You are on page 1of 18

OSCE GADAR

Kloter 1
i. Stase 1
Soal
Ÿ Diagnosis
Ÿ Penatalaksanaan

Klasifikasi Fraktur

KASUS - KASUS

PULPITIS AKUT

Ÿ Dx: pulpitis irreversibel akut disertai periodontitis dan fraktur ellis kelas 3
Ÿ Rencana perawatan: pulpektomi, perawatan saluran akar, restorasi indirek (pasak +
mahkota jaket)
Ÿ Penatalaksanaan:
Alat: diagnostik set, low speed, low carbide bur, barbed broach, spuit irigasi
Bahan: lignocaine 2cc, cotton pallete, larutan irigasi, eugenol

Ÿ Resep
R/ Paracetamol tab 500mg No. X
s.prn. 3dd. Tab 1 pc
R/ Ibuprofen tab 400mg No. C
s. prn. 3dd tab 1 pc
R/Asam mefenafat tab 500mg No X
s. prn. 3dd tab 1 pc

ii. stase 2
DRY SOCKET/ALVEOLITIS
Ÿ Dry socket adalah kombinasi patologi antar kehilangan bekuan darah dan inflamasi lokal
Ÿ Penyebab: trauma saat cabut, pembersihan soket tidak adekuat, melakukan pantangan2
pasca cabut (makan/minum panas, merokok, minum dgn sedotan)
Ÿ Tanda: nyeri hebat sampai telinga pasca 24-72 jam, bau mulut, inflamasi pada lamina
dura, tidak terbentuk pendarahan
KLOTER 2
I. STASE 1
DISLOKASI TMJ

Ÿ Dx: Dislokasi TMJ


Ÿ Penatalaksanaan dengan teknik scundum hypocrates
Ÿ Instruksi pasca perawatan:
Kontrol 24jam pasca perawatan
Head bandage dipakai 2x24 jam
Jangan membuka mulut terlalu lebar
Diet lunak
Medikasi:
R/Asam mefanamat tab 500mg No. X
S prn 3 dd tab 1 pc
Analgesic NSAID jika perlu dan muscle relaxant
*jika otot terasa tegang dpt diberikan muscle relaxant diazepam 2-5mg
II. STASE 2
Penatalaksanaan Sinkop

1. Hentikan perawatan
2. Nilai tingkat kesadaran pasien (beri pasien stimulasi sensorik dan evaluasi responnya)
3. Posisikan pasien dengan posisi trendelenberg (kepala lebih rendah dari kaki) diatas dental chair
atau baringkan pasien dilantai.
4. Membebaskan jalan napas pasien
- Longgarkan pakaian yang ketat yang dapat mengganggu pernafasan.
5. Pantau vital sign pasien
6. Beri tambahan oksigen pada pasien 2-6 liter/menit untuk dewasa dan 3-5 liter/menit untuk
anak-anak menggunakan canula nasal
7. Beri pasien stimulan pernapasan (aromatic ammonia/ minyak kayu putih)
- Aromatic ammonia diletakkan dibawah hidung pasien
- Aroma yang terhirup akan merangsang pergerakan ekstremitas dan membantu darah
kembali ke daerah perifer jantung dan otak.
8. Apabila pasien sudah sadar berikan the manis
9. Observasi pasien, jangan ditinggal.
10. Apabila kondisi pasien sudah stabil, pasien dapat dipulangkan
11. Jika pasien belum pulih secara cepat setelah mencium bau-bauan, bisa melakukan prosedur
resusitasi jantung
KLOTER 3
I. STASE 2

SPLINTING PERIO

 Prosedur pemeriksaan kegoyangan gigi


1. Persiapan alat dan bahan berupa APD dan dx set
2. Mencuci tangan dan memakai APD
3. Memposisikan pasien dengan rileks di dental unit
4. Kegoyangan gigi dapat diketahui dengan menggunakan dua tangkai instrument atau
satu tangkai instrumen dan satu jari.
5. Jika menggunakan satu instruemn dan 1 jari maka gigi ditahan dengan salah satu
tangan (ujung jari) dan satu tangan yang lain memegang instrumen one end dan
pangkal instrumen di letakan pada gigi sebelah buccal dan di tekankan ke arah bucal
dan lingual
Ÿ Klasifikasi/derajat kegoyahan (menurut Miller)
Derajat 1: lebih dari normal (0,5 – 1 mm) atau kegoyahan fisiologis
Derajat 2: 1mm ke dua arah
Derajat 3: lebih dari 1mm ke segala arah atau gigi dapat ditekan ke arah apical
 Splinting wire ligature dengan RK
1. Mempersiapkan alat dan bahan berupa dx set, brush, etsa, bonding, RK, LC, wire
0,03 mm atau 0,025 mm, articulating paper, bur pita kuning, dan dental floss
2. Mencuci tangan dan memakai APD
3. Memposisikan pasien di dental unit
4. Memeriksa skor OHI, PI, mobilitas gigi dan apabila ditemukan kalkulus dan
debris maka dilakukan scaling dan polishing
5. Setelah gigi bersih maka persiapan prosedur splinting
6. Polishing gigi menggunakan brush dan pasta pumis
7. Mengukur panjang kerja menggunakan dental floss dikalikan 2
8. Memotong wire sepanjang dental floss
9. Wire ditekuk dan di pilin sehingga berbentuk twist
10. Aplikasi bahan etsa dan ditunggu 15 detik bilas dan keringkan hingga moist,
kemudian aplikasikan bonding dan LC selama 20 detik pada gigi yang akan di
splinting
11. Aplikasikan wire setinggi titik kontak gigi (untuk gigi anterior : lengkung terbesar
gigi atau 1/3 servikal, gigi posterior : 1/3 media gigi )
12. Aplikasikan komposit pada pertengahan mesio distal gigi
13. Lakukan Light cure
14. Cek oklusi menggunakan articulating paper apakah ada traumatic oklusi, jika ada
maka gigi perlu di grinding untuk dilakukan oklusal adjustment
15. Polishing permukaan komposit menggunakan bur pita kuning atau bur white
alpine

