You are on page 1of 10

LAPORAN TENTANG PENERAPAN BIOSECURITY DALAM

KEGIATAN PENDEDERAN

DISUSUN OLEH :

AINUN NISA
NIS : 500.3.18.075

PROGRAM KEAHLIAN: AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DANLAUT

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE

2020
BIOSECURITY DALAM KEGIATAN PENDEDERAN

A.Biosecurity DalamKegiatanPendederan.

1.Devinisi Biosecurity

Biosecurity merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi


resiko masuknya penyakit dan penyebarannya dari suatu
tempat ke tempat lainnya (Lotz, 1997). Biosecurity juga dapat
diartikan sebagai tindakan untuk mengeluarkan pathogen
tertentu dari kultivan yang dibudidayakan di kolam induk,
pembenihan, maupun kolam pembesaran dari suatu wilayah
atau negara dengan tujuan untuk pencegahan penyakit
(Lighner, 2003).

2.Tujuan Biosecurity Pada KegiatanPendederan

Pembudidaya perairan di Indonesia melakukan biosecurity


dengan berbagai macam tujuan, antara lain yang umum
dilakukan yaitu untuk:

a.Memperkecil resiko hewan yang dibudidayakan terserang


penyakit.

b.Mendeteksi secara dini adanya wabah penyakit.

c. Menekan kerugian yang lebih besar apabila terjadi kasus


wabah penyakit.

d.  Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.

e. Agar kualitas hewan yang dibudidayakan lebih terjamin.

B. Penerapan Biosecurity Pada Kegiatan Pendederan


Penerapan biosecurity pada kegiatan pendederanberbeda-beda
tergantung pada  jenis hewan yang dibudidayakan, serta
tempat dilakukannya budidaya hewan tersebut. Di bawah ini
terdapat contoh penerapan biosecurity dari jenis kegiatan
usaha budidaya lele sangkuriang berdasarkan pada panduan
Panen Lele 2,5 Bulan (Basahudin, 2009). Penerapan
biosecurity pada budidaya lele sangkuriang khususnya
ditujukan pada dua hal, yaitu upaya pencegahan dan upaya
pengobatan seperti dijelaskan pada uraian di bawah ini:

1. Upaya Pencegahan

Untuk mencegah masuknya wabah penyakit ke dalam kolam


pembesaran lele atau mencegah meluasnya wilayah yang
terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian
produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa tindakan
upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat,
ikan yang dipelihara, serta lingkungan tempat pembesaran.

a. Sanitasi Kolam

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan,


penjemuran,dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur
pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar secara
merata di permukaan tanah dasar kolam dan sekeliling
pematang kolam. Bahan lain yang bisa digunakan untuk
sanitasi kolam di antaranya methyline blue dengan dosis 20
ppm dan dibiarkan selama 2 jam. Kemudian kolam dimasuki air
baru dan ditebari ikan setelah kondisi air kembali normal.

b. Sanitasi Perlengkapan dan Peralatan

Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam


keadaan suci hama. Caranya dengan merendam peralatan
dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60 menit.
Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan
memegnag atau mencelupkan bagian tubuh ke dalam media air
pemeliharaan sebelum disucihamakan.

c. Sanitasi Ikan Tebaran

Benih lele sangkuriang yang akan ditebarkan sebaiknya selalu


diperiksa dahulu. Bila menunjukkan gejala kelainan atau sakit
maka lele tersebut harus dikarantina terlebih dahulu untuk
diobati. Benih lele sangkuriang yang akan ditebar dan dianggap
sehatpun sebaiknya disucihamakan terlebih dahulu sebelum
ditebar. Caranya dengan merendam benih dalam larutan
methyline blue 20 ppm. Lama perendaman masing-masing
selama 10-15 menit. Bila sanitasi ikan tebaran akan
menggukan obat-obatan alam, dapat dilakukan dengan cara
merendam benih lele sangkuriang dalam ekstrak cairan
sambiloto dengan dosis 25 ppm, ekstrak cairan rimpang kunyit
dengan dosis 15 ppm, atau ekstrak cairan daun dewa dengan
dosis 25 ppm. Lama perendaman masing-masing selama 30-60
menit.
d. Menjaga Lingkungan Tempat Pembesaran

