You are on page 1of 13

sampling.

Pengolahan data menggunakan aplikasi komputer den


penelitian menggunakan analisis chi-square dengan α = 0,05. Hasi
hubungan antara jenis kelamin (p = 0,041), pekerjaan ibu (p = 0,02
fisik (p = 0,015) dengan overweight. Tidak terdapat hubungan anta
pendapatan orang tua, uang saku responden dan gaya hidup sedenta
sekolah agar mengadakan senam pagi bersama dua kali seminggu
ekstrakulikuler. Siswa -siswi diharapkan dapat meningkatkan kons
seimbang.

Kata Kunci: aktivitas fisik, aktivitas sedentary, overweight, pola


ma

ABSTRACT
Overweight is a disorder or disease due to an imbalance betwe
becomes a heap of excessive fat tissue in the body. Some factors t
physical activity, and a sedentary lifestyle. This study aims to an
activity, and sedentary lifestyle with overweight in 5th Public Senio
observational analytic study with a cross-sectional design. The
consisting of students of class X-XI. The sample size in this stud
sampling. Data processing using computer applications with univar
study used chi-square analysis with α = 0.05. The results showed t
0.041), mother's work (p = 0.025), diet (p = 0.035) and physical ac
relationship between parental education, father's occupation, par
sedentary lifestyle overweight Suggestions for schools to hold mo
increase the duration of extracurricular activities. Students are exp
of diverse and nutritionally balanced foods.

Keywords: physical activity, sedentary lifestyle, overweight, dietary

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license d


Received 08 August 2017, received in revised form 19 September 2017, Accepted 2
299 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

PENDAHULUAN Terdapat 75% remaja mengkonsumsi ≥2 makanan


Perubahan gaya hidup, dari traditional life style ringan dan minuman setiap hari. Hal ini
menjadi sedentary life style meningkatkan resiko menambah seperempat dari total asupan energi
terjadinya overweight. Gaya hidup sedentari harian. Selain itu, saat ini banyak remaja dan
(kurang gerak) disertai dengan pola makan yang dewasa muda yang lebih tertarik makan di luar dan
berlebih, yaitu asupan tinggi karbohidrat, lemak, mengunjungi restoran cepat saji daripada makan
protein dan rendah serat. Semua faktor tersebut makanan di rumah (Dave dkk, 2009).
beresiko menjadi overweight dan obesitas Mayoritas saat ini anak-anak mempunyai
(Proverawati, 2010). aktivitas fisik yang menurun setiap tahunnya.
Peningkatan prevalensi gizi lebih dapat Perubahan waktu bermain anak yang semula
mengakibatkan peningkatan penderita penyakit banyak bermain diluar rumah menjadi bermain di
degeneratif, bertambahnya jumlah obese, dalam rumah. Sebagaimana contoh saat ini,
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2, banyak anak yang bermain game di smartphone,
penyakit jantung, stroke, dan kanker-kanker menonton televisi, menggunakan komputer
tertentu. Faktor obesitas dan kekurangan aktivitas daripada berjalan, bersepeda maupun berolahrga
fisik menyumbang 30% risiko terjadinya kanker (Adityawarman, 2007). Aktivitas fisik yang ringan
(Depkes, 2009). menyebabkan keluaran energi menjadi rendah
Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
secara drastis pada anak-anak dan orang dewasa di masukan energi yang lebih banyak dibandingkan
seluruh dunia. Sebanyak satu dari sepuluh anak dengan energi yang keluar. Akibat dari sedikitnya
usia sekolah mengalami overweight. Sebanyak 45 energi yang keluar dari tubuh, maka sisa dari
juta anak yang mengalami obesitas, 2-3% energi tersebut akan tersimpan menjadi lemak dan
merupakan anak berusia 15 sampai 17 tahun kemudian menjadi overweight hingga berlanjut
(Rukmini, 2009). Prevalensi obesitas berkisar 2 % menjadi obesitas (Syarif, 2006). Kurangnya
di negara-negara maju, dan sekitar 20 % di negara- aktivitas fisik yang dilakukan remaja akan
negara Barat. Sedangkan prevalensi obesitas mengarah pada meningkatnya gaya hidup sedentari
remaja melonjak cepat melebihi populasi setengah seperti remaja saat ini yang banyak terlibat dalam
baya di kawasan Eropa terutama di Helsinki kegiatan di depan layar, membaca, duduk dan
Finlandia (Fogelholm, 2009). Overweight dan bersantai.
obesitas merupakan permasalahan kesehatan di Gaya hidup sedentari merupakan gaya hidup
Amerika Serikat. Survei yang dilakukan oleh seseorang yang tidak memenuhi standar akivitas
National Health And Nutrition Examination fisik yang dilakukan dalam sehari. Seseorang
Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dengan gaya hidup sedentari sering mengabaikan
prevalensi obesitas tahun 2003 – 2006 pada anak aktivitas fisik dan lebih banyak melakukan
dan remaja umur 2-19 tahun adalah 16,2% kegiatan yang tidak membutuhkan banyak energi.
(Wargahadibrata, 2009). Hal ini dapat terlihat bahwa saat ini kecenderungan
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, pengalihan waktu yang biasa dilakukan anak-anak
menunjukkan prevalensi overweight pada usia 13- untuk bermain aktif di luar rumah menjadi duduk
15 tahun adalah 2,5% dan pada remaja usia 16-18 pasif di depan layar komputer maupun televisi
tahun sebesar 1,4% (Riskesdas, 2010). Provinsi (Gestile, 2011). Hidup dengan gaya hidup menetap
Jawa Timur menduduki posisi kesembilan dengan ini tidak selalu identik dengan kemalasan, karena
prevalensi overweight di atas prevalensi nasional. seseorang bisa sangat sibuk dengan pekerjaan dan
Hasil penelitian di sepuluh kota besar yaitu keluarganya tetapi tanpa mempunyai kesempatan
Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, untuk berolahraga. Terdapat sebuah studi yang
Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan menunjukkan bahwa orang dengan sedentary
Manado didapatkan prevalensi obesitas pada anak lifestyle mempunyai resiko tinggi terjadinya
usia sekolah dasar sekitar 12%. Kota Surabaya obesitas (Hu, 2003).
berada pada posisi lima (11,4%) diantara 9 kota Prevalensi overweight di Indonesia selalu
lainnya (Damayanti, 2005). meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013
Penelitian Larson et al., (2015), mengenai pola terdapat 15 provinsi yang memiliki prevalensi
makan remaja di Amerika Serikat menunjukkan overweight diatas angka nasional, salah satunya
bahwa sebanyak 54% remaja Amerika Serikat adalah Provinsi Jawa Timur. Prevalensi
yang mengkonsumsi semua tiga makanan utama overweight pada anak usia sekolah di Provinsi
(sarapan, makan siang dan makan malam). Jawa Timur juga mengalami peningkatan dari
tahun 2010 ke tahun 2013, yaitu 12% menjadi
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 30

