasional maupun
tingkat maturitas dengan kejadian sepsis
internasional. Studi literatur ini dilakukan
neonatorum. Sedangkan tidak ada hubungan
dengan cara membaca, memahami, dan
yang berkmana ibu yang menderita penyakit
menganalisis literatur dari berbagai macam
tertentu dengan kejadian sepsis neonatorum di
sumber. Metode ini digunakan dengan tujuan
Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang.
menyajikan, menambah pengetahuan dan
(7).
pemahaman mengenai topik yang dibahas
dengan menganalisis materi yang telah Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang

diterbitkan serta memberikan informasi fakta dilakukan oleh Martono Tri Utomo

atau analisis baru dari tinjauan literatur yang mengatakan bahwa sebuah faktor risiko pada

470
sepsis neonatorum di Rumah Sakit dr. RSUP Fatmawati, membuktikan bahwa jumlah
Soetomo pada Januari – Februari 2010 yaitu bayi laki-laki yang mengalami sepsis lebih
berat lahir rendah, prematuritas, cairan ketuban banyak dibandingkan bayi perempuan, cara
keruh, dan bayi lahir dengan operasi sesar. (8). persalinan non spontan seperti vacum atau
Sejalan dengan berdasarkan penelitian menurut caesarean section, bayi yang dilahirkan
Roshiswatmo R etl.al., bahwa faktor risiko sebelum umur kelahiran yang seharusnya,
yang didapat dari ibu meliputi demam lebih akibat ketuban pecah dini, ibu preeklamsia
38ºC, ketuban pecah dini/lebih 18 jam, cairan berat, dan juga bayi yang lahir prematur adalah
ketuban berwarna hijau, keruh dan berbau, faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan
serta kehamilan multipel. Sedangkan faktor angka kejadian sepsis neonatorum. (12)
risiko pada bayi meliputi prematuritas, berat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
lahir rendah, gawat janin, asfiksia neonatorum,
Titut S Pusponegoro, mengatakan bahwa
serta faktor lain seperti kesalahan dari posedur
faktor risiko untuk terjadinya sepsis neonatal
cuci tangan yang benar. (9)
antara lain, berupa prematuritas dan berat lahir
Sejalan dengan penelitian yang berkaitan rendah yang disebabkan fungsi dan anatomi
dengan ada hubungan yang bermakna antara kulit yang masih imatur, dan lemahnya sistem
berat bayi lahir rendah dengan sepsis imun, ketuban pecah dini sekitar kurang dari
neonatorum. Penitian yang dilakukan oleh 18 jam, ibu demam pada masa peripartum atau
Kurniasih W et al dengan meneliti di RSUP ibu dengan infeksi, cairan ketuban hijau keruh
Sanglah Denpasar dengan hasil satu-satunya dan berbau, tindakan resusitasi pada bayi baru
faktor risiko yang dapat meningkatkan lahir, kehamilan kembar, prosedur invasif,
kejadian sepsis neonatorum di ruang tindakan pemasangan alat misalnya kateter,
perinatologi RSUP Sanlah Denpasar adalah infus, pipa endotrakeal, kemudian bayi dengan
bayi berat lahir rendah, sedangkan variabel galaktosemi, terapi zat besi, perawatan di
lainnya tidak dijumpai sebagai faktor risiko. NICU (neonatal intensive care unit) yang
(10) terlalu lama, pemberian nutrisi parenteral,
pemakaian antibiotik sebelumnya, dan
Berdasarkan penelitian oleh Maria Y. Lihawa,
biasanya bayi laki-laki terpapar 4x lebih sering
Max Mantik, dan Rocky Wilar bahwa dari
daripada bayi perempuan. (13)
penelitiannya tedapat hubungan bermakna
antara jenis persalinan dengan kejadian sepsis PEMBAHASAN
neonatorum dengan angka kejadian sepsis Di negara berkembang seperti Indonesia,
neonatoum sebanyak 4,6% pada periode sepsis neonatorum salah satu penyebab utama
Agustus 2012 – Agustus 2013, dimana bayi kematian dan kesakitan walaupun sudah
yang lahir dengan tindakan (ekstrasksi vakum) berkembangnya teknologi dan terapi. Beberapa
berisiko tinggi untuk terjadi sepsis faktor yang terlibat pada sepsis neonatum
neonatorum. (11) antara lain penurunan aktivitas fagosit leukosit,

