Professional Documents
Culture Documents
Feedback - KTI Syahra Ramadhani - 09012022 4
Feedback - KTI Syahra Ramadhani - 09012022 4
PADA KELUARGA
DENGAN MASALAH DIABETES MELITUS
Oleh :
SYAHRA RAMADHANI B
NIM. 7090012035
Syahra Ramadhani B
NIM. 70900120035
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syahra Ramadhani B
NIM : 70900120035
Tempat & Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 28 Desember 1998
Jurusan/Prodi : Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : Jalam Poros Wotu- Malili Desa Maliowo Kec.
Angkona Kab. Luwu Timur
Judul : Intervensi Stretching Exercise Pada Keluarga
Diabetes Melitus
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Tugas Akhir Ners ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
tugas akhir ners ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Syahra Ramadhani B
NIM. 70900120035
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karbohidrat, protein dan lemak (Azitha et al. 2018). Diabetes melitus lebih
dikenal sebagai Silent Killer seringkali manusia tidak sadar telah mengidap
(Mulyani, 2015).
diabetes melitus tipe 2 menyumbang 90% dari semua diabetes dan merupakan
terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035. Indonesia menduduki
peringkat keempat kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari
total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2018 menunjukkan bahwa 2 prevalensi diabetes melitus
2018).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, untuk
wilayah Sulawesi tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)
(Riskesdas, 2013). Kejadian diabetes melitus di Sulawesi Selatan masih
menempati urutan kedua penyakit tidak menular setelah penyakit jantung dan
pembuluh darah (PJPD) pada tahun 2017 yaitu 15,79% (Dinkes Sulsel, 2018).
Diabetes Melitus memiliki dampak sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ
tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan
30% akibat gagal jantung. Selain kematian, diabetes juga menyebabkan
kecacatan, sebanyak 30% pasien diabetes melitus mengalami kebutaan akibat
3 komplikasi retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Bustan,
2015). Oleh karena itu diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan
oleh pasien Diabetes Melitus.
Pengelolaan penyakit Diabetes Melitus dikenal dengan empat pilar
utama yaitu edukasi, terapi nutrisi medis/diet, jasmani dan terapi
farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada
semua jenis tipe Diabetes Melitus termasuk Diabetes Melitus tipe 2. Untuk
mencapai fokus pengelolaan Diabetes Melitus yang optimal maka perlu
adanya keteraturan terhadap empat pilar utama tersebut. Salah satu cara untuk
mengendalikan kadar gula darah yaitu dengan cara latihan jasmani pada
penderita diabetes melitus tipe 2, produksi insulin tidak terganggu, tetapi
karena respon reseptor pada sel terhadap insulin (resistensi) masih kurang,
maka insulin tidak dapat membantu transfer glukosa kedalam sel, dengan cara
latihan jasmani keadaan permeabilitas membrane terhadap glukosa meningkat
pada otot yang berkontraksi sehingga resistensi insulin akan berkurang.
Salah satu latihan yang dianjurkan adalah Stretching Exercise merupakan
salah satu Latihan fisik yang meregangkan sekelompok otot untuk
meningkatkan fleksibilitas. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
cedera saat Latihan. Setiap Gerakan yang menggerakkan bagian tubuh ke
suatu titik dan menyebabkan peningkatan pergerakan sendi. Active stretching
terjadi Ketika sesorang melakukan peregangan dengan memegang salah satu
tubuh dengan cara berbaring .
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada unit
keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas
adalah klien atau resipien keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara 4
empiris, dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu, dan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang ada pada keluarga sehingga dalam
pelaksanaan kehadiran perawat dapat diterima oleh keluarga (Sulistyo
Andarmoyo, 2012). Menurut Friedman, dalam Komang Ayu Henny Achjar,
2012 salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi
antara sesama anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan
kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Oleh
karena itu peran keluarga sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan
perawatan klien DM di rumah.
B. Rumusan Masalah
diikuti peningkatan kasus dari tahun ke tahun, menjadi perhatian penting yang
morbiditas dan mortalitas kasus. Oleh karena itu, studi kasus mengenai
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efek intervensi senam kaki
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran hasil pengkajian pada keluarga yang
diabetes melitus .
diabetes melitus .
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Konsep Medis Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insentivitas sel terhadap
insulin.
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin
Dependent Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin
dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan
berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin atau
berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul
Wahdah, 2011)
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes mellitus dari National Diabetes Data Group
Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of
Glucosa Intolerance.
1. Klasifikasi klinis
a) Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), tipe I
2) Tipe tidak tergantung insulin (DMTTI), tipe II
a. DMTTI yang tidak mengalami obesitas
b. DMTTI dengan obesitas b)
b) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c) Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa Pada Diabetes
mellitus tipe I sel-sel beta pankreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya
penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang
biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi
akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin
c. Etiologi:
1. Penurunan fungsi cell b disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a) Glukotoksisitas: Kadar glukosa darah yang berlangsung lama
akan menyebkan peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB
dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta
b) Lipotoksisitas : Peningkatan asam lemak bebas yang berasal
dari jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan mengalami
metabolism non oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap
sel beta sehingga terjadi apoptosis.
c) Penumpukan amiloid : Pada keadaan resistensi insulin, kerja
insulin dihambat sehingga kadar glukosa darah akan meningkat,
karena itu sel beta akan berusaha mengkompensasinya dengan
meningkatkan sekresi insulin hingga terjadi hiperinsulinemia.
