Professional Documents
Culture Documents
KINERJA TEMATIK
KETERSEDIAAN PANGAN
BAGI APIP DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Dasar Penyusunan Panduan 4
C. Tujuan dan Manfaat Panduan 5
D. Ruang Lingkup 5
E. Sistematika Panduan 5
BAB II GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN PANGAN
A. Kebijakan Nasional terkait Pangan 7
B. Kebijakan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terkait Pangan 8
C. Implementasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terkait Pangan 9
BAB III AUDIT KINERJA TEMATIK KETERSEDIAAN PANGAN
A. Kerangka Pikir Audit Kinerja 17
B. Program Kerja Audit Kinerja 19
C. Pengkomunikasian dan Monitoring Tindak Lanjut 35
BAB IV PENUTUP 36
Daftar Pustaka 37
Penyusun 39
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa. Sebagai sebuah kebutuhan dasar manusia, ketidakcukupan pangan dapat
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, sosial dan politik yang berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional. Pemenuhan pangan
merupakan hak konstitusi yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan demikian, pangan merupakan hak setiap warga negara,
sehingga ketahanan pangan yang kuat perlu diwujudkan.
Isu atas pangan telah menjadi tantangan jangka panjang yang menjadi
perhatian dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2020-2025. Sistem ketahanan pangan diarahkan
untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional dengan
mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri yang didukung kelembagaan
ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup. Arah pembangunan jangka panjang atas pangan tersebut telah dijabarkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahunan,
terakhir dengan RPJMN Tahun 2020-2024 sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Presiden 18 Tahun 2020. Menurut RPJMN tersebut, agenda pangan
ditujukan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dalam rangka pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan melalui peningkatan ketersediaan, akses, dan kualitas
konsumsi pangan.
1
menjadi tolak ukur kesejahteraan masyarakat dan angka/tingkat kecukupan gizi
masyarakat. Adapun Indeks Ketahanan Pangan merupakan skor komposit dari
beberapa indikator yang mencerminkan kondisi ketahanan pangan di suatu
wilayah.
2
mengalami pengurangan meskipun produktivitas padi per hektarnya mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan
kemampuan jumlah produksi padi merupakan isu ketersediaan pangan yang
dampaknya dapat mengganggu ketahanan pangan Indonesia. Grafik 1
menunjukkan gambaran produksi padi (juta ton), produktivitas padi (kuintal per
hektar), luas panen padi (juta hektar), dan jumlah penduduk pertengahan tahun
(juta jiwa) di Indonesia pada kurun waktu 2018-2022.
3
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) membagi kewenangan pengawasan antar APIP sesuai
dengan sumber anggaran. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) selaku pembina kapabilitas APIP, yang ditetapkan berdasar Peraturan
Presiden Nomor 192 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2023, menyusun panduan audit kinerja tematik atas
aspek ketersediaan pangan. Penyusunan panduan ini merupakan upaya BPKP
untuk meningkatkan kualitas peran dan layanan dalam kerangka kapabilitas APIP.
4
negara/daerah dan pembangunan nasional serta meningkatkan upaya
pencegahan korupsi.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit kinerja adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah
terhadap ketersediaan pangan yang menggunakan sumber pendanaan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta menjadi program prioritas
pada Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Panduan akan
difokuskan pada aspek ketersediaan pangan. Lebih spesifik, komoditas pangan
yang dapat diuji dalam konteks ketersediaan pangan adalah beras. Penetapan
ruang lingkup ketersediaan pangan dapat membantu APIP Daerah dalam menggali
permasalahan terkait ketersediaan pangan secara komprehensif serta
menggunakan sumber daya penugasan secara efisien.
5
E. SISTEMATIKA PANDUAN
Sistematika penyajian panduan audit kinerja tematik ketersediaan pangan
adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, dasar penyusunan panduan, tujuan dan
manfaat penyusunan panduan, ruang lingkup panduan, dan sistematika
penyajian panduan.
Bab ini menguraikan kerangka pikir audit kinerja dan program kerja audit
kinerja tematik ketersediaan pangan mulai dari perencanaan hingga
pengomunikasian hasil audit
Bab IV Penutup
6
BAB II
GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN PANGAN
7
sebagai salah satu komponen penting dalam penyediaan pangan. Sementara itu,
PP Nomor 86 Tahun 2019 fokus pada penyelenggaraan keamanan pangan yang
terpadu, sepanjang rantai proses yang meliputi produksi, penyimpanan,
pengangkutan, peredaran, hingga tiba di tangan konsumen.
Untuk menguatkan pencapaian tujuan dan sasaran penyelenggaraan
pangan, RPJMN 2020-2024 telah merumuskan strategi dalam mewujudkan
ketahanan pangan mencakup peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
konsumsi pangan, dilengkapi rincian targetnya. Dalam Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2021-2024, pemerintah mempertajam strategi untuk
menunjang tercapainya sasaran dan target RPJMN 2020-2024. Penajaman strategi
tersebut meliputi penguatan koordinasi dan peran kelembagaan pangan dan gizi,
selain tiga aspek pangan yaitu ketersediaan, keterjangkauan/akses, dan
konsumsi/pemanfaatan pangan.
8
anggaran yang mengacu pada Permendagri 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah.
Pemerintah daerah kemudian menyusun laporan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang sistematikanya mengacu pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Keberhasilan daerah dalam mengatur dan melaksanakan
urusan yang menjadi kewenangannya dinilai melalui pencapaian indikator kinerja
kunci baik pada level output maupun outcome.
Definisi pangan yang luas dimanifestasikan dalam keterlibatan lintas bidang
pada penyelenggaraan urusan oleh pemerintah daerah, diantaranya meliputi
urusan pangan, urusan kelautan dan perikanan, urusan pertanian, urusan
pertanahan, urusan komunikasi dan informatika, urusan koperasi, usaha kecil dan
menengah, urusan perdagangan, urusan perindustrian, urusan pekerjaan umum
dan penataan ruang serta urusan kesehatan. Luas cakupan bidang terkait pangan
memerlukan peran serta antar perangkat daerah dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran pemerintah daerah yang termuat dalam dokumen perencanaan
pemerintah daerah. Selain unit perangkat daerah, penyelenggaraan pemerintahan
daerah terkait pangan juga turut melibatkan badan usaha dan masyarakat.
9
Gambar 2 - Hubungan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terhadap Kebijakan Nasional terkait Pangan
10
Strategi yang dilaksanakan Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan dan
sasaran pangan dapat digolongkan ke dalam 4 (empat) aspek pangan meliputi
ketersediaan, keterjangkauan, pemanfaatan, dan kelembagaan pangan. Mengacu
pada undang-undang terkait pangan dan peraturan turunannya, beberapa
kewajiban pemerintah daerah pada setiap aspek disajikan pada bagian berikut.
1. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan merupakan kondisi tersedianya pangan dari hasil
produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Beberapa mandat kepada pemerintah daerah terkait kesediaan pangan
diantaranya:
a. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas ketersediaan
pangan dan pengembangan produksi pangan lokal di daerah (Pasal 12 UU
Nomor 18/2012);
b. Pemerintah, pemerintah daerah, dan dan masyarakat mengembangkan
Potensi Produksi Pangan (Pasal 16 UU Nomor 18/2012);
c. Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melindungi dan
memberdayakan Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha
Pangan sebagai produsen pangan (Pasal 17 UU Nomor 18/2012);
d. Pemerintah dan Pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan
berkewajiban mengatur, mengembangkan, dan mengalokasikan lahan
pertanian dan sumber daya air, memberi penyuluhan dan pendampingan,
dan menghilangkan kebijakan yang berdampak pada penurunan daya
saing (Pasal 18 UU Nomor 18/2012);
e. Pemerintah menetapkan Cadangan Pangan yang terdiri atas Cadangan
Pangan Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Daerah dan Cadangan
Pangan Masyarakat (Pasal 23 UU Nomor 18/2012);
f. Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan tindakan
untuk mengatasi Krisis Pangan (Pasal 44 UU Nomor 18/2012);
g. Bupati/Wali Kota menetapkan jenis dan jumlah Pangan Pokok Tertentu
sebagai Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan
11
pertimbangan produksi pangan pokok tertentu, penanggulangan keadaan
darurat, dan kerawanan pangan (Pasal 17 PP Nomor 17/2015);
h. Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota
dilaksanakan oleh satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang
Ketahanan Pangan (Pasal 18 PP Nomor 17/2015); dan
i. Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota bersumber
dari Pangan Pokok Tertentu yang diperoleh melalui pembelian produksi
dalam negeri, dengan mengutamakan produksi kabupaten/kota setempat.
Pembelian tersebut dilaksanakan sesuai harga pembelian yang ditetapkan
oleh Pemerintah (Pasal 19 PP No 17/2015).
2. Keterjangkauan Pangan
12
e. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyediaan
dan penyaluran pangan pokok dan/atau pangan lainnya sesuai dengan
kebutuhan, baik bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan gizi, maupun
dalam keadaan darurat (Pasal 58 UU Nomor 18/2012 dan Pasal 69 PP
Nomor 17/2015).
3. Pemanfaatan Pangan
4. Kelembagaan Pangan
Kelembagaan pangan terkait dengan koordinasi antar lembaga dalam rangka
perbaikan dan penguatan tata kelola penyelenggaraan pangan.
13
Mengutip dari Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2021-2024,
masih terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam upaya peningkatan
ketahanan pangan di setiap aspek. Pada aspek ketersediaan, peningkatan produksi
sebagian komoditas pangan, khususnya beras, belum bisa mengimbangi kenaikan
konsumsi dan kebutuhan akan komoditas ini. Masih rendahnya produktivitas
tersebut mengakibatkan adanya ketergantungan terhadap impor beras yang dapat
mengancam ketahanan pangan.
14
Gambar 3 - Contoh Proses Budi Daya Tanaman Pangan
15
Uraian atas proses bisnis tersebut sebagai berikut:
1. Penetapan Jenis dan Jumlah Cadangan Pangan
Penetapan jenis dan jumlah pangan pokok tertentu sebagai cadangan pangan
pemerintah daerah mempertimbangkan produksi pangan pokok tertentu serta
disesuaikan dengan konsumsi masyarakat dan potensi sumber daya.
2. Pengadaan Cadangan Pangan
Pengadaan dilakukan melalui pembelian produksi dalam negeri dengan
mengutamakan produksi provinsi/kabupaten/kota setempat.
3. Pengelolaan Cadangan Pangan
Penyelenggaraan cadangan pangan pemerintah daerah dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas atau
menyelenggarakan fungsi di bidang ketahanan pangan, dapat bekerja sama
dengan BUMN/BUMD pada bidang pangan.
4. Penyaluran Cadangan Pangan
Penyaluran dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan penanggulangan keadaan
darurat dan kerawanan pangan.
16
BAB III
AUDIT KINERJA TEMATIK KETERSEDIAAN PANGAN
17
Kinerja pemerintah daerah terhadap ketersediaan pangan perlu diukur dalam
suatu kerangka pikir yang objektif dan komprehensif sehingga keterlibatan
pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dapat terlihat. Salah satu pendekatan
untuk mengukur kinerja adalah Integrated Performance Management System
(IPMS). Pendekatan tersebut menjelaskan hubungan sistematis antara tujuan yang
ingin dicapai, aktivitas atau proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan, serta
kontribusi relatif faktor penentu keberhasilan terhadap kinerja program secara
menyeluruh. IPMS yang dapat dibangun oleh APIP dalam rangka mengukur kinerja
pemerintah daerah terkait ketersediaan pangan dapat dicontohkan pada Gambar 6.
Gambar 6 - Contoh IPMS Ketersediaan Pangan
18
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertanian
a. Penyediaan benih/bibit;
b. Penyediaan sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT);
c. Penyediaan alat dan mesin pertanian;
d. Penyediaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B);
e. Pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian; dan
f. Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani (JUT).
2. Penyuluhan Pertanian
a. Peningkatan kompetensi tenaga penyuluh; dan
b. Penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani.
3. Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah
a. Penetapan jenis dan jumlah cadangan pangan pemerintah daerah;
b. Pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah;
c. Pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah;
d. Penyaluran cadangan pangan pemerintah daerah.
19
1. Perencanaan Audit Kinerja
a. Persiapan
Persiapan penugasan audit kinerja diperlukan untuk memastikan bahwa
audit kinerja dapat dilaksanakan dengan baik. Audit kinerja yang dilakukan
atas area pengawasan yang telah ditetapkan dalam Perencanaan
Pengawasan Berbasis Risiko (PPBR). Hal yang perlu disiapkan antara lain:
1) Pastikan APIP memiliki mandat/kewenangan untuk melaksanakan
audit kinerja pada program prioritas/program unggulan daerah yang
mendukung tujuan Pemerintah Daerah.
Contoh langkah kerja:
a) Dapatkan dokumen yang mengatur mengenai
mandat/kewenangan APIP seperti Internal Audit Charter
(IAC)/piagam audit/peraturan daerah terkait dengan struktur, tata
kelola, dan organisasi APIP;
b) Identifikasi isi dari dokumen tersebut di atas, apakah APIP sudah
memiliki mandat untuk dapat melaksanakan audit kinerja,
mengakses seluruh informasi, sistem informasi, catatan,
dokumentasi, aset, dan personil yang diperlukan atas pelaksanaan
penugasan termasuk juga melihat hubungan kerja dan koordinasi
dengan stakeholders lainnya; dan
c) Buat simpulan.
2) Lakukan pembentukan tim audit kinerja yang disertai dengan surat
penugasan dengan memperhatikan kompetensi dan keahlian yang
diperlukan penugasan.
Contoh langkah kerja:
a) Identifikasi SDM APIP yang memiliki kompetensi, keahlian, dan
pengalaman melakukan audit kinerja;
b) Identifikasi SDM APIP yang memahami proses bisnis pangan
seperti personil/tim yang pernah terlibat pengawasan/ penugasan/
consulting terkait dengan pangan; dan
c) Buat simpulan.
20
3) Lakukan alokasi dan penetapan sumber daya yang disesuaikan
dengan risiko penugasan.
