You are on page 1of 94

INTERVENSI STRATCHING EXERCISE

PADA KELUARGA
DENGAN MASALAH DIABETES MELITUS

Tugas Akhir Ners


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Ners
pada Program Studin Pendidikan Ners Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh :
SYAHRA RAMADHANI B
NIM. 7090012035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

ْ‫سم هل ِال ال َّر ْحم ِن ال َّر ِْحيِم ِ ب‬


ِ
Segala puja dan puji hanya kepada Allaahu Robbul ‘Izzah zat yang mengatur segala
sesuatu apa yang ada di langit dan di bumi yang membuka hati setiap hamba dan
memasukkan cahaya petunjuk ke dalam qalb masing-masing sehingga dengan cahaya
petunjuk itu seorang hamba dapat mengenal Islam, Iman dan Ihsan. Shalawat dan
salam kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Nabi sekaligus rasul yang diutus oleh
Allah di permukaan bumi ini sebagai uswatun hasanah wa rahmatan lil’aalamiin.
Alhamdulillah wa syukurillah kami ucapkan atas selesainya Tugas Akhir Ners pada
proses menimba ‘uluum pendidikan profesi Ners ini. Segala rasa terima kasih kami
haturkan kepada orang tua kami yang tiada pernah alpa menyebut nama kami di
setiap do’anya. Juga kepada seluruh guru dan dosen yang telah membentuk dan
menempa kami sehingga kami bisa berada di titik ini. Wabilkhushush kepada
Bapak/Ibu dosen yang membimbing kami pada prosesi Tugas Akhir Ners ini, semoga
senantiasa diberikan kesehatan, kebarokahan dan keselamatan dunia wal aakhirah
aamiin yaa arhamarraahimin. Saya selaku penulis memohon maaf kepada seluruh
pembaca di mana pun berada atas kesalahan dan kekhilafan yang terjadi pada
penugasan kali ini. Kritikan dan saran senantiasa penulis terima dengan lapang dada
agar menjadi bahan evaluasi bagi penulis. Mohon doa semoga penulis bisa menjadi
manusia yang memiliki banyak manfaat bagi manusia yang lain aamiin yaa Rabb
al-‘aalamiin..

Gowa, 3 Januari 2022


Penyusun,

Syahra Ramadhani B
NIM. 70900120035
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syahra Ramadhani B
NIM : 70900120035
Tempat & Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 28 Desember 1998
Jurusan/Prodi : Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : Jalam Poros Wotu- Malili Desa Maliowo Kec.
Angkona Kab. Luwu Timur
Judul : Intervensi Stretching Exercise Pada Keluarga
Diabetes Melitus
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Tugas Akhir Ners ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
tugas akhir ners ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 3 Januari 2022


Penyusun,

Syahra Ramadhani B
NIM. 70900120035
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus terjadi karena gula yang tinggi atau hiperglikemia

dimana terjadi kelainan sekresi insulin sehingga menghambat kerja

karbohidrat, protein dan lemak (Azitha et al. 2018). Diabetes melitus lebih

dikenal sebagai Silent Killer seringkali manusia tidak sadar telah mengidap

diabetes melitus dan kebanyakkan dari mereka terlambat dalam menangani

atau mengobati penyakit tersebut sehingga banyak sekali yang terjadi

komplikasi. Diabetes melitus juga banyak yang menyebutnya sebagai Mother

of Diseaseatau ibu dari penyakit lainnya yang dapat mengganggu organ

(Mulyani, 2015).

Orang yang terkena diabetes melitus akan mengalami peningkatan

setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia, dimana prevalensi

diabetes melitus tipe 2 menyumbang 90% dari semua diabetes dan merupakan

salah satu yang terbanyak di seluruh dunia. Menurut Federasi Diabetes

Internasional (IDF) (2019), sekitar setengah miliar orang menderita diabetes.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) memperkirakan 2,2 juta

kematian akibat penyakit diabetes melitus

Menurut Kemenkes RI (2018), Diabetes Melitus diperkirakan akan

terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035. Indonesia menduduki

peringkat keempat kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari

total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2018 menunjukkan bahwa 2 prevalensi diabetes melitus

adalah 2,0 %, prevalensi diabetes melitus didapatkan berdasarkan dari hasil

pemeriksaan gula darah pada penduduk yang berumur ≥ 15 tahun (Riskesdas,

2018).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, untuk
wilayah Sulawesi tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)
(Riskesdas, 2013). Kejadian diabetes melitus di Sulawesi Selatan masih
menempati urutan kedua penyakit tidak menular setelah penyakit jantung dan
pembuluh darah (PJPD) pada tahun 2017 yaitu 15,79% (Dinkes Sulsel, 2018).
Diabetes Melitus memiliki dampak sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ
tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan
30% akibat gagal jantung. Selain kematian, diabetes juga menyebabkan
kecacatan, sebanyak 30% pasien diabetes melitus mengalami kebutaan akibat
3 komplikasi retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Bustan,
2015). Oleh karena itu diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan
oleh pasien Diabetes Melitus.
Pengelolaan penyakit Diabetes Melitus dikenal dengan empat pilar
utama yaitu edukasi, terapi nutrisi medis/diet, jasmani dan terapi
farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada
semua jenis tipe Diabetes Melitus termasuk Diabetes Melitus tipe 2. Untuk
mencapai fokus pengelolaan Diabetes Melitus yang optimal maka perlu
adanya keteraturan terhadap empat pilar utama tersebut. Salah satu cara untuk
mengendalikan kadar gula darah yaitu dengan cara latihan jasmani pada
penderita diabetes melitus tipe 2, produksi insulin tidak terganggu, tetapi
karena respon reseptor pada sel terhadap insulin (resistensi) masih kurang,
maka insulin tidak dapat membantu transfer glukosa kedalam sel, dengan cara
latihan jasmani keadaan permeabilitas membrane terhadap glukosa meningkat
pada otot yang berkontraksi sehingga resistensi insulin akan berkurang.
Salah satu latihan yang dianjurkan adalah Stretching Exercise merupakan
salah satu Latihan fisik yang meregangkan sekelompok otot untuk
meningkatkan fleksibilitas. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
cedera saat Latihan. Setiap Gerakan yang menggerakkan bagian tubuh ke
suatu titik dan menyebabkan peningkatan pergerakan sendi. Active stretching
terjadi Ketika sesorang melakukan peregangan dengan memegang salah satu
tubuh dengan cara berbaring .
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada unit
keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas
adalah klien atau resipien keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara 4
empiris, dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu, dan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang ada pada keluarga sehingga dalam
pelaksanaan kehadiran perawat dapat diterima oleh keluarga (Sulistyo
Andarmoyo, 2012). Menurut Friedman, dalam Komang Ayu Henny Achjar,
2012 salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi
antara sesama anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan
kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Oleh
karena itu peran keluarga sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan
perawatan klien DM di rumah.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk memberikan

intervensi non farmakologi, yakni dengan pelaksanaan pemberian intervensi

stretching exercise pada keluarga Ny. R yang memiliki riwayat DM dan

suaminya Tn. A yang memiliki penyakit yang sama untuk mengajarkan


stretching kepada keluarga yang nantinya dapat mengajarkan dan

mendampingi keluarga dengan masalah penyakit diabetes melitus

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya prevalensi pasien yang mengalami diabetes melitus

diikuti peningkatan kasus dari tahun ke tahun, menjadi perhatian penting yang

membutuhkan penanganan segera dalam rangka menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas kasus. Oleh karena itu, studi kasus mengenai

intervensi senam kaki diabetic terhadap keluarga yang mengalami diabetes

melitus dapat menjadi solusi alternatif selama berdasarkan evidenced based

nursing. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan pertanyaan dan pernyataan

penelitian “Bagaimana efek senam kaki diabetic teterhadap keluarga dengan

masalah diabetes melitus ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efek intervensi senam kaki

diabetik terhadap keluarga dengan masalah diabetes melitus

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran hasil pengkajian pada keluarga yang

mengalami diabetes melitus

b. Diketahuinya diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami

diabetes melitus .

c. Diketahuinya gambaran setelah pemberian intervensi senam kaki

diabetik terhadap keluarga yang mengalami diabetes melitus

d. Diketahuinya implementasi keperawatan pada keluarga yang

mengalami diabetes melitus.

e. Diketahuinya evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami

diabetes melitus .

f. Diketahuinya hasil analisis intervensi stretching exercise pada pasien

dan keluarga yang mengalami diabetes melitus

MANFAATNYA MANA ??????


BAB II

TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Konsep Medis Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insentivitas sel terhadap
insulin.
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin
Dependent Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin
dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan
berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin atau
berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul
Wahdah, 2011)
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes mellitus dari National Diabetes Data Group
Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of
Glucosa Intolerance.
1. Klasifikasi klinis
a) Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), tipe I
2) Tipe tidak tergantung insulin (DMTTI), tipe II
a. DMTTI yang tidak mengalami obesitas
b. DMTTI dengan obesitas b)
b) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c) Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa Pada Diabetes
mellitus tipe I sel-sel beta pankreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya
penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang
biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi
akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin
c. Etiologi:
1. Penurunan fungsi cell b disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a) Glukotoksisitas: Kadar glukosa darah yang berlangsung lama
akan menyebkan peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB
dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta
b) Lipotoksisitas : Peningkatan asam lemak bebas yang berasal
dari jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan mengalami
metabolism non oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap
sel beta sehingga terjadi apoptosis.
c) Penumpukan amiloid : Pada keadaan resistensi insulin, kerja
insulin dihambat sehingga kadar glukosa darah akan meningkat,
karena itu sel beta akan berusaha mengkompensasinya dengan
meningkatkan sekresi insulin hingga terjadi hiperinsulinemia.
Peningkatan sekresi insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari
sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi
jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri sehingga
akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans menjadi
berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-
60%.
d) Efek inkretin : Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel
beta dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan
sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
e) Umur : Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah  usia 30 tahun
dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus
meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan
toleransi glukosa mencapai 50 – 92%. Proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat
sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan ahirnya pada tingkat organ
yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh
yang mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang
mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan terget yang
menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa.
f) Genetik

