You are on page 1of 15

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative
bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita
karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di
terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan
memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan
kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan
pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga
tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani
maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk


memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan hal
tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2.      Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di Indonesia?
3.      Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4.      Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5.      Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
6.      Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka
yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan
aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik.
Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode
waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
a)      Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
b)      Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
c)      Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
d)     Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
e)      Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
f)       Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan. Program
kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material, selain itu mereka
dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga secara keseluruhan para
pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif

B.     Dasar Pemberlakuan


Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang
Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari
1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan
kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti
penting keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan
demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya
perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut
berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum
penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas
mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang
juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
a.       Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b.      Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c.       Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d.      Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya.
e.       Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f.       Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g.      Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h.      Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan.
i.        Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j.        Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k.      Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l.        Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m.    Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n.      Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
o.      Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p.  Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
q.      Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r.       Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a)      Keselamatan dan kesehatan kerja
b)      Moral dan kesusilaan
c)      Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal   diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal
87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.

C.    Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja
yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan
(Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya
program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1.      Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2.      Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3.      Menghemat biaya premi asuransi
4.      Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada
karyawannya

D.    Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1.      Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a)      Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan
keamanannya.
b)      Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c)      Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2.      Pengaturan Udara
a)      Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan
berbau tidak enak).
b)      Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3.      Pengaturan Penerangan
a)      Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b)      Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4.      Pemakaian Peralatan Kerja
a)      Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b)      Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5.      Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a)      Stamina pegawai yang tidak stabil.
b)      Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh,
kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama
fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

E.     Usaha Mencapai Keselamatan Kerja


Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan menghindari
kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)


Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis
pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan
bahaya yang mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan:
1)   Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard analysis. Mereka
memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang
tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.

2)   Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.


Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta
kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan indikator utama dalam
menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja

3)   Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.


Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja.
Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk
mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.
4)   Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat diterima atau
tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini
merupakan prioritas utama dalam melakukan job hazard analysis.

5)   Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.


Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

b.      Risk Management


Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian/kehilangan
(waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan program keselamatan dan
penanganan hukum

c.       Safety Engineer


Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya

d.      Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan pekerjaannya,
yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang digunakan, serta
lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1.      Job Rotation
2.      Personal protective equipment
3.      Penggunaan poster/propaganda
4.      Perilaku yang berhati-hati

F.     Masalah kesehatan karyawan


Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan adalah:
a)Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang menggunakan bantuan dari
obata-obatan dan meminum alcohol untuk menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk
mencegah hal ini, perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi dengan hal-hal yang
merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi, kurang koordinasi, psikomotor
berkurang)
b)    Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan kepada tubuh
tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa diantaranya adalah:
1.         Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan kondisi kerja
2.         Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial
c)Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik.
Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan
kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan emosional dan penurunan motivasi
kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang
intens (beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat
berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
3.2 Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan, adalah untuk memperkaya ilmu kesehatan khususnya
di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium, yang berupa Alat Pelindung
Diri dan identifikasi kecelakaan kerja yang biasa terjadi di laboratorium ini dapat diajarkan
melalui mata kuliah K3. Tujuannya adalah siswa dapat menyadari dan bertanggungjawab
terhadap hasil pekerjaan di laboratorium, mendapat pengetahuan dan memaknai bahwa K3
terdapat kandungan makna yang dalam apabila kita mengkajinya. Di samping itu mahasiswa
dapat mempelajari, memahami, dan menerapkan fungsi Alat Pelindung Diri dan pencegahan
terjadinya kecelakaan kerja di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-
dan-keselamatan-kerja-k3.html)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.ppt)
https://www.slideshare.net/dhitaariefta/makalah-k3-64644052
http://ewyhimawary.blogspot.com/2011/04/apd-di-laboratorium.html
http://analissolo.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3- di.html
https://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/29/pemeriksaan-hematologi-di- laboratorium.html
Sebagai bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, mencuci tangan dengan sabun pada air
mengalir adalah salah satu tindakan dasar yang harus dilakukan. Tindakan sederhana ini
menjadi hal yang sangat penting terlebih pada saat pandemi Covid-19 ini.