12,4% (Kemenkes, 2010; 2013). Kota Surabaya observasi pada satu waktu tertentu untuk
merupakan salah satu kota yang memiliki menggambarkan keadaan pada waktu tersebut.
prevalensi overweight diatas angka nasional Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 5
(Kemenkes, 2013). Hasil penelitian yang Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah
dilakukan oleh Rosyidah tahun 2015, siswa-siswi SMA Negeri 5 Surabaya kelas X
menunjukkan bahwa terdapat 20% anak sekolah di sampai dengan kelas XII yang berjumlah 1.013
Kecamatan Tambaksari tergolong overweight. siswa. Sedangkan populasi terjangkau dalam
Data Riskedas 2013 juga menunjukkan hampir penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 5
separuh orang dewasa di Surabaya digolongkan Surabaya kelas X sampai dengan kelas XI yang
overweight. berjumlah 679 siswa. Pengambilan sampel dalam
Hasil penelitian oleh Sanora di SMA penelitian ini menggunakan teknik simple random
Muhammadiyah 3 Yogyakarta, bahwa terdapat sampling dengan jumlah sampel sebesar 157
hubungan antara pola makan dengan obesitas. siswa.
Hasil senada juga dijelaskan oleh Syamsinar Teknik pengambilan data pada penelitian ini
(2016), yang menunjukkan bahwa ada hubungan adalah wawancara dengan siswa-siswi kelas 1 dan
yang signifikan antara pola makan dengan obesitas 2 SMA Negeri 5 Surabaya. Instrumen penelitian
(p value = 0,018). Terdapat 63,6% siswa siswa menggunakan kuesioner karakteristik responden
SMA Negeri 4 Kendari yang memiliki pola makan dan orang tua, Adolescent Physical Activity and
berlebih. Recall Questionnaire (APARQ), Adolescent
Penelitian yang dilakukan Adityawarman di Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) serta
SMP Domenico Semarang, menunjukkan aktivitas electric scale dan microtoise untuk mengukur
fisik mempunyai pengaruh terhadap lingkar berat badan dan tinggi badan siswa-siswi SMA
pinggang. Remaja yang tidak aktif mempunyai Negeri 5 Surabaya. Waktu penelitian dilakukan
resiko 2.5 kali untuk mempunyai lingkar pinggang pada bulan Juni 2017. Teknik analisis data Teknik
yang berlebih ketimbang remaja yang aktif analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
(Adityawarman, 2007). yaitu analisis univariat dan bivariat yang disajikan
Penelitian yang dilakukan oleh Ivana pada dalam gambar dan tabel serta dilengkapi oleh
tahun 2012 pada remaja SMA Swasta di Surabaya, narasi.
menunjukkan terdapat 141 siswa (77,9%) yang
tergolong overweight dari 181 siswa yang diteliti. HASIL
Survei awal yang dilakukan peneliti sebagian besar
Kategori status gizi menggunakan indikator
anak-anak saat ini menghabiskan waktunya IMT menurut umur berdasarkan Standar
melakukan aktivitas yang menjurus pada aktivitas Antropometri Penilaian Status Gizi Anak yang
sedentari seperti membaca di waktu luang, dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia
menonton tv, bermain game, dan bermain di depan tahun 2011. Jenis distribusi responden berdasarkan
komputer atau laptop. status gizi sebagai berikut:
Anak yang melakukan gaya hidup sedentari
seperti menonton tv atau menggunakan komputer Tabel 1. Distribusi Frekuensi Siswa SMA Negeri
≥ 4 jam dalam sehari beresiko 2,5 kali lebih besar 5 Surabaya Berdasarkan Status Gizi
untuk menjadi obesitas daripada anak yang (Indeks Massa Tubuh)
menonton tv atau menggunakan komputer selama Status Gizi N %
≤ 1 jam (Andersen dkk, 2005). Kurus 17 10,8
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Normal 74 47,2
hubungan pola makan, aktivitas fisik dan gaya Overweight 52 33,1
hidup sedentari dengan overweight di SMA Negeri Obesitas 14 8,9
5 Surabaya. Total 157 100

METODE Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat


42% (66 responden) tergolong gizi lebih yang
Jenis penelitian ini adalah penelitian terdiri dari overweight (52 responden) dan obesitas
observasional analitik yaitu peneliti menganalisis (14 responden). Persentase kejadian overweight di
faktor resiko dengan penyakit yang terjadi tanpa SMA Negeri 5 Surabaya cukup tinggi sehingga
memberikan perlakuan atau intervensi kepada menjadi masalah. Oleh karena itu perlu dicari
subjek penelitian. Desain penelitian ini factor yang berhubungan terhadap kejadian
menggunakan cross sectional, kemudian dilakukan overweight di SMA Negeri 5 Surabaya.
301 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

Tabel 2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Overweight di SMA Negeri 5 Surabaya Tahun 2017
Overweight
Karakteristik Ya Tidak p-value
n % n %
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 30,4 39 69,6
Perempuan 49 48,5 52 51,5 0,041

Uang Saku
Rendah 16 32,0 34 68,0
Sedang 37 44,6 46 55,4 0,154
Tinggi 13 54,2 11 45,8

Karakteristik Orang Tua Pendidikan Ayah


Tinggi
62 42,5 84 57,5
0,762
Rendah 4 36,4 7 63,6

Pendidikan Ibu 59,6


Tinggi 57 40,4 84 0,343
Rendah 9 56,3 7 43,8

Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja 5 35,7 9 64,3 0,827
Bekerja 61 61 82 57,3
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 28 56,0 22 44,0 0,025
Bekerja 38 35,5 69 64,5

Pendapatan Orang Tua


Rendah 4 33,3 8 66,7
Tinggi 62 42,8 83 57,2 0,740

Responden laki-laki yang tergolong non membeli makanan dan minuman lebih banyak
overweight lebih banyak daripada responden daripada responden dengan uang uang saku
dengan status gizi overweight. Hasil yang sama rendah. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
juga terdapat pada responden perempuan non tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
overweight. Perempuan non overweight lebih uang saku dengan overweight (p value = 0,154).
banyak daripada perempuan yang memiliki status Status gizi non overweight lebih banyak
gizi overweight. Selain itu, proporsi responden dialami oleh ayah dengan pendidikan tinggi. Hasil
perempuan hampir sama antara responden yang sama ditunjukkan responden dengan status
overweight dan responden non overweight. Hasil gizi non overweight lebih banyak pada ayah
uji statistik chi-square menunjukkan terdapat dengan pendidikan rendah. Hasil uji Fisher Exact
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin Test menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
dengan overweight. signifikan antara pendidikan ayah dengan
Responden yang memiliki uang saku tinggi overweight. Status gizi non overweight lebih
mendapatkan proporsi status gizi overweight lebih banyak dialami oleh ibu dengan pendidikan tinggi.
banyak. Sedangkan responden yang memiliki uang Hasil senada juga ditunjukkan responden dengan
saku rendah dan sedang mendapatkan proporsi status gizi non overweight lebih banyak pada ibu
status gizi non overweight lebih banyak. Hasil dengan penddikan rendah. Hasil uji chi-square
analisis ini dapat disimpulkan bahwa responden menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
dengan uang saku tinggi memungkinkan untuk signifikan antara pendidikan ibu dengan
overweight.
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 30