2. Retensi insulin
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak
begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
a) Obesitas terutama yang bersifat sentral ( bentuk apel )
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh
tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang
sensitif.
b) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c) Kurang gerak badan
d) Faktor keturunan ( herediter )
e) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi
sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular
dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan
diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing factor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (FKUI, 2011)
3. Faktor Resiko DM Tipe II
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II,
antara lain:
a) Usia ≥ 45 tahun
b) Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23
kg/m2 yang disertai dengan faktor resiko:
1) Kebiasaan tidak aktif
2) Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram,
atau riwayat DM gestasional
4) Hipertensi (≥140/90 mmHg)
5) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
6) Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau keadaan
klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
7) Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
8) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
c) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e) Kurang gerak badan
f) Faktor genetik
g) Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h) Stress (FKUI, 2011)
d. Patofisiologi
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan “hepatic glucose production
(HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke
kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk
mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap
normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi
mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah
meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis
diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta itu
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak
mampu lagi mengsekresi insulin.( FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan
insulin. Akan tetapi jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi
dan penurunan jumlah total insulin yang di lepaskan. Hal ini
mendorong semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia
pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa
memperlihatkan resitensi terhadap insulin yang bersirkulasi dalam
darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang
ada disel tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai
proses glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar
glukosa darah serta mestimulasai penguraian simpanan trigliserida,
protein, dan glikogen untuk mengahasilkan sumber bahan bakar
alternative, sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya
sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa
sebagai sumber energy yang efektif . Karena masih terdapa insulin ,
individu dengan DM Tipe II jarang mengandalkan asam lemak untuk
menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis. (Elizabeth J
Corwin, 2009)
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala spesifik DM tipe II, antara lain :
1. Penurunan penglihatan.
2. Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air mengikuti
glukosa dan keluar melalui urine.
3. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume urineyang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi keplasma yang
hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel menstimulasi
pengeluaran hormon anti duretik (ADH, vasopresin) dan menimbulkan
rasa haus.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien DM kronis
menyebabkan kelelahan.
5. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan
pascaabsorptif yang kronis, katabolisme protein dan lemak dan
kelaparan relatif sel. Sering terjadi penurunan berat badan tanpa terapi.
6. Konfusi atau derajat delirium.
7. Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas
lambung).
8. Retinopati atau pembentukan katarak.
9. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan
sirkulasi perifer, kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau
luka yang tidak kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran
mukosa kering akibat dehidrasi.
10. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas.
11. Hipotensi ortostatik.
Tanda dan gejala non spesifik DM Tipe II, antara lain:
1. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa
diskresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah
2. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air
atau pada kasus yang berat terjadi kerusakan retina
3. Paretesia atau abnormalitas sensasi
4. Kandidiasis vagina ( infeks ragi ), akibat peningkatan kadar glukosa
disekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun . kandidiasis
dapat menyebabkan rasa gatal dan kadas di vagina
5. Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh
6. Efek Somogyi: Efek somogyi merupakan komplikasi akut yang
ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, kemudian
di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan
rebound pada paginya.
7. Fenomena fajar ( dawn phenomenon) adalah hiperglikemia pada pagi
hari ( antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh
peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari.
f. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a) Obat Hipoglikemik Oral
1) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra
pankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting
karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien insulinopenik.
Mekanisme kerja golongan obat ini antara lain:
- Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored insulin)
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
(FKUI, 2011)
2) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivate
asam benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati.(FKUI, 2011)
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
1) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah
metformin. Etformin menurunkan glukosa darah melalui
pengaruhnya terhadap insulin pada tingkat selular, distal dari
reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi
glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh
sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan menghambat
absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan. (FKUI,
2011)
2) Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek
farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini
bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi
produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
3) Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat
ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan hipoglikemia dan
juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.(FKUI, 2011)
4) Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan
terhadap sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar
glukosa dapat diturunkan. (FKUI, 2011)
c) Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang bila
kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan
terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-
peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar.
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan memerlukan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Pada DM Tipe II
tertentu akan butuh insulin bila:
a) Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa
darah
b) Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miocard akut atau stroke.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
a) Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang
ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien
maupun keluarga pasien.
b) Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang
sakit dan menyelesaikan masalah penyakit diabetes dan resikonya.
c) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam
pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
d) Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih,
menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk
kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau
pekerjaan, pola makan yang baik
e) Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan
dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang
memiliki resiko
f) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan
jasmani atau kebugaran yang sesuai.
3. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control
metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas
b) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c) Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan
kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau penyambuhan
dari penyakit metabolic
d) Dapat mempertahankan berat badan yang memadai
e) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek,
komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati
autonomic dan penyakit jantung
f) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
g. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan
oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat,
konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada
lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai
kondisinya mengancam jiwa.
2. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi
yang mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia
dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang
menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang
ekstrim.
3. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien
yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai
dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat
kesadaran (biasanya koma atau hampir koma).
4. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas
atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi
dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan
pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah
makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
5. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10
kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes.
Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis
serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif,
serta depresi sistem saraf pusat.
6. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena
kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal
ini membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
h. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk Memantau Penatalaksanaan DM Pemeriksaan diagnostik yang
digunakan untuk mendiagnosis dan memantau DM mencakup glukosa darah
puasa, pemeriksaan toleransi glukosa oral, dan hemoglobin terglikolisasi.
Pemeriksaan albumin dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan awal
kerusakan ginjal.
1. Pemantauan glukosa darah Penyandang DM harus dipantau kondisinya
setiap hari dengan memeriksa kadar glukosa darah. Tersedia dua tipe
pemeriksaan. Tipe pertama, yang digunakan jauh sebelum adanya alat yang
dapat mengukur glukosa darah secara langsung, adalah pemeriksaan glukosa
dan keton dalam urine.
2. Pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine Pada keadaan sehat, glukosa
tidak terdapat dalam urine karena insulin mempertahankan glukosa serum di
bawah ambang batas ginjal 180 mh/dl. Pemeriksaan urine direkomendasikan
untuk memantau hiperglikemia dan ketoasidosis pada penyandang DM tipe I
yang mengalami hiperglikemia yang tidak dapat dijelaskan selama sakit atau
hamil. Keton dapat di deteksi lewat pemeriksaan urine dan mencermikan
adanya DKA.
3. Pemantauan mandiri glukosa darah Pemantauan mandiri glukosa darah
(self monitoring of blood glucose, SMBG) memungkinkan penyandang DM
untuk memantau dan mencapai kontrol metabolik. SMBG direkomendasikan
tiga kali atau lebih per hari bagi pasien DM tipe I yang menggunakan injeksi
insulin multiple atau terapi pompa insulin. Pemantauan oleh pasien DM tipe II
tidak menggunakan insulin harus cukup untuk membantu mereka mencapai
tujuan glukosa

2. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketegantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Friedman dalam Komang Ayu Henny Achjar, 2012). Keluarga
adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung
dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain diwujudkan
dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai
tujuan bersama. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek (Sulistyo Andarmo, 2011).
b. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dan
Ali, (2010: 5), adalah:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau
dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota–
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah:
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
2. Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.
c. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan:
1. Secara Tradisional
a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi keduanya.
b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan
darah (kakek – nenek, paman, bibi).
2. Secara Modern
a) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan anak
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
b) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
c) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
d) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
e) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah
atau di luar rumah.
f) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
h) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti.
k) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
l) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
m) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
o) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
d. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24),
ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari
bermacam-macam diantaranya adalah:
1. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.
e. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan
perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan ini bisa dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4) Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan anggota keluaraga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
(Setiadi,2008)
f. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi
dasar keluarga, yakni:
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga,perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggoa keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangakan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga belajar
disiplin,norma,budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit.Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga,yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehehatan,mengambil keputusan, melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian,tanda-gejalafaktor penyebab dan yang
mempengaruhinya,serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill keputusan
mngenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah :
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengertii mengenai
sifat dan luasnya masalah.
(2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami.
(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
(5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
(6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
(7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya).
(2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
(3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
(4) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial, fasilitas
fisik, psikososial).
(5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu
dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki.
(2) Sejauhmana keluarga melihat
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.
(3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene
sanitasi.
(4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit.
(5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi.
(6) Sejauhmana kekompakan antara anggota keluarga.
e. Untuk mengetahui sejau hmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan.
(2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
(3) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan.
(5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
g. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson dan
Leny, (2010) adalah sebagai berikut :
1) Tahap 1, keluarga baru menikah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina
hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.
2) Tahap 2, keluarga dengan anak baru lahir.
Tugas perkembangan keluarga pada tahapini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua,adaftasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga,hubungan seksual
dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya.
3) Tahap 3,keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lai (tua) juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan
yang sehat baik dalam waktu untuk individu, pasangan dan anak
(biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi);
pembagian tanggung jawab anggota keluraga ;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi
anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah

dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperolehdari


sekolah atau masyarakat) mempertahankan keintiman
pasangan; memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5) Tahap 5, keluarga dengan anak remaja.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi;
mempertahankan hubungan intimdalam keluarga;
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua; hindarkan terjadinya perbedaan, kecurigaan, dan permusuhan
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan(anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6) Tahap 6, keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memperluas
jaringan keluarga dari keluarga inti menjadii keluarga besar,
memepertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru dii masyarakat;penataan kembali
peran orang tua dan kegiatan di rumah.
7) Tahap 7, keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan kesehatan indvidu dan pasangan usia
pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasai dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya; meningkatkan
keakraban pasangan.
8) Tahap 8,keluarga usia tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya; adaptasi dengan perubahan yang
akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan
penghasilan keluarga, mempertahanka keakraban pasangan dan
saling merawat; melakukan live review masa lalu.
h. Stres dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang Stresor
a. jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan
b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan (Padila, 2012).
B. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Identifikasi Data
Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Sulistyo Andarmoyo, 2012
meliputi:
a. Nama kepala keluarga (KK) Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung
jawab penuh terhadap keberlangsungan keluarga.
b. Alamat dan telepon Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi
sehingga memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Pekerjaaan dan pendidikan KK Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang
pendidikan Kepala Keluarga dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar
dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
d. Komposisi keluarga Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
e. Genogram Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram
merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui
keluarga, dan riwayat, serta sumber-sumber keluarga.
f. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
h. Agama Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah status ekonomi:
1) Berapa jumlah pendapatan per bulan?
2) Darimana sumber-sumber pendapatan perbulan
3) Berapa jumlah pengeluaran perbulan?
4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga?
5) Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?
j.Rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV
dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
inti, dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayananan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan,
termasuk juga dalam hal ini riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan
pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaiatan dengan kesehatan
(perceraian, kematian, hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.
d. Riwayat keluarga sebelumnya/asal Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti
apa kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari ke dua orang tua)
3. Data Lingkungan
Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari
pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek dalam rumah
hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana keluarga tersebut
berada.
a. Karakteristik rumah
1) Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakah
keluarga memilki sendiri atau menyewa rumah ini.
2) Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior
rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar, penggunan kamar dan
bagaimana kamar tersebut diatur.
3) Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat masak.
4) Di kamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk.
5) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah.
6) Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
7) Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah
8) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi
mereka memadai.
9) Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan
rumah/lingkungan.
10) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
11) Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan
dengan pengaturan/penataan rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
1) Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat
dan komunitas yang lebih luas?
2) Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas
dapat diakses dan bagaimana kondisinya?
3) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini?
4) Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas?
5) Apakah ada masalah keselamatan yang serius?
c. Mobilitas geografi
keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
berpindah tempat.
1) Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini?
2) Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
interaksinya dengan masyarakat.
1) Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanaan
kesehatan?
2) Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan
fasilitas?
3) Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di komunitas
untuk kesehatan keluarga?
4) Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?
e. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah sejumlah
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
f. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik cara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
g. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar dispilin, norma, budaya
dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
4) Fungsi reproduksi
a) Berapa jumlah anak?
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalan mengendalikan jumlah
anak?
5) Fungsi perawatan keluarga
Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6) Stres dan koping keluarga Stresor jangka pendek dan panjang
a) Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka panjang
(> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Apakah keluarga dapat
mengatasi stresor biasa dan ketegangan sehari-hari?
b) Bagaimana keluarga mengatasi tersebut? Jelaskan Strategi koping apa
yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi masalah-masalah?
(koping apa yang dibuat?) Apakah anggota keluarga berbeda dalam
cara–cara koping terhadap masalah-masalah mereka sekarang? Jelaskan
7) Pemeriksaan Fisik
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data
tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi
kesehatan seluruh anggota keluarga.
a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital. Biasanya pada
penderita diabetes didapatkan berat badan yang diatas normal/obesitas.
b) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada
pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada
kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus
ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia dan lensa mata
yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.
c) Sistem integumen Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan
ditemui turgor kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada
luka atau maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi warna
kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan
menjadi ganggren.
d) Sistem pernafasan Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri
dada. Biasanya pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi
pada sistem pernafasan.
e) Sistem kardiovaskuler Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan
ditemui perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi,hipertensi, aritmia,kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi
polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
g) Sistem perkemihan Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui
terjadinya poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
h) Sistem muskuluskletal Pada penderita diabetes mellitus biasanya
ditemui terjadinya penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstremitas.
i) Sistem neurologis Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui
terjadinya penurunan sensoris, anastesia, letargi, mengantuk, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang ber kumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling
ketergantungan. Dalam sebuah keluarga bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
1) Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
berhubungan dengan pemilihan gaya hidup yang tidak sehat ditandai dengan
gagal melakukan pencegahan masalah Kesehatan penyakit diabetes melitus
pada anggota keluarga
2) Kesiapan Meningkatkan Manejemen Kesehatan
3) Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan

Kriteria Bobot Skor


Sifat masalah 1 Aktual= 3
Risiko=2
Potensial=1
Kemungkinan masalah 2 Mudah= 2
Potensial masalah untuk Sebagian= 1
dicegah 1 Tinggi= 3 Tidak dapat= 0
Cukup= 2 Rendah =1
Potensial masalah untuk 1 Tinggi= 3
Cukup= 2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi= 2
Potensial masalah untuk Tidak segera diatasi= 1
dicegah Tidak dirasakan adanya
masalah= 0
Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

𝑆𝑘𝑜r X Bobot
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
Menurut Padila (2012), dalam menentukan prioritas banyak faktor yang
mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih
besar 3, diberikan pada tidak atau kurang sehat karena kondisi ini biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2 dan keadaan
sejahtera 1. Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan
dukungan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor – faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan – tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
Adanya kelompok high risk atau kelompok sangat peka menambah masalah.
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
3. Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi Keperawatan pada studi kasus ini merujuk pada luaran
keperawatan keluarga, yakni:
a) Mengenal masalah keseahatan keluarga
b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman untuk keluarga yang
sakit
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh
perawatan yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. 44
Luaran keperawatan menunjukkan status status diagnosis keperawatan setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan terdiri
dari indikiator – indikator atau kriteria – kriteria hasil pemulihan masalah.
Terdapat dua jenis luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan
dan luaran negatif (perlu diturunkan) (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018).

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan


Keperawatan Indonesia Indonesia
(SLKI) (SIKI)
Perilaku Kesehatan TUK 1 : TUK 1 :
Cenderung Berisiko (Perilaku Kesehatan (SIKI I.12472 Promosi
(D.0009) L.12107 ) perilaku upaya Kesehatan)
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan tindakan
Subkategori : Integritas keperawatan diharapkan 1. Identifikasi perilaku upaya
Ego (SDKI) keluarga mampu mengenal kesehatan yang dapat
masalah kesehatan dengan ditingkatkan
kriteia hasil: 2. Berikan lingkungan yang
mendukung Kesehatan
1. Kemampuan 3. Anjurkan tidak merokok
melakukan tindakan didalam rumah
pencegahan masalah
kesehatan menigkat

TUK 2:
(Manajemen Kesehatan TUK 2 :
keluarga L.12105) (SIKI I.09265 Dukungan
Pengambilan Keputusan)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharpkan 1. Identifikasi persepsi
keluarga mampu mengenai masalah dan
mengambil keputusan informasi yang memicu
untuk memutuskan konflik
tindakan yang tepat dalam 2. Fasilitasi
perawatan dengan kriteia mengkarifikasi nilai dan
hasil : harapan yang membantu
membuat pilihan
1. Aktivitas keluarga
mengatasi masalah
Kesehatan tepat
TUK 3: TUK 3 :
(Perilaku Kesehatan (SIKI I.12360 Bimbingan
L.12107) system Kesehatan)
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi masalah
keperawatan diharapkan individu, keluarga dan
keluarga mampu bertindak masyarakat
merawat anggota 2. Bimbing untuk bertanggung
keluarganya yang sakit jawab mengidentifikasi dan
dengan kriteia hasil : mengembangkan
kemampuan memecahkan
1. Kemampuan melakukan masalah Kesehatan secara
Tindakan pencegahan mandiri.
masalah kesehatan
TUK 4 :
TUK 4: (SIKI I.14502 Identifikasi
(Manajemen Kesehatan Risiko)
L.12104)
1. Identifikasi risiko biologis,
Setelah dilakukan tindakan lingkungan dan perilaku
keperawatan keluarga 2. Lakukan pengelolaan risiko
diharapkan keluarga secara efektif .
mampu memodifikasi
lingkungan dalam
mengatasi masalah
Kesehatan dengan kriteia
hasil :
1. Melakukan tindakan
untuk mengurangi
faktor resiko

TUK 5: TUK 5 :
(Perilaku Kesehatan (SIKI I.12435 Edukasi
L.12107) perilaku upaya Kesehatan)
Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan penanganan
keperawatan diharapkan masalah kesehatan kepada
keluarga mampu keluarga
menjalankan perawatan di 2. Anjurkan menggunakan
fasilitas Kesehatan dengan fasilitas pelayanan
kriteria hasil : Kesehatan
1. Kemampuan 3. Ajarkan cara pemeliharaan
peningkatan kesehatan Kesehatan

Manajemen Kesehatan TUK 1 : TUK 1 :


Keluarga Tidak Efektif (Perilaku Kesehatan (SIKI I.12444 Edukasi Proses
(D.0115) L.12107 ) Penyakit)
Setelah dilakukan tindakan Mengenal masalah anggota
Kategori : Perilaku
keperawatan diharapkan keluarganya dengan intervensi :
Subkategori : Penyuluhan
keluarga mampu mengenal 1. Identifikasi kemampuan
dan Pembelajaran (SDKI) masalah kesehatan dengan dan kesiapan menerima
kriteia hasil: informasi
2. Kemampuan 2. Jelaskan pendidikan
melakukan tindakan kesehatan sesuai
pencegahan masalah kesepakatan
kesehatan menigkat 3. Jelaskan penyebab dan
faktor risiko penyakit
4. Jelaskan tanda dan gejala
yang ditimbulkan penyakit
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya

TUK 2 :
TUK 2: (SIKI I.13477 Dukungan
(Manajemen Kesehatan
Keluarga Merencanakan
keluarga L.12105)
Perawatan)
Setelah dilakukan tindakan Mengambil keputusan dalam
keperawatan diharpkan menyelesaikan masalah
keluarga mampu kesehatan anggota keluarganya
mengambil keputusan dengan intervensi :
untuk memutuskan
tindakan yang tepat dalam 1. Identifikasi tindakan yang
perawatan dengan kriteia dapat dilakukan keluarga
hasil : 2. Gunakan sarana dan
1. Aktivitas keluarga fasilitas yang ada dalam
mengatasi masalah keluarga
Kesehatan tepat 3. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
4. Ajarkan cara perawatan
yang biasa dilakukan
keluarga

TUK 3 :
(SIKI I.12383 Edukasi
TUK 3: Kesehatan)
(Perilaku Kesehatan Merawat anggota keluarga yang
L.12107) sakit dengan intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan diharapkan kemampuan menerima
keluarga mampu bertindak informasi
merawat anggota 2. Identifikasi faktor-faktor
keluarganya yang sakit yang dapat meningkatkan
dengan kriteia hasil : dan menurunkan motivasi
2. Kemampuan melakukan 3. Sediakan materi dan media
Tindakan pencegahan pendidikan kesehatan
masalah kesehatan 4. Jelaskan factor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
5. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan kesehatan

TUK 4 :
TUK 4: (SIKI I.12435 Edukasi
(Manajemen Kesehatan Perilaku Upaya Kesehatan)
L.12104) Memodifikasi lingkungan yang
aman untuk anggota keluarga
Setelah dilakukan tindakan
dengan intervensi :
keperawatan keluarga
diharapkan keluarga 1. Identifikasi kesiapan dan
mampu memodifikasi kemampuan menerima
lingkungan dalam informasi
mengatasi masalah 2. Anjurkan menggunakan
Kesehatan dengan kriteia fasilitas kesehatan
hasil : 3. Ajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
1. Melakukan tindakan
4. Ajarkan program kesehatab
untuk mengurangi
dalam kehidupan sehari-
faktor resiko
hari
5. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan.