 Instruksi pasca splinting


1. Membersihkan area splinting terutama di daerah interdental (gunakan sikat gigi
interdental)
2. Kumur dengan chlorhexidine 0,1% 2 kali sehari selama 1 minggu
3. Diet lunak
4. Kontrol rutin 3 bulan sekali

/R Chlorhexidine digluconate 0,1% lag No. I


S 2 dd col or
II. STASE 1

Ÿ Tahapan penanganan kasus :


1. Persiapan alat dan bahan
2. Mencuci tangan memakai apd
3. Posisikan pasien di dental unit
4. Bersihkan daerah kerja dari bekuan darah dan debris, irigasi dengan larutan saline.
5. Lakukan tindakan asepsis pada daerah kerja menggunakan povidone iodine
kemudian melakukan anastesi infiltrasi di sekeliling daerah kerja
6. Dengan hati hati reposisikan gigi 21 dengan menarik gigi tersebut sehingga kembali
ke posisi semula (gigi tetangga dapat digunakan sebagai patokan). Sesuaikan dengan
inklinasi dan oklusinya
7. Pijat lembut area tulang bagian palatal dan labial gigi 21 dengan jibu jari dan jari
telunjuk
8. Lakuakan fiksasi dengan splinting
 Tahapan Wire Ligature Essig
1. Siapkan alat dan bahan berupa tang potong, kawat 0,4 mm, needle holder.
2. Mencuci tangan dan memakai apd
3. Kemudian persiapkan prosedur splinting
4. Kemudian ukur panjang kawat sesuai 2 kali panjang kerja atau sesuai gigi yang
akan di splinting menggunakan dental floss(dalam kasus ini gigi 21, dengan gigi
pegangan gigi 23,22,11 dan 12) Ambil kawat mayor, luruskan kawat terlebih
dahulu, pastikan tidak menekuk dan potong sesuai panjang kerja
5. Potong kawat minor sepanjang 5 cm sebanyak 4 buah
6. Masukkan kawat mayor dimulai dari distal gigi 23 dibawah titik kontak
menelusuri bagian palatal kemudian masuk ke arah distal gigi 12 dan menelusuri
bagian labial
7. Satukan kawat dari palatal dan labial dengan memutar menggunakan needle
holder searah jarum jam namun jangan terlalu kencang. Adaptasi kawat jika perlu
menggunakan amalgam stopper
8. Masukkan wire minor di setiap interdental gigi. Masuk dari arah labial dibawah
wire mayor sampe ke palatal kemudian keluar dari arah palatal ke labial melewati
atas wire mayor. Kedua ujung wire dipilin menggunakan needle holder di labial
gigi geligi. Potong wire dan sisakan 3-4 mm,
9. Ulangi pada setiap interdental dan kencangkan kawat mayor tekuk ke arah gusi
sissa wire agar tidak melukai jaringan dan tutup dengan resin komposit jika perlu
III. AVULSI
Ÿ Dx: nekrosis pulpa disertai fraktur elis kelas V (gatau bener apa enggak, yg tau please
share🙃)
Ÿ Golden hour: 40 menit
Ÿ Tempat nyimpen gigi: salin, saliva (diletakkan antara pipi dan gusi atau dibawah lidah),
susu, hbss 90%
OAC
Ÿ OAC adalah hubungan antara rongga mulut dan sinus maksilaris
Ÿ Pemeriksaan: nose blowing test --> px diinstruksikan u/ menutup hidup dgn jari
kemudian membuka mulut dan mencoba mengeluarkan nafas dari hidung. Apabila ada
OAF/OAC maka akan terdengar siul, keluar darah/gelembung dari lubabg OAC. Atau
menggunakan probe dimasukan ke lubang, akan terjadi perubahan suara.
Ÿ Pemeriksaan penunjang: ronsen
Ÿ Tanda: demam, nafas terasa bau, air/udara/darah keluar dari hidung
OAF
Ÿ OAF adalah lubang yang terbentuk antara rongga mulut dan sinus maksilaris yg sifatnya
menetap.
Ÿ Biasanya terbentuk dalam waktu 48-72 jam
PENDARAHAN
SINKOP
Ÿ Penurunan kadar oksigen di otak
Ÿ Presyncope: pucat, dingin, keringat dingin, kepala dan leher hangat, pusing, mual,
SYOK ANAFILAKTIK
Ÿ Alergi obat
PARASTESI
???????????

You might also like