Peningkatan sekresi insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari
sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi
jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri sehingga
akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans menjadi
berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-
60%.
d) Efek inkretin : Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel
beta dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan
sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
e) Umur : Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun
dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus
meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan
toleransi glukosa mencapai 50 – 92%. Proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat
sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan ahirnya pada tingkat organ
yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh
yang mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang
mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan terget yang
menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa.
f) Genetik
2. Retensi insulin
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak
begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
a) Obesitas terutama yang bersifat sentral ( bentuk apel )
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh
tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang
sensitif.
b) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c) Kurang gerak badan
d) Faktor keturunan ( herediter )
e) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi
sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular
dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan
diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing factor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (FKUI, 2011)
3. Faktor Resiko DM Tipe II
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II,
antara lain:
a) Usia ≥ 45 tahun
b) Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23
kg/m2 yang disertai dengan faktor resiko:
1) Kebiasaan tidak aktif
2) Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram,
atau riwayat DM gestasional
4) Hipertensi (≥140/90 mmHg)
5) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
6) Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau keadaan
klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
7) Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
8) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
c) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e) Kurang gerak badan
f) Faktor genetik
g) Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h) Stress (FKUI, 2011)
d. Patofisiologi
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan “hepatic glucose production
(HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke
kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk
mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap
normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi
mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah
meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis
diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta itu
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak
mampu lagi mengsekresi insulin.( FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan
insulin. Akan tetapi jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi
dan penurunan jumlah total insulin yang di lepaskan. Hal ini
mendorong semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia
pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa
memperlihatkan resitensi terhadap insulin yang bersirkulasi dalam
darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang
ada disel tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai
proses glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar
glukosa darah serta mestimulasai penguraian simpanan trigliserida,
protein, dan glikogen untuk mengahasilkan sumber bahan bakar
alternative, sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya
sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa
sebagai sumber energy yang efektif . Karena masih terdapa insulin ,
individu dengan DM Tipe II jarang mengandalkan asam lemak untuk
menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis. (Elizabeth J
Corwin, 2009)
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala spesifik DM tipe II, antara lain :
1. Penurunan penglihatan.
2. Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air mengikuti
glukosa dan keluar melalui urine.
3. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume urineyang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi keplasma yang
hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel menstimulasi
pengeluaran hormon anti duretik (ADH, vasopresin) dan menimbulkan
rasa haus.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien DM kronis
menyebabkan kelelahan.
5. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan
pascaabsorptif yang kronis, katabolisme protein dan lemak dan
kelaparan relatif sel. Sering terjadi penurunan berat badan tanpa terapi.
6. Konfusi atau derajat delirium.
7. Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas
lambung).
8. Retinopati atau pembentukan katarak.
9. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan
sirkulasi perifer, kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau
luka yang tidak kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran
mukosa kering akibat dehidrasi.
10. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas.
11. Hipotensi ortostatik.
Tanda dan gejala non spesifik DM Tipe II, antara lain:
1. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa
diskresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah
2. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air
atau pada kasus yang berat terjadi kerusakan retina
3. Paretesia atau abnormalitas sensasi
4. Kandidiasis vagina ( infeks ragi ), akibat peningkatan kadar glukosa
disekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun . kandidiasis
dapat menyebabkan rasa gatal dan kadas di vagina
5. Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh
6. Efek Somogyi: Efek somogyi merupakan komplikasi akut yang
ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, kemudian
di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan
rebound pada paginya.
7. Fenomena fajar ( dawn phenomenon) adalah hiperglikemia pada pagi
hari ( antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh
peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari.
f. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a) Obat Hipoglikemik Oral
1) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra
pankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting
karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien insulinopenik.
Mekanisme kerja golongan obat ini antara lain:
- Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored insulin)
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
(FKUI, 2011)
2) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivate
asam benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati.(FKUI, 2011)
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
1) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah
metformin. Etformin menurunkan glukosa darah melalui
pengaruhnya terhadap insulin pada tingkat selular, distal dari
reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi
glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh
sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan menghambat
absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan. (FKUI,
2011)
2) Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek
farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini
bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi
produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
3) Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat
ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan hipoglikemia dan
juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.(FKUI, 2011)
4) Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan
terhadap sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar
glukosa dapat diturunkan. (FKUI, 2011)
c) Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang bila
kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan
terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-
peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar.
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan memerlukan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Pada DM Tipe II
tertentu akan butuh insulin bila:
a) Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa
darah
b) Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miocard akut atau stroke.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
a) Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang
ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien
maupun keluarga pasien.
b) Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang
sakit dan menyelesaikan masalah penyakit diabetes dan resikonya.
c) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam
pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
d) Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih,
menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk
kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau
pekerjaan, pola makan yang baik
e) Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan
dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang
memiliki resiko
f) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan
jasmani atau kebugaran yang sesuai.
3. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control
metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas
b) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c) Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan
kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau penyambuhan
dari penyakit metabolic
d) Dapat mempertahankan berat badan yang memadai
e) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek,
komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati
autonomic dan penyakit jantung
f) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
g. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan
oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat,
konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada
lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai
kondisinya mengancam jiwa.
2. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi
yang mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia
dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang
menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang
ekstrim.
3. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien
yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai
dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat
kesadaran (biasanya koma atau hampir koma).
4. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas
atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi
dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan
pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah
makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
5. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10
kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes.
Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis
serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif,
serta depresi sistem saraf pusat.
6. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena
kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal
ini membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
h. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk Memantau Penatalaksanaan DM Pemeriksaan diagnostik yang
digunakan untuk mendiagnosis dan memantau DM mencakup glukosa darah
puasa, pemeriksaan toleransi glukosa oral, dan hemoglobin terglikolisasi.
Pemeriksaan albumin dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan awal
kerusakan ginjal.
1. Pemantauan glukosa darah Penyandang DM harus dipantau kondisinya
setiap hari dengan memeriksa kadar glukosa darah. Tersedia dua tipe
pemeriksaan. Tipe pertama, yang digunakan jauh sebelum adanya alat yang
dapat mengukur glukosa darah secara langsung, adalah pemeriksaan glukosa
dan keton dalam urine.
2. Pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine Pada keadaan sehat, glukosa
tidak terdapat dalam urine karena insulin mempertahankan glukosa serum di
bawah ambang batas ginjal 180 mh/dl. Pemeriksaan urine direkomendasikan
untuk memantau hiperglikemia dan ketoasidosis pada penyandang DM tipe I
yang mengalami hiperglikemia yang tidak dapat dijelaskan selama sakit atau
hamil. Keton dapat di deteksi lewat pemeriksaan urine dan mencermikan
adanya DKA.
3. Pemantauan mandiri glukosa darah Pemantauan mandiri glukosa darah
(self monitoring of blood glucose, SMBG) memungkinkan penyandang DM
untuk memantau dan mencapai kontrol metabolik. SMBG direkomendasikan
tiga kali atau lebih per hari bagi pasien DM tipe I yang menggunakan injeksi
insulin multiple atau terapi pompa insulin. Pemantauan oleh pasien DM tipe II
tidak menggunakan insulin harus cukup untuk membantu mereka mencapai
tujuan glukosa
2. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketegantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Friedman dalam Komang Ayu Henny Achjar, 2012). Keluarga
adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung
dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain diwujudkan
dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai
tujuan bersama. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek (Sulistyo Andarmo, 2011).
b. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dan
Ali, (2010: 5), adalah:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau
dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota–
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah:
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
2. Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.
c. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan:
1. Secara Tradisional
a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi keduanya.
b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan
darah (kakek – nenek, paman, bibi).
2. Secara Modern
a) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan anak
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
b) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
c) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
d) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
e) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah
atau di luar rumah.
f) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
h) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti.
k) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
l) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
m) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
o) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
d. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24),
ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari
bermacam-macam diantaranya adalah:
1. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.
e. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan
perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan ini bisa dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4) Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan anggota keluaraga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
(Setiadi,2008)
f. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi
dasar keluarga, yakni:
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga,perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggoa keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangakan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga belajar
disiplin,norma,budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit.Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga,yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehehatan,mengambil keputusan, melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian,tanda-gejalafaktor penyebab dan yang
mempengaruhinya,serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill keputusan
mngenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah :
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengertii mengenai
sifat dan luasnya masalah.
(2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami.
(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
(5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
(6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
(7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya).
(2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
(3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
(4) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial, fasilitas
fisik, psikososial).
(5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu
dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki.
(2) Sejauhmana keluarga melihat
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.
(3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene
sanitasi.
(4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit.
(5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi.
(6) Sejauhmana kekompakan antara anggota keluarga.
e. Untuk mengetahui sejau hmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan.
(2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
(3) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan.
(5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
g. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson dan
Leny, (2010) adalah sebagai berikut :
1) Tahap 1, keluarga baru menikah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina
hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.
2) Tahap 2, keluarga dengan anak baru lahir.
Tugas perkembangan keluarga pada tahapini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua,adaftasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga,hubungan seksual
dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya.
3) Tahap 3,keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lai (tua) juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan
yang sehat baik dalam waktu untuk individu, pasangan dan anak
(biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi);
pembagian tanggung jawab anggota keluraga ;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi
anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
𝑆𝑘𝑜r X Bobot
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
Menurut Padila (2012), dalam menentukan prioritas banyak faktor yang
mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih
besar 3, diberikan pada tidak atau kurang sehat karena kondisi ini biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2 dan keadaan
sejahtera 1. Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan
dukungan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor – faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan – tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
Adanya kelompok high risk atau kelompok sangat peka menambah masalah.
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
3. Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi Keperawatan pada studi kasus ini merujuk pada luaran
keperawatan keluarga, yakni:
a) Mengenal masalah keseahatan keluarga
b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman untuk keluarga yang
sakit
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh
perawatan yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. 44
Luaran keperawatan menunjukkan status status diagnosis keperawatan setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan terdiri
dari indikiator – indikator atau kriteria – kriteria hasil pemulihan masalah.
Terdapat dua jenis luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan
dan luaran negatif (perlu diturunkan) (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018).
TUK 2:
(Manajemen Kesehatan TUK 2 :
keluarga L.12105) (SIKI I.09265 Dukungan
Pengambilan Keputusan)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharpkan 1. Identifikasi persepsi
keluarga mampu mengenai masalah dan
mengambil keputusan informasi yang memicu
untuk memutuskan konflik
tindakan yang tepat dalam 2. Fasilitasi
perawatan dengan kriteia mengkarifikasi nilai dan
hasil : harapan yang membantu
membuat pilihan
1. Aktivitas keluarga
mengatasi masalah
Kesehatan tepat
TUK 3: TUK 3 :
(Perilaku Kesehatan (SIKI I.12360 Bimbingan
L.12107) system Kesehatan)
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi masalah
keperawatan diharapkan individu, keluarga dan
keluarga mampu bertindak masyarakat
merawat anggota 2. Bimbing untuk bertanggung
keluarganya yang sakit jawab mengidentifikasi dan
dengan kriteia hasil : mengembangkan
kemampuan memecahkan
1. Kemampuan melakukan masalah Kesehatan secara
Tindakan pencegahan mandiri.
masalah kesehatan
TUK 4 :
TUK 4: (SIKI I.14502 Identifikasi
(Manajemen Kesehatan Risiko)
L.12104)
1. Identifikasi risiko biologis,
Setelah dilakukan tindakan lingkungan dan perilaku
keperawatan keluarga 2. Lakukan pengelolaan risiko
diharapkan keluarga secara efektif .