TUK 5 :
(SIKI I.12360 Bimbingan
Sistem Kesehatan)
Memanfaatkan fasilitas
TUK 5: kesehatan anggota keluarga
(Perilaku Kesehatan
dengan intervensi :
L.12107)
1. Identifikasi masalah
Setelah dilakukan tindakan kesehatan individu,
keperawatan diharapkan keluarga dan masyarakat
keluarga mampu 2. Fasilitasi pemenuhan
menjalankan perawatan di kebutuhan kesehatan
fasilitas Kesehatan dengan 3. Fasilitasi pemenuhan
kriteria hasil : kebutuan kesehatan mandiri
4. Siapkan pasien untuk
2. Kemampuan mampu berkolabrasi dan
peningkatan kesehatan bekerja sama dalam
pemenuhan kebutuhan
kesehatan
5. Bimbing untuk
bertanggung jawab
mengidentifikasi dan
mengembangkan keampuan
memecahkan masalah
kesehatan secara mandiri

Kesiapan Meningktkan TUK 1 : Penentuan Tujuan Bersama


Manejemen Kesehatan Setelah dilakukan tindakan 1. Identikasi tujuan yang akan
keperawatan maka dicapai
diharapkan Keluarga 2. Identifkasi cara mencapau
mampu mengenal masalah tujuan secara konstruktif
kesehatan keluarga
1. Menerapkan program
perawatan

TUK 2 Edukasi Latihan fisik


Setelah dilakukan tindakan 1.Jelaskan jenis latihan yang
keperawatan maka sesuai dengan kondisi
diharapakan keluarga : kesehatan (senam kaki
1. Aktivitas keluarga diabetik)
mengatasi masalah 2.Jelaskan frekuensi, durasi,
kesehatan yang tepat dan intensitas program latihan
yang diinginkan
TUK 3 Promosi Dukungan Keluarga
Setelah dilakukan tindakan 1. Fasilitasi program perawatan
keperawatan maka dan pengobatanyang dijalani
diharapkan keluarga anggota keluarga
1. Kemampuan 2. Diskusikan kemampuan dan
menjelaskan masalah perencanaan keluarga dalam
kesehatan yang dialami perawatan
3. Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatan

TUK 4 ManejemenKenyamanan
Setelah dilakukan tindakan Lingkungan
keperawatan maka 1. Identifikasi sumber
diharapkan keluarga ketidaknyamanan
1. Tindakan untuk 2. Fasilitasi kenyamanan
mengurangi faktor lingkungan (suhu,
resiko kebersihan )

TUK 5 Pengenalan Fasilitas


Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
keperawatan maka kesehatan seperti rumah sakit
diharapkan keluarga (aktivitas pelayanan
1. Perilaku mencari diruangan, jam, alur )
bantuan 2. Informasikan fasilitas fisik
2. Menunjukkan minat (lokasi ,ruangan )

Kesiapan MeningkatkanT TUK 1 : Edukasi Perilaku Upaya


Setelah dilakukan tindakan Kesehatan
Manejemen Pengetahuan
keperawatan maka 1. Identifikasi maslah kesehatan
diharapkan keluarga : individu dan keluarga
1.Kemampuan mejelaskan 2. Membimbing untuk
pengetahuan tentang 3. mengidentifikasi dan
suatu topik mengembangkan kemampuan
mengenai masalah kesehatan

TUK 2 : Program Pengobatan


Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan penanganan masalah
keperawatan maka kesehatan
diharapkan keluarga : 2. Ajarkan cara pemeliharaan
1. Pertanyaan tentang kesehatan
masalah yang dihadapi 3. Ajarkan mengidentifikasi
tujuan yang akan dicapai
Promosi Dukungan Keluarga
TUK 3 : 1. Fasilitasi program perawatan
Setelah dilakukan tindakan dan pengobatanyang dijalani
keperawatan maka anggota keluarga
diharapakan keluarga : 2. Diskusikan kemampuan dan
1. Persepsi yang keliru perencanaan keluarga dalam
terhadap masalah perawatan
3. Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatan

TUK 4 :
Setelah dilakukan tindakan Edukasi Keselamatan Rumah
keperawatan maka 1. Ajarkan peletakan barang-
diharapkan keluarga : barang dirumah agar
1. Melakukan tindakan memudahkan dalam
untuk mengurangi faktor bergerak
resiko 2. Informasikan pentingnya
penerangan yang cukup
3. Jauhkan dari benda-benda
yang tajam dan mudah
melukai kulit
Pengenalan Fasilitas
TUK 5 : B. Jelaskan peraturan
Setelah dilakukan tindakan pelayanan kesehatan seperti
keperawatan maka rumah sakit (aktivitas
diharapkan keluarga dapat pelayanan diruangan, jam,
1. Perilaku mencari alur )
bantuan C. Informasikan fasilitas
2. Menunjukkan minat fisik (lokasi ,ruangan

4. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdarsarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,
maka perawat harus memahami Teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan
harus mencakup beberapa hal
a) Menstimulasi Kesehatan atau penerimaan keluarga mengenal kebutuhan
kebutuhan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan tentang Kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindaka
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga dengan cara
mendemonstrasikan
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat di gunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas Kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas Kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010). Sesuai dengan
rencana Tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun untuk
rencana baru yang sesuai. Semua Tindakan keperawatan mungkintidak dapat
diselesaikan dalam satu kunjungan keluarga. Oleh karena itu Langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan
yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga :
a) Tentukan garis besar masalah Kesehatan yang dihadapi dan bagaiman
keluarga mengatasi masalah tersebut
b) Tentukan rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai
c) Tentukan kreteria dan standar untuk evaluasi
d) Tentukan metode atau Teknik evaluasi
e) Bandingkan keadaan yang nyata
f) Identifikasi penyebab atau alas an penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu : evaluasi kuantitatif atau
evaluasi kualitatif :
a) Evaluasi kuantitif
Dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah, pelayanan, atau kegiatan yang
telah dikerjakan
b) Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan
pada salah satu dari tiga dimensi yang terkait
1) Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau
bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
2) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan keguatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas Kesehatan.
6. Konsep Teori
Dalam studi kasus kasus ini, menerapkan konsep teori model adaptasi,
“Sister Callista Roy” yang mendefinisikan kepearawatan sebagai profesi
kesehatan yang berfokus proses dan pola kehidupan manusia dan menekankan
promosi Kesehatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
secara (Gustinerz, 2020).
1. Evidance Based Nursing
Judul Artikel : Peningkatan Kerja Insulin Dengan Acctive Stretching Exercise
Pada Diabetes Melitus Tipe II di Kabupaten Pekalongan
Keywords : DM, Active Exercise, GDS
Penulis : Nurul Aktifah, Firman Faradisi
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No. 2
(2019) 369-375
1. Pengertian
Latihan fisik berupa Active Streching merupakan salah satu Latihan
fisik yang meregangkan sekelompok otot untuk meningkatkan fleksibilitas.
Hal ini juga dapat dilakukan untuk mencegah cedera saat Latihan. Setiap
Gerakan yang menggerakkan bagian tubuh ke suatu titik dan menyebabkan
peningkatan pergerakan sendi. Active stretching terjadi Ketika sesorang
melakukan peregangan dengan memegang salah satu tubuh dengan cara
berbaring
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui efektivitas active stretching exercise terhadap
peningkatan kerja insulin diabetes melitus tipe II
b. Untuk memberikan efek peregangan pada otot yang terasa sakit
3. Indikasi
Klien yang menderita Diabetes Melitus
4. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi Active Stretcing Exercise
5. Prosedur Pemberian dan Rasionalisasi
Pemberian stretching exercise dilakukan selama 30 detik dan diulang
sebanyaka 4 kali dan diberikan jeda selama 15 detik setiap pengulangan
yaitu dimulai pada 6 stretching ekstremitas bawah, 4 stretching ekstremitas
atas yang dilakukan secara berurutan yaitu fleksi lutut dalam posisi duduk,
fleksi lutut adduksi, hip dalam posisi duduk, lateral fleksi bahu dalam
posisi duduk, eksternal rotasi hip dan ektensi hip dalam posisi duduk,
ektensi, adduksi, dan retraksi bahu, fleksi lutut dan plantar fleksi
pergelangan kaki dalam posisi terlentang. Fleksi hip dalam posisi
tengkurap, fleksi dan depresi bahu dalam posisi duduk serta fleksi bahu
dan ekstensi siku. Untuk stretching bersifat unilateral, anggota tubuh
digerakkan secara bergiliran, yang dimulai pada anggota tubuh bagian
kanan kemudian dilakukan pada anggota bagaian kiri dan dilakukan selama
20 menit
6. Kriteria Evaluasi
Mengevaluasi bagaimana hasil penurunan kadar glukosa darah pasien
diabtetes melitus sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan gula darah.
BAB III
Format Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Abdul Malik Dg. Tutu
b. Inisial pengambil keputusan : Tn. A
c. Usia : 55 Thn
d. Pendidikan : SMA
e. pekerjaan KK : Penjual Ikan
2. Alamat dan Telpon
a. Tempat tinggal klien : RT 2 RW 2 Dusun Pa’bundukang
b. Telpon yang dapat dihubungi : 085255339227
3. Komposisi Keluarga : KK dan anggota keluarga
P/ Hub dgn TTl/ Status Status
No Nama L KK Umur Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Kesehatan

1. Tn. A L KK 55 SMA Penjual Lengkap Diabetes


tahun ikan Melitus

2. Ny. R P Istri 49 SMA IRT Lengkap Diabetes


tahun Melitus
Genogram

? ? G1
? ?

GII

? ? ?
?

