You are on page 1of 16

BAB 12 - KAPAN DIPERLUKAN SISTEM BIAYA YANG BARU

Robin Cooper, profesor dari Harvard Business School mengemukakan gejala dari suatu sistem biaya
usang sebagai berikut :
1. Manajer fungsional ingin menyingkirkan Lini produk yang tampaknya menghasilkan keuntungan
2. Margin laba sulit diperjelas
3. Produk yang sulit dibuat menunjukkan keuntungan yang besar
4. Departemen mempunyai sistem biaya sendiri
5. Bagian akuntansi menghabiskan banyak waktu dalam suatu proyek khusus
6. Perusahaan mempunyai relung Margin yang tinggi (high margin niche)
7. Harga pesaing terlalu rendah secara tidak realistis
8. Pelanggan tidak mengeluh walaupun harga dinaikkan
9. Hasil dari penawaran beats sulit hasil dari penawaran (bids) sulit dijelaskan
10. Penawaran pemasok lebih rendah dari yang diharapkan
11. Perubahan laporan biaya karena adanya peraturan akuntansi keuangan yang baru

SAAT DIPERLUKAN SISTEM BIAYA YANG BARU :


1. Saat pasaran kacau atau persaingan ketat
2. Saat produk ingin meningkatkan laba
3. Saat membuat produk dengan kesulitan tinggi
4. Saat pembuatan produk diover produksinya ke tempat lain (contoh : pembuatan mie minyak dan
bumbu berbeda-beda perusahaan yang membuat, tetapi label tetap Indofood)
5. Saat beban tinggi lalu mengambil tenaga kerja outsourcing dengan kontrak
6. Saat produk didesain (inovasi produk baru atau lama)

BAB 13 - TIDAK CUKUP HANYA SATU SISTEM BIAYA

Jika hanya satu sistem biaya maka tidak akan menjadi satu produk utuh. Perancang sistem biaya telah
gagal untuk menyadari bahwa sistem mereka perlu menyatakan tiga fungsi yang berbeda yaitu :
Penilaian persediaan untuk laporan keuangan dan pajak.
Alokasi biaya produksi periodik ke produksi dan manajemen departemen, berdasarkan sumber daya yang
dikonsumsi (tenaga kerja, bahan, energi, overhead) selama suatu periode operasi.
Pengukuran biaya produk secara Individual.

Tabel: Beda Fungsi, Beda Permintaan


No Fungsi Frekuensi Tingkat Alokasi Ruang Lingkup sistem Sifat Tingkat
Variabilitas Objektivitas
1 Penilaian Bulanan atauAgregat Biaya pabrik Tidak relevan Tinggi
Persediaan kuartalan
2 Pengendalian Harian, Tidak ada Pusat pertanggungjawaban Variabel dan Tinggi
Operasional berdasarkan unit tetap dalam
pekerjaan yang jangka pendek
diselesaiakan
3 Pengukuran Tahunan dan padaEkstensif, sampai keOrganisasi secaraSemua variabel Rendah
Biaya Produk butur-butir produk yangkeseluruhan, termasuk
perubahan utama dividual atau Liniproduksi, pemasaran dan
produk distribusi, perekayasaan jasa
dan administrasi
BAB 14 - APAKAH ACTIVITY BASED SYSTEM ITU ?

Teknik biaya berdasarkan basis activity dapat dikembangkan dan diterapkan secara lebih luas sebagai
fondasi untuk mencapai keunggulan perusahaan dan keuntungan kompetitif.
A. Apakah Activity Based Costing Itu?
Suatu sistem akuntansi aktivitas yang sederhana dan efektif menggunakan pendekatan di bawah ini:
1. Menentukan aktivitas perusahaan
2. Menentukan biaya aktivitas dan performa
3. Menentukan keluaran dari aktivitas
4. Menelusuri biaya aktivitas ke tujuan biaya
5. Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
6. Menilai efektivitas dan efisiensi aktivitas
Akuntansi aktivitas adalah berdasarkan prinsip bahwa aktivitas mengkonsumsi sumber daya.
Sedangkan produk mengkonsumsi aktivitas dan material. Kalkulasi biaya produk (product costing) diperkuat
oleh penelusuran yang lebih khusus terhadap biaya pendukung support yang telah secara tradisional
dikumpulkan dari overhead dan dialokasikan ke semua produk. Suatu biaya produk aktivitas-aktivitas
(product cost) diperoleh dengan mengidentifikasi material dan aktivitas yang diperlukan untuk membuat
suatu produk dan menentukan kuantitas aktivitas untuk setiap produk.
Suatu aktivitas didefinisikan sebagai kombinasi dari manusia teknologi bahan baku metode metode
dan lingkungan yang memproduksi suatu produk atas jasa tertentu. Contoh aktivitas misalnya:
 Menutup suatu penjualan
 Memproduksi material pemasaran
 Merakit produk final
 Membuat tagihan kepada pelanggan
Suatu akuntansi aktivitas adalah proses mengumpulkan dan menelusuri biaya dan data performa
terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang
direncanakan, untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan ini merupakan suatu alat untuk
memahami biaya.
Suatu biaya aktivitas merupakan biaya total dari semua faktor-faktor produksi yang telah ditelusuri,
yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas, apabila keluaran dari suatu aktivitas dapat ditunjuk secara
langsung dikonsumsi oleh aktivitas yang lain atau atau tujuan biaya akhir. Suatu biaya dikatakan dapat
dialokasi apabila dibebankan kepada aktivitas yang lain atau tujuan biaya, dengan suatu basis daripada secara
langsung ditelusuri.
Biaya aktivitas dinyatakan dalam suatu tolok ukur aktivitas (activity measures), misalnya :
Aktivitas Tolok ukur Aktivitas
- Hutang Dagang Faktur
Cek
- Piutang Dagang Pesanan Pelanggan
Jumlah Pelanggan
- Pengendalian Persediaan Jumlah nomor komponen
- Perencanaan dan Pengendalian Material Jumlah nomor komponen
- Pembelian Jumlah Pesanan Pembelian
- Penerimaan Jumlah Pesanan Pembelian
- Inspeksi Masuk Jumlah Inspeksi
- Pengendalian Mutu Jumlah Inspeksi
- Penilaian Pemasok Jumlah pemasok
- Sertifikasi Pemasok1 Jumlah pemasok
Tolak ukur aktivitas yang ideal yaitu:
 Sederhana untuk dipahami
 Mudah diukur dan mudah diperoleh dari sumber data yang ada
 Secara langsung berhubungan dengan faktor-faktor produksi dari aktivitas
 Tolak ukur harus ekonomis dan tersedia secara praktis
Suatu aktivitas adalah kelompok biaya yang homogen, karena sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi suatu keluaran khusus. Homogenitas berarti variasi dalam suatu aktivitas dijelaskan oleh
suatu tolok ukur aktivitas yang tunggal. Biaya yang bersifat homogen adalah suatu biaya yang setiap
aktivitas yang mempunyai hubungan sebab akibat terhadap tujuan biaya.
Basic kausal yang tipical termasuk :
Faktor Produksi Tolok Ukur
Manusia Waktu
Teknologi Mesin /Jam Teknologi
Fasilitas Luas Ruangan
Utilitas Jan Kilowatt

