Professional Documents
Culture Documents
Modul 1 - Alya Khaerunnisa Indrawan Day
Modul 1 - Alya Khaerunnisa Indrawan Day
TUTORIAL MODUL 1
“PEMERIKSAAN RADIOGRAFI”
Nim : J014201086
UNIVERSITAS HASANUDDI
MAAKASSAR
2020
SKENARIO
A. Pertanyaan Penting
1. Apa definisi radiografi dalam dunia kedokteran gigi?
2. Apa saja teknik-teknik radiografi intraoral?
3. Apa saja indikasi dari teknik radiografi intraoral?
4. Apa saja teknik-teknik radiografi ekstraoral?
5. Apa saja indikasi dari teknik radiografi ekstraoral?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teknik radiografi ekstraoral dan
intraoral?
7. Apa saja intruksi yang harus diberikan pada pasien sebelum dilakukannya
foto radiografi?
8. Bagaimana cara pengambilan foto radiografi secara konvensional dan secara
digital?
9. Apa kelebihan dan kekurangan dari pengambilan foto radiografi secara
konvensional dan digital?
10. Bagaimana cara mengevaluasi hasil foto radiografi?
11. Jelaskan kesalahan yang dapat terjadi saat pengambilan foto radiografi?
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik-teknik intraoral
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik-teknik ekstraoral
2
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kesalahan-kesalahan dalam proses
pengambilan Ro foto intra dan ekstraoral (evaluasi mutu)
C. Penjelasaan :
1. Definisi radiografi dalam kedokteran gigi
Radiografi kedokteran gigi merupakan ilmu yang biasa digunakan untuk
menunjang diagnosis. Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral dari
kedokteran gigi klinis, dengan beberapa bentuk pemeriksaan radiografi
diperlukan pada sebagian besar pasien. Akibatnya, radiografi sering disebut
sebagai alat bantu diagnosis utama dokter. Pemeriksaan radiografi berperan
penting dalam membantu menentukan diagnosis, prognosis, dan memantau
hasil perawatan, serta merupakan salah satu pemeriksaan identifikasi anatomi
tubuh karena dapat memberikan gambaran struktur anatomi secara visual.1
Gambaran radiografi menjadi komponen penting dari perawatan pasien
yang komprehensif yang memungkinkan dokter gigi untuk mengidentifikasi
banyak kondisi yang tidak dapat diidentifikasi secara klinis Pemeriksaan intra
oral tanpa radiografi membatasi praktisi hanya pada struktur yang terlihat
secara klinis yaitu jaringan keras dan jaringan lunak. Dengan menggunakan
radiografi, dokter gigi dapat memperoleh banyak informasi struktur gigi dan
tulang pendukung. 1,2
Referensi :
1. Ianucci JM, Howerton LJ. Dental Radiography: Principle and Techniques.
5th Ed. 2012. Missouri: Elsevier. p.2
2. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed.
