You are on page 1of 12

68

BAB III
METODE

A. Jenis Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 2008).
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang
mandiri, kolaborasi dan melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan
dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi
kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan
perinatal dan merujuk kasus. Maka, upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan anak salah satunya adalah melaksanakan asuhan
secara berkelanjutan atau continuity of care.
Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan
yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang
membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga
profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai
prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Evi Pratami, 2014).
Continue of care sangat penting dilakukan kepada seluruh ibu yang akan
merencanakan kehamilan, karena setiap ibu memiliki resiko kelainan maternal
dan neonatal yang sama. Jika resiko-resiko komplikasi pada ibu yang tidak
dapat ditangani dengan baik, dapat menimbulkan dampak yang sangat
berbahaya bahkan dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Dengan melakukan asuhan secara continue of care diharapkan mampu
memantau perkembangan maternal dan neonatal agar mengurangi factor
resiko yang terjadi.
69

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan


secara continue of care kepada Ny. M G3P2A0 hamil 36 minggu 2 hari dengan
anemia ringan, gangguan psikologis dan beberapa ketidaknyamanan trismester
III yaitu konstipasi dan nyeri punggung. Dimana tujuan asuhan berkelanjutan
ini untuk mengurangi dan atau mencegah factor resiko atau masalah-masalah
yang dapat terjadi.

B. Lokasi dan Waktu Pemberian Asuhan


Saat penulis telah memilih untuk menjadikan Ny. M sebagai kliennya,
penulis pertama kali bertemu dengan klien di BPM Indrawati Imron saat klien
sedang melakukan kunjungan ANC didampingi oleh suaminya. Sehingga
asuhan pertama kali dilakukan di BPM Indrawati Imron. Lokasi pemberian
asuhan terhadap Ny. M dilakukan di BPM Indrawati Imron yang berada di Jl.
Raden Saleh no.7, Bandar Lampung. Dalam melakukan kunjungan I dan III
ibu melakukan asuhan di BPM Indrawati Imron, Bandar Lampung. Sedangkan
pada kunjungan ke II dilakukan dirumah ibu.
Waktu pemberian asuhan mulai diberikan sejak kehamilan ibu pada usia
36 minggu 2 hari (Trismester III), sampai dengan persalinan, hingga 6 minggu
pasca persalinan sekaligus untuk persiapan pemakaian alat kontrasepsi yang
sesuai dengan pilihan dan kondisi keadaan ibu. Waktu pemberian asuhan pada
kunjungan pertama yaitu pada tanggal 04 Desember 2016, kunjungan kedua
pada tanggal 11 Desember 2016, dan pada kunjungan ketiga pada tanggal 17
Desember 2016. Ny. M mempunyai taksiran persalinan berdasarkan HPHT
nya yaitu pada tanggal 30 Desember 2016.

C. Teknik Menentukan Sasaran Asuhan


Pada BPM Indrawati Imron dari tanggal 1-21 November 2016 terdapat 11
ibu hamil trimester III yang rutin melakukan kunjungan ANC. Dari ke-11
pasien tersebut, terdapat 3 pasien yang mempunyai kadar Haemoglobin <11
gr% atau biasa disebut dengan anemia. Dibandingkan dengan pasien yang
lain, Selain anemia Ny. M juga mengalami gangguan psikologis dan
mengalami ketidaknyamanan fisiologi trimester III yaitu konstipasi dan nyeri
70

punggung, sedangkan dua pasien lainnya hanya mengalami kasus anemia


ringan.
Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian data dan hasil anamnesa yang
dilakukan penulis, sehingga penulis tertarik untuk mengambil pasien Ny. M
sebagai kasus untuk dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of care dari
ibu hamil trismester III dengan usia kehamilan 36 minggu 2 hari, ibu bersalin,
nifas hingga 6 minggu postpartum, serta konseling pemakaian alat kontrasepsi
(KB) di BPM Indrawati Imron di Bandar Lampung tahun 2016.
Asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. M penting dilakukan
karena kasus anemia ringan, konstipasi, nyeri punggung, serta gangguan
psikologis akan mengganggu dan berpengaruh baik pada ibu maupun janin
sehingga ibu tidak nyaman dan khawatir dalam kehamilannya ini.

D. Langkah Manejemen Kebidanan


a. Pendokumentasian Varney
Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Suatu proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
lagis untuk pengambilan suara keputusan yang berfokus pada klien
(Muslihatun, 2011).
Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal
tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Varney mengatakan seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya
perlu lebih kritis untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial.
Varney kemudian menyempurnakan manajemen proses manajemen
kebidanan menjadi tujuh langkah. Ia menambahkan langkah ke tiga agar
bidan lebih mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi pada kliennya
(Muslihatun, 2011).
71

Varney juga menambahkan satu langkah lagi, langkah keempat


dengan harapan bidan dapat menggunakan kemampuan untuk melakukan
deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan
tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk, segera bisa
dapat dilaksanakan (Muslihatun, dkk, 2011 hal 113-114).
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adala sebagai berikut:
Langkah 1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboretorium dan membandingkannya dengan hasil
studi
Pada data ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data
dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi (Muslihatun, dkk, 2011 hal 115).