Reponden non overweight lebih banyak pada terdapat hubungan yang bermakna antara pola
ayah yang tidak bekerja daripada responden yang makan dengan overweight (p value = 0,035).
mengalami overweight. Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang Tabel 3. Hubungan Pola Makan dengan
bermakna antara pekerjaan ayah dengan Overweight
overweight. Hal ini terlihat pada nilai p value = Overweight
P
0,827 (p>0,05). Responden dengan status gizi Pola Makan Ya Tidak value
overweight lebih banyak pada ibu yang tidak n % n %
bekerja. Hasil yang berbeda terdapat pada Kurang 21 33,9 41 66,1 0,035
Cukup 18 37,5 30 62,5
responden dengan status gizi non overweight lebih
banyak daripada responden dengan status gizi Berlebih 28 57,4 20 42,6
overweight. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu Data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner
dengan overweight. Adolescent Physical Activity and Recall
Status gizi non overweight lebih banyak Questionnaire (APARQ). Responden
dialami oleh responden dengan pendapatan orang menyebutkan jenis aktivitas fisik yang dilakukan
tua rendah. Hasil senada terdapat pada responden dalam seminggu beserta frekuensi dan durasi
non overweight lebh banyak pada orang tua setiap melakukan aktivitas fisik tersebut kemudian
dengan pendapatan tinggi. Hasil uji chi -square dikalikan dengan skor METs. Distribusi responden
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang siswa SMA Negeri 5 Surabaya berdasarkan
bermakna antara pendapatan orang tua dengan aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 4.
overweight. Hal ini terlihat pada nilai p value = Sebagian besar aktivitas fisik yang dilakukan
0,740 (p > 0,05). responden berada dalam kategori aktivitas fisik
Pola makan dalam penelitian ini dikategorikan ringan (90 responden). Aktivitas fisik yang ringan
menjadi pola makan kurang, cukup dan berlebih. disebabkan karena siswa SMA Negeri 5 Surabaya
Kategori pola makan didapatkan dari jenis hanya melakukan olahraga di sekolah ketika mata
makanan dan porsi yang dikonsumsi oleh pelajaran pendidikan jasmani. Selebihnya,
responden dibandingkan dengan Pedoman Gizi responden hanya melakukan aktivitas fisik
Seimbang Distribusi responden siswa SMA Negeri domestik seperti menyapu, mengepel, memasak,
5 Surabaya berdasarkan pola makan dapat dilihat dll. Aktivitas fisik domestik banyak menghasilkan
pada Tabel 3. skor METs yang kecil. Ketika peneliti melakukan
Sebagian pola makan responden berada dalam wawancara pada responden, banyak diantara
kategori pola makan kurang (62 responden). Pola mereka yang mengatakan tidak melakukan
makan yang kurang disebabkan karena responden aktivitas fisik atau olahraga lainnya ketika hari
mengkonsumsi makanan pokok, lauk-pauk, sayur Sabtu-Minggu
dan buah kurang dari Pedoman Umum Gizi Responden dengan aktivitas fisik ringan dan
Seimbang (PUGS). Banyak dari responden yang sedang mendapatkan proporsi status gizi
telah memenuhi makanan pokok dan lauk pauk overweight lebih banyak. Sedangkan responden
sesuai dengan PUGS, namun responden tersebut dengan aktivitas fisik berat mendapatkan proporsi
mengkonsumsi sayur atau buah tidak sesuai status gizi non overweight lebih banyak. Hal ini
dengan pedoman PUGS. menandakan bahwa aktivitas fisik ringan
Responden dengan pola makan berlebih memungkinkan energi yang dikonsumsi tidak
mendapatkan proporsi status gizi overweight lebih dikeluarkan melalui aktivitas fisik dan energi
banyak. Sedangkan responden dengan pola makan tersebut akan membentuk lemak. Hasil berbeda
kurang dan cukup mendapatkan proporsi status terdapat pada responden dengan aktivitas fisik
gizi non overweight lebih banyak. Hal ini berat memungkinkan energi yang masuk ke dalam
menunjukkan bahwa pola makan berlebih tubuh akan dikeluarkan melalui aktivitas fisik
memungkinkan makanan dan minuman yang sehingga lemak tidak terbentuk di dalam tubuh.
dikonsumsi membentuk lemak lebih banyak. Hasil Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat
berbeda terdapat pada responden dengan pola hubungan yang bermakna antara pola makan
makan kurang dan cukup memungkinkan makanan dengan overweight (p value = 0,015).
dan minuman cenderung lebih sedikit membentuk
lemak daripada responden dengan pola makan
berlebih. Hasil uji chi-square menunjukkan
303 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

Tabel 4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan bermakna antara aktivitas sedentari dengan
Overweight overweight (p value = 0,635).
Aktivitas Overweight PEMBAHASAN
P
Fisik Ya Tidak
value
n % n % Gambaran Status Gizi Siswa-Siswi Sekolah
Berat 15 55,6 12 44,4 0,015 Menengah Atas Negeri 5 Surabaya
Sedang 22 55,0 18 45,0
Ringan 29 32,2 61 67,8 Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 5
Surabaya didapatkan proporsi kejadian
Aktivitas sedentari digambarkan dengan lama overweight sebesar 33,1%. Proporsi ini berarti
responden melakukan 11 aktivitas sedentari yang terdapat 1 dari 3 siswa SMA Negeri 5 Surabaya
terdapat pada kuesioner Adolescent Sedentary yang tergolong overweight. Persentase ini lebih
Activity Questionnaire (ASAQ). Mayoritas tinggi dibandingkan dengan penelitian di sekolah
aktivitas sedentari yang dilakukan responden Frater Don Bosco Manado yang mengemukakan
berada dalam kategori tinggi (104 responden). bahwa dari total responden, terdapat 39% siswa
Aktivitas sedentari yang tinggi disebabkan karena yang tergolong overweight dan obesitas (Chrissia,
mayoritas responden sering melakukan aktivitas 2012).
sedentari seperti bermain gadget/handphone. Faktor penyebab overweight dan obesitas pada
Durasi responden melakukan 11 aktivitas sedentari remaja bersifat multifaktorial. Peningkatan
semakin meningkat pada hari Sabtu-Minggu. konsumsi makanan cepat saji (fast food), physical
Ketika peneliti melakukan wawancara pada inactivity, faktor genetik, stress, status sosial
responden, banyak diantara mereka yang ekonomi, pola makan, usia, jenis kelamin
mengatakan bahwa hari Sabtu-Minggu digunakan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara
sebagai waktu untuk istrahat dengan banyak signifikan terhadap perubahan keseimbangan
melakukan kegiatan bersantai, seperti duduk energi yang masuk dan keluar. Hal ini akan
menonton tv, dan sebagainya. Distribusi responden berujung pada kejadian overweight dan obesitas
siswa SMA Negeri 5 Surabaya berdasarkan (Barasi, 2007). Beberapa diantaranya telah diteliti
aktivitas sedentari dapat dilihat pada Tabel 5. dalam penelitian ini. Penjelasan hasil penelitian
mengenai beberapa faktor yang diteliti dan
Tabel 5. Hubungan Aktivitas Sedentari dengan hubungan dengan overweight dapat dilihat pada
Overweight pembahasan berikut.
Aktivitas
Overweight Hasil lain ditunjukkan dalam penelitian oleh
P
Sedentari Ya Tidak Yasashi dan Siah yang mengemukakan prevalensi
value status gizi lebih di SMA Marsudirini Bekasi
N % n % sebesar 39,3% dari total siswa yang diteliti.
Rendah 8 53,3 7 46,7 0,635 Proporsi overweight tersebut lebih rendah dari
Sedang 15 39,5 23 60,5 penelitian ini. Hal ini kemungkinan disebabkan
Tinggi 43 41,3 61 58,7 oleh perbedaan sosial ekonomi pada responden.
Responden dengan gaya hidup sedentari sedang SMA negeri 5 Surabaya merupakan sekolah negeri
mendapatkan proporsi status gizi non overweight favorit di Kota Surabaya dengan status ekonomi
lebih banyak. Sedangkan responden dengan gaya lebih tinggi dibandingkan dengan SMA
hidup sedentari tinggi mendapatkan status gizi Marsudirini Bekasi .
overweight lebih banyak. Hasil ini tidak
menunjukkan sebagaimana mestinya apabila Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan
aktivitas sedentari tinggi maka peluang untuk Overweight
menjadi overweight lebih tinggi. Penyebab gaya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hidup sedentari rendah dan sedang menjadi
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
overweight yaitu responden dengan gaya hidup
dengan kejadian overweight. Selain itu, siswa
sedentari tinggi juga melakukan aktivitas fisik
perempuan mempunyai kecenderungan 2 kali
yang berat. Sehingga walaupun gaya hidup
untuk berstatus gizi overweight dibandingkan
sedentari responden tinggi, status gizi
dengan siswa laki-laki.
menunjukkan non overweight. Hasil uji chi-square
Beberapa penelitian menunjukkan hasil adanya
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan overweight. Penelitian de Gouw tahun
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 30