Contoh langkah kerja:
a) Identifikasi dan analisis Potential Audit Objective (PAO) seperti isu
terkini, besaran anggaran dan kejadian temuan tahun sebelumnya;
b) Tentukan dan alokasikan sumber daya berdasarkan risiko
penugasan dan PAO dalam hal penyusunan anggaran waktu
penugasan/alokasi hari pengawasan ke dalam tahapan
penugasan; dan
c) Buat simpulan.
4) Tentukan tujuan dan ruang lingkup.
Contoh langkah kerja:
a) Identifikasi tujuan dan ruang lingkup audit kinerja secara jelas;
b) Tujuan audit kinerja dapat berupa menilai keberhasilan kinerja dari
aspek ekonomi, efisien, dan efektif serta ketaatan terhadap
ketentuan yang berlaku dan memberikan rekomendasi perbaikan
proses pengelolaan risiko atas area pengawasan;
c) Terhadap keterbatasan sumber daya, APIP Daerah dapat
menentukan ruang lingkup yang menjadi area pengawasan
berdasarkan faktor risiko seperti faktor signifikansi, faktor risiko
manajemen, dan lain sebagainya sehingga hasil pengawasan
menjadi lebih fokus dan berkualitas; dan
d) Buat simpulan.
2. Survei Pendahuluan (Pemahaman Proses Bisnis)
Survei pendahuluan adalah kegiatan untuk memperoleh informasi yang
lengkap dan utuh tentang obyek audit/area pengawasan (pemahaman proses
bisnis). Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memahami
auditi (tujuan, proses dan area yang menjadi lingkup penugasan).
Kegagalan dalam memahami objek audit/area pengawasan dapat berakibat
pengujian yang tidak lengkap atau kesalahan pengalokasian sumber daya.
Pemahaman proses bisnis dapat meliputi peraturan perundang-undangan yang
21
berlaku, keterkaitan objek audit/area pengawasan dalam pencapaian tujuan
pemerintah daerah, lintas unit kerja, risiko strategis yang menghambat
pencapaian tujuan dan efektivitas pengendalian, indikator program/kegiatan,
dan hal-hal lain yang berkaitan. Pemahaman proses bisnis juga dapat
dimaksudkan untuk mengetahui kecukupan indikator kinerja yang diperlukan
dan dianggap sebagai kriteria audit.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
a. Identifikasi dan analisis perangkat daerah yang terlibat dalam
penyelenggaraan pangan serta penanggung jawab utama dalam
pelaksanaan program tersebut.
Contoh langkah kerja:
1) Pastikan apakah telah terdapat Keputusan Kepala Daerah tentang Tim
Kelompok Kerja terkait dengan penyelenggaraan pangan yang
terintegrasi dan berkelanjutan.
2) Jika ada, analisis tugas dan fungsi dari masing-masing perangkat
daerah yang termasuk ke dalam Tim Kelompok Kerja tersebut sudah
memadai.
3) Buat simpulan.
b. Identifikasi keselarasan program/kegiatan yang mendukung
penyelenggaraan pangan.
Contoh langkah kerja:
1) Identifikasi keselarasan Perangkat Daerah yang mendukung
penyelenggaraan pangan.
2) Pastikan program dan kegiatan telah konsisten dan selaras dengan
visi-misi-tujuan-sasaran pemerintah daerah. Contoh kertas kerja
penetapan konteks terdapat pada Lampiran 2.
3) Buat simpulan.
22
c. Identifikasi dan analisis kondisi lingkungan Pengendalian Intern (dapat
merujuk Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Terintegrasi pada K/L/D). Auditor dapat
menggunakan teknik audit dan pertimbangan profesionalnya dalam menilai
keandalan sistem pengendalian intern atas program yang menjadi area
pengawasan audit kinerja sehingga auditor dapat mengalokasikan sumber
dayanya dalam pelaksanaan audit.
d. Identifikasi area-area kritis terkait dengan program dan kegiatan perangkat
daerah yang mendukung penyelenggaraan pangan.
Contoh langkah kerja:
1) Identifikasi permasalahan dalam penyelenggaraan pangan;
2) Klasifikasikan permasalahan tersebut menjadi urutan prioritas
berdasarkan kriteria/risiko sehingga menjadi area-area kritis yang
menjadi Potential Audit Objective (PAO) dalam pelaksanaan audit
kinerja;
3) Dapatkan dokumen register risiko terkait dengan penyelenggaraan
pangan termasuk hasil pemantauan atas keterjadian risiko. Contoh
kertas kerja risiko terdapat pada Lampiran 3;
4) Lakukan evaluasi register risiko untuk memastikan bahwa risiko telah
teridentifikasi dengan benar, aktivitas pengendalian telah dapat
mengurangi risiko, jika belum maka dapat dikembangkan menjadi
Tentative Audit Objective (TAO) dan tidak tertutup kemungkinan akan
ada risiko baru yang teridentifikasi berdasarkan permasalahan,
pemahaman proses bisnis dan area kritis;
5) Lakukan evaluasi kecukupan indikator keberhasilan penyelenggaraan
pangan termasuk IKU, bobot dan gradasi capaian; dan
6) Buat berita acara kesepakatan dengan auditi dan stakeholders lainnya
yang memuat kriteria/parameter penilaian keberhasilan kinerja
termasuk metode yang digunakan.
23
3. Pelaksanaan Audit Kinerja
Pelaksanaan audit dilakukan berdasarkan program kerja audit (PKA) yang
selanjutnya dituangkan ke dalam Kertas Kerja Audit (KKA). PKA merupakan
rancangan prosedur dan teknik audit yang disusun secara sistematis yang
minimal harus dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit untuk mencapai
tujuan audit yang telah ditetapkan. PKA tematik Ketersediaan Pangan
mencakup langkah kerja/prosedur kerja yang dapat dikembangkan oleh APIP
Daerah sesuai kondisi dan proses bisnis daerah.
Dalam proses pelaksanaan audit kinerja, APIP mengumpulkan dan
mendapatkan bukti-bukti yang relevan, kompeten dan cukup, dengan
menggunakan teknik audit untuk menilai ekonomis, efisiensi, dan efektivitas
(3E) program/kegiatan.
Skor kinerja diperoleh dari penjumlahan nilai parameter ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas. Penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan parameter
penilaian yang telah ditentukan berdasarkan simpulan atas pelaksanaan PKA.
Setiap parameter yang dinilai, akan dihitung skornya dengan
memperhitungkan bobot untuk setiap parameternya. Hasil penjumlahan skor
dikelompokkan menjadi lima kategori:
Skor Kategori
85 ≤ Skor ≤ 100 Sangat Berhasil
70 ≤ Skor < 85 Berhasil
55 ≤ Skor <70 Cukup Berhasil
40 ≤ Skor <55 Kurang Berhasil
Di bawah 40 Tidak Berhasil
Hasil audit kinerja tematik ketersediaan pangan yang dijabarkan secara terinci
pada pencapaian kinerja setiap critical success factor maupun kinerja aspek
ekonomis, efisien, dan efektif disajikan pada Lampiran 4. Contoh parameter
pada setiap critical success factor ketersediaan pangan beserta referensi
kertas kerjanya terdapat pada Lampiran 5.
