You are on page 1of 9

AKHLAK TASAWUF

KONSEP TENTANG WAHDAT AL-WUJUD

Dosen Pengampu : Asmiraty, S. Pd. I, M. Pd. I.

Disusun Oleh:

1. Satriyani Fauzi (21131010)


2. Amaria Sain (21131008)
3. Zulkifli Saleh (21131009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

TERNATE 2023
KATA PENGANTAR

”Assalamualaikum Warrahmatullahi wabarakatuh”

Segala puji bagi Allah SWT yang naungan rahmat-Nya lebih luas dibanding
dunia dan seisinya. Berkat limpahan rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Tentang Wahdat Al-Wujud”. Selawat serta
salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi akhir zaman
Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta seluruh umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Asmiraty, S. Pd.I, M.Pd. I. yang
telah membimbing kami dalam mata kuliah akhlak tasawuf sehingga kami mampu
mengerjakan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan kekurangan dalam
makalah ini,maka besar kiranya harapan kami untuk mendapat kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap bahwa
makalah ini dapat menambah wawasan serta, dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak,dan juga bagi diri kami sendiri.

Ternate, 12 Mei 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Pengertian Wahdat Al-Wujud............................................................................5
B. Tokoh Yang Mengembangkan Wahdat Al-Wujud............................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan wahdat al-wujud (kesatuan wujud) berisi keyakinan bahwa
manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Konsep yang satu (al-wahid) dan yang
banyak (al-katsir), kaum sufi memulainya dari konsep wahdat al-wujud (kesatuan
wujud), dasar filosofi dalam memahami Tuhan dalam hubungan-Nya dengan
alam. Tuhan tidak bisa dipahami kecuali dengan memadukan dua sifat yang
berlawanan padanya. Bahwa wujud hakiki hanyalah satu yakni Tuhan yang al-
Haq. Meski wujud-Nya hanya satu, Tuhan menampakkan atau memanifestasikan
Diri-Nya pada alam dalam banyak bentuk yang tidak terbatas.
Wahdat al-wujud merupakan sesuatu yang zatnya tidak dapat dibagi-bagi
pada bagian yang lebih kecil. Wahda tal-wujud selanjutnya membawa kepada
timbulnya paham antara makhluk (manusia) dan al-Haq (Tuhan). Wahdat al-
wujud merupakan salah satu kajian tasawuf yang bertujuan untuk mendekatkan
diri dari seorang hamba kepada Allah. Wahda tal-wujud pengakuan bahwa hanya
ada zat tunggal saja dan tidak ada yang mewujud selain itu.
Wahdat al-wujud adalah istilah kontroversial diantara kaum muslimin. Bagi
sebagian mereka wahdat al-wujud pada khususnya dan tasawuf pada umumnya,
adalah bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yang murni. Yang menolak wahdat
al-wujud dan menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya bagi umat Islam,
khususnya mereka yang awam, seraya menerima tasawuf sebagai sesuatu yang
berbahaya. Tapi bagi yang menerima wahdat al-wujud adalah kulminasi dari
pengalaman mistik dalam Islam yang dalam beberapa hadis Nabi Muhammad
disebut al-insan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wahdat al-wujud?
2. Siapakah tokoh yang mengembangkan wahdat al-wujud?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian wahdat al-wujud.
2. Untuk mengetahui tokoh yang mengembangkan wahdat al-wujud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wahdat Al-Wujud
Secara etimologi, kata wahdat al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari
dua kata yakni wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya tunggal atau kesatuan,
sedangkan wujud artinya ada, keberadaan atau eksistensi.1 Secara terminologi
wahdat al-wujud berarti kesatuan eksistensi. Tema sentral pembicaraan wahdat al-
wujud adalah mengenai bersatunya Tuhan dengan alam atau dengan kata lain
Tuhan meliputi alam.2 Dalam pengertian tasawuf wahdat al-wujud berarti bahwa
segala sesuatu apapun itu yang ada diseluruh alam ini adalah manifestasi dari
sifat-sifat Allah. Allah menunjukkan eksistensi-Nya lewat wujud ciptaan-Nya.
Konsep wahdat al-wujud didasari oleh upaya untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan yang kemudian “menyatu serta melebur” bersama maujud Tuhan.
1
Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedia Tasawuf; III, (Bandung: Angkasa, 2008), cet I, h.
1437.
2
Ibid
Paham wahdat al-wujud mengubah sifat nasut yang ada dalam Hulul
menjadi Khalaq (makhluk) dan sifat lahut menjadi Haq (Tuhan). Keduanya
(Khalaq dan Haq) adalah dua aspek bagian sesuatu. Aspek yang sebelah luar
disebut Khalaq dan aspek yang di sebelah dalam disebut Haq. Kat-kata Khalaq
dan Haq ini merupakan padanan kata al-a’rad (aksiden) dan al-jauhar (subtansi)
dan al-zahir (lahir,luar, tampak) dan bathin (dalam, tidak tampak). Selanjutnya
paham ini juga mengambil pendirian bahwa kedua aspek tersebut yang
sebenarnya ada dan yang terpenting adalah aspek batin atau al-haqq yang
merupakan hakikat atau substansi. Sedangkan aspek al-khalaq, luar dan yang
tampak merupakan bayangan yang ada karena adanya aspek yang pertama (al-
haq).3

Paham ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham bahwa antara


makhluk dan Tuhan sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang
sebenarnya ada adalah wujud Tuhan, sedangkan wujud makhluk hanya bayangan
atau fotocopy dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari suatu dasar pemikiran
Allah sebagai diterangkan dalam al-hulul ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya,
dan oleh karena itu dijadikan-Nya alam ini. Paham ini juga mengatakan bahwa
yang ada dialam ini kelihatannya banyak tetapi sebenarnya satu. Hal ini tak
ubahnya seperti orang melihat dirinya dalam beberapa cermin yang diletakkan
disekelilingnya. Didalam dirinya ia lihat dirinya kelihatan banyak, tetapi
sebenarnya hanya satu. Sebagaimana dalam Fushush al-Hikam dijelaskan oleh al-
Qashimi dan dikutip Harun Nasution, terlihat dalam ungkapan: “Wajah
sebenarnya satu tetapi jika engkau perbanyak cermin Ia menjadi banyak”.