2010 mengemukakan terdapat hubungan yang dengan overweight pada siswa SMA Kesatrian 2
bermakna antara jenis kelamin dengan overweight Semarang.
pada anak umur 10-18 tahun. Selain itu, penelitian Hasil berbeda ditunjukkan pada penelitian
Al-Dossary dkk tahun 2010 mendukung adanya Husanah (2011), mengenai hubungan uang jajan
hubungan antara jenis kelamin dan overweight. dengan kejadian overweight di Pekanbaru. Hasil
Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh uji statistik didapatkan nilai p value = 0,005 (p <
dilakukan oleh Aryati, dkk tahun 2011 yang 0,05) yang artinya terdapat hubungan antara uang
mengungkapkan jenis kelamin yang paling banyak jajan dengan kejadian overweight. Hasil yang
mengalmi overweight adalah laki-laki (60,7%), berbeda ditunjukkan oleh adanya hubungan yang
sedangkan perempuan sebesar 39,3%. Penelitian di signifikan antara uang saku dengan kejadian
SMA Katolik Cendrawasih menyatakan hal overweight di SD Yogyakarta. Hasil senada juga
serupa, yaitu siswa laki-laki lebih banyak ditunjukkan oleh Een (2011), yang menjelaskan
mengalami overweight daripada siswa perempuan. terdapat hubungan yang bermakna antara uang
Pernyataan serupa ditunjukkan oleh West dan jajan anak dengan terjadinya overweight (p value =
Delia pada tahun 2008, overweight dan obesitas 0,022). Pernyataan serupa dikemukan oleh
lebih tinggi pada anak laki-laki daripada Syamsinar, dkk (2016), yang menjelaskan
perempuan. Orang tua dari anak laki-laki tidak terdapatnya hubungan signifikan antara uang jajan
terlalu memperhatikan berat badan anaknya dengan overweight obesitas pada siswa di SMA
daripada orang tua dari anak perempuan. Orang Negeri 4 Kendari. Penelitian Susanti (2010), juga
tua laki-laki mempunyai kecendurangan dua kali mendukung adanya hubungan yang signifikan
lebih besar mengabaikan berat badan anaknya antara jumlah uang saku, kebiasaan mengkonsumsi
dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini makanan cepat saji dengan kejadian overweight
dapat mempengaruhi perilaku orang tua dalam dan obesitas pada siswa SMA Negeri 2 Jember.
mengontrol asupan makanan anak-anak (He and Keputusan seseorang untuk mengkonsumsi
Evans, 2007). Pernyataan senada juga disebutkan suatu makanan biasanya dipengaruhi faktor
dari hasil penelitian yang dilakukan di Kanada. kesukaan dan besarnya uang saku. Semakin besar
Anak laki-laki di negara tersebut lebih banyak uang saku yang dimiliki anak, semakin besar
mengkonsumsi energi, karbohidrat, protein dan peluang dalam mengkonsumsi berbagai makanan
lemak daripada perempuan (Bal et al., 2005). yang disukai. Uang jajan yang diperoleh remaja di
SMA Negeri 5 Surabaya sebagian besar termasuk
Hubungan Uang Saku Responden dengan kategori tinggi, yaitu diatas Rp 35.000. Uang saku
Overweight yang besar akan mendorong siswa untuk sering
mengkonsumsi makanan-makanan modern dengan
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
pertimbangan serta harapan akan diterima di
hubungan yang bermakna antara jumlah uang saku
kalangan teman sebayanya. Remaja dengan uang
siswa dengan kejadian overweight. Hasil ini
saku yang besar juga memiliki kebebasan untuk
senada dengan penelitian Mulyasari (2007),
memilih sendiri makanannya, membeli apapun
mengenai hubungan besar uang saku dengan status
yang disukainya dengan tidak menghiraukan
gizi siswa menunjukkan tidak terdapat hubungan
apakah makanan tersebut bergizi seimbang atau
antara besar uang saku dengan status gizi siswa.
tidak. Pemilihan makanan yang salah pada
Semakin besar jumlah uang saku responden tidak
akhirnya dapat berpengaruh pada status gizi
berhubungan signifikan dengan frekuensi
mereka (Gibney, 2009).
konsumsi makanan. Lalu, tingginya frekuensi
konsumsi responden juga tidak berhubungan Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan
signifikan dengan status gizi responden. Hasil Overweight
penelitian yang sejalan juga dilakukan oleh Wenti
(2014). Hasil uji mann whitney menunjukkan Hasil analisis hubungan pendidikan ayah
bahwa tidak terdapat perbedaan antara uang saku dengan kejadian overweight menjelaskan tidak
dengan remaja overweight dan non overweight (p terdapatnya hubungan signifikan antara tingkat
value = 0,548). Hasil senada juga didapatkan dari pendidikan ayah dengan overweight. Hasil senada
penelitian Hastuti (2008), yang menjelaskan besar ditunjukkan oleh tidak terdapat hubungan yang
uang saku bukan faktor resiko terjadinya signifikan antara pendidikan ibu dengan
overweight. Penyataan serupa oleh Syarifatun overweight. Beberapa penelitian lain menujukkan
(2012), yang mengemukakan bahwa tidak terdapat hasil yang sama. Penelitian Cahyo dan Faridha
hubungan yang signifikan antara jumlah uang saku (2011), di sekolah Bojonegoro menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
305 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