GIII

45 58 45 42 38
62 58
55 49

28

Keterangan :
: Perempuan : meninggal

: laki-laki ? : umur tidak diketahui


: garis pernikahan : Tinggal serumah
: garis keturunan

G1 : Kakek dari Tn. A sudah meninggal dengan faktor yang tidak diketahui
G II : bapak dan ibu dari Tn.A masih hidup dan tidak memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus, bapak dan Ibu dari Ny. R juga masih hidup serta
tidak memiliki riwayat penyakit diabes melitus
G III : Tn. A berusia 55 thn dan Ny. R berusia 49 thn yang sekarang memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus memiliki 1 orang anak perempuan berumur
28 thn dan memiliki Riwayat penyakit gastritis
4. Tipe keluarga : Keluarga ini termasuk kedalam tipe keluarga
extended family yang terdiri suami, istri, anak, menantu dan cucu
5. Suku : Dalam keluarga hanya memiliki satu suku yaitu suku Makassar, dan
bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Makassar
6. Agama : Semua keluarga menganut agama islam.
7. Status sosial ekonomi : Status ekonomi keluarga termasuk kedalam tingkat
ekonomi menengah dilihat dari penghasilan kepala keluarga yang berada
<UMR, dan rumah berukuran besar yang dimiliki oleh keluarga serta
terlihat dari perabotan yangdimiliki yang dimiliki serta usaha didepan rumah
yaitu bengkel yang cukup besar
8. Aktivitas rekreasi : Keluarga serung bepergian untuk rekreasi 1 kali dalam
sebulan bersama dengan keluarga besar, tempat yang selalu dikunjungi oleh
keluarga yaitu ke laut dan wisata kebun gowa (wiskeb)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1.Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini masuk kedalam tahap keenam
dengan tahapan keluarga dengan usia dewasa, yang berusia 55 thn dan 47 thn .
2.Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu keluarga
masih kurang peduli akan pola hidup dan kurang menjaga pola istrahat sehingga
mengakibatkan pengaruh terhadap kesehatannya
3.Riwayat keluarga inti
Ny. R mengatakan mempunyai riwayat penyakit yaitu diabetes
melitus, dan juga suaminya Tn. A yang memiliki penyakit yang serupa yaitu
diabetes mellitus. Ny R mengatakan bahwa ia juga pernah dirawat di rs
dengan keluhan sesak napas dan gejala penyakit jantung, Tn. A memiliki
anak berusia 28 thn memiliki Riwayat penyakit gastritis
4.Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. R mengatakan bahwa dari keluarganya dan keluarga suaminya
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit dm yang dirasakn sejak 3 bulan
yang lalu, dan suami sejak 1 tahun yang lalu.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Ny.R mengatakan rumah yang dia tinggal sekarang merupakan rumah
milik orang tuanya. Kemudian berdasarkan hasil observasi jenis rumah Ny. R
merupakan bangunan permanen dengan atap bangunan seng dan lantai
keramik, terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi dan
teras rumah serta memiliki halaman depan rumah dan memiliki bengkel yang
terletak didepan rumah sendiri . Sumber air berasal dari sumur galian, klien
untuk sehari-harinya meminum air dari galon
2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW)
Keluarga Ny R bertempat tinggal di dusun pa’bundukang, yang
sekitar rumah klien merupakan saudara dan keponakan dari Ny. R sehingga
setiap sore sering dilakukan tempat berkumpul didepan rumah Ny.R
3. Mobilitas geografis keluarga
Ny. R sebelumnya tinggal dimakassar selama 10 tahun kemudian
tinggal dirumah orang tua klien dan orang tua klien sekarang tinggal di rumah
anaknya yang lain saat ini Ny. R tinggal bersama dengan suami, anak,
menantu dan 2 cucu laki-laki dan perempuan .
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. R Mengatakan hubungan dengan tetangga sangat baik, setiap
hari atau sore hari selalu berbincang-bincang , dan keluarga sering
berkunjung ke rumah Ny. R ataupun sebaliknya
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga dalam rumah ada 2 orang dimana anak klien sudah
menikah dan mempunyai anak 2 orang dalam menyelesaikan masalahnya
dengan musywarah oleh anggota
D. Struktur keluarga
1. Pola kemunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik dan sopan,
keluarga saling menghormati satu sama lain ketika didalam rumah keluarga
menggunakan bahasa makassar sebagai bahasa sehari-harinya, Ny. R
mengatakan untuk penyelesaian masalah keluarga semua dibicarakan dan
mencari solusi bersama
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga berada pada kepala keluarga yaitu Tn.A dimana
dirinya mampu memberikan pandangan baik dan buruk terhadap setiap
keputusan yang akan dipilih, Tn. A juga tinggal bersama anak dan
menantunya yang juga sebagai sumber kekuatan bagi keluarganya
3. Struktur peran
Peran keluarga berjalan dengan sebagaimana mestinya suami sebagai
kepala keluarga yang memberikan perlindungan serta mencari nafkah untuk
keluarga, isteri sebagai pmengatur segala persoalan didalam rumah dan anak
sebagai harapan dari orang tua Serta menantu dari Tn. A yang juga memiliki
peran terhdap keluarganya dengan bekerja di salah satu perusahaan dan istri yang
memiliki peran yaitu juga sebagai ibu rumah tangga
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn.A menganut nilai dan keyakinan hanya kepada Allah
SWT dan rasullah SAW, tidak terdapat budaya-budaya terkait kesehatan yang
melenceng dari ajaran rasulullah, ketika sakit keluarga tetap bersabar dan
langsung membawa ke pelayanan kesehatan keluarga langsung membawa
apabila ada keluarga yang sakit dan tidak menunggu sampai sembuh
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Ny R mengatakan bahwa walaupun didalam rumah memiliki 2
keluarga akan tetapi keluarga tetap saling mengasuh, membantu saling
mendukung antar keluarga dan saling menghargai anggota keluarga dan
mengakui keberadaan keluarga dan tetap menjaga iklim yang positif sehingga
dapat terjalin dengan anggota keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Ny. R mengatakan bahwa sosialisasi setiap anggota keluarga memiliki
nilai sosial yang baik terhadap tetangga, keluarga yang lain dan kepada
individu yang lainnya.
3. Fungsi perawatan keluarga
Ny R mengatakan bahwa saat ini mengetahui bahwa memiliki
masalah kesehatan penyakit diabetes mellitus dan suami juga memiliki
masalah kesehatan yang sering melakukan permeriksaan di puskesmas akan
tetapi keluarga belum mampu untuk melakukan perawatan pada keluarga dan
masih bingung terkait masalah kesehatan.
F. : Fungsi dan tugas keluarga.
1. Bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga?
Keluarga mampu mengenali masalah Kesehatan keluargan akan tetapi
keluarga belum mampu dan bingung mengenai perawatan kepada keluarganya
terkait penyakit diabetes melitus, keluarga juga mengatakan bahwa ketika ada
salah satu anggota keluarga yang sakit maka keluarga langsung cepat
membawa ke puskesmas atau ke dokter praktek untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
2. Bagaimana keluarga mengambil keputusan terkait masalah kesehatan
anggota keluarga?
keluarga mampu mengambil keputusan untuk berobat ke layanan
kesehatan ketika penyakit benar-benar tidak bisa ditangani sendiri.
3. Bagaimana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit?
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit,
terkait penyakit keluarga Tn.A yaitu penyakit dibates melitus
4. Bagaimnana keluarga memodifikasi lingkungan rumah?
Ny. R mengatakan bahwa cara untuk memodifikasi lingkungan rumahnya
yaitu dengan cara klien setiap bulan mengubah posisi letak tempat-tempat seperti
kursi dan lemari agar mendapatkan suasana yang baru dan agar lebih luas
5. Bagaimana keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungan tempat tinggal?
Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan seperti PKM, dokter klinik
dan RS ketika tidak dapat menangani penyakitnya sendiri
G. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Keluarga Ny. R mengatakan bahwa Sressot jangka pendek adalah kadang
keluarga sering terbangun dimalam hari karena cucunya yang sering
terbangun dan menangis sehingga mengakibatkan keluarga tidak tidur untuk
menjaga cucu dari Ny. R.
2. Stressor jangka panjang
Keluarga Ny. R mengatakan bahwa stressor jangka panjang yang dialaminya
akibat dari masalah kesehatannya yaitu penyakit diabetes mellitus sehinga
membuat klien sering berpikir mengenai masalah kesehatannya dan juga
suaminya
3. Strategi koping yang digunakan yaitu berdiskusi dengan keluarga
dalam pengambilan suatu keputusan .
Reaksi terhadap stressor : Ny. R mengatakan ketika ada masalah selalu
mengatakan bahwa masalah ini akan selesai dan untuk menghilangkan stress
sering bermain dengan kedua cucunya yang masih kecil .
Strategi koping internail : Ny. R mengatakan bahwa ketika ada
masalah, dia dan keluarganya saling berdiskusi dan memberikan solusi
bersama.
Strategi koping eksternal : Ny. R percaya dengan keyakinan dan selalu
berdoa untuk masalah kesehatannya dan masalah lainnya
4. Strategi adaptasi disfungsional : dari hasil pengkajian keluarga dapat
menyelesaikan sressor yang dialami oleh keluarganya. .
H. Harapan Keluarga : Ny. R berharap agar keluarganya selalu sehat dan
tetap saling menjaga keutuhan keluarga
I. Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Tn. A Ny. R
1. Keadaan umum Baik Baik
2. Tanda – tanda vital TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
:
N : 85 x/i N : 78 x/i
• TD (mmHg)
P : 24 x/i P : 24x/i
• Nadi (x/menit)
Suhu : 36,5o C Suhu : 36o C
• Suhu (celcius)
• RR (x/menit)

3. TB (cm) & BB 159 cm/65 kg 157cm/ 47 kg


(kg)
4. Kepala Bersih , rambut pendek , Bersih , rambut pendek ,
tidak ada luka tidak ada luka, tidak
terdapat ketombe
5. Mata Normal Plus

6. Mulut dan Hidung Mulut dan gigi bersih Mulut dan Gigi bersih
memakaki gigi palsu di
bagian bawah
7. Telinga Tidak ada serumen Tidak ada serumen

8. Leher Kaku kuduk tidak ada, Kaku kuduk tidak ada,


tidak ada pembesaran pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar tiroid tidak terlihat.

9. Dada Simetris, bunyi jantung Simetris, bunyi jantung


normal normal

10. Abdomen Tidak terdapat nyeri Tidak terdapat nyeri tekan


tekan

11. Eliminasi Normal BAB 1-2 X/hari Normal BAB 1-2 X/hari

12. Integumen Turgor kulit baik Turgor kulit baik

13. Muskuloskeletal Tidak terdapat cedera Tidak terdapat cedera dan


dan fraktur pada fraktur pada ekstremitas
ekstremitas atas dan atas dan bawah.
bawah.
14 Capillaryrefill <2 detik < 2 detik

ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERWATAN

1. Perilaku Kesehatan Cenderung


Ds : Beresiko
- Keluarga mengatakan bahwa
kurang mengontrol pola
hidupnya sehingga pasien
sering merasakan keluhan
keram pada bagian kaki dan
pusing
- Keluarga mengatakan Ny. R
selalu menggunakan kaos kaki
karena tidak merasa dingin
pada bagian kaki ketika
menginjak lantai
- Keluarga mengatakan bahwa 2
minggu yang lalu Ny. R
memeriksa kesehatan akibat
bengkak pada bagian tangan
- Keluarga mengatakan bahwa
sering makan dan minuman
yang manis seperti minum teh
dan kue
- Keluarga mengatakan bahwa
sering tidak tidur pada malam
hari karena menjaga cucunya
yang sering terbangun pada
malam hari dan menangis
Do :
- Keluarga nampak kurang tidur
- Keluarga nampak lelah
- Pemeriksaan gula darah Ny. R
2 minggu yang lalu 365 mg/Dl
- Ttv anggota keluarga
Tn. A 120/80 mmHg
Ny. R 110/70 mmHg
An. N 120/70 Kesiapan Meningkatkan Manejemen
Kesehatan