mampu memodifikasi
lingkungan dalam
mengatasi masalah
Kesehatan dengan kriteia
hasil :
1. Melakukan tindakan
untuk mengurangi
faktor resiko
TUK 5: TUK 5 :
(Perilaku Kesehatan (SIKI I.12435 Edukasi
L.12107) perilaku upaya Kesehatan)
Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan penanganan
keperawatan diharapkan masalah kesehatan kepada
keluarga mampu keluarga
menjalankan perawatan di 2. Anjurkan menggunakan
fasilitas Kesehatan dengan fasilitas pelayanan
kriteria hasil : Kesehatan
1. Kemampuan 3. Ajarkan cara pemeliharaan
peningkatan kesehatan Kesehatan
TUK 2 :
TUK 2: (SIKI I.13477 Dukungan
(Manajemen Kesehatan
Keluarga Merencanakan
keluarga L.12105)
Perawatan)
Setelah dilakukan tindakan Mengambil keputusan dalam
keperawatan diharpkan menyelesaikan masalah
keluarga mampu kesehatan anggota keluarganya
mengambil keputusan dengan intervensi :
untuk memutuskan
tindakan yang tepat dalam 1. Identifikasi tindakan yang
perawatan dengan kriteia dapat dilakukan keluarga
hasil : 2. Gunakan sarana dan
1. Aktivitas keluarga fasilitas yang ada dalam
mengatasi masalah keluarga
Kesehatan tepat 3. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
4. Ajarkan cara perawatan
yang biasa dilakukan
keluarga
TUK 3 :
(SIKI I.12383 Edukasi
TUK 3: Kesehatan)
(Perilaku Kesehatan Merawat anggota keluarga yang
L.12107) sakit dengan intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan diharapkan kemampuan menerima
keluarga mampu bertindak informasi
merawat anggota 2. Identifikasi faktor-faktor
keluarganya yang sakit yang dapat meningkatkan
dengan kriteia hasil : dan menurunkan motivasi
2. Kemampuan melakukan 3. Sediakan materi dan media
Tindakan pencegahan pendidikan kesehatan
masalah kesehatan 4. Jelaskan factor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
5. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan kesehatan
TUK 4 :
TUK 4: (SIKI I.12435 Edukasi
(Manajemen Kesehatan Perilaku Upaya Kesehatan)
L.12104) Memodifikasi lingkungan yang
aman untuk anggota keluarga
Setelah dilakukan tindakan
dengan intervensi :
keperawatan keluarga
diharapkan keluarga 1. Identifikasi kesiapan dan
mampu memodifikasi kemampuan menerima
lingkungan dalam informasi
mengatasi masalah 2. Anjurkan menggunakan
Kesehatan dengan kriteia fasilitas kesehatan
hasil : 3. Ajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
1. Melakukan tindakan
4. Ajarkan program kesehatab
untuk mengurangi
dalam kehidupan sehari-
faktor resiko
hari
5. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan.
TUK 5 :
(SIKI I.12360 Bimbingan
Sistem Kesehatan)
Memanfaatkan fasilitas
TUK 5: kesehatan anggota keluarga
(Perilaku Kesehatan
dengan intervensi :
L.12107)
1. Identifikasi masalah
Setelah dilakukan tindakan kesehatan individu,
keperawatan diharapkan keluarga dan masyarakat
keluarga mampu 2. Fasilitasi pemenuhan
menjalankan perawatan di kebutuhan kesehatan
fasilitas Kesehatan dengan 3. Fasilitasi pemenuhan
kriteria hasil : kebutuan kesehatan mandiri
4. Siapkan pasien untuk
2. Kemampuan mampu berkolabrasi dan
peningkatan kesehatan bekerja sama dalam
pemenuhan kebutuhan
kesehatan
5. Bimbing untuk
bertanggung jawab
mengidentifikasi dan
mengembangkan keampuan
memecahkan masalah
kesehatan secara mandiri
TUK 4 ManejemenKenyamanan
Setelah dilakukan tindakan Lingkungan
keperawatan maka 1. Identifikasi sumber
diharapkan keluarga ketidaknyamanan
1. Tindakan untuk 2. Fasilitasi kenyamanan
mengurangi faktor lingkungan (suhu,
resiko kebersihan )
TUK 4 :
Setelah dilakukan tindakan Edukasi Keselamatan Rumah
keperawatan maka 1. Ajarkan peletakan barang-
diharapkan keluarga : barang dirumah agar
1. Melakukan tindakan memudahkan dalam
untuk mengurangi faktor bergerak
resiko 2. Informasikan pentingnya
penerangan yang cukup
3. Jauhkan dari benda-benda
yang tajam dan mudah
melukai kulit
Pengenalan Fasilitas
TUK 5 : B. Jelaskan peraturan
Setelah dilakukan tindakan pelayanan kesehatan seperti
keperawatan maka rumah sakit (aktivitas
diharapkan keluarga dapat pelayanan diruangan, jam,
1. Perilaku mencari alur )
bantuan C. Informasikan fasilitas
2. Menunjukkan minat fisik (lokasi ,ruangan
? ? G1
? ?
GII
? ? ?
?
GIII
45 58 45 42 38
62 58
55 49
28
Keterangan :
: Perempuan : meninggal
G1 : Kakek dari Tn. A sudah meninggal dengan faktor yang tidak diketahui
G II : bapak dan ibu dari Tn.A masih hidup dan tidak memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus, bapak dan Ibu dari Ny. R juga masih hidup serta
tidak memiliki riwayat penyakit diabes melitus
G III : Tn. A berusia 55 thn dan Ny. R berusia 49 thn yang sekarang memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus memiliki 1 orang anak perempuan berumur
28 thn dan memiliki Riwayat penyakit gastritis
4. Tipe keluarga : Keluarga ini termasuk kedalam tipe keluarga
extended family yang terdiri suami, istri, anak, menantu dan cucu
5. Suku : Dalam keluarga hanya memiliki satu suku yaitu suku Makassar, dan
bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Makassar
6. Agama : Semua keluarga menganut agama islam.
7. Status sosial ekonomi : Status ekonomi keluarga termasuk kedalam tingkat
ekonomi menengah dilihat dari penghasilan kepala keluarga yang berada
<UMR, dan rumah berukuran besar yang dimiliki oleh keluarga serta
terlihat dari perabotan yangdimiliki yang dimiliki serta usaha didepan rumah
yaitu bengkel yang cukup besar
8. Aktivitas rekreasi : Keluarga serung bepergian untuk rekreasi 1 kali dalam
sebulan bersama dengan keluarga besar, tempat yang selalu dikunjungi oleh
keluarga yaitu ke laut dan wisata kebun gowa (wiskeb)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1.Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini masuk kedalam tahap keenam
dengan tahapan keluarga dengan usia dewasa, yang berusia 55 thn dan 47 thn .