Langkah 2. Interpretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
72

yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh


profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis
kebidanan tersebut adalah:
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Berikut ini daftar diagnosis kebidanan yang telah memenuhi standar


nomenklatur, nomenklatur diagnosis kebidanan:
1. Kehamilan normal
2. Partus normal
3. Syok
4. Denyut jantung janin tidak normal
5. Abortus
6. Solusio plasenta
7. Pielonefritis akut
8. Amnionitis
9. Anemia berat
10. Apendisitis
11. Atonia uteri
12. Infeksi mamae
13. Pembengkakan mamae
14. Presentasi bokong
15. Asma bronkiale
16. Presentasi dagu
17. Disproposi sefalopelvik
18. Hipertensi kronik
19. Koagulopati
20. Presentasi ganda
73

21. Sistitis
22. Preklamsia ringan/berat/eklamsia
23. Kehamilan ektopik
24. Ensefalitis
25. Epilepsy
26. Hidramnion
27. Presentasi muka
28. Persalinan semu
29. Kematian janin
30. Hemoragik antepartum
31. Hemoragik postpartum
32. Gagal jantung
33. Inersia uteri
34. Infeksi luka
35. Inversio uteri
36. Bayi besar
37. Malaria berat dengan komplikasi
38. Malaria ringan tanpa komplikasi
39. Meconium
40. Meningitis
41. Mastitis
42. Migren
43. Kehamilan mola
44. Kehamilan ganda
45. Partus macet
46. Posisi oksiput posterior
47. Posisi oksiput melintang
48. Kista ovarium
49. Abses pelvik
50. Peritonitis
51. Plasenta previa
52. Pneumonia
74

53. Hipertensi karena kehamilan


54. Ketuban pecah dini
55. Partus premature
56. Prolapses tali pusat
57. Partus fase laten lama
58. Partus kala II lama
59. Retensio plasenta
60. Sisa plasenta
61. Rupture uteri, post seksio sesaria
62. Bekas luka uteri
63. Luka episiotomy perenium
64. Presentasi bahu
65. Distosia bahu
66. Robekan serviks dan vagina
67. Tetanus
68. Letak lintang

Contoh Masalah Kebidanan:


1. Ibu kurang informasi
2. Ibu tidak pernah anc
3. Merasa nyeri pada luka episiotomy, luka pasca-seksio sesaria
4. Keluhan mulas yang mengganggu rasa nyaman
5. Merasa sakit pada payudara yang bengkak
6. Merasa takut atau cemas menghadapi persalinan
7. Merasa pusing, mual, dan muntah pada kehamilan muda
8. Merasa pusing karena hipertensi, hipotensi, atau perdarahan
9. Perut merasa berat pada kehamilan sungsang
10. Merasa nyeri pada infeksi luka

Contoh Diagnosis Potensial:


1. Anemia ringan potensial ke anemia berat
2. Perdarahan potensial ke hipotensial ke syok
75

3. Preklamsia ringan potensial ke preklamsia berat atau potensial ke eklamsia


4. Luka episiotomy, luka pasca-seksio sesaria potensial ke infeksia
5. Sisa plasenta potensial ke infeksi
6. Distosia bahu potensial ke persalinan macet
7. Letak sungsang potensial ke persalinan macet
8. Bayi besar potensial ke persalinan macet
9. Kehamilan dengan anemia ringan/berat potensial ke infeksi, berat badan
lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus.
10. BBLR potensial ke hipotermia, infeksi, asfiksia
(Muslihatun, dkk, 2011 hal 115-116).

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman (Muslihatun, dkk, 2011 hal 116-
117).

Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang


memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lainnya yang sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya asuhan primer periodik atau kunjungan antenatal
saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus,
misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan (Muslihatun, dkk, 2011
hal 117).
76

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi,
pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau data setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedomanantisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah psikologis
(Muslihatun, dkk, 2011 hal 117-118).

Langkah 6. Melaksanakan perencanaan


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan
bidan dalam manajemen asuhan gabi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut (Muslihatun,
dkk, 2011 hal 118).

Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.
77

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan


suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektis serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Muslihatun, dkk, 2011
hal 119).

b. Pendokumentasian SOAP
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(KEPMENKES RI) Nomor 369 tahun 2007, pendokumentasian yang benar
adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan
pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis
dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen
kebidanan.
Pendokumentasian atau pencatatan manajemen kebidanan dapat
ditetapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
Subjektif, O adalah data Obtektif, A adalah Analysis/Assesment dan P adalah
Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat.
Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen kebidanan (Muslihatun, dkk 2011:122-123).

S (Data Subjektif)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (Pengkajian Data), teruatama yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang
akan disusun.
Pada pasien yang bisu, dibagian data dibelakang huruf “S” diberi tanda “O”
atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara
(Muslihatun, dkk 2011:123).
78

O (Data Objektif)
Data Objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksa fisik pasien, pemeriksa laboratorium/
pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis
(Muslihatun, dkk 2011:123).

A (Assesment)
Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dari interpretasi dari
data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan,
karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk
sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan
data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang teepat.
Analisis merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut
ini: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnose/masalah
potensial. Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasikan menurut
kewenangan bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaburasi dan tindakan
merujuk klien (Muslihatun, dkk 2011:123-124).

P (Planning)
Planning adalah membuat asuhan saat ini dan yang akan dating. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan
ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai
79

criteria tujuan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Tindakan yang akan
dilaksanakan harus mampu membantu klien mencapai kemajuan dan harus sesuai
dengan hasil kolaburasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam
metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Pendokumentasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah
pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin
pasien harus banyak diikutsertakan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi
pasien berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan
tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan focus
ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi
ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga
tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasian proses evaluasi ini,
diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode
SOAP (Muslihatun, dkk 2011:124-125).

E. Persetujuan Etik
Persetujuan etik dalam pemberian asuhan kebidanan berkelanjutan kepada Ny.M.
dalam bentuk informed consent. Terlampir.

You might also like