2.
Ds :
- Ny. R berharap agar
keluarganya selalu sehat dan
terjauhkan dari penyakit
- Keluarga belum mampu
merawat utuk merawat anggota
keluarganya terkai masalah
diabtes melitus sehingga
keluarga ingin mengetahui cara
melakukan perawatan pada
keluarganya .
Do : Kesiapan peningkatan pengetahuan
- Keluarga belum mengerti dan
memahami tentang kesehatan
keluarga
3.
Ds :
- Keluarga ingin meningkatkan
Kesehatan keluarganya
- Keluarga ingin mengetahui cara
agar bisa sembuh dari penyakit
diabetes melitus
Do :
- Keluarga ingin menerima
informasi mengenai perawatan
pada keluarganya

SKORING MASALAH
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

KRITERIA DAN BOBOT TOTAL PEMBENARAN


SKOR

Sifat masalah 1 2/3 x 1= Ny. R mengatakan keluarga


2/3 kurang menjaga pola hidupnya
1. Keadaan sejahtera
dan kurang beristrahat sehingga
(3)
dapat mengakibatkan masalah
2. Deficit
terhadap kesehatannya dimana
kesehatan/actual (3)
Ny. R dan Tn. A memiliki
3. Ancaman
penyakit diabetes
kesehatan/risiko (2)
4. Krisis yang dialami/
potensial (1)
Kemungkinan masalah 2 ½ x 2 = 1 Keluarga mengatakan bahwa Ny.
dapat diubah : R kadang tidak menjaga asupan
makanan akan tetapi Tn. A sudah
1. Mudah (2)
mampu menjaga asupan makanan
2. Sebagian (1)
dan menghindari hal-hal yang
3. Tidak dapat (0)
dapat membuat gula darah dari
Tn. A

Potensial masalah untuk 1 3/3 x 1 = mengatasi masalah diperlukan


dicegah 1 waktu yang cukup untuk
mengubah kebiasaan serta
1. Tinggi (3)
perilaku dari keluarga Ny. R
2. Cukup (2)
mengenai masalah kesehatannya
3. Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1/2 x 1 = Keluarga merasakan sebagai
1/2 masalah dan ingin segera untuk
mengatasinya.
1. Membutuhkan
perhatian dan segera
diatasi (2)
2. Tidak membutuhkan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan
sebagai masalah
atau kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
total 2 3/2

2. Kesiapan Peningkatkan Manajemen Kesehatan

KRITERIA DAN SKOR BOBOT TOTAL PEMBENARAN

Sifat masalah 1 1/3x 1 = 1/3 Ny. R berharap agar


keluarganya selalu sehat
1. Keadaan sejahtera (3)
dan terjauhkan dari
2. Deficit kesehatan/actual (3)
penyakit.
3. Ancaman kesehatan/risiko (2)
4. Krisis yang dialami/ potensial (1)
Kemungkinan masalah dapat diubah : 2 1/2 x 2 = 1 Sumber daya keluarga sudah
cukup baik dan perlu
1. Mudah (2)
diberikan edukasi pada setiap
2. Sebagian (1)
keluarga mengenai
3. Tidak dapat (0)
perawatan keluarga

Potensial masalah untuk dicegah 1 2/3 x 1 = mengatasi masalah


4. Tinggi (3) diperlukan waktu yang
5. Cukup (2) cukup, supaya mereka dapat
2/3
6. Rendah (1) mengenal masalah kesehatan
dalam keluarganya

Menonjolnya masalah: 1 0/2 x 0 = 0 Keluarga merasakan sebagai


masalah dan ingin segera
1. Membutuhkan perhatian dan
untuk mengatasinya.
segera diatasi (2)
2. Tidak membutuhkan perhatian dan
tidak segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan sebagai masalah
atau
4. kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 1 2/3

3. Kesiapan Peningkatkan Manajemen Kesehatan

KRITERIA DAN SKOR BOBOT TOTAL PEMBENARAN

Sifat masalah 1 1/3x 1 = 1/3 Ny. R ingin meningkatkan


Kesehatan keluarganya
5. Keadaan sejahtera (3)
terhadap masalah
6. Deficit kesehatan/actual (3)
kesehatannya
7. Ancaman kesehatan/risiko (2)
8. Krisis yang dialami/ potensial (1)
Kemungkinan masalah dapat diubah : 2 1/2 x 2 = 1 Keluarga membtuhkan
edukasi agar dapat
4. Mudah (2)
menyelsaikan masalah
5. Sebagian (1)
6. Tidak dapat (0) Kesehatan keluarga

Potensial masalah untuk dicegah 1 2/3 x 1 = mengatasi masalah


diperlukan waktu yang
7. Tinggi (3) 2/3
cukup, supaya mereka dapat
8. Cukup (2)
mengenal masalah kesehatan
9. Rendah (1)
dalam keluarganya

Menonjolnya masalah: 1 0/2 x 0 = 0 Keluarga merasakan sebagai


masalah dan ingin segera
5. Membutuhkan perhatian dan
untuk mengatasinya.
segera diatasi (2)
6. Tidak membutuhkan perhatian dan
tidak segera diatasi (1)
7. Tidak dirasakan sebagai masalah
atau
8. kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 1 2/3

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Skor

1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko 2 3/2

2 Kesiapan Peningkatkan Manajemen 1 /2/3


Kesehatan
3 Kesiapan peningkatan pengetahuan 1 2/3
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Data Diagnosis Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Ds: Perilaku Kesehatan TUK 1 Edukasi proses penyakit
- Keluarga mengatakan Cenderung Beresiko Setelah dilakukan 1. Jelaskan penyebab dan faktor resiko
bahwa kurang (D.0009) tindakan keperawatan penyakit
mengontrol pola maka diharpkan keluarga 2. Jelaskan tanda dan gejala yang
hidupnya sehingga 1. Melakukan tindakan ditimbulkan oleh penyakit
pasien sering untuk mengurangi 3. Jelaskan kemungkinan terjadinya
merasakan keluhan faktor resiko komplikasi
keram pada bagian kaki
dan pusing
- Keluarga mengatakan TUK 2: Edukasi perencanaan perawatan
Ny. R selalu Setelah Setelah keluarga
menggunakan kaos kaki dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan
karena tidak merasa keperawatan maka keluarga tentang kesehatan
dingin pada bagian kaki diharpkan keluarga : 2. Identifikasi sumber-sumber yang
ketika menginjak lantai dimiliki keluarga
1. Anggota keluarga
- Keluarga mengatakan 3. Identifikasi tindakan yang dapat
verbalisasi keinginan
bahwa 2 minggu yang dilakukan keluarga
untuk mendukung
lalu Ny. R memeriksa anggota keluarga
kesehatan akibat yang sakit
bengkak pada bagian 2. Mencari dukungan
tangan sosial/spritual bagi
- Keluarga mengatakan anggota keluarga
bahwa sering makan yang sakit
dan minuman yang
manis seperti minum Manejemen stress
teh dan kue 1. Anjurkan untuk mengurangi
- Keluarga mengatakan kejadian stress
bahwa sering tidak tidur 2. Ajarkan teknik menurunkan stress
pada malam hari karena (latihan pernapasan, relaksasi
menjaga cucunya yang progresif, terapi musik, terapi
sering terbangun pada murottal
malam hari dan Edukasi nutrisi
menangis
Do : 1. Periksa status gizi, program diet,
kepatuhan dan kemampuan
- Keluarga nampak pemenuhan kebutuhan gizi
kurang tidur 2. Jelaskan pada keluarga mengenai
- Keluarga nampak lelah makanan yang harus dihindari,
- Pemeriksaan gula darah kebutuhan jumlah kalori, dan jenis
Ny. R 2 minggu yang makanan yang dibutuhkan
lalu 365 mg/Dl 3. Ajarkan pasien/keluarga
- Ttv anggota keluarga memonitoring asupan kalori dan
Tn. A 120/80 mmHg makanan (menggunakan buku
Ny. R 110/70 mmHg harian )
TUK 3 :
.
An. N 120/70 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Edukasi prosedur tindakan
maka diharapkan
keluarga 1. Jelaskan dan manfaat tindakan yang
1. Pertanyaan terhadap dilakukan
masalah 2. Jelaskan perlunya tindakan
2. Persepsi yang keliru dilakukan
terhadap masalah 3. Jelaskan keuntungan dan kerugian
apabila tindakan dilakukan
TUK 4
Kreteria Hasil :
Manejemen Lingkungan
1. Menunjukkan
pemahaman perilaku 1. Jelaskan cara membuat lingkungan
sehat rumah aman
2. Kemampuan 2. Ajarkan pasien/keluarga tentang
menjalankan perilaku upaya pencegahan infeksi
sehat

TUK 5 :
Setelah dilakukan Pengenalan Fasilitas
tindakan keperwatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
amak diharapkan kesehatan seperti rumah sakit
keluarga (aktivitas pelayanan diruangan, jam,
1. Perilaku mencari alur )
bantan 2. Informasikan fasilitas fisik
2. Menunjukkan minat (lokasi ,ruangan )

2. Ds : Kesiapan TUK 1 : Penentuan Tujuan Bersama


- Ny. R berharap agar Peningkatkan Setelah dilakukan 1. Identikasi tujuan yang akan dicapai
keluarganya selalu Manajemen tindakan keperawatan 2. Identifkasi cara mencapau tujuan
sehat dan terjauhkan Kesehatan maka diharapkan secara konstruktif
dari penyakit (D.0112) Keluarga mampu
- Keluarga sudah mampu mengenal masalah
merawat anggota kesehatan keluarga
keluarganya yang sakit,
1. Menerapkan program
seperti cucu Ny. R
perawatan
apabila deman biasanya Edukasi Latihan fisik
keluarga mengompres TUK 2 1. Jelaskan jenis latihan yang sesuai
cucunya kadang Setelah dilakukan dengan kondisi kesehatan (senam
menggunakan air tindakan keperawatan kaki diabetik)
hangat dan air biasa maka diharapakan 2. Jelaskan frekuensi, durasi, dan
Do : keluarga : intensitas program latihan yang
- Keluarga mampu 1. Aktivitas keluarga diinginkan
mengerti dan mengatasi masalah
memahami kesehatan kesehatan yang tepat