St louis: Mosby Elsevier; 2013. p.3
3
tentang gigi dan sekitarnya tulang alveolar. 1 Terdapat dua teknik pengambilan
gambar radiografi periapical, yakni teknik paralleling dan teknik bisecting.1,2
Konsep utama dari teknik paralleling adalah bahwa reseptor sinar-X sejajar
dengan sumbu panjang gigi, dan sinar pusat dari berkas sinar-X diarahkan
tegak lurus ke gigi dan reseptor. Untuk mengurangi distorsi geometrik, sumber
sinar-X harus ditempatkan relatif jauh dari gigi. Penggunaan jarak sumber-ke-
objek yang jauh mengurangi ukuran nyata dari titik fokus, sehingga
meningkatkan ketajaman gambar, dan menghasilkan gambar dengan
pembesaran minimal.2 pada teknik ini digunakan holder untuk memfiksasi
reseptor gambar dan posisi dari tube.1
4
Gambar 2. Teknik bisecting
b. Teknik bitewing
Radiografi bitewing, ialah teknik dimana pasien diinstruksikan untuk
menggigit sayap kecil yang menempel pada paket film intraoral. Namun,
teknik modern yang menggunakan holder tidak lagi mengharuskan pasien
untuk menggunakan menggigit sayap (sekarang disebut tab), dan reseptor
gambar digital (solid-state atau plat fosfor) dapat digunakan sebagai pengganti
film, tetapi terminologi dan indikasi klinisnya tetap sama. Gambar individu
dirancang untuk menunjukkan mahkota gigi premolar dan molar di satu sisi
rahang.1
Syarat posisi ideal pada teknik ini antara lain : Reseptor gambar harus
diposisikan secara terpusat pada holder dengan tepi atas dan bawah reseptor
gambar sejajar dengan platform gigitan/sayap; Reseptor gambar harus
diposisikan sejajar sumbu panjang gigi secara horizontal untuk bitewing
horizontal atau vertikal untuk bitewing vertikal; Gigi posterior dan reseptor
gambar harus bersentuhan atau sedekat mungkin; Gigi posterior dan reseptor
gambar harus paralel - bentuk lengkung gigi mungkin memerlukan dua posisi
reseptor gambar yang terpisah untuk mencapai persyaratan ini.1
5
Gambar 3. Teknik bitewing
Gambar 3. Teknik bitewing horizontal dan vertikal
c. Teknik oklusal
Radiografi oklusal didefinisikan sebagai teknik radiografi intraoral yang
diambil menggunakan perangkat sinar-X gigi di mana reseptor gambar (paket
film atau pelat fosfor digital - 5,7 × 7,6 cm) ditempatkan di bidang oklusal.
Sensor digital solid-state berukuran sesuai saat ini tidak tersedia. 1 Terdapat
6
Gambar 5. Upper oblique occlusal
c) Vertex occlusal
2) Mandibular occlusal projection
a) Lower 900 (True occlusal) : proyeksinya menampilkan bagian tooth-
bearing dari mandibular dan dasar mulut.
Referensi :
7
1. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed.
St louis: Mosby Elsevier; 2013. p.85-6, 100, 119-120,129-134
2. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 7th ed. St louis: Mosby Elsevier;
2014. P.91, 93-4, 114, 126, 136-7
8
c) Evaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista atau tumor pada
rahang atas anterior
d) Penilaian fraktur gigi anterior dan tulang alveolar
2) Upper oblique occlusal
a) Evaluasi ukuran dan luas lesi seperti kista, tumor atau lesi tulang
yang mengenai maksila posterior
b) Sebagai bantuan untuk menentukan posisi akar yang tergeser secara
tidak sengaja ke antrum selama percobaan pencabutan gigi posterior
atas
c) Penilaian fraktur gigi posterior dan tulang alveolar termasuk
tubeositas
3) Lower 900 occlusal
a) Mendeteksi keberadaan dan posisi radiopak di ductus saliva
submandibular
b) Menelihat posisi bukolingual gigi mandibula yang tidak erupsi
c) Evaluasi ekspansi bukolingual mandibula oleh kista/tumor
d) Penilaian lebar mandibula sebelum penempatan implan
4) Lower 450 / anterior occlusal
a) Penilaian periapikal pada gigi-geligi insisivus bawah, terutama
berguna pada orang dewasa dan anak-anak yang tidak nyaman
dengan film holder pada teknik periapikal radiografi.
b) Evaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista atau tumor yang
mengenai bagian anterior mandibula
5) Lower oblique occlusal
a) Mendeteksi kalkuli radiopak pada kelenjar saliva submandibular
b) Penilaian posisi bukolingual gigi sulung yang tidak erupsi
c) Evaluasi perluasan kista, tumor atau lesi tulang lainnya dibagian
posterior body atau angle mandibula
Referensi :
1. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed.
St louis: Mosby Elsevier; 2013. p.85-6, 100, 119-120,129-134
9
4. Teknik radiografi ekstraoral
a. Maxillofacial / skull projections1
1) Standard occipomental (00 OM) : ), proyeksi ini menunjukkan kerangka
wajah antra maksila dan menghindari superimposisi tulang padat dari
pangkal tengkorak.