2.Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu keluarga
masih kurang peduli akan pola hidup dan kurang menjaga pola istrahat sehingga
mengakibatkan pengaruh terhadap kesehatannya
3.Riwayat keluarga inti
Ny. R mengatakan mempunyai riwayat penyakit yaitu diabetes
melitus, dan juga suaminya Tn. A yang memiliki penyakit yang serupa yaitu
diabetes mellitus. Ny R mengatakan bahwa ia juga pernah dirawat di rs
dengan keluhan sesak napas dan gejala penyakit jantung, Tn. A memiliki
anak berusia 28 thn memiliki Riwayat penyakit gastritis
4.Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. R mengatakan bahwa dari keluarganya dan keluarga suaminya
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit dm yang dirasakn sejak 3 bulan
yang lalu, dan suami sejak 1 tahun yang lalu.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Ny.R mengatakan rumah yang dia tinggal sekarang merupakan rumah
milik orang tuanya. Kemudian berdasarkan hasil observasi jenis rumah Ny. R
merupakan bangunan permanen dengan atap bangunan seng dan lantai
keramik, terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi dan
teras rumah serta memiliki halaman depan rumah dan memiliki bengkel yang
terletak didepan rumah sendiri . Sumber air berasal dari sumur galian, klien
untuk sehari-harinya meminum air dari galon
2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW)
Keluarga Ny R bertempat tinggal di dusun pa’bundukang, yang
sekitar rumah klien merupakan saudara dan keponakan dari Ny. R sehingga
setiap sore sering dilakukan tempat berkumpul didepan rumah Ny.R
3. Mobilitas geografis keluarga
Ny. R sebelumnya tinggal dimakassar selama 10 tahun kemudian
tinggal dirumah orang tua klien dan orang tua klien sekarang tinggal di rumah
anaknya yang lain saat ini Ny. R tinggal bersama dengan suami, anak,
menantu dan 2 cucu laki-laki dan perempuan .
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. R Mengatakan hubungan dengan tetangga sangat baik, setiap
hari atau sore hari selalu berbincang-bincang , dan keluarga sering
berkunjung ke rumah Ny. R ataupun sebaliknya
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga dalam rumah ada 2 orang dimana anak klien sudah
menikah dan mempunyai anak 2 orang dalam menyelesaikan masalahnya
dengan musywarah oleh anggota
D. Struktur keluarga
1. Pola kemunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik dan sopan,
keluarga saling menghormati satu sama lain ketika didalam rumah keluarga
menggunakan bahasa makassar sebagai bahasa sehari-harinya, Ny. R
mengatakan untuk penyelesaian masalah keluarga semua dibicarakan dan
mencari solusi bersama
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga berada pada kepala keluarga yaitu Tn.A dimana
dirinya mampu memberikan pandangan baik dan buruk terhadap setiap
keputusan yang akan dipilih, Tn. A juga tinggal bersama anak dan
menantunya yang juga sebagai sumber kekuatan bagi keluarganya
3. Struktur peran
Peran keluarga berjalan dengan sebagaimana mestinya suami sebagai
kepala keluarga yang memberikan perlindungan serta mencari nafkah untuk
keluarga, isteri sebagai pmengatur segala persoalan didalam rumah dan anak
sebagai harapan dari orang tua Serta menantu dari Tn. A yang juga memiliki
peran terhdap keluarganya dengan bekerja di salah satu perusahaan dan istri yang
memiliki peran yaitu juga sebagai ibu rumah tangga
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn.A menganut nilai dan keyakinan hanya kepada Allah
SWT dan rasullah SAW, tidak terdapat budaya-budaya terkait kesehatan yang
melenceng dari ajaran rasulullah, ketika sakit keluarga tetap bersabar dan
langsung membawa ke pelayanan kesehatan keluarga langsung membawa
apabila ada keluarga yang sakit dan tidak menunggu sampai sembuh
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Ny R mengatakan bahwa walaupun didalam rumah memiliki 2
keluarga akan tetapi keluarga tetap saling mengasuh, membantu saling
mendukung antar keluarga dan saling menghargai anggota keluarga dan
mengakui keberadaan keluarga dan tetap menjaga iklim yang positif sehingga
dapat terjalin dengan anggota keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Ny. R mengatakan bahwa sosialisasi setiap anggota keluarga memiliki
nilai sosial yang baik terhadap tetangga, keluarga yang lain dan kepada
individu yang lainnya.
3. Fungsi perawatan keluarga
Ny R mengatakan bahwa saat ini mengetahui bahwa memiliki
masalah kesehatan penyakit diabetes mellitus dan suami juga memiliki
masalah kesehatan yang sering melakukan permeriksaan di puskesmas akan
tetapi keluarga belum mampu untuk melakukan perawatan pada keluarga dan
masih bingung terkait masalah kesehatan.
F. : Fungsi dan tugas keluarga.
1. Bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga?
Keluarga mampu mengenali masalah Kesehatan keluargan akan tetapi
keluarga belum mampu dan bingung mengenai perawatan kepada keluarganya
terkait penyakit diabetes melitus, keluarga juga mengatakan bahwa ketika ada
salah satu anggota keluarga yang sakit maka keluarga langsung cepat
membawa ke puskesmas atau ke dokter praktek untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
2. Bagaimana keluarga mengambil keputusan terkait masalah kesehatan
anggota keluarga?
keluarga mampu mengambil keputusan untuk berobat ke layanan
kesehatan ketika penyakit benar-benar tidak bisa ditangani sendiri.