Promosi Dukungan Keluarga


TUK 3
Setelah dilakukan 1. Fasilitasi program perawatan dan
pengobatanyang dijalani anggota
tindakan keperawatan
keluarga
maka diharapkan
2. Diskusikan kemampuan dan
keluarga
perencanaan keluarga dalam
1. Kemampuan
perawatan
menjelaskan masalah
3. Diskusikan cara mengatai kesuliatan
kesehatan yang
dalam perawatn
dialami

TUK 4 ManejemenKenyamanan
Setelah dilakukan Lingkungan
tindakan keperawatan 1. Identifikasi sumber
maka diharapkan ketidaknyamanan
keluarga 2. Fasilitasi kenyamanan lingkungan
1. Tindakan untuk (suhu, kebersihan )
mengurangi faktor
resiko Pengenalan Fasilitas
TUK 5 1. Jelaskan peraturan pelayanan
Setelah dilakukan kesehatan seperti rumah sakit
tindakan keperawatan (aktivitas pelayanan diruangan,
maka diharapkan jam, alur )
keluarga 2. Informasikan fasilitas fisik
3. Perilaku mencari (lokasi ,ruangan )
bantuan
4. Menunjukkan minat

3 Ds : Kesiapan peningkatanT TUK 1 : Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan


pengetahuan Setelah dilakukan 1. Identifikasi maslah kesehatan
- Keluarga ingin tindakan keperawatan individu dan keluarga
(D.0113)
meningkatkan maka diharapkan 2. Membimbing untuk
Kesehatan keluarganya keluarga : 3. Mengidentifikasi dan
- Keluarga ingin 1. Kemampuan mengembangkan kemampuan
mengetahui cara agar mejelaskan mengenai masalah kesehatan
bisa sembuh dari pengetahuan tentang
penyakit diabetes suatu topik
melitus
Do :
Keluarga ingin menerima TUK 2 : Program Pengobatan
informasi mengenai perawatan Setelah dilakukan 1. Jelaskan penanganan masalah
pada keluarganya tindakan keperawatan kesehatan
maka diharapkan 2. Ajarkan cara pemeliharaan
keluarga : kesehatan
3. Ajarkan emngidentifikasi tujuan
1. Pertanyaan tentang yang akan dicapai
masalah yang
dihadapi

Promosi Dukungan Keluarga


TUK 3 : 1. Fasilitasi program perawatan
Setelah dilakukan dan pengobatanyang dijalani anggota
tindakan keperawatan keluarga
maka diharapakan 2. Diskusikan kemampuan dan
keluarga : perencanaan keluarga dalam
1. Persepsi yang perawatan
keliru terhadap 3. Diskusikan cara mengatai
masalah kesuliatan dalam perawatan

Edukasi Keselamatan Rumah


TUK 4 : 1. Ajarkan peletakan barang-barang
Setelah dilakukan dirumah agar memudahkan dalam
tindakan keperawatan bergerak
maka diharapkan 2. Informasikan pentingnya
keluarga : penerangan yang cukup
1. Melakukan tindak 3. Jauhkan dari benda-benda yang
untuk mengurangi tajam dan mudah melukai kulit
factor resiko

Pengenalan Fasilitas
TUK 5 : 1. Jelaskan peraturan pelayanan
Setelah dilakukan kesehatan seperti rumah sakit
tindakan keperawatan (aktivitas pelayanan diruangan,
maka diharapkan jam, alur )
keluarga dapat 2. Informasikan fasilitas fisik
1. Perilaku mencari (lokasi ,ruangan
bantuan
2. Menunjukkan minat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Rabu,10 Maret 2021 Perilaku Kesehatan TUK 1 S : Ny. R dan Tn. A
Cenderung Beresiko Edukasi proses penyakit mengatakan belum
1. Menjelaskan penyebab dan mengetahui penyakit
faktor resiko penyakit yang dialami dan
Hasil : Menejelaskan kepada belum mampu
keluarga Ny. R mengenai mengungkapkan tanda
penyebab DM serta resiko dan gejala yang
penyakit apabila di biarkan dialami
2. Menelaskan tanda dan gejala O : Keluarga belum
yang ditimbulkan oleh penyakit mengerti mengenai
Hasil : Menjelaskan tanda dan
masalah kesehatan
bahaya penyakit diabetes melitus.
keluarganya
3. Menjelaskan kemungkinan
A : masalah belum
terjadinya komplikasi
teratasi
Hasil : Menjelaskan Komplikasi
P: Lanjutkan
terhadap masalah diabetes melitus.
Intervensi

Edukasi perencanaan
perawatan keluarga
1. Mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan keluarga tentang
kesehatan
Hasil : keluarga Ny. R berharap
kesehatannya dan suami bisa
seperti kemarin
2. Mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga
Hasil : Keluarga memiliki sumber
keluarga yang selalu ada,
memiliki1 orang anak yang tinggal
bersama yang dapat membantu
keluarga dalam penanganan
kesehatannya
3. Mengidentifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga
Hasil : Keluarga mampu
melakukan Manejemen stress
terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi
Edukasi nutrisi
1. Periksa status gizi, program
diet, kepatuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi
Hasil : Klien dan keluarga makan
2x sehari yaitu pada puku 09.00
pagi dan 14.00 siang, klien dan
keluarga tidak makan pada malam
hari hanya mengkonsumsi camilan
pada sore hari seperti membuat
pisang goring, makan gorengan
dan kue-kue manis
2. Jelaskan pada keluarga
mengenai makanan yang harus
dihindari, kebutuhan jumlah
kalori, dan jenis makanan yang
dibutuhkan
Hasil : memberikan edukasi kepada
keluarga mengenai program 3 J
Serta menghindari makanan yang
banyak mengandung glukosa
3. Ajarkan pasien/keluarga
memonitoring asupan kalori dan
makanan (menggunakan buku
harian )
Hasil : Kleuarga mampu
menuliskan jadwal menu harian
yang dimakan
Edukasi prosedur tindakan
1. Menjelaskan dan manfaat
tindakan yang dilakukan
Hasil : keluarga memahami
manfaat manejemen stress yang
dilakukan
2. Menjelaskan perlunya tindakan
dilakukan
Hasil: merupakan salah satu bentuk
tindkan non farmokologis yang
digunakan untuk merilekskan
fikiran terhadap masalah yang
dihadapi
3. Menjelaskan keuntungan dan
kerugian apabila tindakan
dilakukan
Hasil : keluarga mengatakan
bahwa manajemen stress sangat
membantu merilekskan fikiran
dengan menggunakan terapi music
atau terapi murottal sehingga
sangat membantu keluarga
Manejemen Lingkungan
1. Menjelaskan cara membuat
lingkungan rumah aman
Hasil : Ny. Selalu menggunakan
kaos kaki didalam rumah setiap
hari karena kaki Ny. R sering
merasa dingin dan juga terasa tebal
2. Mengajarkan pasien/keluarga
tentang upaya pencegahan infeksi
Hasil : mengajarkan kepada
keluarga mengenai cara yang
dapat dilakukan sehingga
komplikasi dm tidak sampai
membuat luka pada kaki
Pengenalan Fasilitas
1. Menjelaskan peraturan
pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit (aktivitas
pelayanan diruangan, jam,
alur )
Hasil : Mengajarkan keluarga
untuk selalu memeriksakan
gula darahnya di layanan
kesehatan seperti puskesmas
yang dekat dari rumahnya
2. Informasikan fasilitas fisik
(lokasi ,ruangan )
Hasil : menjelaskan bahwa hasil
gula darah yang di periksa
apabila diatas normal, maka
perlu adanya ,mengatur pola
makan serta melakukan
aktivitas fisik seperti berjalan-
jalan
Kamis, 11 Maret Kesiapan Meningkatkan Penentuan Tujuan Bersama S : Keluarga
2021 Manejemen Kesehatan 1. Mengidentikasi tujuan yang mengatakan bahwa
akan dicapai ingin cepat sembuh
Hasil : keluarga mengatakan dan gula darah
bahwa ingin cepat sembuh dan keluarganya bisa
gula darah bisa normal kembali normal
2. Mengidentifkasi cara O : keluarga masih
mencapai tujuan secara bertanya mengenai
konstruktif masalah keseshatan
Hasil : menjelaskan kepada keluarganya
keluarga salah satu latihan yang A : Masalah belum
bisa dilakukan untuk mengatasi teratasi
masalah keram pada bagian kaki P : Lanjutkan
sampai lutut yang dirasakan pada Intervensi
malam hari
Edukasi Latihan fisik
1. Menjelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi kesehatan
(Stretching Exercise)
Hasil : keluarga mampu dan bisa
melakukan Stretching
2. Menjelaskan frekuensi, durasi,
dan intensitas program latihan
yang diinginkan
Hasil : Menjelaskan standar
operasional prosedur (SOP) pada
keluarga terkait stretching
Promosi Dukungan Keluarga
1. Fasilitasi program perawatan
dan pengobatanyang dijalani
anggota keluarga
Hasil : Keluarga mengatakan saat
ini mengkonsumsi obat herbal
untuk mengobati masalah
kesehatnnya yaitu obat herbal
kayu manis yang dibuat dan
diminum pagi dan sore hari
2. Diskusikan kemampuan dan
perencanaan keluarga dalam
perawatan
Hasil : Keluarga mau mengajari
anggota keluarga mengenai
senam stretching exercise apabila
sudah mengetahui
3.Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatn
Hasil : keluarga mengatakan belum
memahami urutan gerakan
stretching
ManejemenKenyamanan
Lingkungan
1. Mengidentifikasi sumber
ketidaknyamanan
Hasil : Keluarga mengatakan
merasa rileks telah melakukan
Latihan pada bagian paha hingga
betis dan telapak kaki
2. Fasilitasi kenyamanan
lingkungan (suhu, kebersihan )
Hasil : memberikan edukasi
mengenai alas kaki yang harus
selalu di gunakan serta benda-
benda tajam yang harus di hindari
dan jangan sampai melukai
Pengenalan Fasilitas
1. Jelaskan peraturan pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit
(aktivitas pelayanan diruangan,
jam, alur )
Hasil : Keluarga selalu
memeriksakan gula darahnya
minimal sekali sebulan
2. Informasikan fasilitas fisik
(lokasi ,ruangan )
Sabtu, 13 Maret Kesiapan Peningkatan
2021 Pengetahuan S:
-Keluarga mengatakan
mengerti mengenai
Promosi Dukungan Keluarga masalah kesehatan
1. Identifikasi maslah kesehatan keluarga dan cara
individu dan keluarga melakukan perawatan
Hasil : Keluarga mengatakan dirumah
bahwa tidak mengerti mengenai - Keluarga merasa
cara melakukan perawatan nyaman sudah
dirumah melakukan senam kaki
2. Membimbing untuk diabetik
mengidentifikasi dan O:
mengembangkan kemampuan - keluarga mampu
mengenai masalah kesehatan melakukan senam kaki
Hasil: mengajarkan cara diabetik yang dapat
menejemen stress, menjaga diajarkan oleh
pola makan serta mengajarkan keluarga
senam kaki diabetic, dan -Keluarga mampu
stretching menjawab pertanyaan
yang diberikan
program pengobatan A : masalah teratasi
1. Identifikasi penggunaan obat P :lanjutkan intervensi
tradisional dan efek terhadap - Anjurkan latihan
masalah kesehatan fisik senam kaki
Hasil : mejelaskan kepada diabetic 3x seminggu
keluarga manfaat pengunaan oabt dengan durasi 30
tradisional untuk kesehatan menit.
2. Libatkan kelurga dalam
memberikan dukungan
pengbobatan
Hasil : memberikan edukasi
kepada keluarga mengenai cara
merawat anggota kelaurga yang
sakit
3. Informasikan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan selama
pengobatan
Hasil : menginformasikan kepada
keluarga untuk berobat di
pelayanan kesehatan ketika
masalahsudajh tidak dapat diatasi
Promosi Dukungan Keluarga
1. Fasilitasi program perawatan dan
pengobatanyang dijalani
anggota keluarga
Hasil : memfasilitasi keluarga
dalam melakukan Latihan
senam kaki diabetic untuk
memberikan Latihan pada
pasien dm
2. Diskusikan kemampuan dan
perencanaan keluarga dalam
perawatan
Hasil : Kleuarga mau dan
mampu mengajarkan senam kaki
diabetic terhadap anggota
keluarga yang sakit
3. Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatan
Hasil : keluarga mampu
memhami senam kaki diabetic
dengan cara diberikan media
leflet dan video yotube sebagai
pembelajaran Ketika Gerakan
dilupa