B. Akuntansi biaya aktivitas VS Akuntansi biaya konvensional


Yaitu :
1. Conventional Costing (Biaya konvensional / Tradisional)
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli Akuntansi mengenai pengertian Sistem
Akuntansi Konvensional ( tradisional ), tetapi pada prinsipnya mengandung pengertian yang sama,
antara lain:
 Sistem Akuntansi Konvensional (Tradisional) adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung
biaya overhead pabrik berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan dan diukur dalam jam kerja
langsung, jam kerja mesin atau dalam jumlah rupiah tertentu. ( Supriono, 1997 : 221 )
 Metode Akuntansi Konvensional (Tradisional) didasarkan pada produksi massal dari suatu
produk yang matang dengan karakteristik yang dikenal dari suatu teknologi yang stabil. ( Amin
Widjaya Tunggal, 2000 : 11 )
 Metode Akuntansi Konvensional (Tradisional) menghitung suatu harga pokok produksi perunit
dengan cara pengumpulan seluruh biaya produksi untuk setiap pesanan. ( Mas’ud Machfoedz,
1996 : 176 )
Biaya Overhead dibebankan terhadap produk berdasarkan tarif yang ditentukan oleh perusahaan ;
 Tarif BOP = Jumlah BOP / Jumlah Kuantitas Yang Diproduksi
 BOP Yang Dibebankan = Tarif BOP X Kuantitas Pembebanan

Kelebihan sistem biaya Konvensional ( Amin.W.Tunggal, 1994 : 137 ) :


 Mudah diaudit, karena jumlah cost driver tidak terlalu banyak sehingga memudahkan auditor
melakukan proses audit.
 Mudah diterapkan karena tidak banyak memakai cost driver dalam pengalokasian biaya overhead
pabrik, sehingga memudahkan manajer melakukan perhitungan.
 Sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

Kekurangan sistem biaya konvensional antara lain :


 Secara potensial mendistorsi biaya produk karena:
a) Biaya overhead pabrik tidak ditelusuri pada individual produk.
b) Total kompoen BOP dalam suatu produk senantiasa besar maka distorsi biaya produk juga
akan semakin besar.
c) Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan sebenarnya yang
tidak ditelusuri ke produk.
 Sistem biaya tradisional berorientasi fungsional, dengan kata lain biaya diakumulasikan
berdasaarkan sistem lini dan berdasarkan fungsi (seperti perekayasaan sistem lini). Orientasi
fungsi lini ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang dari manufaktur modern.

2. Activity Costing (Biaya Aktivitas)


Activity costing adalah suatu usaha yang sistematis untuk menelusuri biaya overhead ke tujuan biaya
dengan cara merefleksikan bagaimana tujuan biaya menciptakan biaya. Akuntansi aktivitas mengubah
cara perusahaan mengelola biaya ia menghubungkan biaya perusahaan terhadap aktivitas.
Sistem Activity Based Costing timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
 Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
 Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam
product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
 Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

Kelebihan ABC :
 Menyajikan informasi tentang biaya relevan dalam pengambilan keputusan manajemen.
 Mampu mengidentifikasi dan menghilangkan non value added activities, atau kegiatan yang tidak
menberikan kontribusi pada nilai akhir dari produk.
 Mampu memberikan informasi yang tidak menguntungkan dari lini produk, sehingga
meningkatkan profitabilitas tanpa perlu meningkatkan harga produk.
 Menyajikan laporan biaya-biaya yang lebih akurat dan informatif.