3. Bagaimana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit?
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit,
terkait penyakit keluarga Tn.A yaitu penyakit dibates melitus
4. Bagaimnana keluarga memodifikasi lingkungan rumah?
Ny. R mengatakan bahwa cara untuk memodifikasi lingkungan rumahnya
yaitu dengan cara klien setiap bulan mengubah posisi letak tempat-tempat seperti
kursi dan lemari agar mendapatkan suasana yang baru dan agar lebih luas
5. Bagaimana keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungan tempat tinggal?
Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan seperti PKM, dokter klinik
dan RS ketika tidak dapat menangani penyakitnya sendiri
G. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Keluarga Ny. R mengatakan bahwa Sressot jangka pendek adalah kadang
keluarga sering terbangun dimalam hari karena cucunya yang sering
terbangun dan menangis sehingga mengakibatkan keluarga tidak tidur untuk
menjaga cucu dari Ny. R.
2. Stressor jangka panjang
Keluarga Ny. R mengatakan bahwa stressor jangka panjang yang dialaminya
akibat dari masalah kesehatannya yaitu penyakit diabetes mellitus sehinga
membuat klien sering berpikir mengenai masalah kesehatannya dan juga
suaminya
3. Strategi koping yang digunakan yaitu berdiskusi dengan keluarga
dalam pengambilan suatu keputusan .
Reaksi terhadap stressor : Ny. R mengatakan ketika ada masalah selalu
mengatakan bahwa masalah ini akan selesai dan untuk menghilangkan stress
sering bermain dengan kedua cucunya yang masih kecil .
Strategi koping internail : Ny. R mengatakan bahwa ketika ada
masalah, dia dan keluarganya saling berdiskusi dan memberikan solusi
bersama.
Strategi koping eksternal : Ny. R percaya dengan keyakinan dan selalu
berdoa untuk masalah kesehatannya dan masalah lainnya
4. Strategi adaptasi disfungsional : dari hasil pengkajian keluarga dapat
menyelesaikan sressor yang dialami oleh keluarganya. .
H. Harapan Keluarga : Ny. R berharap agar keluarganya selalu sehat dan
tetap saling menjaga keutuhan keluarga
I. Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Tn. A Ny. R
1. Keadaan umum Baik Baik
2. Tanda – tanda vital TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
:
N : 85 x/i N : 78 x/i
• TD (mmHg)
P : 24 x/i P : 24x/i
• Nadi (x/menit)
Suhu : 36,5o C Suhu : 36o C
• Suhu (celcius)
• RR (x/menit)
6. Mulut dan Hidung Mulut dan gigi bersih Mulut dan Gigi bersih
memakaki gigi palsu di
bagian bawah
7. Telinga Tidak ada serumen Tidak ada serumen
11. Eliminasi Normal BAB 1-2 X/hari Normal BAB 1-2 X/hari
ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERWATAN
2.
Ds :
- Ny. R berharap agar
keluarganya selalu sehat dan
terjauhkan dari penyakit
- Keluarga belum mampu
merawat utuk merawat anggota
keluarganya terkai masalah
diabtes melitus sehingga
keluarga ingin mengetahui cara
melakukan perawatan pada
keluarganya .
Do : Kesiapan peningkatan pengetahuan
- Keluarga belum mengerti dan
memahami tentang kesehatan
keluarga
3.
Ds :
- Keluarga ingin meningkatkan
Kesehatan keluarganya
- Keluarga ingin mengetahui cara
agar bisa sembuh dari penyakit
diabetes melitus
Do :
- Keluarga ingin menerima
informasi mengenai perawatan
pada keluarganya
SKORING MASALAH
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Skor
TUK 5 :
Setelah dilakukan Pengenalan Fasilitas
tindakan keperwatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
amak diharapkan kesehatan seperti rumah sakit
keluarga (aktivitas pelayanan diruangan, jam,
1. Perilaku mencari alur )
bantan 2. Informasikan fasilitas fisik
2. Menunjukkan minat (lokasi ,ruangan )
TUK 4 ManejemenKenyamanan
Setelah dilakukan Lingkungan
tindakan keperawatan 1. Identifikasi sumber
maka diharapkan ketidaknyamanan
keluarga 2. Fasilitasi kenyamanan lingkungan
1. Tindakan untuk (suhu, kebersihan )
mengurangi faktor
resiko Pengenalan Fasilitas
TUK 5 1. Jelaskan peraturan pelayanan
Setelah dilakukan kesehatan seperti rumah sakit
tindakan keperawatan (aktivitas pelayanan diruangan,
maka diharapkan jam, alur )
keluarga 2. Informasikan fasilitas fisik
3. Perilaku mencari (lokasi ,ruangan )
bantuan
4. Menunjukkan minat
Pengenalan Fasilitas
TUK 5 : 1. Jelaskan peraturan pelayanan
Setelah dilakukan kesehatan seperti rumah sakit
tindakan keperawatan (aktivitas pelayanan diruangan,
maka diharapkan jam, alur )
keluarga dapat 2. Informasikan fasilitas fisik
1. Perilaku mencari (lokasi ,ruangan
bantuan
2. Menunjukkan minat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Edukasi perencanaan
perawatan keluarga
1. Mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan keluarga tentang
kesehatan
Hasil : keluarga Ny. R berharap
kesehatannya dan suami bisa
seperti kemarin
2. Mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga
Hasil : Keluarga memiliki sumber
keluarga yang selalu ada,
memiliki1 orang anak yang tinggal
bersama yang dapat membantu
keluarga dalam penanganan
kesehatannya
3. Mengidentifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga
Hasil : Keluarga mampu
melakukan Manejemen stress
terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi
Edukasi nutrisi
1. Periksa status gizi, program
diet, kepatuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi
Hasil : Klien dan keluarga makan
2x sehari yaitu pada puku 09.00
pagi dan 14.00 siang, klien dan
