You are on page 1of 3

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 1

Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. xx-xx

Tradisi Mandi Sembilan Pada Penyelenggaraan Jenazah


Masyarakat Banjar di Kabupaten Pulang Pisau
Fani Aditia
Pascasarjana IAIN Palangka Raya, Palangka Raya 73112, Indonesia

ARTICLE INFO (8 pt) ABSTRACT (10PT)

Article history: Ketik abstrak di sini (10 font)


Received
Revised Abstrak artikel diketik dalam satu paragraf, dengan huruf miring,
Accepted tidak lebih dari 200 kata. Abstrak harus berisi: latar belakang,
tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Hal-hal penting
Keywords: lainnya, yang secara signifikan berkontribusi pada hasil akhir
penelitian dapat dimasukkan di sini. Abstrak ditulis dalam Bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris

Kata kunci: Kata Kunci_1. Kata Kunci_2,


Kata Kunci_3, Kata Kunci_4, sebutkan
hanya konsep-konsep khusus [kata atau
frasa], 3-5 konsep/ kata.

Pendahuluan
Permasalahan tentang agama selalu terkait dengan kitab yang menjadi pegangan dan
pedoman bagi umatnya. Dalam Islam, Al-Qur’an merupakan sumber dan pedoman bagi umat
penganutnya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai pentunjuk dan rahmat bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Dalam mempelajari Al-Qur’an, manusia juga harus bisa mempelajari beberapa hal di sekitar
Al-Qur’an, yang antara lain terkait seperti sejarahnya, dasar-dasar sistem yang digunakan Al-
Qur’an, kodifikasinya, mukjizatnya, fungsi dan fadhilatnya, serta khasiat ayat-ayat Al-Qur’an.
Melihat dalam kenyataan atau fenomena di masyarakat, Al-Qur’an juga memiliki fungsi dan
peran dalam sistem kebudayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan persoalan atau perbincangan
tentang agama dalam hal ini Al-Qur’an, selalu merujuk pada dua realitas. Pertama, realitas yang
menunjukkan corak teologis. Kedua, realitas yang menunjukkan corak historis-sosiologis atau
sebagai fenomena kebudayaan.Click or tap here to enter text.1 Jika dikaitkan kebudayaan di
masyarakat dengan fungsi, fadhilat, ataupun khasiat Al-Qur’an, maka tergambar jelas peran ayat-
ayat Al-Qur’an dalam berbagai tradisi kebudayaan masyarakat. Begitu juga dalam tradisi di
masyarakat Banjar, yang sekarang penduduknya mayoritas beragama Islam. 2
Dalam tradisi Banjar sedikit banyaknya masih berhubungan atau terpengaruh agama nenek
moyang yang memiliki kepercayaan animisme atau percaya pada makhluk-makhluk ghaib. 3
Namun, agama Islam tetap lebih memiliki peran dalam kebanyakan tradisi masyarakat Banjar. Hal
ini dikarenakan dengan perkembangan zaman, agama dalam proses penyebarannya selalu
dihadapkan dengan keragaman budaya lokal setempat, oleh karena itu menyiarkan agama Islam
sebagai dakwah kerap kali mengakomodasi budaya lokal dan memberikan spirit keagamaan
terkhusus Islam. Dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan tradisi di masyarakat Banjar, telah
terjadi proses sintesis (pembentukan suatu budaya baru), asimilasi (percampuran), dan akulturasi
1
Ridwan Lubis, Sosiologi Agama (Memahami Agama dalam Interaksi Sosial), (Jakarta:
Prenedamedia, 2017), hlm. 2.
2
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar (Deskripsi & Analisis Kebudayaan Banjar), (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 5.
3
Ibid, 47.

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 First Author et.al (Title of paper shortly)
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. xx, No. xx, Month Year, p. xx-xx