Kelemahan ABC :
 Pengeluaran dana dan waktu yang dikonsumsi pada activity based costing sistem sangatlah mahal
unyuk dikembangkan maupun diimplementasikan.
 Metode pelaksanaan yang kompleks, memakan waktu lama dan mahal, belum lagi pengumpulan
data dan data entry membutuhkan sumberdaya yang cukup besar.
 Metode ABC mengabaikan beberapa biaya dari analisanya. Biaya yang terabaikan tersebut
meliputi biaya iklan, promosi dan riset.
 Pemgalokasian biaya yang praktos mungkin agak sulit dilakukan karena bisa jadi tidak ditemukan
aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut.
 Laporan ABC sistem tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).
Beberapa perusahaan yang melaporkan penggunaan sistem ABC antara lain adalah:
 General Dinaminds
 Fort Worth Division
 General Motors
 Hewlett Packard
 Rose Ville Net Work Division
 Marrin Marietta Energy System
 Siemens

Akuntansi aktivitas biasanya digunakan untuk mendukung beberapa tipe keputusan yang paling
penting termasuk :
a) Biaya Produk
Biaya produk digunakan oleh manajer untuk menentukan harga jual, memperkirakan, membuat
keputusan seperti membuat atau membeli dan keputusan lain. Biaya produk yang tepat dapat
menggambarkan proses Manufacturing dan sangat penting untuk menyeleksi produk, pasar dan
pelanggan yang akan ditekankan.
b) Mengelola Kas dan Liquiditas
Kas dan likuiditas membantu menghadapi perubahan yang mendadak dan kemungkinan
perusahaan mengambil kesempatan dalam lingkungan yang bergolak.
c) Mengendalikan Biaya
Informasi Biaya harus mendukung keunggulan perusahaan. Pemborosan tidak dapat ditolerir.
Produk harus didesain untuk mengoptimisasi performa. Aktivitas harus mendukung tujuan
perusahaan.
d) Mendukung Keputusan
Informasi biaya digunakan untuk mendukung keputusan seperti menetapkan harga dan lainnya.
Data biaya harus dimutakhirkan dihubungkan dengan Kapan keputusan diambil bukanlah
menurut konvensi akuntansi.

Activity costing dapat dilakukan dengan cara :


 Mengidentifikasi aktivitas (seperti penanganan material, set up, penjadwalan dan pengiriman)
yang menciptakan biaya overhead. Apabila aktivitas tersebut mempunyai penyebab umum,
kelompokkanlah mereka.
 Mengumpulkan semua biaya overhead yang berhubungan dengan suatu aktivitas dalam suatu
"cost pools" untuk aktivitas tersebut.
 Membagi biaya total untuk setiap aktivitas berdasarkan jumlah unit dari aktivitas, yang
diproduksi untuk menghitung biaya per unit dari aktivitas yang disediakan.
 Membebankan biaya aktivitas ke setiap "cost objective" dengan menggunakan aktif unit aktivitas
yang dikonsumsi.
BAB 15 - MENGENAL LEBIH JAUH SISTEM ABC

A. Istilah-istilah
Beberapa istilah yang digunakan dalam "Activity Based Costing" adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas (activity) : suatu proses atau prosedur yang menghasilkan pekerjaan dengan demikian
mengkonsumsi sumber daya. Contohnya memasukkan rincian pesanan pelanggan pada suatu terminal
komputer.
2. Unit level activity : seperti mengetuk benang pada suatu sikut logam, dilaksanakan pada suatu unit dari
suatu produk.
3. Batch level activity : seperti menjadwalkan produksi dari suatu batch komponen, dilakukan pada suatu
batch dari suatu produk.
4. Product level activity : memberi manfaat kepada semua unit dari suatu produk. Contohnya memelihara
daftar rute atau daftar material untuk produk.
5. Facility level activity : seperti pekerjaan penjaga gedung memberi manfaat pada proses secara
keseluruhan dari pada suatu produk Individual.
6. Cost driver : suatu tolok ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang diterapkan pada
aktivitas oleh objek biaya. Contohnya jumlah angka komponen dan jumlah jam pengujian.
7. Activity Center : suatu kelompok aktivitas yang dihubungkan oleh fungsi dan proses. Contohnya
proses perubahan perekayasaan dapat dilaporkan sebagai proses aktivitas.
8. Objek biaya : suatu kesatuan yang memerlukan performa suatu aktivitas. Contohnya produk
pelanggan pasar saluran distribusi dan proyek.
9. Daftar aktivitas : suatu daftar dari aktivitas-aktivitas dan berhubungan dengan biaya yang diperlukan
suatu produk.