pendidikan orang tua dengan status gizi responden. bekerja. Hasil sejalan ditunjukkan penelitian
Hasil sejalan juga dikemukakan oleh Cici Octari Simatupang (2008), mengenai hubungan pekerjaan
dkk (2004), yang menunjukkan hubungan tidak ayah dengan kejadian obesitas. Hasil uji statistik
bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan menunjukkan nilai p value = 0,313 atau dapat
obesitas pada anak. Hasil uji statistik terhadap disimpulkan tidak adanya pengaruh signifikan
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian antara pekerjaan ayah dengan obesitas. Hasil
obesitas didapatkan hubungan yang tidak senada didapatkan sebagian besar ibu kelompok
bermakna dengan p value = 1,00 (p > 0,05). pekerja (66,7%) memiliki anak dengan overweight.
Penelitian serupa ditunjukkan oleh Wenti (2014), Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor
yang mengemukakan tidak ada hubungan yang penunjang yang membuat ibu kelompok pekerja
signifikan pendidikan orang tua dengan overweight memiliki anak overweight, yaitu faktor pendapatan
di SMK Batik 1 Surakarta. Penelitian Maria keluarga. Pendapatan keluarga akan
(2012), juga mendukung tidak terapat hubungan mempengaruhi daya beli dalam memenuhi
yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kebutuhan gizi anak. Keluarga dengan pendapatan
overweight. Hasil analisis ini juga senada dengan yang tinggi memungkinkan akan baik bahkan
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Wellis berlebihan dalam memenuhi kebutuhan makanan
(2003) dan Mariani (2003), juga membuktikan (Putri dan Kusbaryanto, 2012).
bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna Sementara itu, hasil berbeda ditunjukkan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan penelitian Simatupang (2008), mengenai hubungan
kejadian overweight. Hasil analisis oleh pekerjaan ibu dengan kejadian obesitas. Hasil uji
Simatupang (2008), menjelaskan tidak terdapat statistik menunjukkan nilai p value = 0,211 (p >
hubungan signifikan antara tingkat pendidikan ibu 0,05) atau dapat disimpulkan tidak adanya
dengan obesitas pada anak. pengaruh yang signfisikan antara pekerjaan ibu
Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian dengan obesitas obesitas.
Simatupang (2008) dan Haryanto (2012), yang
menjelaskan bahwa terdapatnya hubungan Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan
signifikan antara pendidikan ayah dengan obesitas Overweight
anak. Hasil yang berbeda ini dapat dipengaruhi
oleh metode pengklasifikasian tingkat pendidikan Hasil analisis hubungan pendapatan orang tua
yang digunakan pada penelitian ini berbeda menunjukkan bahwa pendapatan orang tua tidak
dengan penelitian yang dilakukan Simatupang. berhubungan secara bermakna dengan overweight
Selain itu, perbedaan sosial budaya masyarakat pada siswa/siswi SMA Negeri 5 Surabaya. Hasil
akan mempengaruhi juga peran ayah dalam analisis ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
keluarga pada lokasi penelitian dapat juga Muktiharti dkk (2010), bahwa terdapat hubungan
mempengaruhi hasil yang didapat (Simatupang, yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga
2008). Hasil penelitian berbeda pada tingkat dengan kejadian overweight pada remaja.
pendidikan ibu juga dilakukan oleh Haryanto Hasil penelitian ini juga senada dengan
(2012). Penelitian Haryanto (2012), menjelaskan penelitian Perengkuan (2013), yang menyatakan
terdapatnya hubungan signifikan antara tingkat 55,9% keluarga dengan pendapatan tinggi
pendidikan ibu dengan obesitas anak. Hal ini memiliki anak yang obesitas dan hanya 25%
diduga adanya pengaruh dari tempat tinggal dan keluarga dari tingkat pendapatan rendah memiliki
sosial budaya di lingkungan tempat tinggal yang anak yang obesitas. Pendapatan orang tua yang
juga berpengaruh pada pengetahuan dan pola asuh tinggi memiliki resiko sebesar 3 kali menjadi
ibu (Haryanto, 2012). obesitas dibandingkan anak yang memiliki
keluarga dengan pendapatan rendah. Analisis
Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan hubungan pendapatan orang tua dengan
Overweight overweight juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Hadi dkk (2005), yang menunjukkan
Hasil analisis hubungan pekerjaan ayah dengan bahwa tingkat pendapatan orang tua berkaitan
kejadian overweight menunjukkan hubungan yang dengan kemampuan orang tua untuk mencukupi
tidak bermakna, sedangkan pada hubungan kebutuhan, pemilihan jenis dan jumlah makanan,
pekerjaan ibu dengan kejadian overweight serta berpengaruh terhadap gaya hidup keluarga
menunjukkan hubungan yang bermakna. Ibu yang yang juga berdampak pada anak. Pendapatan
memiliki pekerjaan beresiko 0,4 kali untuk keluarga yang tinggi juga dapat mengarah pada
terjadinya overweight daripada ibu yang tidak pemilihan bahan makanan yang lebih enak, siap
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 30