keluarga tidak makan pada malam
hari hanya mengkonsumsi camilan
pada sore hari seperti membuat
pisang goring, makan gorengan
dan kue-kue manis
2. Jelaskan pada keluarga
mengenai makanan yang harus
dihindari, kebutuhan jumlah
kalori, dan jenis makanan yang
dibutuhkan
Hasil : memberikan edukasi kepada
keluarga mengenai program 3 J
Serta menghindari makanan yang
banyak mengandung glukosa
3. Ajarkan pasien/keluarga
memonitoring asupan kalori dan
makanan (menggunakan buku
harian )
Hasil : Kleuarga mampu
menuliskan jadwal menu harian
yang dimakan
Edukasi prosedur tindakan
1. Menjelaskan dan manfaat
tindakan yang dilakukan
Hasil : keluarga memahami
manfaat manejemen stress yang
dilakukan
2. Menjelaskan perlunya tindakan
dilakukan
Hasil: merupakan salah satu bentuk
tindkan non farmokologis yang
digunakan untuk merilekskan
fikiran terhadap masalah yang
dihadapi
3. Menjelaskan keuntungan dan
kerugian apabila tindakan
dilakukan
Hasil : keluarga mengatakan
bahwa manajemen stress sangat
membantu merilekskan fikiran
dengan menggunakan terapi music
atau terapi murottal sehingga
sangat membantu keluarga
Manejemen Lingkungan
1. Menjelaskan cara membuat
lingkungan rumah aman
Hasil : Ny. Selalu menggunakan
kaos kaki didalam rumah setiap
hari karena kaki Ny. R sering
merasa dingin dan juga terasa tebal
2. Mengajarkan pasien/keluarga
tentang upaya pencegahan infeksi
Hasil : mengajarkan kepada
keluarga mengenai cara yang
dapat dilakukan sehingga
komplikasi dm tidak sampai
membuat luka pada kaki
Pengenalan Fasilitas
1. Menjelaskan peraturan
pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit (aktivitas
pelayanan diruangan, jam,
alur )
Hasil : Mengajarkan keluarga
untuk selalu memeriksakan
gula darahnya di layanan
kesehatan seperti puskesmas
yang dekat dari rumahnya
2. Informasikan fasilitas fisik
(lokasi ,ruangan )
Hasil : menjelaskan bahwa hasil
gula darah yang di periksa
apabila diatas normal, maka
perlu adanya ,mengatur pola
makan serta melakukan
aktivitas fisik seperti berjalan-
jalan
Kamis, 11 Maret Kesiapan Meningkatkan Penentuan Tujuan Bersama S : Keluarga
2021 Manejemen Kesehatan 1. Mengidentikasi tujuan yang mengatakan bahwa
akan dicapai ingin cepat sembuh
Hasil : keluarga mengatakan dan gula darah
bahwa ingin cepat sembuh dan keluarganya bisa
gula darah bisa normal kembali normal
2. Mengidentifkasi cara O : keluarga masih
mencapai tujuan secara bertanya mengenai
konstruktif masalah keseshatan
Hasil : menjelaskan kepada keluarganya
keluarga salah satu latihan yang A : Masalah belum
bisa dilakukan untuk mengatasi teratasi
masalah keram pada bagian kaki P : Lanjutkan
sampai lutut yang dirasakan pada Intervensi
malam hari
Edukasi Latihan fisik
1. Menjelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi kesehatan
(Stretching Exercise)
Hasil : keluarga mampu dan bisa
melakukan Stretching
2. Menjelaskan frekuensi, durasi,
dan intensitas program latihan
yang diinginkan
Hasil : Menjelaskan standar
operasional prosedur (SOP) pada
keluarga terkait stretching
Promosi Dukungan Keluarga
1. Fasilitasi program perawatan
dan pengobatanyang dijalani
anggota keluarga
Hasil : Keluarga mengatakan saat
ini mengkonsumsi obat herbal
untuk mengobati masalah
kesehatnnya yaitu obat herbal
kayu manis yang dibuat dan
diminum pagi dan sore hari
2. Diskusikan kemampuan dan
perencanaan keluarga dalam
perawatan
Hasil : Keluarga mau mengajari
anggota keluarga mengenai
senam stretching exercise apabila
sudah mengetahui
3.Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatn
Hasil : keluarga mengatakan belum
memahami urutan gerakan
stretching
ManejemenKenyamanan
Lingkungan
1. Mengidentifikasi sumber
ketidaknyamanan
Hasil : Keluarga mengatakan
merasa rileks telah melakukan
Latihan pada bagian paha hingga
betis dan telapak kaki
2. Fasilitasi kenyamanan
lingkungan (suhu, kebersihan )
Hasil : memberikan edukasi
mengenai alas kaki yang harus
selalu di gunakan serta benda-
benda tajam yang harus di hindari
dan jangan sampai melukai
Pengenalan Fasilitas
1. Jelaskan peraturan pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit
(aktivitas pelayanan diruangan,
jam, alur )
Hasil : Keluarga selalu
memeriksakan gula darahnya
minimal sekali sebulan
2. Informasikan fasilitas fisik
(lokasi ,ruangan )
Sabtu, 13 Maret Kesiapan Peningkatan
2021 Pengetahuan S:
-Keluarga mengatakan
mengerti mengenai
Promosi Dukungan Keluarga masalah kesehatan
1. Identifikasi maslah kesehatan keluarga dan cara
individu dan keluarga melakukan perawatan
Hasil : Keluarga mengatakan dirumah
bahwa tidak mengerti mengenai - Keluarga merasa
cara melakukan perawatan nyaman sudah
dirumah melakukan senam kaki
2. Membimbing untuk diabetik
mengidentifikasi dan O:
mengembangkan kemampuan - keluarga mampu
mengenai masalah kesehatan melakukan senam kaki
Hasil: mengajarkan cara diabetik yang dapat
menejemen stress, menjaga diajarkan oleh
pola makan serta mengajarkan keluarga
senam kaki diabetic, dan -Keluarga mampu
stretching menjawab pertanyaan
yang diberikan
program pengobatan A : masalah teratasi
1. Identifikasi penggunaan obat P :lanjutkan intervensi
tradisional dan efek terhadap - Anjurkan latihan
masalah kesehatan fisik senam kaki
Hasil : mejelaskan kepada diabetic 3x seminggu
keluarga manfaat pengunaan oabt dengan durasi 30
tradisional untuk kesehatan menit.