2) 300 occipitometal (300 OM) : proyeksi ini menunjukkan kerangka wajah
tetapi dari sudut yang berbeda dari 0 o OM, memungkinkan perpindahan
tulang tertentu untuk dideteksi. 0o OM dan 30o OM memberikan dua
tampilan wajah tulang pada dua sudut yang berbeda-beda karena itu
dalam kasus dengan dugaan fraktur wajah kedua pandangan tersebut
dibutuhkan
3) Posteroanterior of the skull (PA skull) atau occipitofrontal (OF) :
proyeksi ini menunjukkan bagian tengkorak tulang frontal dan rahang.
4) Posteroanterior of the jaws (PA jaws) : proyeksi ini menunjukkan bagian
posterior rahang bawah.
5) Reverse Towne’s : proyeksi ini menunjukkan kepala kondilar dan leher
untuk melihat adanya fraktur di sudut kondilus.
6) Rotated posteroanterior (rotated PA) : proyeksi ini menunjukkan
jaringan pada satu sisi wajah dan digunakan untuk menginvestigasi
glandula parotis dan ramus mandibula.
7) True lateral skull : proyeksi ini menunjukkan kubah tengkorak dan
tengkorak wajah dari sisi lateral. Perbedaannya dengan sefalometri ialah
true lateral skull tidak tersandarisasi dan tidak dapat direproduksi, serta
tidak untuk perawatan ortodonti.
8) Submentovertex (SMV) : proyeksi ini menunjukkan dasar tengkorak,
sinus sphenidal dan kerangka wajah dari bawah
10
b. Teknik sefalometri
Radiografi sefalometrik adalah bentuk radiografi kranial wajah standar
dan dapat direproduksi yang digunakan secara luas dalam bidang ortodontik
untuk menilai hubungan gigi dengan rahang dan rahang ke seluruh kerangka
wajah. Standarisasi sangat penting untuk pengembangan sefalometri -
pengukuran dan perbandingan titik, jarak, dan garis tertentu di dalam
kerangka wajah, yang sekarang menjadi bagian integral dari penilaian
ortodontik. Nilai terbesar mungkin diperoleh dari radiograf ini jika
ditelusuri atau diubah ukurannya dan ini penting ketika digunakan untuk
memantau kemajuan perawatan.1
11
mana objek yang disertakan ditampilkan dengan jelas. Objek di depan atau
di belakang palung fokus ini diburamkan dan sebagian besar tidak terlihat.
Mesin panoramik dengan demikian menciptakan palung fokus melalui gigi
dan struktur yang berdekatan.2
Referensi :
1. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. St
louis: Mosby Elsevier; 2013. p.144, 146, 148, 150, 152, 154 ,156, 158, 161,
166
2. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 7 th ed. St louis: Mosby Elsevier; 2014.
P.166-9
12
a) Le Fort I
b) Le Fort II
c) Le Fort III
d) Fraktur prosesus koroid
13
c) Untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula,
dinding lateral sinus maksilaris dan arkus zygomaticus.
b. Radiografi sefalometri1
Indikasi utamanya ialah dalam bidang ortodonti dan bedah ortognati
1) Ortodonti :
a) Diagnosis awal : mengkonfirmasi abnormalitas pada struktur
skeletal dan/atau jaringan lunak
b) Treatment planning
c) Memonitor progress perawatan seperti inklinasi insisal, dll
d) Penilaian hasil perawatan mis: 1-2 bulan sebelum
menyelesaukan perawatan aktif untuk memastikan target
perawatan telah dicapai
2) Bedah ortognati:
a) Evaluasi pre-operatif dari struktur skeletal dan pola jaringan
lunak
b) Untuk menilai treatment planning
c) Menilai hasil post-operatif dan untuk studi follow-up jangka
panjang
c. Radiografi panoramik2
1) Untuk memeriksa adanya patologi pada intaoseus seperti kista, tumor
ataupun infeksi
2) Untuk mengevaluasi gigi secara keseluruhan
3) Evaluasi sendi temporomandibular
4) Evaluasi posisi gigi impaksi
5) Evaluasi erupsi gigi permanen
6) Trauma dentomaxillofacial
7) Ganggaun perkembangan keragka maksilofasial
14
Referensi :
1. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. St
louis: Mosby Elsevier; 2013. p.144, 146, 148, 150, 152, 154 ,156, 158, 161,
166
2. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 7 th ed. St louis: Mosby Elsevier; 2014.