Upaya lain perlindungan gangguan dari penyakit lele


sangkuriang adalah dengan menjaga kondisi lingkungan atau
kondisi ekologis perairan. caranya, setiap kolam pembesaran
lele sangkuriang diusahakan mendapat air yang baru dan
masih segar, telah melalui sistem filtrasi, dan bahan-bahan
organik seperti sampah sedapat mungkin dihindari masuk ke
dalam kolam.

2.Upaya Pengobatan

Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan


diupayakan agar lele sangkuriang sembuh tanpa
membahayakan keselamatannya karena keracunan obat. Untuk
itu, perlu diketahui gejala-gejala umum yang timbul, kemudian
dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya.
Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah
secara pasti faktor penyebabnya diketahui, kemudian
ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta dosisnya
yang tepat sehingga tercapai efisiensi penggunaan obat dan
efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan
yang dianjurkan dan biasanya diterapkan dalam mengobati ikan
terinfeksi suatu penyakit antara lain pencelupan, perendaman,
usapan, dan pemberian obat melalui pakan.

a. Pencelupan
Pencelupan adalah cara pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan alami atau bahan kimia pada konsentrasi tinggi
(ratus/ribuan ppm) dengan waktu pengobatan sangat pendek.
Perlu kehati-hatian dalam pengobatan melalui cara ini, terutama
melihat kondisi ikan yang sakit. Bila kondisi ikan sudah terlalu
lemah sedangkan daya racun obat sangat tinggi maka ikan bisa
mati. Cara pengobatan ini dilakukan dengan menangkap lele
sangkuriang yang terinfeksi menggunakan serok, kemudian lele
bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang
telah disiapkan selama 30-60 detik. Lele yang telah diobati
kemudian dipindahkan ke tempat penampungan sambil diberi
aerasi dengan air mengalir.

b. Perendaman

Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan


larutan obat tertentu pada konsentrasi relatif rendah. Waktu
yang digunakan untuk perendaman cukup panjang yaitu sampai
24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini dilakukan 3-
5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai
mengobati, ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih
sambil diberi pakan.

c. Usapan/olesan

Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan mengoleskan


obat tepat pada bagian yang luka. Selanjutnya ikan yang sudah
diobati dipindahkan kedalam air mengalir agar sisa obat yang
beracun bagi ikan cepat tercuci.

d. Pemberian obat melalui pakan

Pengobatan ini terutama ditujukan bagi lele sangkuriang yang


terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang
akan digunakan dicampurkan ke dalam pakan ikan sesuai dosis
yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampur obat diberikan
kepada lele yang akan diobati sebanyak 2-3% biomassa,
diberikan 3 kali per hari.

C. Jenis Penyakit Yang Menyerang Lele Sangkuriang

Terkait upaya biosecurity pada kegiatan budidaya lele


sangkuring maka perlu diketahui jenis-jenis penyakit yang
biasanya menyerang lele sangkuriang. Hal ini perlu dilakukan
karena tanpa mengetahui dengan pasti jenis penyakit yang
menyerang maka kita tidak dapat melakukan tindakan yang
tepat dalam upaya mencegah penyebaran penyakit tersebut
lebih luas. Selain itu dengan mengetahui jenis penyakit yang
menyerang maka dapat ditentukan jenis obat yang tepat untuk
mengobati lele sangkuriang yang terinfeksi. Jenis-jenis penyakit
yang biasanya menyerang lele sangkuriang digolongkan
menjadi 2 golongan yaitu zooparasite dan fitoparasit.