Contoh penilaian 3E pada audit kinerja tematik ketersediaan pangan dapat
diuraikan sebagai berikut.
24
a. Ekonomis
Penilaian keekonomisan dilakukan pada kegiatan yang dilaksanakan dan
diukur dari perolehan harga suatu input. Perolehan harga suatu input
dalam suatu kegiatan yang lebih murah daripada standar harga namun
tidak mengurangi spesifikasi dan kualitas menunjukkan kegiatan tersebut
telah dilaksanakan secara ekonomis.
1) Tentative Audit Objective
Terdapat realisasi belanja kegiatan yang melebihi SSH dan/atau harga
pembanding yang wajar.
2) Tujuan Audit
Memastikan bahwa tidak terdapat realisasi belanja kegiatan yang
melebihi Standar Satuan Harga (SSH) dan/atau harga pembanding
yang wajar.
3) Program Kerja Audit
a) Dapatkan:
i. Peraturan Kepala Daerah tentang Standar Satuan Harga
(SSH) yang berlaku;
ii. Data realisasi belanja atas kegiatan yang dilaksanakan,
meliputi penyediaan benih/bibit, penyediaan sarana
pengendalian OPT, penyediaan alat dan mesin pertanian,
penyediaan LP2B, pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian,
pembangunan/rehabilitasi JUT, peningkatan kompetensi
tenaga penyuluh, penyuluhan/bimtek kepada petani, dan
pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah;
iii. Bukti-bukti transaksi atas realisasi belanja pada kegiatan yang
dilaksanakan; dan
iv. Harga pembanding yang wajar, apabila tidak diatur dalam
SSH.
b) Identifikasi dan bandingkan:
25
i. Realisasi belanja atas kegiatan dengan SSH. Jika ada belanja
barang/jasa yang melebihi SSH, hitung selisihnya dan
identifikasi penyebabnya;
ii. Realisasi belanja dengan harga pembanding yang wajar,
apabila tidak diatur dalam SSH. Jika ada belanja barang/jasa
yang melebihi harga pembanding yang wajar, hitung selisihnya
dan identifikasi penyebabnya.
c) Hitung dan analisis proporsi realisasi belanja kegiatan yang
melebihi SSH terhadap keseluruhan realisasi belanja kegiatan
dan/atau harga pembanding yang wajar terhadap keseluruhan
realisasi belanja kegiatan. Tetapkan nilai capaian kinerjanya;
d) Klarifikasi atas permasalahan yang ditemukan dengan pejabat
pemda yang kompeten dan memahami permasalahan;
e) Buat simpulan hasil audit.
b. Efisiensi
Efisiensi dinilai atas 2 (dua) hal, yaitu:
1) Perbandingan antara output dengan input
Pencapaian tingkat output tertentu dibandingkan dengan tingkat input
yang lebih rendah namun dengan kualitas yang sama dan/atau
pencapaian tingkat output yang maksimum dibandingkan dengan
tingkat input tertentu.
2) Perbandingan antara komponen belanja kegiatan inti (core activity)
dan kegiatan pendukung (non-core activity) dengan total belanja
Pencapaian suatu tingkat output yang maksimum melalui alokasi
belanja yang diprioritaskan untuk kegiatan inti, bukan untuk kegiatan
pendukung.
26
Pengukuran efisiensi disajikan sebagaimana berikut ini:
1) Tentative Audit Objective
a) Terdapat realisasi belanja kegiatan yang melebihi ASB.
b) Realisasi belanja belum maksimum dilaksanakan untuk kegiatan
inti.
2) Tujuan Audit
a) Memastikan bahwa realisasi belanja tidak melebihi ASB;
b) Memastikan bahwa komponen belanja peningkatan produksi
tanaman pangan dimaksimumkan pada kegiatan inti yang
menghasilkan output.
3) Program Kerja Audit
a) Dapatkan:
i. Peraturan Kepala Daerah tentang Analisis Standar Biaya
(ASB) yang berlaku;
ii. Data realisasi belanja atas kegiatan yang dilaksanakan,
meliputi penyediaan benih/bibit, penyediaan sarana
pengendalian OPT, penyediaan alat dan mesin pertanian,
penyediaan LP2B, pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian,
pembangunan/rehabilitasi JUT, peningkatan kompetensi
tenaga penyuluh, penyuluhan/bimtek kepada petani, dan
pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah; dan
iii. Bukti-bukti transaksi atas realisasi belanja pada kegiatan yang
dilaksanakan.
b) Identifikasi dan bandingkan:
i. Realisasi belanja atas kegiatan meliputi: pembangunan/
rehabilitasi irigasi pertanian, pembangunan/rehabilitasi
JUT, peningkatan kompetensi tenaga penyuluh,
penyuluhan/bimtek kepada petani dengan ASB. Jika ada
belanja barang/jasa yang melebihi ASB, hitung selisihnya dan
identifikasi penyebabnya;
27
ii. Realisasi komponen belanja kegiatan inti meliputi: penyediaan
benih/bibit, penyediaan sarana pengendalian OPT,
penyediaan alat dan mesin pertanian, penyediaan LP2B,
pembangunan/ rehabilitasi irigasi pertanian,
pembangunan/rehabilitasi JUT, peningkatan kompetensi
tenaga penyuluh, dan penyuluhan/bimtek kepada petani
dengan total belanja kegiatan. Jika realisasi belanja belum
maksimum untuk kegiatan inti, identifikasi penyebabnya.
c) Hitung dan analisis:
i. Proporsi realisasi belanja kegiatan yang melebihi ASB
terhadap keseluruhan realisasi belanja kegiatan. Tetapkan nilai
capaiannya;
ii. Proporsi realisasi komponen belanja kegiatan inti terhadap
total belanja kegiatan. Tetapkan nilai capaiannya.
d) Klarifikasi atas permasalahan yang ditemukan dengan pejabat
pemda yang kompeten dan memahami permasalahan.
e) Buat simpulan hasil audit.
Contoh kertas kerja audit atas aspek efisiensi yang digunakan APIP
Daerah terdapat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
c. Efektivitas
Efektivitas dinilai atas 2 (dua) hal, yaitu pemanfaatan output dan
pencapaian outcome atas penyelenggaraan produksi pangan dan
cadangan pangan pemerintah daerah.
Pengukuran kinerja pemanfaatan output meliputi:
1) Pemanfaatan atas bantuan sarana prasarana pertanian berupa
benih/bibit pangan, sarana pengendalian OPT, alsintan, jaringan irigasi,
JUT dan LP2B;
2) Pencapaian target atas pelatihan kepada tenaga penyuluh dan
penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani;
28
3) Ketepatan atas penetapan jumlah dan jenis cadangan pangan;
4) Ketepatan realisasi pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah
baik jumlah maupun kualitas sesuai kebijakan daerah/perencanaan;
5) Pemanfaatan hasil pemantauan dan monitoring cadangan pangan
pemerintah daerah; dan
6) Ketepatan penyaluran cadangan pangan pemerintah daerah.