WHO menyarankan langkah perlindungan dasar terhadap virus corona. Langkah pertama yang
disarankan bukan menggunakan masker, tetapi mencuci tangan sesering mungkin. Langkah ini
disarankan karena mencuci tangan secara teratur dan menyeluruh akan membunuh virus yang
mungkin ada di tangan. Cuci tangan merupakan langkah mudah dan aman untuk melindungi diri
dari virus corona COVID-19, tetapi tidak banyak yang tahu bagaimana cara mencuci tangan
yang benar.

Berikut tata cara mencuci tangan yang direkomendasikan WHO.

1. Basahi tangan dengan air.


2. Tuang sabun pada tangan secukupnya untuk menutupi semua permukaan tangan.
3. Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan lainnya.
4. Gosok punggung tangan dan sela jari.
5. Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari saling bertautan.
6. Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar.
7. Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku terkena sabun.
8. Gosok tangan yang bersabun dengan air mengalir.
9. Keringkan tangan dengan lap sekali pakai Jika dalam kondisi tertentu, tidak ada air dan
sabun atau tidak dapat menggunakan air dan sabun untuk membersihkan tangan, solusi
lainnya adalah gunakan hand sanitizer.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan untuk menggunakan hand
sanitizer yang berbasis setidaknya 60 persen alkohol. Walau dapat membantu mengurangi
jumlah kuman di tangan dengan cepat, hand sanitizer tidak dapat menghilangkan semua jenis
kuman, tidak seefektif saat mencuci tangan. Hand sanitizer juga tidak dapat menghilangkan
kotoran dan minyak di tangan. Cara menggunakan hand sanitizer cukup mudah. Setelah
mengoleskan gel pada tangan, gosok permukaan tangan, jari, dan sela-sela jari hingga tangan
mengering. Bagi Anda yang pernah berkunjung ke negara dengan virus corona COVID-19,
selain perlu mengikuti 6 panduan di atas, Anda juga perlu melakukan langkah-langkah berikut
ini.

1. Tetap di rumah jika Anda mulai merasa tidak sehat, bahkan dengan gejala ringan seperti
sakit kepala dan hidung meler. Menghindari kontak dengan orang lain dan mengunjungi
fasilitas medis akan memungkinkan fasilitas ini beroperasi lebih efektif dan membantu
melindungi Anda dan orang lain dari kemungkinan COVID-19 dan virus lainnya.
2. Jika Anda mengalami demam, batuk, dan sulit bernapas, segera kunjungi fasilitas medis
karena ini mu
Mengenakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja dapat mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya kecelakaan kerja. Pada beberapa pekerjaan yang berisiko tinggi, alat
pelindung diri wajib dikenakan. Namun jenis alat pelindung diri yang harus dikenakan tidak
sama, tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya
yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya. Alat pelindung diri telah
didesain khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya, misalnya APD untuk pekerja konstruksi tidak akan
sama dengan APD untuk pekerja di laboratorium.

Sejalan dengan adanya wabah Covid-19 saat ini, ajakan berdonasi untuk bantuan APD yang
digunakan oleh petugas medis sebagai garda terdepan penanganan penyebaran wabah ini. Tapi,
Apakah kita sudah mengetahui apa saja APD yang sesungguhnya dibutuhkan oleh tenaga medis? Dan
bagaimanakan standarnya? Berikut akan kami bahas terkait APD apa saja yang dibutuhkan oleh
tenaga medis saat ini.

JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

Kewajiban mengenakan APD ini sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia. Bentuk dari alat tersebut tergantung pada fungsinya, yakni:

 Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan,
atau cedera kepala akibat kejatuhan benda keras. Alat ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi
panas, api, percikan bahan kimia, ataupun suhu yang ekstrem.

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, dan
pelindung rambut.

Dalam hal APD untuk tenaga kesehatan yang dibutuhkan saat ini adalah hair Cap atau head cover
steril. Item ini diperuntukan untuk menjaga agar bagian kepala seperti rambut tidak terkontaminasi
dengan patogen atau mirkoorganisme yang sedang mewabah. Selain itu, penggunaan penutup kepala
ketika bertugas juga dimaksudkan agar bagian kepala petugas tidak terkena semprotan atau percikan
zat (cairan) dari pasien yang sedang ditangani. Sehingga meski berada di tempat yang sangat
berbahaya terhadap paparan virus atau pun zat kimia, petugas tetap aman terlindungi khususnya pada
bagian kepala.