B. Penyebab Sistem Konvensional Gagal


Yaitu :
1. Sistem biaya konvensional melaporkan biaya produk yang tidak akurat
2. Secara potensial mendistorsi biaya produk karena:
 Biaya overhead pabrik tidak ditelusuri pada individual produk.
 Total kompoen BOP dalam suatu produk senantiasa besar maka distorsi biaya produk juga akan
semakin besar.
 Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan sebenarnya yang
tidak ditelusuri ke produk
3. Sistem biaya konvensional tidak secara sistematis mendistorsi biaya produk, mereka juga memberikan
tanda-tanda yang mendorong tindakan tindakan yang tidak konsisten dengan program perbaikan
manufakturing.
4. Sistem biaya tradisional berorientasi fungsional, dengan kata lain biaya diakumulasikan berdasaarkan
sistem lini dan berdasarkan fungsi (seperti perekayasaan sistem lini). Orientasi fungsi lini ini tidak
cocok dengan realitas fungsional silang dari manufaktur modern. Kerugian akuntansi untyk sonsumsi
sumber daya berdasarkan item Lini dan fungsi yaitu:
 Aktivitas yang banyak yang terdapat pada kebanyakan fungsi tidak kelihatan. Contohnya
inspeksi.
 Klasifikasi biaya secara fungsional hanya Memberikan sebagian informasi terhadap aktivitas
yang batasnya fungsional silang contohnya proses perubahan perekayasaan.
 Mendorong penggunaan tolak ukur performa finansial seperti varian biaya yang menekankan
orientasi fungsional tolak ukur tersebut cenderung mengorbankan performa secara keseluruhan.
C. Penyebab ABC Berhasil
Yaitu :
1. Menyajikan informasi tentang biaya relevan dalam pengambilan keputusan manajemen.
2. Mampu mengidentifikasi dan menghilangkan non value added activities, atau kegiatan yang tidak
menberikan kontribusi pada nilai akhir dari produk.
3. Mampu memberikan informasi yang tidak menguntungkan dari lini produk, sehingga meningkatkan
profitabilitas tanpa perlu meningkatkan harga produk.
4. Sistem biaya berdasarkan aktivitas mengatasi dengan diversitas volume dan produk, oleh sebab itu
melaporkan biaya produk lebih akurat dan informatif daripada sistem konvensional.
5. Pengenalan dari sistem biaya berdasarkan aktivitas adalah suatu kesempatan untuk mengkaji pengaruh
terhadap kemampulabaan panjang dari keputusan yang mempengaruhi bauran produk, penetapan
harga, dukungan pelanggan dan masalah strategic lain.

D. Activity Based Cost Lebih Dari Suatu Sistem


Benar bahwa ABC lebih dari suatu sistem strategi karena pembandingnya adalah biaya konvensional.
Pada dasarnya mengembangkan suatu sistem biaya produk digunakan terutama untuk tujuan strategik. ABC
digunakan pada saat ini oleh beberapa perusahaan untuk mendukung program perbaikan. Penggunaan ini
termasuk nilai pengaruh terhadap biaya dari desain produk yang mungkin mengkonfirmasi reduksi dalam
aktifitas dan produk yang diakibatkan oleh program eliminasi pemborosan, dan pemahaman yang lebih baik
oleh arus kerja dalam proses yang fungsional silang.

E. Apakah Activity Based Cost Mahal dan Rumit?

ABC lebih murah karena langsung dihitung dari pengklasifikasian yang berdasarkan aktivitas. Banyak
pengalaman yang telah menunjukkan bahwa sistem biaya berdasarkan aktivitas cukup ekonomis dan
sederhana karena yang di butuhkan telah ada pada pabrik atau mudah diperoleh. Contohnya jumlah
penerimaan perkomponen setiap sistem perolehan yang di komputerisasi.

Sistem ABC yang sederhana dan tidak rumit apabila ia mempunyai sedikit driver dan memiliki sedikit
aktivitas. Sistem yang hemat (Frugal) ini adalah sistem yang dipilih apabila Manufacturing adalah sederhana
yaitu pada suatu pabrik yang terfokus aktivitas nya sedikit dan biaya overheadnya kecil.

16 - SEPULUH MITOS TENTANG PENERAPAN SISTEM ABC

Ringkasan tulisan Peter BB Turney dengan judul "Ten Mythos About Implementing an Activity Based
Costing System dalam Journal of Cost Management vol 4 No. 1 Th. 1990 hal 24 – 31. Terdiri dari tema:

1. Sistem ABC terlalu sulit diterapkan dan digunakan

Mitos 1 : Sistem ABC Terlalu Mahal

Sesuai dengan mitos ini tambahan cost driver yang digunakan dalam sistem ABC meningkatkan
biaya desain sistem penerapan dan mempertahankannya pada tingkat yang dapat diterima. Pada
kenyataannya sistem ABC lebih mahal dari sistem berdasarkan unit.

Walaupun demikian pengalaman menunjukkan bahwa kebanyakan orang memperkirakan lebih


banyak biaya inkremental daripada pengumpulan data untuk sistem ABC. Banyak Data yang
dibutuhkan oleh sistem ABC telah ada di pabrik atau dapat secara mudah diperoleh. Sistem ABC juga
sering mengurangi biaya studi kasus yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh kan
oleh sistem kalkulasi biaya produk.
Mitos 2 : Sistem ABC Terlalu Rumit Dimengerti

Manajemen percaya bahwa tambahan jumlah dan tipe cost driver membuat sistem ABC sulit
dimengerti. Tapi walaupun sistem ABC menggunakan lebih banyak cost driver daripada unit based
system, sistem ABC mudah dimengerti karena driver ini menggambarkan faktor utama yang
menciptakan permintaan aktivitas. Sebab itu sistem ABC memenuhi keinginan pemahaman manajer
atas ekonomisasi pabrik mereka.

2. Memperbaiki sistem sekarang akan memperbanyak pekerjaan

Mitos 3 : Semua Yang Kita Perlukan Adalah Lebih Banyak Pusat Biaya

Mitos lain sering dinyatakan bahwa membagi suatu pabrik menjadi banyak pusat biaya akan
mengalami kebanyakan distorsi dalam biaya produk. Memang benar bahwa meningkatkan jumlah
pusat biaya mengakibatkan biaya produk lebih akurat. Walaupun demikian terdapat suatu batas
keakuratan yang dapat dicapai dengan sederhana dalam meningkatkan jumlah pusat biaya.