1. Zooparasite.
Zooparasite merupakan parasit yang tergolong dalam
dunia hewan (animal) diantaranya yaitu cyclochaeta (
Trichodina sp.) dan bintik putih.

a. Cyclochaeta ( Trichodina sp.)

Trichodina sp. berkembang biak dengan cara membelah diri.


Selama hidupnya Trichodina sp. berada dalam tubuh ikan.
Pada bagian bawah Trichodina sp. terdapat mulut yang
dilingkari suatu alat dari zat kitin berjumlah 20-30 buah yang
berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh, sebagai
insang, dan sebagai alat penghisap. Gejala infeksi pada lele
sangkuriang yang terkena Trichodina sp. yaitu pada bagian luar
tubuh yang terkena infeksi menjadi berwarna pucat, banyak
mengeluarkan lendir serta mengalami pendarahan. Warna
tubuh pucat dan tingkah laku yang tidak normal ditandai
dengan menurunnya ketahanan tubuh, terjadi penurunan berat
badan, dan terjadi iritasi pada kulit. Upaya pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan memelihara kondisi lingkungan,
kolam didesinfektan sebelum dilakukan penebaran ikan, jika
memungkinkan Trichodina sp. harus di hambat agar tidak
masuk ke kolam, menjaga populasi lele sangkuriang seoptimal
mungkin, serta pakan harus tersedia dalam jumlah dan mutu
yang cukup.

b. Bintik putih (white spot)


Parasit ini sering dijumpai pada lele sangkuriang dan terlihat
seperti bintik-bintik putih sehingga disebut penyakit bintik putih
(white spot). Bintik putih menyerang lele sangkuriang secara
berkelompok, membentuk koloni yang bersarang pada lapisan
lender kulit, sirip, hingga lapisan insang. Gejala infeksi pada lele
sangkuriang yang terkena bintik putih yaitu mengeluarkan
lendir, tubuhnya pucat, pertumbuhannya lambat, terjadi iritasi,
dan lele tampak menggosok-gosokkan tubuhnya ketepi kolam.
Pada lele sangkuriang yang terinfeksi lebih lanjut akan terlihat
meloncat-loncat ke permukaan air, napsu makan berkurang,
terjadi perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak
responsive terhadap rangsangan. Pengobatan penyakit bintik
putih agak sulit dilakukan karena bintik putih hidup pada kulit
ikan lele sangkuriang dan terbungkus oleh selaput lendir ikan
sehingga larutan obat tidak dapat meresap dan mengenai
parasit tanpa merusak selaput lendir ikan.

2. Fitoparasit

Fitoparasit adalah jenis parasit yang tergolong dalam dunia


tanaman (plant kingdom). Dari golongan fitoparasit yang paling
dikenal dan sering menyerang lele sangkuriang yaitu dari jenis
jamur atau fungi. Jamur atau fungi ini memiliki bentuk
menyerupai benang-benang halus dan sangat berbahaya bagi
benih dan telur ikan. Gejala lele sangkuriang yang terkena
infeksi jamur yaitu pada badan lele sangkuriang terdapat
benang-benang halus berwarna putih seperti kapas. Jika tidak
segera ditangani maka semakin lama lele menjadi kurus dan
akhirnya mati karena jamur mampu menembus kulit bagian
dalam terus masuk ke jaringan otot bahkan sampai ke tulang.
Sasaran penyakit jamur ini bukan saja benih atau ikan dewasa,
tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi
terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkiti parasit
lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini
merupakan infeksi sekunder/ infeksi kedua. Mewabahnya
penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak
mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi
pembusukan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
antara lain:

- Menghindari penanganan luka pda tubuh ikan pada saat panen


atau penanganan pasca panen.

- Memberikan obat antibiotik dengan dosis rendah (0,5-1 ppm)


pada media pengangkutan atau penampungan ikan.

- Merendam telur lele sangkuriang dalam antibiotik sebelum


dimasukkan ke tempat penetasan telur.

- Memberikan antibiotik pada media penetasan telur dengan


dosis redah.

You might also like