B. Tokoh Yang Mengembangkan Wahdat Al-Wujud


Muhy Al-Din Ibnu Arabi
Ibnu Arabi lahir di kota Murcia, Spanyol pada tahun 1165. Ibnu Arabi
belajar di Seville, kemudian setelah selesai pindah ke Ruris. Di sana ia mengikuti
dan memperdalam aliran sufi. Negeri-negeri yang pernah ia kunjungi antara lain
Mesir, Syria, Iraq, Turki dan akhirnya menetap di Damaskus. Disana ia meninggal

3
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:CV Pustaka Setia, 1997), h. 275
dunia pada tahun 1240 M. Diantara karya beliau yang terkenal adalah buku dalam
bidang tasawuf yang berjudul “Futuhat Al-Makkah” (pengetahuan-pengetahuan
yang dibukukan di Mekkah) dengan tersusun sebanyak 12 jilid. Buku terkenal
lainnya berjudul “Futuh Al-Hikmah” (permata-permata hikmat).4
Menurut Hamka, Ibnu Arabi dapat disebut orang yang telah sampai pada
puncak wahdatul wujud. Dia telah menegakkan pahamnya dengan berdasarkan
renungan pikir, filsafat dan zauq tasawuf. Ia mengkaji ajaran tasawufnya dengan
bahasa yang agak terbelit-belit dengan tujuan untuk menghindari tuduhan, fitnah
dan ancaman dari kaum awam sebagaimana yang dialami oleh al-Hallaj. Baginya
Wujud (yang ada) itu hanya satu. Wujud makhluk adalah “Ain” wujud Khaliq.
Dalam Futuhat Al-Makkah, Ibnu Arabi berkata, “Wahai yang menjadikan segala
sesuatu pada dirinya, Engkau bagi apa yang Engkau jadikan, mengumpulkan apa
yang Engkau jadikan, barang yang tak berhenti adanya pada Engkau Maka
Engkaulah yang sempit dan lapang”.5 Ringkasannya tasawuf Ibnu Arabi yang
Bersatu dengan Tuhan bukan hanya manusia tetapi semua makhluk.
C. Konsep Manusia yang Sehat dan Sakit Menurut Paham Wahdat Al-Wujud
Konsep manusia yang sehat
Manusia adalah hamba Tuhan karena Tuhan telah terilusinasi secara
dzatiyah pada manusia sehingga manusia adalah dzat Tuhan-an, karena
kejadiannya yang demikian itu disebut insan kamil atau nuskhat Ilahi. Sedangkan
manusia lain hanya menerima pancaran tajali saja, sehingga hanya beberapa aspek
yang sama dengan Tuhan. Hingga ia sampai pada suatu keadaan yang
memungkinkannya untuk dapat melihat, mendengar dan berbicara melalui Tuhan
serta bersama Tuhan artinya ia telah diberi Tuhan suatu kemampuan yang sama
dengan nama Tuhan. Dari konsep diatas, jika dijalankan oleh manusia, maka
dapat dikatakan bahwa manusia itu telah sehat.

Konsep manusia yang sakit

Manusia yang sakit dalam pandangan ajaran tasawuf wahdatul wujud adalah
manusia yang tidak tahu tujuan Tuhan menciptakan alam dan dirinya sendiri. Kata
4
Ibid, h. 278
5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 247
Ibnu Arabi adalah agar ia bisa melihat diri-Nya sendiri dalam bentuk yang dengan
nampak jelas asma dan sifatnya. Kesadaran manusia bahwa ada wujud Tuhan
esensial di alam ini tidak menyentuh hatinya bahkan mengingkari akal sehatnya.6

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Wahdatul Wujud mempunyai pengertian yaitu bersatunya Tuhan dengan
manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci. Pengertian
sebenarnya adalah merupakan penggambaran bahwa Tuhanlah yang menciptakan
alam semesta beserta isinya. Allah adalah sang Khalik, Dialah yang telah
menciptakan manusia, Dialah Tuhan dan kita adalah bayangannya.
Dalam mencapai Wahdatul Wujud tidak dapat ditempuh dengan logika
manusia, karena untuk mencapai wahdatul wujud, seseorang harus menjadi sufi
terlebih dahulu.
Tokoh pengembang wahdat al-wujud adalah Muhyiddin Ibn Al-Arabi, yang
di dalam pahamnya mengatakan bahwa semua yang ada adalah zat tunggal, zat
tunggal tidak terpecah ke dalam bagiannya, tidaklah ada berlebih disini atau juga
tidak kekurangan disana.

6
http://rusdimoh0.wordpress.com/2013/03/28/wahdatul-wujud/ diakses pada tanggal 12
Mei 2023 WIT
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedia Tasawuf; III, (Bandung: Angkasa, 2008)


A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:CV Pustaka Setia, 1997)
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)
http://rusdimoh0.wordpress.com/2013/03/28/wahdatul-wujud/ diakses pada
tanggal 12 Mei 2023 WIT

You might also like