santap, cepat, dan lebih banyak mengandung mempunyai rasio prevalensi 3 untuk berat badan
lemak, minyak dan bahan lainnya yang dapat lebih (overweight).
menyebabkan obesitas. Hasil analisis yang berbeda dilakukan oleh Cici
Hasil berbeda ditunjukkan penelitian Praptining dkk (2014), menunjukkan bahwa terdapat
(2007), mengenai hubungan pendapatan keluarga hubungan yang tidak bermakna antara pola makan
dengan kejadian obesitas pada siswa di Magelang. anak dengan kejadian obesitas (p value = 0,245).
Analisis menggunakan uji Fisher didapatakan p Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola
value = 1,00 yang berarti tidak ada hubungan yang makan anak tidak memiliki pengaruh terhadap
signifikan antara tingkat pendapatan keluarga kejadian obesitas pada anak. Perbedaan ini dapat
dengan kejadian obesitas pada siswa di Magelang. terjadi karena sangat banyaknya faktor resiko
Hasil yang berbeda juga ditunjukkan penelitian terjadinya overweight dan obesitas. Hal-hal
Cici Octari dkk (2014), yang menunjukkan uji tersebut juga dipengaruhi oleh sosial dan budaya
statistik terhadap hubungan tingkat pendapatan suatu daerah yang berpengaruh dengan gaya hidup
orang tua dengan obesitas pada anak menghasilkan masyarakat (Andriadus, 2011). Penelitian yang
kesimpulan hubungan tidak bermakna dengan p dilakukan Kurnia dkk (2016), menjelaskan tidak
value = 0,396 (p > 0,05). Pernyataan serupa terdapat hubungan signifikan antara pola makan
dikemukaan oleh Wenti (2014), bahwa tidak dengan stats gizi pada anak (p value = 0,63).
terdapat perbedaan pendapatan orang tua/keluarga Penelitian yang dilakukan Rizka dkk (2014),
antara remaja overweight dan non overweight. menjelaskan tidak terdapat hubungan signifikan
Pernyataan Oktaviani dkk (2012), juga mendukung antara pola makan dengan obesitas.
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendapatan orang tua dengan overweight. Hubungan Aktivitas Fisik Responden dengan
Overweight
Hubungan Pola Makan Responden dengan
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan
Overweight
bahwa terdapat hubungan signifikan antara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada aktivitas fisik dengan overweight pada siswa di
hubungan antara pola makan dengan kejadian SMA Negeri 5 Surabaya. Responden dengan
overweight pada siswa SMA Negeri 5 Surabaya. aktivitas fisik ringan beresiko 0,4 kali mengalami
Selain itu, responden dengan pola makan berlebih overweight. Hasil ini sejalan dengan penelitian
mempunyai kecendurangan 2,6 kali lebih besar Luh (2012), yang mengemukakan adanya
terjadinya overweight daripada responden dengan hubungan bermakna dengan overweight. Hasil
pola makan cukup dan kurang. penelitian ini juga sesuai dengan penelitian tentang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian aktivitas fisik dan gaya hidup sedentari pada
yang dilakukan Syamsinar dkk (2016), yang remaja overweight di SMA Negeri Yogyakarta
berpendapat bahwa pola makan memiliki dengan nilai p value < 0,001 atau terdapat
hubungan yang signifikan dengan kejadian hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan
overweight pada siswa di SMA Negeri 4 gaya hidup sedentary dengan overweight (Septi,
Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2016).
(2013), mengenai hubungan pola makan dengan Penelitian Nuraliyah (2013), pada
kejadian overweight pada mahasiswi STIKES mahasiswa di Universitas Hasanudin Makasar
Medistra menunjukkan hasil p = 0,001 yang berarti menunjukkan hasil yang senada bahwa terdapat
pola makan memiliki hubungan yang bermakna perbedaan yang bermakna antara aktivitas fisik
dengan kejadian overweight. Frekuensi makan pada hari kuliah dan hari libur penderita
adalah jumlah makan dalam sehari, hasil peneitian overweight dengan nilai p value = 0,014 dan 0,015.
diperoleh prevalensi frekuensi makan lebih dari 3 Hasil analisis yang senada mengenai aktivitas fisik
kali sehari lebih besar dibanding dengan prevalensi ringan sebagai faktor resiko terjadinya obesitas
makan 2 kali sehari. Hal ini dapat mempengaruhi pada remaja di SMP Negeri 1 Manado
jumlah asupan makanan yang masuk ke dalam menunjukkan bahwa siswa yang obes memiliki
tubuh sehigga menyebabkan penimbunan lemak aktivitas fisik ringan dengan rata-rata total METs
dan meningkatkan resiko terjadinya obesitas. 577,56 MET/minggu dan siswa yang tidak obes
Pernyataan serupa ditunjukkan oleh Andriadus sebagian besar melakukan aktivitas fisik sedang
(2011), yang menyatakan terdapat hubungan dengan rata-rata total METs 785,62 MET/minggu.
bermakna antara pola makan dengan overweight. Hal ini menunjukkan faktor resiko terhadap
Anak yang mempunyai pola makan berlebih kejadian obesitas dimana remaja dengan aktivitas
307 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

fisik ringan berpeluang 6,591 kali lebih beresiko peningkatan IMT anak. Beberapa penelitian terkait
menjadi obesitas dibandingkan dengan remaaja aktivitas sedentari dengan overweight
dengan aktivitas fisik sedang dan berat. Hasil yang menghasilkan hasil tidak terdapat hubungan di
sejalan juga didukung oleh Hadi, dkk (2005), yang antara keduanya. Hal tersebut dapat terjadi karena
mendapatkan aktivitas fisik memiliki hubungan waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
yang bermakna dengan terjadinya overweight. sedentari lebih rendah dibandingkan dengan waktu
Penelitian Andriadus (2011), juga didapatkan melakukan aktivitas fisik. Menurut Meenu dan
hubungan antara aktivitas fisik dengan overweight Madhu (2005), menyatakan bahwa akibat
pada remaja SMA Negeri 4 Semarang. Selain itu, menonton televisi atau bermain video game lebih
remaja yang beraktivitas fisik ringan mempunyai dari 1 (satu) jam setiap hari beresiko besar
rasio prevalensi 4 kali untuk mengalami terhadap obesitas pada anak dan remaja.
overweight. Hasil penelitian ini berbeda dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang penelitian yang dilakukan oleh Septi (2016), di
sejalan dengan teori dan hipotesis yang SMA Negeri Yogyakarta bahwa terdapat
berpendapat bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan antara gaya hidup sedentari dengan
hubungan yang bermakna dengan gizi lebih kejadian overweight (p value < 0,001). Penelitian
(overweight). Selain itu, responden yang setiap yang dilakukan oleh Shehu dkk juga menghasilkan
harinya melakukan aktivitas fisik ringan memiliki haisl analisis senada, yaitu penggunaan mobil, air
peluang dan resiko 3 kali lebih besar untuk conditioner (di dalam mobil, sekolah dan rumah)
mengalami overweight dibanding dengan yang secara substantional meningkatkan gaya hidup
aktivitasnya baik dan berat. Hubungan antara sedentari dan penurunan aktivitas fisik yang
aktivitas fisik dengan kejadian overweight menyebabkan gaya hidup sedentari sehingga
berkaitan dengan ketidakseimbangan pengeluaran mengakibatkan obesitas. Penelitian yang dilakukan
energi yang masuk dan keluar. Sisa energi di oleh Stettler et al., (2002), juga menunjukkan hasil
dalam tubuh akibat rendahnya aktivitas fisik yang berbeda. Stettler menyatakan bahwa perilaku
seseorang akan berubah menjadi lemak tubuh yang sedentari remaja adalah salah satu faktor resiko
kemudian berhubungan dengan overweight yang signifikan menyebakan remaja mengalami
(Atkinson, 2005). penyakit degeneratif, diabetes mellitus, obesitas
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh dan gangguang keseharian (sulit tidur, pusing dan
Meiriyani, dkk (2013), yang menjelaskan tidak penuaan semakin cepat). Gaya hidup yang kurang
ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik bergerak dan aktivitas fisik ringan menjadikan
dengan obesitas di Puskesmas Wawonasa Manado penumpukan lemak dalam tubuh dan tidak
(p = 0,551). Penelitian Vandewater, dkk (2005), dikeluarkan sebagai energi. Jika kondisi ini
mendapatkan hasil serupa dimana tidak terdapat dipertahankan lebih lama, dapat menyebabkan
hubungan antara status berat badan anak dengan penumpukan di daerah abdominal yang dapat
aktivitas fisik berat ataupun ringan. Hasil berbeda mengganggu metabolisme tubuh. Hasil yang
juga dilakukan oleh Fiona, dkk (2013), yang berbeda juga diungkapkan Andersen., dkk (2005),
memberikan hasil tidak terdapat perbedaan yang menemukan hubungan positif antara perilaku
proporsi kejadian overweight antara anak dengan sedentari dengan overweight pada anak sekolah di
aktivitas fisik tinggi dan rendah. Tidak terdapatnya Norwegia. Hasil analisis lain terhadap anak usia 7-
hubungan anatara aktvitas fisik dengan overweight 18 tahun di Sao Paulo, Brasil menyebutkan bahwa
terjadi akibat sebagian besar anak-anak tidak terdapat hubungan antara gaya hidup sedentari
memenuhi standar kecukupan aktivitas fisik. dengan obesitas. Selain itu, anak usia 7-18 tahun
Banyak anak-anak yang tidak mengikuti kegiatan dengan perilaku sedentari selama 1-2 jam dan > 2
olahraga sepulang sekolah karena lebih dari 60% jam berpeluang 1,64 kali dan 1,94 kali mengalami
orang tua menyatakan bermain/beraktivitas diluar obesitas.
rumah tidak aman untuk anak (Tovar., dkk, 2012).
REFERENSI
Hubungan Aktivitas Sedentari Responden
dengan Overweight Adityawarman. 2007. Hubungan Aktivitas Fisik
dengan Komposisi Tubuh pada Remaja
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Studi di SMP Domenico Savio Semarang).
yang dilakukan Laurson, dkk (2008), menunjukkan Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran
bahwa lama waktu menonton televisi dan bermain Universitas Diponegoro, Semarang.
video game tidak berhubungan dengan
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 30

