Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING
Kelompok 2
Disusun Oleh:
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang “Korupsi Berdasarkan Gone Theory”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui korupsi menurut Gone Theory?
2. Untuk mengetahui yang termasuk dalam faktor internal penyebab korupsi
berserta contohnya?
3. Untuk mengetahui yang termasuk dalam faktor eksternal penyebab korupsi
beserta contohnya?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Teori GONE adalah teori yang populer digunakan dalam penelitan fraud.
Penelitian ini menggunakan teori GONE dari Jack Bologne (1993) sebagai dasar
teori untuk meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku fraud. Teori
GONE merupakan teori yang menyempurnakan Teori Triangle Fraud, dimana
kedua teori tersebutmengungkapkan alasan seorang koruptor melakukan tindak
fraud. Fraud Triangle Theorymerupakan teori yang meneliti tentang penyebab
terjadinya fraud yang pertama kali ditulis oleh Cressey (1953) dan dinamakan
fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menurut Cressey (1953)
menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud yang meliputi
Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang), Rationalization (Rasionalisasi).
Getie Mihret (2014) meneliti budaya nasional dan risiko fraud pada 66
negara. Variabel independen budaya nasional menggunakan lima dimensi nilai
budaya Hofstede and Hofstede (2005) dan fraud sebagai variabel dependennya.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko fraud tinggi ada pada negara
dengan budaya jarak kekuasaan yang lebar dan budaya orientasi jangka panjang
yang terbatas seperti Indonesia. Pada konteks Indonesia beberapa peneliti seperti
(Dewani & Chariri, 2015; Jatiningtyas & Kiswara, 2011; Nugroho, 2015) yang
mengamati fraud pengadaan barang/jasa pemerintah.Jatiningtyas & Kiswara
(2011) meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi fraud pada pengadaan
barang/jasa pemerintah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
6
perbedaan yang signifikan dalam penilaian terhadap penghasilan panitia, sistem
dan prosedur, etika dan lingkungan pengadaan barang/jasa, antara panitia
pengadaan dan auditor BPKP, kecuali pada kualitas panitia pengadaan
barang/jasa.
7
materialnya Dewani & Chariri (2015), sehingga semakin tinggi tingkat
keserakahan sesorang maka semakin tinggi pula potensinya untuk melakukan
tindakan fraud.
Ha3: Need berpengaruh secara positif terhadap perilaku fraud pada pengadaan
barang/jasa pemerintah. Hukuman yang rendah (exposes) adalah hal yang
berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku
kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan (Dewani &
Chariri, 2015). Hukuman yang rendah (exposes) belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku
yang lain. Semakin rendah tingkat hukuman maka semakin tinggi pula potensi
seseorang untuk melakukan tindakan fraud.
Ha4: Exposes berpengaruh secara positif terhadap perilaku fraud pada pengadaan
barang/jasa pemerintah.Tappen, Davis, & Tradewell (1995)menyebutkan bahwa
8
idealisme pimpinan pada dasarnya terkait dengan karakter pemimpin yang ideal
dimana seorang pemimpin mampu menjalankan kekuasaannya secara efektif dan
efisien, sehingga dapat mensejahterakan rakyatnya. Idealisme pimpinan yang
demikian cenderung berani beragumen dengan pendapat yang berbeda, meskipun
dianggap berbeda tetapi tetap percaya diri, cenderung optimis dan memiliki
pemikiran yang positif, dan berani mengambil segala risiko atas keputusannya.
Selanjutnya, Tappen et al. (1995) menyatakan bahwa pemimpin yang demikian
harus memenuhi syarat-syarat memiliki pengetahuan (knowledge), memiliki
kesadaran diri (self awareness), komunikatif, memiliki energi, memiliki tujuan
yang jelas, dan berorientasi padatindakan/action. Semakin tinggi tingkat idealisme
pimpinan maka semakin rendah potensi seseorang untuk melakukan tindakan
fraud.
Widayat (2014) idealisme pimpinan yang baik dengan sistem akan menentukan
individu yang bekerja didalamnya menjadi baik meskipun individu dalam suatu
kelompok tersebut kurang baik, namun sebaliknya apabila idealisme pimpinannya
buruk dengan sistem akan menentukan individu yang bekerja didalamnya menjadi
buruk meskipun individu dalam suatu kelompok tersebut mempunyai kualitas dan
kinerja yang bermutu dibidangnya. Idealismepimpinan di instusi pemerintah
mempunyai konsekuensi institusional sebagaicerminan sistem perilaku individu
birokrasi, sehingga idealisme pimpinan di hipotesiskan akan meningkatkan atau
menurunkan perilaku greed, opportunity, need dan exposes terhadap fraud.
Ha6: faktor greed akan menurunkan perilaku fraud apabila tingkat idealisme
pimpinan tinggi.
Ha7: faktor opportunity akan menurunkan perilaku fraud apabila tingkat idealisme
pimpinan tinggi.Ha8: faktor need akan menurunkan perilaku fraud apabila tingkat
idealisme pimpinan tinggi.Ha9: faktor exposes akan menurunkan perilaku fraud
apabila tingkat idealisme pimpinan tinggi.