Mitos 4 : Sistem Jam Kerja Mesin Akan Menghemat Hari Kerja

Dipercayai bahwa mengganti cost driver yaitu upah langsung dengan jam kerja mesin akan
menghasilkan biaya produk yang lebih tepat dalam lingkungan Manufacturing saat ini. Keuntungan
mengubah jam kerja mesin yaitu :

 Jam kerja mesin dapat memberikan tingkat overhead yang lebih dapat diterima.

 Penggunaan jam mesin daripada jam kerja adalah bawa aja masih menelusuri aktivitas yang
berhubungan dengan mesin ke produk lebih tepat daripada jam tenaga kerja langsung apabila
terdapat diversitas dasar mesin.

Akan tetapi jam mesin tidak akan menghasilkan biaya produk yang tepat apabila banyak
perusahaan terdiri dari aktivitas yang tidak pada tingkat unit karena baik jam mesin maupun jam
tenaga kerja adalah unit cost driver.

Mitos 5 : Suatu Sistem Biaya Yang Harus Diusahakan Sederhana

Manajer mengatakan bahwa suatu sistem Biaya harus diusahakan sederhana yaitu relatif lebih
sedikit menggunakan cost driver. Sebab itu dalam pabrik yang terdapat homogenitas produk tidak
perlu menjalankan suatu sistem ABC yang cost driver nya banyak untuk memperbaiki ketepatan biaya
produk. Sebab itu perusahaan mungkin perlu suatu sistem ABC untuk memberikan biaya produk yang
tepat apabila situasi berikut berlaku :

 Mereka mempunyai diversitas produk atau

 Mereka mengakibatkan terjadinya biaya yang signifikan dalam aktivitas yang tidak pada tingkat
produk.

3. Tidak diperlukan biaya produk yang lebih akurat

Mitos 6 : Kita Mengetahuu Biaya Produk Kita

Banyak orang percaya bahwa manajer dapat secara mudah memperkirakan biaya produk tanpa
bantuan suatu sistem akuntansi biaya. Contoh, manajer mengetahui bahwa suatu yang sulit diproduksi
biayanya harus lebih besar daripada produk yang mudah di produksi.
Walaupun demikian pengalaman menunjukkan bahwa manajer tidak memperkirakan ukuran
distorsi biaya produk. Tidak heran bahwa manajer gagal memprediksi ukuran distorial dan manajer ini
juga memperkirakan terlalu rendah pengaruh volume dan diversitas produk terhadap biaya produk.

Mitos 7 : Pasar Menentukan Harga, sebab Itu Kita Tidak Memerlukan Biaya Produk

Banyak manajer percaya bahwa mereka tidak memerlukan biaya produk karena Harga
ditentukan oleh pasar salah satu alasannya untuk mempunyai informasi biaya produk adalah
menentukan harga jual, Manager dalam perusahaan yang harganya ditentukan oleh pasar sering
merasa bahwa biaya produk adalah tidak perlu.

Namun, banyak pengalaman yang telah menunjukkan bahwa memperbaiki keakuratan adalah
suatu manfaat yang penting dari sistem ABC. Manajer dapat mengidentifikasikan produk yang tidak
benar kalkulasi biaya produknya akan tetapi mereka tidak dapat menafsirkan ukuran distorsi. Sebab
itu, perusahaan yang tidak menggunakan biaya produksi untuk menentukan harga jual seharusnya juga
mencurahkan perhatian dan sumber daya untuk produk yang didasarkan pada kemampuanlaba and
relatif.

4. Sistem biaya memainkan peran yang terbatas

Mitos 8 : Kita Tidak melakukan Apapun Mengenai Biaya Tetap

Banyak orang percaya bahwa sedikit yang dapat dikerjakan untuk mengurangi biaya tetap.
Mitos mempercayai bahwa kebanyakan biaya dapat dibagi menjadi kategori Biaya variabel dan tetap.

Walaupun biaya dari aktivitas yang tetap ini tidak bervariasi dengan jumlah unit produk ia
mungkin bervariasi dengan jumlah bakteri dan produk berbeda yang diproduksi.

Mitos 9 : Harga Biaya Manufakturing Yang Merupakan Biaya Produk

Kepercayaan lainnya yang dipegang adalah bahwa hanya biaya Manufacturing yang merupakan
biaya produk. Namun, beberapa perusahaan dengan sistem ABC menelusuri biaya non-manufacturing
ke produk. Penelusuran ini mengakibatkan biaya produk yang sangat berbeda karena ukuran pesanan
pelanggan bervariasi secara signifikan dari produk ke produk. Manajemen telah menerapkan suatu
perubahan pesanan pelanggan. Sebagai hasil rata-rata ukuran pesanan pelanggan telah meningkat.

Mitos 10 : Biaya Produk Tidak Berguna Untuk Mengelola Aktivitas Overhead

Mitos ini mengatakan bahwa walaupun biaya produk berguna untuk tujuan strategis seperti
kepuasan harga dan bauran produk biaya produksi dan manfaat dalam mengelola aktivitas overhead
Namun pengalaman dari perusahaan yang menggunakan sistem ABC mengkonfirmasi penghematan
biaya yang dihasilkan dan sistem abjad yang memberikan informasi untuk mengelola aktivitas
overhead.
BAB 17 - PRIORITAS LABA DARI SISTEM ABC

A. Mencari Keuntungan

Analisis ABC memungkinkan manajer :

1. Membelah usaha melalui banyak cara yang berbeda dan memberi mereka suatu pandangan yang dekat
terhadap pembelahan apa pun yang mereka pertimbangkan.