Al-Dossary, S.S., Sarkis, P.E., Hassan, A., Regal, Cici, O., Nur, I. L., Edison. 2014. Hubungan
E.E., Fouda, A.E. 2010. Obesity in Saudi Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup
children: a dangerous reality. Eastern dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD
Mediterranean Health Journal, 16, 9, 1003- Negeri 08 Alang Lawas Padang. Jurnal
1008. Kesehatan Andalas. 2014 Vol. 3 No. 2.
Andersen, N., Lillegaard I. T, Overby, N., Lytle, http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/art
L., Klepp, K. I., Johansson, L. 2005. icle/view/50/45 [Sitasi 4 Juli 2017].
Overweight and Obesity Among Norwegian Damayanti, R. 2005. Obesitas pada Anak dan
Schoolchildren: Changes from 1993 to permasalahannya. From
2000. Scandivandinavian Journal of Public http://www/mayoclinic.com/healthy/childho
Health. 8:130(1-13). od-obesity/DS00698 [sitasi Desember
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1582 2016].
3970 [sitasi 4 Maret 2017]. Dave, J.M., An, L.C., Jeffery, R.W., Ahluwalia,
Andriardus, M. 2011. Hubungan Antara Pola J.S. 2009. Relationship Of Attitudes Toward
Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Fast Food And Frequency Of Fast-Food
Berat Badan Lebih Pada Remaja di Sekolah Intake in Adults. Silver Spring Md 17, 1164-
Menengah Atas 4 Semarang. Skripsi. 1170. Doi: 10.1038/oby.2009.26.
Fakultas Kedokteran Universitas Depkes RI. 2009. Obesitas dan Kurang Aktivitas
Diponegoro. Semarang. Fisik Menyumbang 30% Kanker, Pusat
Aryati, A., Rahayu I., Yustini. 2011. Hubungan Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral
Konsumsi Fast Food dengan kejadian Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Overweight pada Remaja di SMA Katolik Een, H. 2011. Hubungan Pengetahuan Gizi, Uang
Cendrawasih Makassar. E-Journal Jajan dan Pendapatan Orang Tua dengan
Universitas Hasanudin Makasar. Kejadian Overweight pada Siswa Kelas 4
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl dan 5 SDN 001 Sukajadi Pekanbaru Tahun
e/123456789/10739/A.%20ARYATI%20A 2011. Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1
NUGRAH%20K11110103.pdf?sequence=1 No 1 Juli 2017 EISSN: 2579-8723.
[Sitasi 12 April 2017]. Hangtuah Pekanbaru.
Atkinson, RL. 2005. Etiologies of Obesity. Di Fiona, S., Arifah, P. 2013. Penggunaan Gadget,
dalam: The Management of Eating Aktivitas Fisik, Asupan dan Kaitannya
Disorders and Obesity, 2ndEd. D.J dengan Overweight pada Siswa Marsudirini
Goldstein, editor. Totowa: Humana Press. Matraman, Jakarta Timur Tahun 2013.
Inc. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Ball, G.D.C., J.D. Marshall., L.J. Mccargar. 2005. Fogelholm, M. 2003. Obesitas Bukan Lagi Urusan
Physical activity, aerobic fitness, self- Pribadi. http://indomedia.com [sitasi 20
perception, and dietary intake in at risk of Februari 2017].
overweight and normal weight children. Gestile, D. 2011. The Multiple Dimension of
Canadian Journal Of Dietetic Practice and Video Game Effect. Child Development
Research, 66, 3, 162-169. Perspective, Volume 5, Number 2, 2011,
Barasi ME. 2007. At a Glance ilmu gizi. Jakarta: 75-8.
Erlangga. http://www.charleston.k12.il.us/cms/Teache
Cahyo, D., Nurhayati, F. 2011. Hubungan Antara rs/TeamRed/LangArts/Mod3VGV.PDF
Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan [Sitasi 8 Desember 2016].
Status Gizi Siswa (Studi pada Siswa SDN Gibney, M.J., Margets., J.M. Kearney., L. Arab.
Campurejo I Bojonegoro). Bojonegoro: E- 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit
journal UNESA. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal- Gouw, D., Klepp, K. I., Vignerova, J., Lien, N.,
pendidikan-jasmani/issue/archive [Sitasi 4 Steenhuis, I. H., Wind, M. 2010.
Juli 2017]. Associations Between Diet and (in) Activity
Chrissia, I. 2010. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Behaviours with Overweight and Obesity
Dengan Status Gizi Pelajar SMP Frater Don Among 10-18-Year-Old Czech Republic
Bosco Manado. Skripsi. Manado: Fakultas adolescents. Public Health
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Nutr.13(10A):1701-7.
Ratulangi. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2088
3569 [Sitasi 9 Desember 2016].
309 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 298-310