29
b) Memastikan target pelatihan kepada tenaga penyuluh dan
penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani tercapai;
c) Memastikan bahwa penetapan jumlah dan jenis cadangan pangan
pemerintah daerah berupa beras sesuai rumusan kebutuhan;
d) Memastikan realisasi pengadaan cadangan pangan pemerintah
daerah sesuai dengan kebijakan daerah/perencanaan;
e) Memastikan pemantauan cadangan pangan pemerintah daerah
telah dilaksanakan dan/atau dilaporkan; dan
f) Memastikan penyaluran cadangan pangan pemerintah daerah
tepat sasaran.
3) Program Kerja Audit:
a) Dapatkan:
i. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2018;
ii. Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah;
iii. Peraturan daerah tentang Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
iv. Peraturan daerah tentang penyelenggaraan cadangan pangan
pemerintah daerah dan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
turunannya;
v. RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Indikator Kinerja Utama (IKU), dokumen dinas
terkait yang menunjukkan target produksi beras dan cadangan
pangan pemerintah daerah;
vi. Kebijakan/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis/prosedur
bantuan sarana dan prasarana pertanian;
vii. Peta LP2B;
viii. Data lahan dan LP2B yang dikelola untuk produksi pangan;
ix. Laporan pengadaan sarana dan prasarana pertanian;
x. Laporan pengadaaan cadangan pangan pemerintah daerah
(beras);
30
xi. Laporan pemantauan dan monitoring cadangan pangan
pemerintah daerah;
xii. Laporan penyaluran cadangan pangan pemerintah daerah
(beras);
xiii. Laporan serah terima bantuan sarana dan prasarana
pertanian, meliputi benih/bibit, sarana pengendalian OPT,
jaringan irigasi, dan JUT kepada petani/kelompok tani/Usaha
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA);
xiv. Dokumen rencana pelatihan bagi tenaga penyuluh;
xv. Dokumen rencana kegiatan penyuluhan/bimbingan teknis
kepada petani/kelompok tani/Usaha Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA);
xvi. Laporan pelatihan bagi tenaga penyuluh; dan
xvii. Laporan kegiatan penyuluhan/bimbingan teknis.
b) Identifikasi dan inventarisasi:
i. Output pengadaan sarana dan prasarana pertanian;
ii. Output pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah
(beras);
iii. Jumlah sarana prasarana yang telah disalurkan dan
difungsikan/dimanfaatkan;
iv. Rencana Tata Ruang Wilayah terkait LP2B;
v. Luas LP2B yang termutakhir dan LP2B yang telah
dimanfaatkan/difungsikan;
vi. Target pelatihan bagi tenaga penyuluh dan realisasi;
vii. Target penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani/kelokmpok
tani/UPJA dan realisasi;
viii. Perhitungan kebutuhan cadangan pangan pemerintah daerah
(beras) menurut Permentan 11 Tahun 2018;
ix. Informasi kegiatan pemantauan dan monitoring cadangan
pangan pemerintah daerah; dan
31
x. Jumlah cadangan pangan pemerintah daerah (beras) yang
telah disalurkan.
c) Analisis:
i. Apakah persyaratan penerima bantuan sarana dan prasarana
pertanian dipenuhi seluruhnya. Jika belum, identifikasi
penyebabnya;
ii. Apakah pengadaan sarana dan prasarana pertanian telah
disalurkan kepada penerima. Jika terdapat sarana dan
prasarana pertanian yang belum disalurkan, identifikasi
penyebabnya;
iii. Apakah LP2B telah dimanfaatkan sepenuhnya untuk lahan
produksi. Jika belum sesuai target, identifikasi penyebabnya;
iv. Apakah realisasi pelatihan telah sesuai rencana/target. Jika
belum, identifikasi penyebabnya;
v. Apakah realisasi penyuluhan telah sesuai dengan
rencana/target. Jika belum, identifikasi penyebabnya;
vi. Apakah penetapan jumlah dan jenis cadangan pangan
pemerintah daerah berupa beras sesuai rumusan kebutuhan.
Jika belum, identifikasi penyebabnya;
vii. Apakah realisasi pengadaan cadangan pangan pemerintah
daerah sesuai dengan kebijakan daerah/perencanaan;
viii. Apakah persyaratan penerima cadangan pangan pemerintah
daerah telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan/kebijakan
daerah. Jika belum, identifikasi penyebabnya;
ix. Apakah pemantauan dan monitoring cadangan pangan telah
dilaksanakan dan dilaporkan. Jika belum, identifikasi
penyebabnya; dan
x. Apakah pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah telah
disalurkan kepada penerima. Jika terdapat cadangan pangan
yang belum disalurkan, identifikasi penyebabnya.
32
d) Lakukan uji petik melalui observasi dan/atau wawancara:
i. Apakah penerima bantuan sarana dan prasarana pertanian
telah memanfaatkan sarana dan prasarana pertanian. Jika ada
sarana dan prasarana yang belum dimanfaatkan/difungsikan,
identifikasi penyebabnya;
ii. Apakah terdapat penerima bantuan sarana dan prasarana fiktif.
Jika ada, identifikasi penyebabnya;
iii. Apakah penerima cadangan pangan pemerintah daerah telah
memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan/kebijakan
daerah. Jika ada yang belum tepat, identifikasi penyebabnya;
iv. Apakah petani/kelompok tani/UPJA menerima manfaat dari
kegiatan penyuluhan. Jika belum, identifikasi penyebabnya.
e) Klarifikasi atas permasalahan yang ditemukan dengan pejabat
pemerintah daerah yang kompeten dan memahami permasalahan;
f) Buat simpulan hasil audit.
33
3) Program Kerja Audit:
a) Dapatkan:
i. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2018;
ii. RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Indikator Kinerja Utama (IKU), dokumen dinas
terkait yang menunjukkan target produksi beras dan cadangan
pangan pemerintah daerah;
iii. Peraturan daerah tentang penyelenggaraan cadangan pangan
pemerintah daerah dan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
turunannya;
iv. Data produksi beras provinsi/kabupaten/kota;
v. Perhitungan kebutuhan cadangan pangan pemerintah daerah
(beras) menurut Permentan 11 Tahun 2018;
vi. Data keadaaan darurat dan kerawanan pangan
provinsi/kabupaten/kota.
b) Analisis:
i. Apakah realisasi produksi beras telah mencapai target
pemerintah daerah. Jika proporsi produksi beras masih di
bawah target, identifikasi penyebabnya. Jika proporsi produksi
beras di atas target, identifikasi faktor pendukungnya;
ii. Apakah pengadaan cadangan pangan pemerintah daerah telah
sesuai dengan kebutuhan daerah. Jika belum sesuai,
identifikasi penyebabnya;
iii. Apakah pengadaaan cadangan pangan pemerintah daerah
telah sesuai dengan tujuan/peruntukannya, yaitu
menanggulangi seluruh keadaan darurat dan kerawanan
pangan. Jika belum sesuai, identifikasi penyebabnya.
34
C. Pengomunikasian Hasil Audit dan Monitoring Tindak Lanjut
Setelah Tim audit selesai melaksanakan pemeriksaan lapangan, Tim audit
membuat simpulan (notisi) mengenai hasil pemeriksaannya untuk
dikomunikasikan kepada auditi/koordinator program untuk mendapatkan
tanggapan dan persetujuan. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
sebagai berikut.