Menurut sebuah penilitian mengenai distribusi penurunan produksi sitokin, lemahnya sistem

karaktersistik bayi di Ruang Perinatologi imun humoral, dan sistem imun bayi baru lahir
471
yang belum matang. Faktor maternal, fetal, dengan pelepasan mediator inflamasi sepsis.
dan lingkungan juga turut andil dalam (5)
terjadinya sepsis pada neonatus. Seperti faktor
Menurut sebuah penilitian terkait adanya
dari janin yaitu meliputi berat badan lahir, usia
kaitan antara prematuritas dengan sepsis
kehamilan dan Apgar Score. Faktor maternal
neonatorum, hal tersebut disebabkan karena
seperti ketuban pecah dini, demam pada ibu
adanya kekebalan sistem humoral dan selular
dalam 2 minggu sebelum melahirkan, ketuban
yang kurang dan pembentukan sistem imun
mekoneal dan berbau, serta saat persalinan
pada bayi prematur juga kurang sempurna dan
menggunakan alat (instrumental delivery). (14)
mengakibatkan bayi prematur akan lebih
Bersadarkan penelitian yang dilakukan di mudah mengalami sepsis. Hubungan
RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado bahwa keterkaitan ini juga menyinggung pada
untuk nilai Apgar bayi sepsis nonatorum antibodi ibu trans- plasenta yang awalnya
terbanyak adalah nilai Apgar rendah dengan menghasilkan kekebalan humoral
nilai Apgar menit pertama <7 diperlukan (immunoglobulin) yang cenderung diterima
prosedur intervensi yang lebih yang dapat oleh bayi premature, namun tidak sebanyak
meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi cukup bulan. Bayi prematur
nasokomial. Penelitian Wong et al memiliki immunoglobulin yang sangat rendah,
menyebutkan bahwa nilai Apgar yang rendah karena Ig secara pasif ditransfer melalui
saat menit pertama jika dilakukan intervensi plasenta selama trimester terakhir kehamilan,
lebih seperti meningkatkan kebutuhan maka dengan itu bayi prematur memerlukan
prosedur ventilasi mekanik dan pemasangan intervensi dan rawat inap yang lebih panjang.
kateter umbilikal maka dapat meningkatkan (4)
risiko terjadinya sepsis pada bayi baru
Bayi berat lahir rendah berisiko tinggi sepsis
lahir.(11)
neonatorum karena belum sempurnanya
Pada sebuah penelitian yang dilakukan di pematangan organ tubuhnya seperti hati, paru,
berbagai negara berkembang, bahwa berat pencernaan, otak, dan daya pertahanan tubuh,
lahir rendah, prematuritas, neutropenia, serta bayi berat lahir rendah sering mengalami
trombositopenia, biakan darah positif untuk kesulitan atau kurang mampu menghisap ASI
Klebsiella spp, capillary refill time yang yang berakibat terjadinya penurunan daya
memanjang, sklerema, dan tanda-tanda tahan tubuh dan memudahkan terjadinya
dehidrasi berkaitan dengan kematian pada infeksi. (10). Menurut Manuaba juga
neonatus dengan sepsis pada neonatus. mengatakan bahwa pada bayi berat lahir
Prematuritas dengan angka kematian sepsis rendah pusat pengaturan pernafasannya belum
neonatus sangat berkaitan karena pada sempurna, dan masih kurangnya surfaktan
prematuritas disebabkan oleh kekebalan paru-paru, sehinnga akan menimbulkan
humoral dan selular yang kurang, dilihat dari perkembangan yang tidak sempurna dan otot
mikro organisme penyebab sepsis nantinya pernafasan dan tulang iga juga masih lemah
akan memicu kaskade sepsis yang dimulai mengakibatkan oksigen yang masuk ke otak

472
juga berkurang. Jika oksigen berkurang maka Adanya air ketuban bercampur mekonium
berhubungan dengan kuman anaerob yang berhubungan dengan terjadinya infeksi nifas.
akan mudah berkembang sehingga (15). Kasus endometritis dapat meningkatkan
menyebabkan mudah terkena infeksi. (6) risiko terjadinya air ketuban keruh,tetapi tidak
dengan kasus korioamnionitis. (16). Semakin
Penelitian lain menyebutkan bawha bayi baru
keruh air ketuban risiko infeksi semakin
lahir yang berat badannya kurang dari 2750 kg
meningkat yang berpotensi menyebabkan
5 kali lebih sering terkena infeksi bakteri dan 2
infeksi dan meningkatkan morbiditas neonatal.
kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
(17)
Lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul
dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi Penelitian lain telah mengidentifikasi air
lebih sering muncul dalam waktu 72 jam ketuban bercampur mekonium juga salah satu
setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam faktor risiko untuk terjadinya infeksi
waktu 4 hari disebabkan oleh infeksi intraamnion dan endometritis post partum.
nasokomial (infeksi yang didapat di rumah Pada infeksi intraamnion, koloni kuman yang
sakit). Insidensi sepsis neonatorum ini ialah 1 ditemukan adalah bakteria anaerobik, group B
hingga 8 kasus setiap 1000 kelahiran. (7) Streptococcus (GBS), Eschericia coli dan
mikoplasma daerah genital. Air ketuban keruh
Ketuban pecah dini yang paling banyak
sering merupakan penyebab terjadinya
ditemukan adalah ketuban pecah dini >18 jam.
sindrom aspirasi mekonium yang selanjutnya
Bayi yang lahir dari ibu ketuban pecah dini
dapat berkembang menjadi asfiksia
berisiko mengalami sepsis neonatorum,
neonatorum dan merupakan salah satu faktor
disebakan karena setelah pecah ketuban
risiko terjadinya sepsis. (9)
dipengaruhi oleh kolonisasi kuman
streptococcus grup beta dan lama ketuban
pecah berhubungan dengan peningkatan koloni SIMPULAN
kuman, infeksi ascending dan jumlah Sepsis neonatorum merupakan suatu sindroma klinis