2. Menjelaskan secara tepat aktivitas yang berhubungan dengan bagian usaha tersebut Bagaimana
aktivitas tersebut dihubungkan dengan memperoleh pendapatan dan mengkonsumsi sumber daya.

3. Membantu manajer memahami dimana harus diambilkan tindakan yang akan meningkatkan laba.

B. Hierarki ABC

C. Di Luar Pabrik

Yaitu :

1. Manajer dapat menggunakan ABC untuk menganalisis banyak aspek lain dari operasi perusahaan.

2. Mereka dapat membandingkan laba yang diperoleh dari berbagai pelanggan Lini produk dan daerah.

3. Mereka dapat mencurahkan perhatian pada produk mana yang lebih atau kurang menguntungkan.

4. Suatu analisis merek dapat melihat semua biaya yang berhubungan dengan menopang suatu merek.

5. Manajer dapat mengetahui profitabilitas dari merek dengan membandingkan pendapatan yang
diperoleh dari produk terhadap biaya yang berhubungan dengan kegiatan promosi, iklan dan
mempertahankan merek suatu produk di pasar.
D. Dari Perbaikan Ke Laba

Manajer harus mengambil dua tipe tindakan setelah menganalisis ABC :

1. Mereka harus berusaha untuk menetapkan harga kembali produk, yaitu : meningkatkan harga produk
yang mempunyai permintaan tinggi terhadap sumber daya pendukung dan menurunkan harga tingkat
yang lebih kompetitif untuk produk yang bervolume tinggi yang telah disubsidi oleh yang lain.

2. Mereka harus mencari jalan mengurangi konsumsi sumber daya, baik mengurangi jumlah waktu
aktivitas yang dilakukan untuk keluaran yang sama seperti dengan mengubah produk dan bauran
pelanggan atau mengurangi sumber daya yang dikonsumsi untuk memproduksi dan melayani bauran
produk yang ada dan pelanggan.

BAB 18 - BEBERAPA KECENDERUNGAN BARU MANAJEMEN BIAYA DI JEPANG

Kecenderungan-kecenderungan yang dimaksud adalah :


A. KECENDERUNGAN 1 : Penekanan Pada Reduksi Biaya, Terutama Pada Tahap Perencanaan
Produk Baru
Manajemen biaya dapat dimengerti dalam dua cara :
 Berhubungan dengan reduksi biaya dan aktivitas pengendalian biaya
 Berhubungan dengan pengendalian biaya saja

Esensi dari reduksi biaya dalam mengurangi standar biaya yang berlaku. Esensi dari pengendalian
biaya adalah untuk mempertahankan standar biaya yang dikurangi.
 Langkah pertama manajemen biaya adalah mengurangi tingkat biaya sendiri, dengan
memperbaiki desain dan teknik reduksi dan bertahan pada tahap desain produk dan proses
produksi. (Reduksi Biaya)
 Langkah kedua mengendalikan aktivitas produksi dan menerapkan standar yang diadakan pada
langkah pertama. (Pengendalian Biaya)

Penggolongan biaya pada tingkat produksi adalah terbatas :


 Biaya yang tidak dapat dinyatakan pada tingkat perencanaan, karena hambatan waktu.
 Kejadian pada waktu perubahan dalam lingkungan eksternal dan internal, yang menciptakan
kesempatan untuk reduksi biaya.

Suatu cara yang efektif untuk menentukan biaya target secara rasional adalah menghubungkan
aktivitas reduksi biaya dengan perencanaan laba (profit planning), dan merancang biaya target berdasarkan
perencanaan laba jangka panjang. Dengan Metode ALLOWABLE COST :

Kebaikan memghubungkan reduksi


biaya terhadap rencana laba adalah tidak mengeluarkan produk yang dikembangkan, yang harga jualnya
lebih besar dari biaya mereka yang tinggi, karena kualitas mereka yang tinggi. Metode ini didasarkan pada
pengertian bahwa suatu tujuan akhir bukanlah reduksi biaya melainkan laba yang lebih besar.
APAKAH "TARGET COSTING" ITU?

Alat manajemen biaya yang bernama target costing atau bahasa Jepangnya "Genhakikaku" atau
"Mokuhyou Genka" telah secara luas digunakan sejak sebelum tahun 1970 an oleh industri yang terkemuka
Jepang yang berorientasi perakitan seperti perusahaan kendaraan bermotor, semikonduktor, peralatan rumah
tangga dan presisi mesin. Alat ini khususnya terkenal di antara perusahaan yang berteknologi tinggi yang
ingin mencapai produktivitas yang tinggi dan persaingan yang kuat.

Target Costing juga disebut Cost planning atau Cost Project, yaitu merupakan suatu alat manajemen
yang mengurangi biaya produksi secara keseluruhan sepanjang daur hidup produk yang bersangkutan. Ia
memerlukan Interaksi yang ekstensif di antara produksi perekayasaan, riset dan pengembangan, pemasaran
dan bagian akuntansi.