P.166
15
- Kekurangan dari teknik bisecting yaitu kemungkinan distorsi sangat
besar karena film dipegang oleh pasien atau tidak menggunakan film
holder, kesalahan sudut tube sinar-x mengakibatkan pemanjangan
atau pemendekan ukuran gigi, penelian sudut yang tidak ada standar
baku, bayangan tulang zygomaticus sering tampak menutupi regio
akar gigi molar, sulit mendeteksi karies proksimal pada gambar
radiografi mahkota gigi yang mengalami distorsi, dan dapat terjadi
cone cutting bilang titik pusat siar-x tidak tepat.1
3) Radiografi Bitewing
- Kelebihan dari teknik bitewing radiografi yaitu sederhana, murah,
kemudian dapat digunakan dengan mudah pada anak-anak, dalam
satu film dapat dipakai untuk memeriksa gigi-geligi pada RA dan
RB sekaligus.1
- Kekurangan dari teknik bitewing radiografi yaitu pengalaman
operator mempengaruhi peniliaan horizontal dan vertical angulasi
dari tube sinar-x, apabila gambar yang dihasilkan tidak akurat maka
akan sulit memantau perkembangan karies.1
b. Radiografi ekstraoral
Pada teknik panoramik, keuntungannya antara lain:1
- Area yang luas tergambar dan semua jaringan di dalam palung fokus
ditampilkan, termasuk gigi anterior, bahkan ketika pasien tidak dapat
membuka mulut.
- Gambar tersebut mudah dipahami pasien, dan oleh karena itu
merupakan alat peraga yang berguna.
- Penentuan posisi relatif sederhana dan tidak dibutuhkan keahlian
khusus
- Tampilan rahang secara keseluruhan memungkinkan penilaian cepat
terhadap penyakit yang mendasari, yang mungkin tidak terduga.
16
- Tampilan kedua sisi mandibula pada satu film berguna saat menilai
patah tulang dan nyaman untuk pasien yang cedera.
- Tampilan keseluruhan berguna untuk evaluasi status periodontal dan
penilaian ortodontik.
- Lantai antral, dinding medial dan posterior terlihat jelas.
- Kedua kepala condylar ditampilkan pada satu film, memungkinkan
perbandingan yang mudah
- Dosis radiasi (dosis efektif) mungkin lebih rendah daripada survei
mulut penuh terhadap gambar intraoral dalam beberapa kasus
- Pengembangan teknik pembatasan lapangan yang menghasilkan
pengurangan dosis lebih lanjut.
17
- Beberapa pasien tidak menyesuaikan dengan bentuk palung fokus dan
beberapa struktur akan tidak fokus.
- Gerakan pasien selama eksposur dapat menimbulkan kesulitan dalam
interpretasi gambar
Referensi :
1 Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. St
louis: Mosby Elsevier; 2013. p 107,184
Persiapan peralatan1
a. Kaset yang berisi pelat fosfor atau film harus dimasukkan ke dalam rakitan
kereta (jika sesuai).
b. Panel kontrol eksposur harus ditutupi dengan cling film
c. Operator harus mengenakan sarung tangan pelindung yang sesuai
(misalnya lateks atau nitril)
d. Kolimasi harus diatur ke ukuran bidang yang dibutuhkan.
e. Faktor paparan yang tepat harus dipilih sesuai dengan ukuran pasien -
biasanya dalam kisaran 70–90 kV dan 4–12 mA.