 Alat pelindung mata dan muka

Alat pelindung ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
gas dan partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas, atau uap.
Alat pelindung diri yang menutup wajah dan mata juga penting digunakan oleh tenaga kesehatan
yang bertugas untuk mengurangi risiko munculnya gangguan kesehatan atau cedera akibat paparan
radiasi, pancaran cahaya, dan benturan atau pukulan benda keras atau tajam.

Alat pelindung mata yang umumnya digunakan adalah kacamata khusus atau spectacles dan goggles.
Sedangkan alat pelindung muka terdiri dari tameng muka (face shield) atau full face masker,
yaitu masker yang menutupi seluruh bagian wajah.

 Alat pelindung saluran pernapasan

Fungsi alat ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih atau
menyaring paparan zat atau benda berbahaya, seperti mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur),
debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia tertentu, agar tidak terhirup dan masuk ke dalam tubuh.

Alat pelindung pernapasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

 Masker.
 Respirator.
 Tabung atau cartridge khusus untuk menyalurkan oksigen.
 Tangki selam dan regulator, untuk pekerja yang bekerja di dalam air.

Jika pekerja mengalami gangguan pernapasan di tempat kerja, idealnya juga tersedia alat bantu
pernapasan, seperti masker dan tabung oksigen.

Jenis Masker yang sesuai untuk digunakan oleh tenaga medis yang bertugas saat ini adalah masker
N95 dikarenakan paparan virus yang tinggi di area kerja, hal ini diperlukan untuk menjaga tenaga
medis yang bertugas dari kemungkinan terpapar penyakit tersebut.
 Alat pelindung tangan

Pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas
atau dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan atau pukulan, tergores benda tajam, atau
infeksi.

Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung pada kebutuhan dan
pekerjaan. Sarung tangan ini ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan
khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu.

Sarung tangan yang disarankan digunakan oleh petugas kesehatan ketika bertugas membasmi wabah
penyakit atau sedang merawat seorang pasien adalah sarung tangan dengan bahan latex free yang
hanya bersifat sekali pakai. Penggunaan sarung tangan dimaksudkan untuk melindungi petugas dari
paparan zat berbahaya atau virus yang sangat infeksius. Penggunaan sarung tangan akan membuat
petugas kesehatan dengan leluasa memegang sesuatu ketika bertugas. Selain itu, penggunaan sarung
tangan juga akan mengurangi risiko penularan penyakit dari pasien atau pun dari petugas melalui
sentuhan terhadap darah, kulit dan bagian tubuh lainnya.

 Alat pelindung kaki

Alat ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena
permukaan yang licin. Jenis alat pelindung kaki berupa sepatu karet (boot) dan safety shoes.
Penggunaan sepatu boot sangat membantu petugas kesehatan ketika melakukan mobilitas di tempat
yang berbahaya khususnya ketika berada di luar ruangan. Selain melindungi kaki dari paparan zat
berbahaya seperti darah, cairan atau udara yang banyak mengandung patogen, penggunaan sepatu
boot juga dapat melindungi kaki dari benda tajam.

Apa bila tidak ada sepatu boot, petugas kesehatan wajib menggunakan sepatu biasa namun dengan
tambahan sarung sepatu ketika bertugas agar mengurangi risiko terpapar virus atau cairan berbahaya.

 Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin yang ekstrim,
paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas, benturan, radiasi, gigitan atau
sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan bakteri.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (apron atau coveralls), jaket, dan pakaian
terusan (one piece coverall).

Umumnya, Alat Pelindung Diri (Hazmat Suit) yang dikenakan oleh petugas kesehatan ketika
menangani sebuah kasus wabah penyakit infeksius didesain menyatu dari bagian kaki hingga bagian
kepala. Pakaian yang sudah menyatu jadi satu tersebut dimaksudkan agar penggunaan praktis baik
ketika dipakai atau pun dilepas.

You might also like