Tujuan utama dari target costing adalah untuk mengurangi biaya, pada tahap perencanaan dan
desain dan daur hidup produk yaitu pada tahap awal proses produksi target costing secara tipikal
menggunakan tiga tahap yaitu :

1. Perencanaan dan desain produk yang berkualitas tinggi yang dapat sangat memenuhi kebutuhan
pelanggan.

2. Menentukan biaya target untuk produk dan kemudian membuat target dengan menerapkan
perekayasaan nilai (Value Egineering).

3. Mendapatkan target cost pada tahap produksi dengan menggunakan metode biaya standar (standar
costing).
B. KECENDERUNGAN 2 : Mengadopsi Sistem Akuntansu Biaya Berdasarkan Estimasi
(Estimated Cost Accounting System)

Biaya dapat dibagi menjadi biaya yang ditentukan


dimuka dan biaya aktual. Biaya yang ditentukan dimuka
dibagi lagi menjadi biaya standar dan biaya estimasi.

 Biaya standar tergantung pada data estimasi.

 Biaya estimasi tergantung pada pengalaman masa


yang lalu atau intuisi manajemen.

Adapun prosedur Akuntansi Biaya Estimasi yaitu :

1. Biaya Manufacturing terdiri dari material biaya upah


langsung dan biaya produksi tidak langsung lainnya.

2. Harga pokok barang jadi dikalkulasi dengan mengalikan


kuantitas dengan biaya unit yang diestimasi.

3. Pada akhir periode barang jadi di kalkulasi dengan


mengalikan persediaan fisik dengan biaya estimasi
untuk setiap produk.

C. KECENDERUNGAN 3 : Menggunakan Suatu Sistem Manajemen Biaya Hanya Sebagai Fungsi


Reduksi Biaya

Dalam kasus ini biaya standar atau biaya estimasi menunjukkan kinerja biaya yang diakibatkan oleh
perbedaan hasil antara biaya estimasi dan biaya aktual yang dianalisis, dan tindakan segera diambil pada
produksi untuk mengeliminir penyebab perbedaan hasil dari proses ini akan mempertahankan biaya standar
atau biaya estimasi.

BAB 19 - PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN DI JEPANG


Kelompok studi CAM- 1 melaporkan beberapa perbedaan pokok antara manajemen biaya Jepang
dengan barat sebagai berikut :

1. Manajemen biaya Jepang dipedomi oleh konsep target cost yaitu management memutuskan sebelum
produk desain beberapa biaya suatu produk berdasarkan faktor faktor pemasaran (bukan berdasarkan
faktor Manufacturing).

2. Perencanaan biaya (cost planning) dan reduksi biaya (cost reduction) lebih ditekankan di perusahaan
Jepang daripada pengendalian biaya (cost control).

3. Keputusan investasi lebih pedoman oleh perjanjian perusahaan secara menyeluruh (company with
agreement) terhadap tujuan biaya / performa dari pada pertimbangan financial (financial justification)
seperti di perusahaan Barat.

24 Komponen Dalam Praktik Akuntansi Manajemen Di Jepang :

1. Filosofi Manajemen Biaya Jepang : Filosofi manajemen biaya jepang yang umum menekankan
pendekatan holistik perusahaan terhadap manajemen secara umum, dan perencanaan biaya dan reduksi
biaya secara khusus.

2. Masalah Personel : Ramifikasi manajemen biaya dari praktik jepang (dalam perusahaan besar) atas
pemekerjaan seumur hidup (life time employment) adalah sangat ditekankan, dalam memperbaiki
produktivitas dan reduksi biaya upah langsung. Hal ini memungkinkan perusahaan memberi jaminan
pekerjaan, tanpa mengalami kesulitan upah langsung (dalam basis produk per produk).

3. Kepentingan Relatif Biaya : Manajer jepang percaya bahwa perbaikan dalam tolak ukur fisik akan
memberikan laba jangka panjang yang lebih besar.

4. Pentingnya Pandangan Jk. Panjang : Penekanan nasional terhadap performa jangka panjang telah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap manajemen. Sebagai Contoh: Perusahaan Jepang yaitu
tidak perlu mengeluarkan Laporan Keuangan kepada pemegang saham.

5. Penekanan Terhadap "Target Cost" Menfakibatkan Reduksi Biaya : “Target Cost” merupakan konsep
penting di perusahaan jepang. Biaya di pengaruhi oleh faktor pasar eksternal. Perusahaan di Jepang
menguji apa kira-kira kompetitor lakukan, dan bagaimana produk mereka, dan kemudian
memperkirakan biaya unit produk yang perlu agar dapat masuk ke pasar.

6. Pertimbangan Investasi : Lingkungan usaha Jepang mendorong pabrikan mengambil pandangan


operasi pabrikan, ini berarti tolak ukur yang digunakan oleh manajer Jepang dalam mengambil
keputusan investasi tidak didasarkan pada pertimbangan yang sulit dan yang dapat dikuantifisir.

7. Motivasi Investasi : Investasi di usaha Jepang dibuat kebanyakan untuk mencapai “Strategy-
positioning” yang berarti suatu kriteria dari pertimbangan adalah kemampuan untuk mencapai “target
cost” suatu produk.

8. Peranan "Target Cost" Dalam Investasi : Penekanan Jepang dalam “Target Cost” memberi
kemudahan kepada manajer untuk mempertimbangkan investasi dengan dasar bahwa dapat mencapai
“target cost” karena pencapaian biaya ini adalah penting terhadap strategi produk secara keseluruhan
(dalam divisi, pabrik, perusahaan dan bangsa) secara terpisah.