Edukasi Keselamatan Rumah


1. Ajarkan peletakan barang-
barang dirumah agar memudahkan
dalam bergerak
Hasil : keluarga mampu
meletakkan barang-barang sesuai
tempatnya masing-masing
2. Informasikan pentingnya
penerangan yang cukup
Hasil : mengajarkan keluarga
tentang penting penerangan yang
cukup dan mejaga lantai agar tidak
licin untuk menimalisir resiko jatuh
3. Jauhkan dari benda-benda yang
tajam dan mudah melukai kulit
Hasil : keluarga mampu
menempatkan barang-barang
sesuai dengan tugas dan fungsinya
Pengenalan Fasilitas
1. Jelaskan peraturan pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit
(aktivitas pelayanan diruangan,
jam, alur )
Hasil : keluarga memriksakan
kesehatan di pelayanan kesehatan
PENILAIAN KEMANDIRIAN KELUARGA

Tingkat Kemandirian Keluarga Ny. R

NO KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN

1 Keluarga menerima petugas √ Keluarga menerima kedatangan

kesehatan perawat dengan baik saat dilakukan

kunjungan

2 Keluarga menerima pelayanan √ Keluarga menerima pelayanan sesuai

kesehatan sesuai rencana dengan rencana yang akan diberikan

3 Keluarga menyatakan masalah √ Keluarga mengetahui penyebab

kesehatan secara benar diabetes melitus karena salah satunya

pola makan yang berlebih sehingga

kadar gula darah tidak dalam batas

normal

4 Keluarga memanfaatkan √ Keluarga memanfaatkan faskes jika

fasilitas kesehatan sesuai ada anggota keluarga yang sakit

anjuran

5 Keluarga melaksanakan √ Keluarga mengetahui perawatan

perawatan sederhana sesuai sederhana kepada anggota keluarga

anjuran yang sakit

6 Keluarga melaksanakan √ Keluarga sudah mampu melakukan

tindakan pencegahan secara tindakan pencegahan diabetes melitus

aktif yaitu dengan cara senam kaki diabetik

7 Keluarga melaksanakan √ Keluarga belum melakukan tindakan

tindakan promotif secara aktif upaya promotif secara aktif.


 Kemandirian I, Jika kriteria I dan 2 terpenuhi

 Kemandirian II, Jika kriteris I – 5 terpenuhi

 Kemandirian III, jika kriteria 1- 6 terpenuhi

 Kriteria IV, Jika kriteria 1 - 7 terpenuhi


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Pasien dengan inisial Ny. R berusia 49 tahun mengalami masalah

kesehatan diabtetes melitus yang dialami sejak 3 tahun yang lalu faktor

kemungkinan penyebab gula darah dari Ny. R yang diatas normal karena

perilaku hidup yang tidak sehat seperti makan-makanan yang banyak

mengandung gula dan karbohidrat. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh

selalu buang air kecil pada malam hari, dan pada bagian terasa tebal saat

berjalan, dan hasil pemeriksaan GDS di puskesmas adalah 532 mg/dl. Hal ini

sejalan dengan teori bahwa salah satu tanda dan gejala penyakit diabetes melitus

yang dikeluhkan oleh klien.

Pada kasus ini dapat kita lihat bahwa perilaku hidup yang tidak sehat akan

berakibat pada kesehatan kita. Di mana kesehatan adalah perangkat utama dalam

menjalani aktivitas kehidupan kita. Dijelaskan di dalam hadis Nabi S’AW:

‫نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ‬

Artinya: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia

adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari). Ibnul Jauzi mengatakan

bahwa terkadang seseorang memiliki badan yang sehat, akan tetapi ia tidak

memiliki waktu luang karena sibuk dengan mata pencahariannya. Terkadang

seseorang memiliki waktu luang namun badannya tidak sehat. Apabila kedua

nikmat ini (waktu luang dan badan yang sehat) dimiliki oleh seseorang, lalu rasa

malas lebih mendominasi dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah; maka

dialah orang yang tertipu (Fathul Bari, 14/184). Qur`an banyak terdapat ayat-ayat
yang menyiratkan perintah untuk menjaga kesehatan, di antaranya adalah firman

Allah SWT:

‫وكلوا مما رزقناكم حالَل طيبا واتقوا هلال الذي أنتم به مؤمنون‬

Terjemahnya: “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepada

kalian sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kamu 64 kepada

Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah: 88) (Kemenag RI,

2016). Terkait ayat yang mulia ini Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari

halalan thayiban adalah makanan yang dzatnya halal dan juga baik. Syaikh

Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan bahwa maksudnya adalah

makanla dari rezki Allah yang telah diberikan kepada kalian dengan cara

memperolehnya yang halal; bukan dengan cara mencuri, merampas, dan caracara

lain yang tidak benar. Makanan tersebut juga harus thayyib (baik) (Tafsir Al-

Karimir Rahman, hal. 242). Intinya dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahan

kita untuk memakan makanan yang tak sebatas halal saja, namun ia juga harus

baik agar tidak membahayakan kesehatan kita

Pada kasus ini ditemukan beberapa masalah pada Ny. R yaitu perilaku

Kesehatan cenderung beresiko dimana klien suka mengkonsumsi makanan yang

dapat meningkatkan gula darah sehingga memiliki efek terhadap kesehatannya

yaitu pasien mengeluh buang air kecil pada malam hari dan terasa tebal pada

bagian kaki sehingga pasien selalu menggunakan kaos kaki untuk meningkatkan

rasa aman dan nyaman. Diagnosis kedua adalah kesiapan peningkatan

manejemen kesehatan dimana keluarga Ny. R belum mengetahui cara untuk

meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang dimana dalam keluarga

ditemukan 2 anggota memiliki Riwayat penyakit diabetes melitus. Diagnosa


ketiga pada kasus ini ditemukan kesiapan meningkatkan pengetahuan keluarga

yang diaman ditemukan keluarga Ny. R tidak mengetahui dan mengerti hal-hal

yang dapat meningkatkan gula darah tidak normal sehingga keluarga

membutuhkan informasi pengetahuan mengenai penyakit diabetes melitus

tersebut.

B. Analisis Intervensi

Tindakan keperawatan utama yang diberikan pada diagnosis kesiapan

meningkatakan pengetahaun yaitu dengan memberikan intervensi stretching

exersice pada pasien dm sejalan dengan intervensi yang dilakukan Sayu Putri,

dkk (2019) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan stretcjing exersice terhadap

penurunan kadar insulin pasien diabtes melitus dan penerapannya pada otot

sesorang dapat mengakibatkan peningkatan celuller glugoce uptake.

Kasus yang dialami Ny. R yaitu sering merasakan kesemutan pada bagian

paha dan gula darah tidak normal mengalami penurunan yang signifikan setelah

diberikan intervensi selama 4 kali dalam seminggu dan tidak mengalamai

keluhan kesemutan pada malam hari .

C. Alternatif Pemecahan Masalah

Ada beberapa intervensi yang bisa kita lakukan selain daripada intervensi

utama pada kasus diabetes melitus misalnya seperti melakukan aktivitas fisik

yang merupakan salah satu cara untuk menurunkan insulin dalam darah yaitu

dengan senam, salah satu yang dapat dilakukan pada pasien dm yaitu senam kaki

diabetic, senam kaki diabetic ini merupakan salah satu bentuk latihan jasmani

penderita diabetes mellitus yang bisa digunakan pada semua usia untuk

menghindari adanya luka pada kaki pasien dm sehingga sirkulasi darah pada
bagian kaki dapat dilancarkan. Selain itu senam kaki sangat mudah dilakukan di

masyarakat karena tidak membutuhkan biaya yang mahal serta penggunaan

waktu yang tidak terlalu lama sekitar 30 menit dan dilakukan 3-4 kali seminggu

sedangkan untuk anak-anak dilakukan sebanyak 60 menit. Selain dari aktivitas

fisik tidak cukup apabila gaya hidup tidak di ubah karena dapat mempengaruhi

kadar gula dalam darah, maka dari itu perlu diet diabetes yaitu pemilihan

makanan yang tepat dapat membantu pengontrolan gula darah, mengkonsumsi

makanan yang tinggi serat dan indeks gilekemik rendah dapat membantu

mengontrol gula darah, die diabetes ini memberikan masukan makanan yang

memberikan berbagai macam jumlah, jadwal, dan jenis makanan yang

didapatkan yaitu dengan 3 J (jadwal, jumlah dan jenis) Emauli (2020)

NOTE :
- BELUM ADA BAB PENUTUP
- BELUM ADA DAFTAR PUSTAKA (MENGGUNAKAN APLIKASI
SEPERTI MENDELEY ETC)
- LAMPIRKAN MEDIA TERKAIT INOVASI DAN LAMPIRAN YANG
SEKIRANYA DIBUTUHKAN DALAM KTA INI.

You might also like