(budaya gabungan).4 Maka dari sini dapat dipahami bahwa sebuah tradisi merupakan suatu hal
yang berkembang dan masuk ke dalam suatu kebudayaan di daerah tertentu sebagai wujud dari
laku ujaran, laku ritual dan hal lainnya yang juga merupakan simbol dari suatu yang menjadi nilai
substansial dari sebuah kebudayaan tersebut. 5 Salah satu tradisi dalam masyarakat Banjar yang
memuat unsur Islami dan unsur kebudaayaan di masa lampau ialah tradisi bermandi-mandi.
Tradisi bermandi-mandi cukup banyak berkembang di kebudayaan masyarakat Banjar.
Banyak tradisi-tradisi mereka yang dalam pelaksanaannya memasukkan upacara bermandi-mandi.
Tradisi bermandi-mandi banyak macamnya, antara lain mandi pengantin yang ditujukan pada
prosesi calon pasangan suami istri, mandi hamil yang ditujukan bagi wanita yang tian mandaring,
dan yang lainnya.6 Namun, diantara semua tradisi mandi yang peneliti sebutkan, yang menarik dan
akan diteliti oleh peneliti yaitu tentang mandi sembilan dalam penyelanggaran jenazah di
masyarakat Banjar.
Mandi sembilan merupakan tradisi masyarakat Banjar dalam memandikan mayit pada
prosesi penyelenggaraan jenazah. Dalam masyarakat Banjar, adat mandi sembilan sering dilakukan
dan sudah menjadi kebiasaan. Seringkali, ketika akan dilaksanakan penyelenggaraan jenazah maka
biasanya pelaksana atau pemandian yang melaksanakan mandi bagi mayit sudah menyiapkan air
untuk mandi sembilan bagi mayit tersebut. Di dalam syariat Islam adat ataupun kebiasaan bisa
dijadikan sebagai dasar hukum dengan syarat kebiasaan tersebut tidak bertentangan dengan hukum
Islam. Permasalahan ini telah diterangkan dalam kaidah:
‫العادة حمكمة‬
Artinya: “Adat (‘urf) itu bisa menjadi dasar hukum”
Masyarakat Banjar di Kabupaten Pulang Pisau pada fenomenanya juga menjadikan prosesi
mandi sembilan sebagai kebiasaan pada prosesi penyelenggaraan jenazah yang dilaksanakan pada
tiap RKM (Rukun Kematian Muslim) yang mayoritas anggotanya masyarakat Banjar. Hal tersebut
menarik peneliti kaji lebih lanjut tentang bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi mandi sembilan
pada penyelenggaraan jenazah dan tinjauan pelaksanaan mandi sembilan pada penyelenggaraan
jenazah masyarakat Banjar dalam perspektif ‘urf di Kabupaten Pulang Pisau.
Metode
Metode berisi uraian bahwa penulis telah menerapkan metode penelitian dalam artikel ini,
kemudian menjelaskan sumber data baik data primer maupun data sekunder, serta menjelaskan
analisis data yang digunakan baik dalam penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.
Hasil dan Diskusi
Bagian ini terdiri dari hasil penelitian dan bagaimana pembahasannya. Hasil yang diperoleh
dari penelitian harus didukung dengan data yang cukup. Hasil penelitian dan temuannya harus
menjadi jawaban, atau hipotesis penelitian yang dikemukakan sebelumnya pada bagian
pendahuluan. Komponen berikut harus tercakup dalam diskusi: Bagaimana hasil Anda
berhubungan dengan pertanyaan awal atau tujuan yang diuraikan di bagian Pendahuluan
(what/how)? Apakah Anda memberikan interpretasi secara ilmiah untuk setiap hasil atau temuan
yang Anda sajikan (why)? Apakah hasil Anda konsisten dengan apa yang telah diteliti oleh penulis
lain (what else)?
Penutup
Bagian ini harus menjawab tujuan penelitian dan temuan penelitian. Penutup tidak boleh
hanya berisi pengulangan hasil dan pembahasan atau abstrak. Selain itu, dapat juga berisi tentang
saran penelitian di masa mendatang.
Daftar Pustaka

4
Wahyuni, Agama dan Pembentukan Struktur Sosial, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hlm.
114.
5
Mursal Esten, Kajian Transformasi Budaya, (Bandung: Angkasa, 1999), hlm. 22.
6
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar (Deskripsi & Analisis Kebudayaan Banjar), hlm.
263.

First Author et.al (Title of paper shortly) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 3
Vol. 14, No. 1, Juni 2018, p. xx-xx

Ahmad, S. (2020). Transformasi Hukum Pembuktian Perkawinan dalam Islam. Surabaya:


Airlangga University Press.
Ahmad, S., Suradilaga, A. S., & Shaleh, L. (2019). Zakat Model by Caliph ʻUmar ibn Khaṭṭāb:
Innovations Towards the Country’s Economic Problems. International Conference of
Zakat, 75–86. https://doi.org/10.37706/iconz.2019.161
Suroyo. (18M). The Tradition of the Lampu Colok Ahead of Ied Al-Fitr in Religious Values of the
Malay Society in Pekanbaru. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 1(2022), 12–20.
https://doi.org/10.23971/jsam.v18i1.4042

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 First Author et.al (Title of paper shortly)

You might also like