9
2.2 Faktor Internal Penyebab Korupsi Beserta Contohnya
Faktor Internal merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat
dirinci menjadi:
2) Moral yang kurang kuatSeorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Moral yang kurang kuat salah satu penyebabnya adalah lemahnya pembelajaran
agama dan etika. Menurut kamus Purwadarminta, etika adalah ilmu pengetahuan
10
tentang asas-asas akhlak, yaitu ilmu yang mengajarkan manusia bagaimana
seharusnya hidup sebagai orang bermoral. Etika merupakan ajaran tentang norma
tingkah laku yang berlaku dalam suatu lingkungan kehidupan manusia. Seseorang
yang menjungjung tinggi etika atau moral dapat menghindarkan perbuatan
korupsi walaupun kesempatan ada. Tetapi kalau moralnya tidak kuat bisa tergoda
oleh perbuatan korupsi, apalagi ada kesempatan.
Sebetulnya banyak ajaran dari orang tua kita mengenai apa dan bagaimana
seharusnya kita berperilaku, yang merupakan ajaran luhur tentang moral. Namun
dalam pelaksanaannya sering dilanggar karena kalah dengan kepentingan duniawi.
Contoh SoalSerang perawat sebuah rumah sakit mempunyai teman kelompok ibu-
ibu yang senang berbelanja, karena penghasilan perawat tersebut kurang
sedangkan kehidupannya konsumtif maka dia suka menjual sisa buat pasien yang
sebenarnya harus dikembalikan kepada rumah sakit.
11
atau lebih dari: keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan kelemahan hukum.
Adanya tuntutan kebutuhan yang tidak seimbang dengan penghasilan, akhirnya
pegawai yang bersangkutan karena keserakahannya akan melakukan
korupsi.Contoh SoalSeorang tenaga penyuluh kesehatan yang bekerja di suatu
puskesmas, mempunyai seorang istri dan empat orang anak. Gaji bulanan pegawai
tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Pada saat member
penyuluhan di suatu desa, dia menggunakan kesempatan untuk menambah
penghasilannya dengan menjual obatobatan yang diambil dari Puskesmas, dengan
janji bahwa obat-obatan tersebut manjur. Penduduk desa dengan keluguannya
mempercayai petugas tersebut.
Contoh Soal
Seorang bidan melakukan tindakan mengaborsi ibu hamil dengan bayaran yang
tinggi karena terdesak oleh kebutuhan sehari-hari di mana suaminya di PHK dari
pekerjaannya.
7) Malas atau Tidak Mau BekerjaSebagian orang ingin mendapatkan hasil dari
sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat atau malas bekerja. Sifat semacam ini
akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, di
antaranya melakukan korupsi.
12
Contoh SoalSeorang mahasiswa yang malas berpikir, tidak mau mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen. Untuk mendapatkan nilai yang tinggi,
mahasiswa tersebut menyuruh temannya untuk mengerjakan tugas.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religious, yang tentu akan melarang tindak
korupsi dalam bentuk apapun. Agama apapun melarang tindakan korupsi. Di
antaranya agama islam sangat anti korupsi. Yang dilarang dalam islam bukan saja
perilaku korupnya, melainkan juga setiap pihak yang ikut terlibat dalam rangka
terjadinya tindakan korupsi itu. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini
menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.
Contoh SoalWalaupun agama sudah dipelajari sejak sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi, beberapa orang mahasiswa tetap saja suka mencontek pada
waktu ujian. Seorang petugas kesehatan memeras pasiennya, padahal pada waktu
kuliah belajar agama dan etika.
13
terpengaruh oleh lingkungan keluarganya yang baru. Keluarganya senang
terhadap perubahan perilaku karyawan tersebut karena menghasilkan banyak
uang.
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan
oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran
korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap
masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:
14
3) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh
masyarakat. Bahkan sering kali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan
korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
c. Aspek politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertin3gkah laku sesuai dengan
harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan
berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu
lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih
dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Seseorang melakukan korupsi mungkin karena tekanan orang terdekatnya seperti
istri/suami, anak-anak yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup. Korupsi juga
bisa terjadi karena tekanan pimpinan atau rekan kerja yang juga terlibat.
Bahkan korupsi cenderung dimulai dari pimpinan, sehingga staf terpaksa terlibat
“the Power tends to corrupts absolute”. Kekuasaan itu cenderung ke korupsi,
kekuasaan mutlak mengakibatkan korupsi mutlak. Perilaku korup juga
dipertontonkan oleh partai politik. Tujuan berpolitik di salah artikan berupa tujuan
mencari kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara. Perilaku korup seperti
penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
15
d. Aspek Organisasi
Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas
visi dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang
harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya,
terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut
berhasil mencapai sasarannya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
16
masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor, di
antaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya
profesional pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika maupun
pemerintahan oleh pengawas sendiri.
e. Aspek
17