9. Kepercayaan Terhadap Pendekatan "Namawashi" : Dalam masalah strategi dan investasi, manajer
senior Jepang cenderung sangat mempercayai analisis dan persetujuan antara manajer tingkat bawah.
10. Pelaporan Biaya : Telah ditunjukkan bahwa perbedaan utama antara manajemen biaya Jepang dengan
Barat adalah Jepang mempercayai tolok ukur kualitati daripada kkuantitatif

11. Praktik Akuntansi Manajemen : Dalam praktiknya manajer Jepang menerapkan suatu akuntansi
manajemen yang “Plantiwidellifecycle Costing”

12. Perencanaan Biaya : Aktivitas dilakukan sebelum produksi dimulai, yaitu dengan tujuan mendesain,
baik produk maupun fasilitas produksi dengan suatu biaya kualitas dan fleksibilitas yang sesuai.

13. Reduksi Biaya : Aktivitas ini dimulai baik pada tahap permulaan produksi maupun pada tahap
produksi dan daur hidup produk.

14. Pengendalian Biaya : Aktivitas ini dimulai pada produksi.Impresi yang konsisten adalah bahwa
perencanaan biaya dan reduksi biaya merupakan aktivitas yang sangat penting di organisasi Jepang.

15. Target Cost VS Standart Cost : “Target Cost” secara konseptual berbeda dengan “Standard Cost”
dimana Biaya standar adalah biaya yang ditentukan lebih dahulu berdasarkan analisis interen
sedangkan target cost didasarkan pada analisis eksternal dari pasar dan pesaing.

16. Pengaruh Sistem Pajak : Sistem perpajakan di Jepang berhubungan dengan metode akuntansi internal
negara tersebut, sebagai contoh perusahaan Jepang dapat menggunakan metode garis lurus atau
metode saldo menurun untuk depresiasi yang biasa.

17. Kesamaan Dengan Perusahaan AS : Sistem akuntansi internal banyak perusahaan Jepang hampir sama
seperti yang ditemukan di perushaan AS.

18. Absorption Costing : Beberapa perusahaan membuat perkiraan biaya tetap dan biaya variable.

19. Upah Langsung : Banyak manager Jepang menyadari bahwa dengan meningkatkan otomatisasi dalam
pabrik mereka, upah langsung tidak mempunyai hubungan sebab akibat dengan upah langsung (FOH).
20. Upah Langsung Plus Overhead Sebagai Kelompok Biaya Konversi : Beberapa perusahaan
mengkombinasi upah langsung dengan overhead pabrik ke dalam “Conversion Cost Pool” yang
tunggal pada waktu menghitung biaya produk.
21. Tolok Ukur Performa : Manager Jepang menerapkan tolok ukur performa yang berbeda pada setiap
tingkat manajemen yang berbeda dalam suatu perusahaan.
22. Tolok Ukur Management Tingkat Atas : Yaitu bercirikan strategi pemasaran yang menyeluruh,
berfokus pada pangsa pasar dan pertumbuhan daripada laba atau ROI.
23. Divisi / Pabrik : Manajer Jepang menggunakan baik tolok ukur keuangan (secara tipikal termasuk
biaya total dan No-keuangan seperti, Shop Floor, Lead Time kualitas, produktivitas, barang setengah
jadi/WIP, perputaran persediaan dan pemenuhan jadwal produk)
24. Shop Floor : Tolok ukur Shop Floor Jepang adalah bersifat fisik.

SEJARAH SISTEM ABC


Pada permulaan tahun 1971, George J Staubus mengusulkan suatu system manajemen baru yang
dibangun berdasarkan akativitas, akan tetapi kurang mendapatkan perhatian karena dibutuhkan suatu sistem
komputer untuk mengumpulkan data aktivitas yang pada saat itu belum ada. Pada awal tahun 1980-an,
industri dan akademisi mengetahui kelemahan mengenai system akuntansi biaya, dimana arus kas dan nilai
pemegang saham menjadi tujuan utama dari kebanyakan perusahaan.
Dan pada tahun 1984 Robert S. kaplan dan Dr. Tom Johnson mulai menguraikan secara terperinci
kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan dari sistem akuntansi biaya sekarang, dan pada saat yang bersamaan
Dr. Robin Cooper mengembangkan suatu sistem biaya baru yang mengalokasikan biaya berdasarkan
transaksi biaya overhead dan activity yang disebut dengan metode Activity Based Costing (ABC). Activity
Based Costing (ABC) mulai mendapatkan perhatian dan menyebar luas. Northerm Telecom, Hewlett
Packkard, Honeywell, dan Avery International adalah beberapa perusahaan yang telah menggunakan sistem
ABC.
Jika pada awal perkembagannya sistem ABC hanya difokuskan kepada biaya overhead pabrik, pada
tahap perkembangan selanjutnya sistem ABC diterapkan ke semua biaya mulai dari biaya desain, biaya
produksi, biaya penjualan, sampai biaya administrasi dan umum. Sistem ABC menggunakan aktivitas
sebagai titik pusat untuk mempertanggungjawabkan biaya, karena aktivitas tidak hanya dijumpai di
perusahaan manufaktur dan tidak terbatas ditahap produksi, maka sistem ABC dapat dimanfaatkan di
perusahaan non manufaktur dan mencakup biaya di luar kegiatan produksi.

You might also like