2. Libatkan kelurga dalam
memberikan dukungan
pengbobatan
Hasil : memberikan edukasi
kepada keluarga mengenai cara
merawat anggota kelaurga yang
sakit
3. Informasikan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan selama
pengobatan
Hasil : menginformasikan kepada
keluarga untuk berobat di
pelayanan kesehatan ketika
masalahsudajh tidak dapat diatasi
Promosi Dukungan Keluarga
1. Fasilitasi program perawatan dan
pengobatanyang dijalani
anggota keluarga
Hasil : memfasilitasi keluarga
dalam melakukan Latihan
senam kaki diabetic untuk
memberikan Latihan pada
pasien dm
2. Diskusikan kemampuan dan
perencanaan keluarga dalam
perawatan
Hasil : Kleuarga mau dan
mampu mengajarkan senam kaki
diabetic terhadap anggota
keluarga yang sakit
3. Diskusikan cara mengatai
kesuliatan dalam perawatan
Hasil : keluarga mampu
memhami senam kaki diabetic
dengan cara diberikan media
leflet dan video yotube sebagai
pembelajaran Ketika Gerakan
dilupa
kunjungan
normal
anjuran
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
kesehatan diabtetes melitus yang dialami sejak 3 tahun yang lalu faktor
kemungkinan penyebab gula darah dari Ny. R yang diatas normal karena
selalu buang air kecil pada malam hari, dan pada bagian terasa tebal saat
berjalan, dan hasil pemeriksaan GDS di puskesmas adalah 532 mg/dl. Hal ini
sejalan dengan teori bahwa salah satu tanda dan gejala penyakit diabetes melitus
Pada kasus ini dapat kita lihat bahwa perilaku hidup yang tidak sehat akan
berakibat pada kesehatan kita. Di mana kesehatan adalah perangkat utama dalam
adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari). Ibnul Jauzi mengatakan
bahwa terkadang seseorang memiliki badan yang sehat, akan tetapi ia tidak
seseorang memiliki waktu luang namun badannya tidak sehat. Apabila kedua
nikmat ini (waktu luang dan badan yang sehat) dimiliki oleh seseorang, lalu rasa
malas lebih mendominasi dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah; maka
dialah orang yang tertipu (Fathul Bari, 14/184). Qur`an banyak terdapat ayat-ayat
yang menyiratkan perintah untuk menjaga kesehatan, di antaranya adalah firman
Allah SWT:
وكلوا مما رزقناكم حالَل طيبا واتقوا هلال الذي أنتم به مؤمنون
Terjemahnya: “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepada
kalian sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kamu 64 kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah: 88) (Kemenag RI,
2016). Terkait ayat yang mulia ini Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari
halalan thayiban adalah makanan yang dzatnya halal dan juga baik. Syaikh
makanla dari rezki Allah yang telah diberikan kepada kalian dengan cara
memperolehnya yang halal; bukan dengan cara mencuri, merampas, dan caracara
lain yang tidak benar. Makanan tersebut juga harus thayyib (baik) (Tafsir Al-
Karimir Rahman, hal. 242). Intinya dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahan
kita untuk memakan makanan yang tak sebatas halal saja, namun ia juga harus
Pada kasus ini ditemukan beberapa masalah pada Ny. R yaitu perilaku
yaitu pasien mengeluh buang air kecil pada malam hari dan terasa tebal pada
bagian kaki sehingga pasien selalu menggunakan kaos kaki untuk meningkatkan
yang diaman ditemukan keluarga Ny. R tidak mengetahui dan mengerti hal-hal
tersebut.
B. Analisis Intervensi
exersice pada pasien dm sejalan dengan intervensi yang dilakukan Sayu Putri,
dkk (2019) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan stretcjing exersice terhadap
penurunan kadar insulin pasien diabtes melitus dan penerapannya pada otot
Kasus yang dialami Ny. R yaitu sering merasakan kesemutan pada bagian
paha dan gula darah tidak normal mengalami penurunan yang signifikan setelah
Ada beberapa intervensi yang bisa kita lakukan selain daripada intervensi
utama pada kasus diabetes melitus misalnya seperti melakukan aktivitas fisik
yang merupakan salah satu cara untuk menurunkan insulin dalam darah yaitu
dengan senam, salah satu yang dapat dilakukan pada pasien dm yaitu senam kaki
diabetic, senam kaki diabetic ini merupakan salah satu bentuk latihan jasmani
penderita diabetes mellitus yang bisa digunakan pada semua usia untuk
menghindari adanya luka pada kaki pasien dm sehingga sirkulasi darah pada
bagian kaki dapat dilancarkan. Selain itu senam kaki sangat mudah dilakukan di
waktu yang tidak terlalu lama sekitar 30 menit dan dilakukan 3-4 kali seminggu
fisik tidak cukup apabila gaya hidup tidak di ubah karena dapat mempengaruhi
kadar gula dalam darah, maka dari itu perlu diet diabetes yaitu pemilihan
makanan yang tinggi serat dan indeks gilekemik rendah dapat membantu
mengontrol gula darah, die diabetes ini memberikan masukan makanan yang
NOTE :
- BELUM ADA BAB PENUTUP
- BELUM ADA DAFTAR PUSTAKA (MENGGUNAKAN APLIKASI
SEPERTI MENDELEY ETC)
- LAMPIRKAN MEDIA TERKAIT INOVASI DAN LAMPIRAN YANG
SEKIRANYA DIBUTUHKAN DALAM KTA INI.