Posisi pasien1
a. Pasien harus diposisikan di unit sehingga tulang belakang mereka lurus
dan diinstruksikan untuk memegang penyangga atau pegangan penstabil
yang disediakan
18
b. Pasien harus diinstruksikan untuk menggigit gigi seri atas dan bawah dari
ujung ke ujung pada pasak dengan dagu menyentuh penyangga dagu.
c. Kepala harus diimobilisasi dengan menggunakan penyangga pelipis.
d. Penanda berkas cahaya harus digunakan sehingga bidang midsagital
vertikal, bidang Frankfort horizontal, dan cahaya kaninus terletak di antara
gigi seri lateral atas dan gigi kaninus.
e. Pasien harus diinstruksikan untuk menutup bibir dan menekan lidah
mereka di langit-langit mulut sehingga bersentuhan dengan langit-langit
keras dan tidak bergerak selama siklus paparan (sekitar 15-18 detik).
Referensi :
1 Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 6 th
ed. St louis: Mosby Elsevier; 2020. p 407-8
19
- Tahapa 4 : Pencucian, film dicuci secara menyeluruh dengan air mengalir
untuk menghilangkan larutan fixer.
- Tahap 5 : Pengeringan, film dikeringkan untuk mendapatkan hasil
gambaran radiografi.
Secara praktikal prosesnya ialah:1,2
1) Paket film yang terbuka dibuka dan film dijepitkan ke gantungan.
2) Film direndam dalam pengembang dan diaduk beberapa kali dalam
larutan untuk menghilangkan gelembung udara dan dibiarkan selama
sekitar 5 menit pada suhu 20 ° C.
3) Sisa pengembang dibilas dengan air selama sekitar 10 detik.
4) Film direndam dalam fixer selama sekitar 8-10 menit.
5) Film dicuci dalam air mengalir selama sekitar 10-20 menit untuk
menghilangkan sisa bahan pengikat.
6) Film dibiarkan mengering dalam suasana bebas debu.
Digital
Pengambilan foto radiografi secara digital menggunakan reseptor digital
yakni solid-state sensor dan photostimulate phosphor storage plates.1
Solid-state sensor terbagi menjadi dua macam yakni sensor intraoral dan
sensor ekstraoral. Sensor intraoral berbentuk kotak persegi panjang kecil, tipis,
datar, rigid, biasanya berwarna hitam dan ukurannya mirip dengan paket film
intraoral. Ketebalannya bervariasi dari sekitar 5 sampai 7 mm. Sebagian besar
sensor terhubung kabel untuk memungkinkan data ditransfer langsung dari
mulut ke komputer. Beberapa sistem sekarang tersedia. Sistem tanpa kabel juga
tersedia. Sensor Schick CDR Wireless ™ memancarkan gelombang radio dari
mulut ke pemancar jarak jauh yang dihubungkan dengan kabel ke computer.
Sedangkan sensor ekstraoral berisi CCD dalam susunan linier yang panjang
dan tipis. Mereka memiliki lebar beberapa piksel dan panjang banyak piksel.
20
Meskipun tampilan luar dari sensor ini sangat berbeda, kedua desain bekerja
dengan cara yang sama. Larik piksel yang panjang dan sempit sejajar dengan
sinar X-ray berbentuk celah sempit dan peralatan akan memindai pasien.1
Gambar 2. Solid-state sensor ekstraoral (A) dan intraoral (B)
Photostimulate phosphor storage terdiri dari berbagai pelat pencitraan
yang dapat digunakan untuk radiografi intraoral dan ekstraoral. Pelat tidak
terhubung ke komputer dengan kabel. Beberapa sistem tersedia dan termasuk
DentOptix ™ (Gendex) dan Vistascan ™ (Durr) dan Digora® Optime
(intraoral) dan PCT (ekstraoral) (Soredex).1
21
9. Kelebihan dan kekurangan dari pengambilan foto radiografi secara
konvensional dan digital
Konvensional
Kelebihan radiografi konvensional yaitu harganya yang relatif murah, film
lebih mudah ditempatkan didalam rongga mulut karena sifatnya yang fleksibel
dan mudah dibengkokkan, namun radiografi konvensional ini lebih banyak
kekurangannya yaitu radiasi yang cukup besar, tingkat keakuratan yang kurang
baik, radiografi konvensional memerlukan prosesing untuk menghasilkan
gambar proses ini sering kali menjadi sumber kesalahan serta pengulangan
dalam pengambilan gambar dimana hal ini dapat merugikan pasien maupun
operator, hasil akhir dari radiografi dengan teknik konvensional tetap sulit
dimanipulasi dalam satu kali penyinaran, proses pengolahan film juga karena
menggunakan bahan kimia, sehingga dapat memungkinkan terjadinya polusi
lingkungan dan reaksi alergi bagi yang sensitif.1
Digital
a. Kelebihan1
- Tidak perlu pemrosesan kimiawi, sehingga menghindari semua
kesalahan pemrosesan konvensional dan bahaya yang terkait dengan
penanganan larutan kimia.