pemeriksaan vagina. (11) oleh bakteri, virus, dan jamur yang ditandai dengan
gejala dan tanda sistemik serta menunjukkan kultur
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa air
darah positif yang terjadi pada bulan pertama
ketuban keruh atau air ketuban bercampur
kehidupan. Angka kematian karena sepsis neonatus di
mekonium merupakan salah satu faktor risiko
negara berkembang sekitar 12 – 68%. Sepsis pada
ibu yang menyebabkan terjadinya sepsis bayi
neonatus diklasifikasin atas sepsis neonatorum awitan
baru lahir. Adair et al menyebutkan bahwa air
dini (SNAD), dan sepsis neonatorum awitan lama
ketuban keruh terjadi kurang lebih 10% 20%
(SNAL). Faktor risiko sepsis pada neonatus tersering
dari seluruh kelahiran. Air ketuban keruh yang
yang terdapat di Indonesia sebagai negara berkembang
menimbulkan komplikasi terjadi sekitar 9%-
antara lain ketuban pecah dini >18 jam, persalinan
20% dari kehamilan dan terjadi lebih dari
prematur, berat bayi lahir rendah, bayi lahir dengan
500.000 kasus per tahun di Amerika Serikat.
nilai apgar rendah, air ketuban keruh atau berbau, dan
(9)

473
proses persalinan dengan operasi sesar ataupun Widayati K, Kurniati DPPY, Windiani GAT.
menggunakan alat seperti vakum. Faktor Risiko Sepsis Neonatorum di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
DAFTAR PUSTAKA Denpasar. Public Heal Prev Med Arch.
2016;4:85–93.
1. Aristo I, Putra S, Septic E, Process S. Update
11. Lihawa MY. Hubungan Jenis Persalinan
Tatalaksana Sepsis. Cdk-280.
Dengan Kejadian Sepsis Neonatorum Di Rsup
2019;46(11):681–5.
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-CliniC.
2. Febyan F, Kristen U, Wacana K. Sepsis and
2014;2(1):5–9.
Treatment Based on the Newest Guideline.
12. Haryani S, Apriyanti F. Evaluasi terapi obat
2018;(August).
pada pasien sepsis neonatal di ruang
3. Suhendro. Definisi dan Kriteria Terbar
perinatologi RSUP Fatmawati Januari –
Diagnosis Sepsis: Sepsis-3. Jakarta
Februari Tahun 2016. J Fatmawati Hosp.
Antimicrobial Update 2017. 2017. p. 1–7.
2016;1:1–10.
4. Jaya IGA, Suryawan IWB, Rahayu PP.
13. Pusponegoro TS. Sepsis pada Neonatus (Sepsis
Hubungan prematuritas dengan kejadian sepsis
Neonatal). Sari Pediatr. 2016;2(2):96.
neonatorum yang dirawat di ruang perinatologi
14. Sulistijono E, Ida RVC B, Lintang K S,
dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Kristina K A. Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini
RSUD Wangaya kota Denpasar. Intisari Sains
pada Neonatus. J Kedokt Brawijaya.
Medis [Internet]. 2019;10(I):18–22. Available
2013;27(4):232–5.
from: http://isainsmedis.id/
15. Tran SH, Caughey AB, Musci TJ. Meconium-
5. Putra PJ. Insiden dan Faktor-Faktor yang
stained amniotic fluid is associated with
Berhubungan dengan Sepsis Neonatus di RSUP
puerperal infections. Am J Obstet Gynecol.
Sanglah Denpasar. Sari Pediatr.
2003;189(3):746–50.
2016;14(3):205.
16. Jazayeri A, Jazayeri MK, Sahinler M, Sincich
6. Simbolon D. Faktor Risiko Sepsis Pada Bayi
T. Is meconium passage a risk factor for
Baru Lahir Di RSUD Cukup Kabupaten Rejang
maternal infection in term pregnancies? Obstet
Lebong. Bul Penel Kesehat. 2008;36:127–34.
Gynecol. 2002;99(4):548–52.
7. Enderia S. FAKTOR-FAKTOR YANG
17. Rao S, Pavlova Z, Incerpi MH, Ramanathan R.
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
Meconium-stained amniotic fluid and neonatal
SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH
morbidity in near-term and term deliveries with
SAKIT MOEHAMMAD HOESIN
acute histologic chorioamnionitis and/or
PALEMBANG. 2016;108–12.
funisitis. J Perinatol. 2001;21(8):537–40.
8. Utomo M tri. Risk Factors of Neonatal Sepsis :
A Preliminary Study in. 2010;1(1).
9. Kosim MS, Rini AE, Suromo LB. Faktor
Risiko Air Ketuban Keruh Terhadap Kejadian
Sepsis Awitan Dini pada Bayi Baru Lahir. Sari
Pediatr. 2016;12(3):135.
10. Widayati K, Kurniati DPPY, Windiani GAT,
474

You might also like