1. APIP melakukan pembahasan akhir dengan auditi (dalam hal ini perangkat
daerah yang menjadi leading sector) dan membahas mengenai notisi hasil
audit;
2. Notisi hasil audit minimal memuat mengenai capaian kinerja yang memuat
aspek ketaatan, ekonomis, efisien, efektif, temuan dan rekomendasi
mengenai perbaikan pengelolaan risiko dan efektivitas pengendalian;
3. Pembahasan akhir sebaiknya dihadiri oleh pihak-pihak yang berwenang
mengambil keputusan dari kedua belah pihak dan dibuatkan berita acara
pembahasan hasil audit;
4. Dalam pembuatan laporan hasil audit setidaknya mencakup:
a. Dasar melakukan audit intern;
b. Tujuan/sasaran, ruang lingkup dan metodologi audit;
c. Pernyataan bahwa penugasan dilaksanakan sesuai dengan standar
audit;
d. Kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian/pengukuran
capaian kinerja;
e. Hasil audit berisikan simpulan, fakta dan rekomendasi;
f. Tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab; dan
g. Pernyataan adanya keterbatasan apabila ada.
5. Penyajian laporan hasil audit kinerja dapat merujuk pada Peraturan Deputi
PPKD Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Audit Kinerja
Berbasis Risiko; serta
6. APIP perlu memantau dan mendorong tindak lanjut untuk memastikan
bahwa rekomendasi telah dilaksanakan dalam rangka memperbaiki
kelemahan serta kekurangan yang ada.
35
BAB IV
PENUTUP
Kami menyadari bahwa panduan audit kinerja tematik ketersediaan pangan ini
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap masukan yang bersifat
membangun sehingga panduan ini dapat bermanfaat bagi APIP Daerah. Hasil audit
kinerja dapat memberikan nilai tambah bagi stakeholders melalui perbaikan GRC
sehingga membantu organisasi mencapai tujuan, khususnya terkait pangan.
36
Daftar Pustaka
Model Tiga Lini IIA 2020: Pembaharuan dari Model Pertahanan Tiga Lini. The
Institute of Internal Auditors
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan fungsi Pengawasan
Intern dalam rangka mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
Keputusan Menteri PPN/ Kepala Bappenas Nomor KEP 124/M.PPN/HK/10/2021
tentang Penetapan Rencana Aksi Nasional Pangan Dan Gizi Tahun 2021-
2024
Pedoman Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (PPKD) Nomor
PED-09/D3/04/2020 tentang Pedoman Umum Audit Kinerja Berbasis Risiko
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2018 tentang Penetapan Jumlah
Cadangan Beras Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2023 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun 2018
Peraturan Presiden 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020-2024
37
Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan
Pangan Pemerintah
Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 3 Tahun 2019
tentang Pedoman Pengawasan Intern atas Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 5 Tahun 2021
tentang Penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terintegrasi pada K/L/D
Peraturan Deputi Bidang PPKD Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pedoman
Pengelolaan Risiko pada Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Surat Deputi Bidang PPKD Nomor: S- 1486/D3/02/2018 tentang Modul
Penyelenggaraan SPIP atas PBJ Pemerintah Daerah
The Internal Audit Foundation. (2017). Internal Audit Capability Model (IA-CM).
Florida
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP) 2020-2025
38
Penyusun
Pengarah:
Raden Suhartono, S.E., M.Ak., CA., QIA., CPA., CGCAE.
Penanggung Jawab:
Nani Ulina Kartika Nasution, S.E., M.Ak.
Tim Penyusun:
Gunawan, Ak.
39
Lampiran 1/Hal 1 - 1
STRATEGIC INTENT CORE ACTIVITY/PROCESS BOBOT CRITICAL SUCCESS FACTOR (CSF) BOBOT KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI) Kategori 3E
Penyediaan Sarana
Kegiatan pengadaan sarana pengendalian Organisme
2 Pengendalian Organisme 2 Efisien
Pengganggu Tanaman telah efiisien
Pengganggu Tanaman (OPT)
Penyediaan Sarana
1 Prasarana Produksi 3 Sarana pengendalian OPT telah dimanfaatkan Efektif
Pertanian
Efektif
Realisasi angagran kegiatan penyediaan LP2B tidak
1 Ekonomis
melebihi SSH
Pembangunan/rehabilitasi
5 2 Kegiatan pembangunan/rehabilitasi irigasi telah efisien Efisien
irigasi pertanian
Pembangunan/rehabilitasi Jalan
6 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Usaha Tani telah efisien Efisien
Usaha Tani
2 Penyuluhan Pertanian
1 Penetapan Jenis dan Jumlah 1 Jenis & jumlah CP telah sesuai rumusan kebutuhan Efisien
2
Pengadaan Cadangan Pangan 1 Pengadaan CP Pemda tidak melebihi SSH Ekonomis
PENYELENGGARAAN
CP PEMDA Penyelenggaraan CP
1
Pemda Pengadaan CP Pemda sesuai kebijakan
Efektif 2 Efektif
daerah/perencanaan
RENTANG
NO CRITICAL SUCCESS FACTORS (CSF) PARAMETER REFERENSI (REF)
NILAI
I EKONOMIS
Pelaksanaan Kegiatan:
Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian
1 Penyediaan benih/bibit Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
2 Penyediaan sarana pengendalian organisme Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
pengganggualat
3 Penyediaan tanaman
dan mesin pertanian (alsintan) Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
4 Penyediaan Lahan Pertanian Pangan Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
Berkelanjutan (LP2B)
5 Pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
6 Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani (JUT) Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
Penyuluhan Pertanian
7 Peningkatan kompetensi Tenaga Penyuluh Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
8 Penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemda
9 Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Realisasi belanja kegiatan tidak melebihi Standar Satuan Harga (SSH) 0 sd 1 KKA I. Ekonomis
(CPPD)
II EFISIENSI
Pelaksanaan Kegiatan:
Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian
1 Penyediaan benih/bibit Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
2 Penyediaan sarana pengendalian organisme Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
pengganggu tanaman Kegiatan Pendukung (Non-Core )