- Mudah menyimpan dan mengarsipkan informasi pasien dan
memasukkannya ke dalam catatan pasien.
- Transfer gambar dengan mudah secara elektronik.
- Peningkatan dan manipulasi gambar.
- Pelat fosfor memiliki garis lintang yang lebar, menghasilkan gambar
yang dapat diterima baik kurang atau terlalu terang.
b. Kekurangan
- Piksel besar menghasilkan resolusi yang buruk dan struktur mungkin
tidak ditampilkan secara akurat
22
- Layar / monitor PC konvensional mengurangi atau membatasi kualitas
gambar. Layar / monitor kualitas gambar diagnostik diperlukan untuk
tampilan yang optimal.
- Gambar perlu dicadangkan ke area penyimpanan terpisah yang jauh
dari komputer pengambilan gambar jika komputer ini rusak.
- Eksposur berlebih dan beban berlebih pada sensor CCD menciptakan
fenomena mekar
- Kehilangan kualitas dan resolusi gambar pada cetakan hard copy saat
menggunakan printer termal, laser atau ink-jet.
Referensi :
1 Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. St
louis: Mosby Elsevier; 2013. p 55
23
diterima secara diagnostik
Referensi :
1 Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 5 th ed. St
louis: Mosby Elsevier; 2013. p 218, 224, 228
24
objek nyata yang sesuai. kemudian aksesoris logam seperti anting, kalung
dan jepit rambut dapat membentuk ghost image dimana muncul gambar
radiopak buram yang dapat mengaburkan detail anatomi serta menutupi
perubahan patologis.1
b. Double image : dimana gambar yang dihasilkan menjadi gambar ganda
yang tumpeng tindih, hal ini diakibatkan objek dihadang atau terkena dua
kali sinar x-ray yang mengakibatkan terbentuknya gambar ganda.1
c. Distorsi, dimana gambar yang mengalami distorsi tidak memiliki ukuran
dan bentuk yang sama dari objek asli (ukuran gigi dapat memanjang atau
memendek) hal ini disebabkan penempatan dan kesejajaran film atau
angulasi sinar-x yang tidak sesuai.2
d. Over developer atau over exsposure akan menghasilkan gambar yang
terlalu gelap, sedangkan apabila kontras yang diberikan terlalu tinggi akan
menghasilkan gambar yang terlalu putih.2
e. Tidak melepaskan gigi palsu atau alat ortodontik lepasan, maupun
aksesoris.3
f. Kesalahan posisi reseptor, sehingga tidak menampilkan jaringan apikal
(apeks cutting)2
g. Kegagalan dalam menginstruksikan pasien agar tidak bergerak (diam)
selama dilakukannya eksposur.2
Referensi:
1 White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology. 7th ed. St louis: Mosby Elsevier;
2014. P. 161, 163, 166, 168, 172-3
2 Ramadhan AZ, Sitam S, Epsilawati L. Gambaran kualitas dan mutu radiograf.
Jurnal radiologi dentomaksilofasial Indonesia. 2019; 3: 44, 46-48
25