Hadi, SM., Sulityowati, E., Mifbakhuddin. 2005. Luh, A. 2012. Aktivitas Fisik, Asupan Energi, dan
Hubungan pendapatan perkapita, Asupan Lemak Hubungannya dengan Gizi
pengetahuan gizi ibu dan aktivitas fisik Lebih pada Siswa SD Negeri Pondokcina 1
dengan obesitas anak kelas 4 dan 5 di SD Depok Tahun 2012. Skripsi. Depok:
Hj. Isriati Baiturrahman kota Semarang. Universitas Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Mariani. 2003. Pengaruh Pola Konsumsi Makanan
2005; 2(1):7-12. Modern terhadap Kejadian Obesitas pada
Haryanto, I. 2012. Faktor faktor yang Remaja SLTP Kesatrian Kota Bogor.
berhubungan dengan obesitas (Z-Score>2 Provinsi Jawa Barat. Tesis. Depok: Fakultas
IMT menurut umur) pada anak usia sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas
dasar (7-12 tahun) di Jawa tahun 2010 Indonesia.
(Analisis data RISKESDAS 2010). Tesis. Meenu, S., Madhu, S. 2005. Risk Factors for
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Obesity in Children. Department of
Universitas Indonesia. Pediatrics, Advanced Pediatric Center,
Hastuti, D.T. 2008. Faktor Risiko Frekuensi Postgraduate Institute of Medical Education
Konsumsi Fast Food Terhadap Kejadian and Research, Chandigarh, India.
Kegemukan (Overweight) Pada Remaja Di Novitasary, M D., Mayulu, N., Shirley, E.S
SMA Batik 1 Surakarta. Skripsi. Surakarta: Kawengian. 2013. Hubungan Antara
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aktivitas Fisik Dengan Obesitas pada
Muhammmadiyah Surakarta. Wanita Usia Subur Peserta Jamkesmas di
He, M., Evans. 2007. Prevalence of overweight Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil
and obesity in school aged children. Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume
Canadian Journal of Dietetic Practice and 1, Nomor 2, Juli 2013.
Research, 67, 3, 125. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebio
Hu, F.B., Malik, V.S. 2010. Sugar-sweetened medik/article/2799.
Beverages and Risk of Obesity and Type 2 Muktiharti, S., Purwanto., Purnomo, I., Saleh, R.
Diabetes: Epidemiologic Evidence. 2010. Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada
Physiology & Behavior 100(1): 47–54. Remaja SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3
doi:10.1016/j.physbeh.2010.01.036. di Kota Pekalongan Tahun 2010. Jurnal
Ivana, S., Endang, W.G., Windhu, P. 2012. Unikal Vol 3, No. 1. 2011 Fakultas Ilmu
Hubungan Antara tingkat Overweight- Kesehatan, Program Studi Kesehatan
Obesitas Dan Gejala Depresi Pada Remaja Masyarakat, Universitas Pekalongan.
SMA Swasta di Surabaya. e-journal unair. Program Studi DIII Keperawatan.
http://journal.unair.ac.id/download- Mulyasari, I. 2007. Hubungan Besar Uang Saku
fullpapers-OVERWEIGHT- OBESITAS dan Frekuensi Konsumsi Western Fast Food
%20DAN%20GEJALA%20DE Dengan Status Gizi Siswa di kelas X.13
PRESI_Ivana.pd [Sitasi 15 Juli 2017]. SMAN 3 Kota Semarang. Skripsi.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Semarang: UNDIP.
Dasar. Jakarta. Badan Penelitian dan Nuraliyah., Syam, A., Hendrayati. 2014. Aktivitas
Pengembangan Kesehatan. Fisik dan Durasi Tidur Pada Penderita
Kurnia N., Effatul, A., Dewi, A. 2016. Kebiasaan Overweight an Obesitas Mahasiswa
jajan dan pola makan serta hubungannya Universitas Hasanudin. Jurnal Ilmu Gizi
dengan status gizi anak usia sekolah di SD Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sonosewu Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi Universitas Hasanudin.
dan Dietetik Indonesia Vol. 4, No. 2, Mei Parengkuan, R. 2014. Hubungan Pendapatan
2016:97-104. Keluarga dengan Kejadian Obesitas pada
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJN Anak Sekolah Dasar dikota Manado.
D/article/download/334/305 [Sitasi 5 Juli Skripsi. Manado: Universitas Sam
2017]. Ratulangi.
Larson, N., Eisenberg, M.E., J.M., Arcan, C., Praptining, S. 2007. Hubungan Antara Tingkat
Neumarka-Sztainer, D. 2015. Ethnic/Racial Pendapatan Keluarga dan Tingkat
Dispoarities In Adolescents Home Food Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian
Environments And Linkages To Dietary Obesitas Anak pada Siswa SD Islam
Intake And Weight Status. Eat. Behav. 0, 43- Terpadu Ihsanul Fikri Magelang Tahun
46. Doi:10.1016/j.eatbeh.2015.10.010.
Wismoyo Nugraha Putra, Hubungan Pola Makan, 31

Ajaran 2006/2007. Skripsi, Semarang: Siregar, R. 2013. Hubungan Pola Makan dengan
Universitas Negeri Semarang. Kejadian Overweight Pada Mahasiswa di
Oktaviani, W. 2012. Hubungan Kebiasaan STIKES Medistra Indonesia 2013. Skripsi.
Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Bekasi: Stikes Medistra.
Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Stettler, N., Zemel, B.S., Kumanyika, S., Stallings,
Tua dengan Indeks Massa Tubuh (Studi V.A. 2002 Infant Weight Gain and
Kasus Pada Siswa Sma Negeri 9 Semarang Childhood Overweight Status in a
Tahun 2012). Tesis. Semarang: Universitas Multicenter, Cohort Study. Journal of The
Diponegoro. American Academy of Pediatrics.
Proverawati. 2010. Obesitas dan Gangguan 2002;109:109-94.
Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1182
Nuha Medika. 6195 [Sitasi 2 Maret 2017).
Putri, D. F. T. P., Kusbaryanto. Perbedaan Syarifatun. 2013. Faktor Resiko yang
Hubungan antara Ibu Bekerja dan Ibu Berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih
Rumah Tangga terhadap Tumbuh Kembang pada Remaha di Perkotaan. Jurnal UJPH
Anak Usia 2-5 Tahun. Mutiara Med. 12, vol. 2 No. 1, 2013.
143–149 September 2012. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
Rosyidah, Z. 2015. Hubungan antara Jumlah Uang Syarif. 2006. Obesitas pada anak dan
Saku, Kebiasaan Sarapan, dan Pola permasalahannya. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Kedokteran Universitas Indonesia.
Gizi Lebih Anak Sekolah Kecamatan Syamsinar, W. 2016. Faktor yang Berhubungan
Tambaksari Surabaya). Skripsi.Surabaya: dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di
Universitas Airlangga. SMA Negeri 4 Kendari Tahun 2016.
Riskesdas. 2010. Laporan Nasional Riset Skripsi. Universitas Haluoleo.
Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta : Tovar, A., Chui, K., Hyatt, R., Kuder, J., Kraak,
Litbangkes Departemen Kesehatan. V., Choumenkovitch, S., et al. 2012.
Rizka, R. A., Rahayu, I., Yustini. 2014. Hubungan Healthy-Lifestyle Behaviors Associated
Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada with OverweightI and Obesity in US Rural
Remaja di Sma Katolik Cendrawasih. E- Children. BMC Pediatrics 12:102.
Journal Universitas Hasanudin. Vandewater, E., Shim, MS., Caplovitz, AG. 2004.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456 Linking Obesity and Activity Level with
789/10878. Makassar: Universitas Children’s Television and Video Game Use.
Hasanuddin. Journal of Adolesnce, 27, 71-85.
Rukmini. 2009. 4 Februari Hari Kanker Sedunia: Wargahadibrata. 2009. A. Firmansyah. Penyakit
Krisis Kanker Global Dilawan Gizi Penyerta Obesitas dalam Obesitas
Seimbang.http://www.kr.co.id/web/detail.ph Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta :
p?sid [Sitasi 4 Mei 2017]. Sagung Seto.
Septi, V. 2016. Hubungan Aktivitas Fisik dan Wellis, W. 2003. Analisis Faktor yang
Gaya Hidup Sedentari dengan Overweight Berhubungan dengan Gizi Lebih pada Siswa
dan Obesitas pada Remaja di SMA Negeri SLTP Kesatyan dan SLTP Bina Insani di
Kota Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Kota Bogor. Tesis. Depok: Fakultas
Universitas Gadjah Mada. Kesehatan Masyarakat Universitas
Simatupang, R M. 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Indonesia.
Aktivitas Fisik dan Keturunan Terhadap West, D. 2008. Parental Recognition of
Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Overweight in School-age Children. Article,
Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Nature Publishing Group.
Kota Medan. Tesis. Medan: Fakultas http://www.nature.com/doifinder/10.1038/o
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera by.2007.108 [Sitasi 12 Juli 2017].
Utara. World Health Organization. 2013. Obesity and
overweight. WHO technical report series.
Geneva: WHO.

You might also like