3 Penyediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
4 Penyediaan Lahan Pertanian Pangan Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Berkelanjutan (LP2B) Kegiatan Pendukung (Non-Core )
5 Pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian 1 Realisasi Belanja tidak melebihi Analisis Standar Belanja (ASB) 0 sd 1 KKA II.1 Efisiensi ASB
2 Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
6 Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani (JUT) 1 Realisasi Belanja tidak melebihi Analisis Standar Belanja (ASB) 0 sd 1 KKA II.1 Efisiensi ASB
2 Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
Penyuluhan Pertanian
7 Peningkatan kompetensi Tenaga Penyuluh 1 Realisasi Belanja tidak melebihi Analisis Standar Belanja (ASB) 0 sd 1 KKA II.1 Efisiensi ASB
2 Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
8 Penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani 1 Realisasi Belanja tidak melebihi Analisis Standar Belanja (ASB) 0 sd 1 KKA II.1 Efisiensi ASB
2 Perbandingan Komponen Kegiatan Inti ( Core ) dan Komponen 0 sd 1 KKA II.2 Efisiensi Core
Kegiatan Pendukung (Non-Core )
III EFEKTIVITAS
1 Capaian Pemanfaatan Output
Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian
1 Penyediaan benih/bibit Benih/bibit telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A1 Efektivitas Sarpras
2 Penyediaan sarana pengendalian organisme Sarana pengendalian OPT telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A1 Efektivitas Sarpras
pengganggu tanaman
3 Penyediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) Alsintan telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A1 Efektivitas Sarpras
4 Penyediaan Lahan Pertanian Pangan LP2B telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A2 Efektivitas Lahan
Berkelanjutan (LP2B)
5 Pembangunan/rehabilitasi irigasi pertanian Irigasi telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A1 Efektivitas Sarpras
6 Pembangunan/rehabilitasi jalan usaha tani (JUT) JUT telah dimanfaatkan 0 sd 1 KKA III. A1 Efektivitas Sarpras
Penyuluhan Pertanian
7 Peningkatan kompetensi Tenaga Penyuluh Kegiatan pelatihan telah sesuai kebutuhan 0 sd 1 KKA III.B Efektivitas Penyuluhan
8 Penyuluhan/bimbingan teknis kepada petani Kegiatan penyuluhan telah sesuai target 0 sd 1 KKA III.B Efektivitas Penyuluhan
Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemda
9 Penetapan jenis dan jumlah CP Pemda Jenis dan jumlah CP telah diatur dalam Perda 0 sd 1 KKA III.C1 Efektivitas CPPD_1
10 Pengadaan CP Pemda Pengadaan CP Pemda telah sesuai kebutuhan 0 sd 1 KKA III.C2 Efektivitas CPPD_2
11 Pengelolaan CP Pemda Pemantauan dan monitoring CP telah dilaporkan 0 sd 1 KKA III.C3 Efektivitas CPPD_3
12 Penyaluran CP Pemda Penyaluran CP Pemda telah tepat sasaran 0 sd 1 KKA III.C4 Efektivitas CPPD_4
2 Capaian Outcome
1 Produksi pangan memenuhi target 1. Produksi pangan (beras) memenuhi target daerah 0 sd 1 KKA IV Efektivitas Outcome
2 Penyediaan CP memenuhi kebutuhan 2. Penyediaan cadangan pangan memenuhi kebutuhan 0 sd 1 KKA IV Efektivitas Outcome
NILAI KINERJA
Lampiran 6 / Hal 1 - 4
Rincian belanja
Insektisida 46 167.000 7.682.000 46 167.000 7.682.000 -
Pestisida dan herbisida 35 99.100 3.468.500 35 99.100 3.468.500 -
Rodentisida 200 20.200 4.040.000 200 20.200 4.040.000 -
Rincian sub belanja ..........dst - 0 - -
Skor Ekonomis 15.190.500 15.190.500 - 1,00
3 Pengawasan Penggunaan Sarana Pendukung
Pertanian Sesuai dengan Komoditas, Teknologi
dan Spesifik Lokasi
Rincian belanja
Belanja Makanan dan Minuman Rapat - FGD 100 53.000 5.300.000 100 53.000 5.300.000 -
Penyusunan Peta Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan/LP2B
Rincian belanja
Honorarium moderator 2 700.000 1.400.000 2 700.000 1.400.000
Honorarium narasumber/pembahas 6 900.000 5.400.000 6 900.000 5.400.000
Spesifikasi eselon III ke bawah/yang disetarakan
Rincian belanja
Cadangan Pangan Pemerintah 65.000 11.500 747.500.000 65.000 11.000 715.000.000 32.500.000
Spesifikasi: beras
Skor Ekonomis 747.500.000 715.000.000 32.500.000 0,96
Lampiran 7 / Hal 1 - 1
2 Belanja Makan dan minum Orang 50 35.000 1.750.000 2 Belanja Makan dan minum Orang 50 30.000 1.500.000
3 Honorarium moderator Orang 1 700.000 700.000 3 Honorarium moderator Orang 1 450.000 450.000
4 Honorarium narasumber/pembahas Orang 3 900.000 2.700.000 4 Honorarium narasumber/pembahas Orang 3 900.000 2.700.000
Spesifikasi eselon III ke Spesifikasi eselon III ke
bawah/yang disetarakan Total 9.160.000 bawah/yang disetarakan Total 7.150.000 2.010.000 0,78
4 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian 1 Belanja Makan dan minum kegiatan Orang 720 35.000 25.200.000 1 Belanja Makan dan minum kegiatan Orang 720 30.000 21.600.000
Pelatihan Tematik Pertanian
2 Honorarium moderator Orang 1 700.000 700.000 2 Honorarium moderator Orang 1 450.000 450.000
3 Honorarium narasumber/pembahas Orang 3 900.000 2.700.000 3 Honorarium narasumber/pembahas Orang 3 900.000 2.700.000
Spesifikasi eselon III ke Spesifikasi eselon III ke
bawah/yang disetarakan bawah/yang disetarakan
Kegiatan Kelembagaan petani 1 Honorarium moderator Orang 2 700.000 1.400.000 1 Honorarium moderator Orang 2 450.000 900.000
2 Honorarium narasumber/pembahas Orang 6 900.000 5.400.000 2 Honorarium narasumber/pembahas Orang 6 900.000 5.400.000
Spesifikasi eselon III ke Spesifikasi eselon III ke
bawah/yang disetarakan bawah/yang disetarakan
Komponen Belanja Kegiatan Inti (Core) Komponen Belanja Kegiatan Penunjang (Non Core) Total Komponen Total Komponen Total Belanja
No Nama Kegiatan/Sub Kegiatan
No Nama Belanja Kuantitas Jumlah No Nama Belanja Kuantitas Jumlah Belanja Inti Belanja Pendukung (15)=(13)+(14)
Harga Satuan Harga Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Pengawasan Penggunaan Sarana 1 Belanja Hibah Barang kepada Badan 16.882 17.000 286.994.000 1 Belanja Alat/Bahan untuk 10.287.500 286.994.000 88.747.500 375.741.500
Pendukung Pertanian Sesuai dan Lembaga Nirlaba, Sukarela dan Kegiatan Kantor- Bahan
dengan Komoditas, Teknologi dan Sosial yang Telah Cetak
Spesifik Lokasi Memiliki Surat Keterangan Terdaftar -
Penyediaan Benih/Bibit Penyediaan Benih Padi Inbrida
2 Belanja Alat/Bahan untuk 70 394.000 27.580.000
Kegiatan Kantor-
Souvenir/Cendera Mata
3 Belanja Makanan dan 50.880.000
Minuman Rapat
Skor Efisiensi 0,95 0,76
2 Pengendalian Organisme 1 Belanja Operasi - Sarana Pengendalian 46 167.000 7.682.000 1 Belanja ATK: pulpen, spidol, 2.064.000 62.440.500 29.332.400 91.772.900
Pengganggu Tanaman (OPT) OPT ordner dan map, dll
Sarana Pengendalian OPT
Insektisida
2 Pestisida dan herbisida 35 99.100 3.468.500 2 Belanja alat/bahan untuk 1.318.400
kegiatan kantor-kertas dan
cover
3 Rodentisida 200 20.200 4.040.000 3 Belanja alat/bahan untuk 1.950.000
kegiatan kantor-bahan
komputer: cartridge, tinta
printer, Flash Disk
4 Belanja Perjalanan Dinas - Monitoring 120 150.000 18.000.000 4 Belanja makan dan minum 24.000.000
dan Pembinaan Pengendalian OPT rapat
Lampiran 8 / Hal 2 - 3
Komponen Belanja Kegiatan Inti (Core) Komponen Belanja Kegiatan Penunjang (Non Core) Total Komponen Total Komponen Total Belanja
No Nama Kegiatan/Sub Kegiatan
No Nama Belanja Kuantitas Jumlah No Nama Belanja Kuantitas Jumlah Belanja Inti Belanja Pendukung (15)=(13)+(14)
Harga Satuan Harga Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
6 Uang harian perjalanan dinas dalam 15 160.000 2.400.000
kota
Skor Efisiensi 0,81 0,64
4 Pengembangan Prasarana 1 Belanja Makanan dan Minuman Rapat - 100 53.000 5.300.000 1 Belanja alat/bahan untuk 7.130 300 2.139.000 54.900.000 20.530.000 75.430.000
Pertanian FGD Penyusunan Peta Lahan Pertanian kegiatan kantor-bahan cetak-
Penyusunan Peta Lahan Pangan Berkelanjutan/LP2B Fotocopy
Pertanian Pangan
Berkelanjutan/LP2B 2 Honorarium Narasumber atau 4 1.400.000 5.600.000 2 Belanja makan dan minum 40 53.000 2.120.000
pembahas, moderator, pembawa rapat evaluasi kegiatan
acara, panitia - FGD Penyusunan Peta bantuan pemerintah
Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan/LP2B
Spesifikasi: Kepala Daerah/Pejabat
Setingkat Kepala Daerah/Pimpinan
DPRD/Anggota DPRD/Pejabat Daerah
Lainnya yang disetarakan
3 Sosialisasi pengukuran geospasial 400 110.000 44.000.000 3 Belanja perjalanan dinas 13.483.000
lahan pertanian dalam kota dalam rangka
monev kegiatan bantuan
pemerintah
Peningkatan kompetensi
Tenaga Penyuluh
Komponen Belanja Kegiatan Inti (Core) Komponen Belanja Kegiatan Penunjang (Non Core) Total Komponen Total Komponen Total Belanja
No Nama Kegiatan/Sub Kegiatan
No Nama Belanja Kuantitas Jumlah No Nama Belanja Kuantitas Jumlah Belanja Inti Belanja Pendukung (15)=(13)+(14)
Harga Satuan Harga Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
6 Honorarium narasumber/pembahas 3 900.000 2.700.000
Spesifikasi eselon III ke bawah/yang
disetarakan
Skor Efisiensi 0,76 0,61
8 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian 1 Belanja Operasi - Pelatihan Tematik 720 35.000 25.200.000 1 Belanja Jasa Iklan/Reklame- 1 3.500.000 3.500.000 35.400.000 29.498.000 64.898.000
Penyuluhan/bimbingan teknis Pertanian Iklan media cetak
kepada petani
Belanja Makan dan minum kegiatan
2 Honorarium moderator 1 700.000 700.000 2 Belanja Modal Personal 1 22.775.000 22.775.000
Computer-Laptop
3 Honorarium narasumber/pembahas 3 900.000 2.700.000 3 Belanja Modal Peralatan 1 1.223.000 1.223.000
Spesifikasi eselon III ke bawah/yang Komputer-Hard Disk
disetarakan eksternal
4 Belanja Jasa - Kegiatan Kelembagaan 2 700.000 1.400.000 4 Belanja Modal Peralatan- 1 2.000.000 2.000.000
petani Printer
Honorarium moderator
5 Honorarium narasumber/pembahas 6 900.000 5.400.000
Spesifikasi eselon III ke bawah/yang
disetarakan
Skor Efisiensi 0,68 0,55
Lampiran 9 / Hal 1 - 1
Kelompok Tani penerima bantuan tepat sasaran Pemanfaatan bantuan telah optimal
Kebijakan Cadangan Pangan (30%) Perencanaan Kebutuhan Cadangan Beras Sesuai Rumusan Permentan No. 11 Tahun 2018 (70%)
Perkada atau kebijakan lain
terkait cadangan pangan telah
Terdapat kebijakan terkait cadangan pangan mengatur mengenai jenis, Cadangan Beras Cadangan Beras Pemerintah Kab/Kota Kesesuaian Penetapan Kebutuhan
Cadangan Beras Total Provinsi
pemerintah daerah yang diatur dalam Perda kriteria, dan jumlah bahan pokok Pemerintah Provinsi (CB Pemerintah Kab/Kota) Penetapan Jumlah Target Beras di Kab/Kota dengan
yang dijadikan cadangan pangan Pengadaan CPPD dalam Perhitungan Jumlah Cadangan
No Nama Pemerintah Daerah
RPJMD/RKPD/dokumen Beras
Konsumsi beras per 80% cadangan perencanaan lain (ton)
Cadangan Beras
Ada/Tidak Ada Jumlah Penduduk kapita per tahun di 20% Cadangan Beras Jumlah Penduduk beras Total Provinsi (Ya=1 ; Tidak=0)
Ada/Tidak Ada Total Provinsi
(Ada=1 ; Nama Dokumen di Provinsi Provinsi Total Provinsi Kab/Kota x Rasio Jumlah
(Ada=1 ; Tidak=0) (ton)
Tidak=0) (jiwa) (ton) (ton) (jiwa) Penduduk
(ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Kabupaten A 1 Perda Bupati A Nomor ... Tahun 1 1.473.165 87,2 642,30 128,46 182.079 63,51 50 0
2020 tentang Cadangan Pangan
Pemerintah Kabupaten A
Realisasi Pengadaan Cadangan Pangan Beras Jenis/Kualitas Beras yang menjadi CP Pemda
Jumlah pengadaan beras yang
Penilaian terhadap
ditetapkan di dokumen Jumlah realisasi
No Nama Pemda komitmen Pemda Jenis/kualitas beras yang Jenis/kualitas beras Penilaian kesesuaian jenis/kualitas
perencanaan, misal RPJMD, pengadaan CPPD beras
dalam pengadaan ditetapkan pengadaannya yang terealisasi dalam (Realisasi≥Penetapan=1;
APBD, RKPD (ton) Ada/Tidak Ada
CPPD beras dalam Perda pengadaan CP Realisasi<Penetapan=0)
Ada/Tidak Ada (Ada=1 ; Tidak=0)
(Ada=1 ; Tidak=0)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kabupaten A 1 1 1 premium medium 0
Mekanisme
Jumlah Penyaluran Beras sebagai Cadangan Pangan Pemda Kesesuaian Kriteria Penerima Beras
Penyaluran
Penetapan Jumlah
Kesesuaian realisasi pengadaan
Kebutuhan Beras yang Jumlah realisasi
terhadap jumlah kebutuhan CP
No Nama Pemerintah Daerah dicadangkan di pengadaan beras
Pemda
Prov/Kab/Kota dalam sebagai CP Pemda
Kebijakan/Regulasi (ton)