You are on page 1of 34

33

B. PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008:39).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam, tanpa
komplikasi pada ibu maupun janin (Saifuddin, 2001:100).

2. Tanda Gejala
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki kala pendahuluan, dengan tanda-tanda sebagai berikut.
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida,terjadi penurunan fundus
uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.
b. Terjadinya his permulaan.
Pada saat hamil sering terjadi kontraksi Braxton Hicks yang bersifat
nyeri ringan berdurasi pendek yang datang tidak teratur dan tidak
bertambah bila beraktivitas serta tidak ada perubahan pada serviks.
c. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,
kadang bercampur darah (bloody show).
34

Tanda dan gejala inpartu


a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak.
c. Kadang –kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks.
(Rohani, 2011:13-14)

Tanda dan gejala inpartu termasuk:


a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
(APN, 2008:39)

3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis


a. Perubahan Fisiologis pada Persalinan
1) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata
5-10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan
turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi
kontraksi.
2) Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan nak secara perlahan yang disebabkan oleh kecemasan
serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang
meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
pernapasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
35

3) Perubahan suhu badan


Suhu badan akan meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tertinggi selama persalinan dan segera turun setelah persalinan.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 10 C.
4) Denyut jantung
Penurunan yang mencolok selama acme kontraksi uterus tidak terjadi
jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut
jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periodi persalinan.
5) Pernafasan
Pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum
persalinan yang dapat disebabkan oleh rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar.
6) Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan karena
filtrasi glomelurus serta aliran plasma ke renal.
7) Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
persalinan dan menyebabkan konstipasi.
8) Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan
kembali ke tingkat pra persalinan pada hari pertama apabila tidak
terjadi kehilangan darah selama persalinan.
9) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos
uterus dan penurunan hormon oksitosin.
10) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterusbagian atas sengan
sifat otot ysng lebih tebal dan kontraktif. Segmen Bawah Rahim
(SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishmus dengan
serviks , dengan sifat otot yang tipis dan elastis.
36

11) Perkembangan retraksi ring


Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR atau SBR, dalam
keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada
persalinan abnormal.
12) Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostum Uteri Internum
(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek
dan menjadi bagian dar SBR.
13) Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE
karena otot yang melingkat disekitar ostium meregang untuk dapat
dilewati kepala.
14) Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang yang terdiri dan sedikit
lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal dan ekstruksi lendir
yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan
darah berasal dan desidua vera yang lepas.
15) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini desebabkan oleh adanya regangan SBR
yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlibat kantong yang berisi
cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka.
16) Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan
lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yang
menyebabkan kantong ketuban pecah, diikutii dengan proses
kelahiran bayi (Sumarah, 2009:58-63).

b. Perubahan Psikologis pada Persalinan


1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapi
37

3) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain


apakah persalinan berjalan akan normal
4) Menganggap persalinan sebagai cobaan
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
6) Apakan bayinya normal atau tidak
7) Apakah ia sanggup merawat bayinya
8) Ibu merasa cemas
(Sumarah, 2009:63-64)

4. Faktor Persalinan
a. Power (tenaga)
Kekuatan yan mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot
perun, diafragma dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalianan adalah his, sedangkan kekuatan skundernya adalah
tenaga meneran ibu
b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, Dasar
panggul, vagina, introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelumpersalinan dimulai.
c. Passanger (janin dan plasenta)
Cara penumpang (passanger) tau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Plesenta juga harus melalui jalan
lahir sehingga dapat juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai
janin.
d. Psikis (psikologi)
Faktor psikologis meliputi hal hal sebagai berikut :
1) Melibatkan psikologi ibu, emosi, dan persiapan intelektual
2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
38

4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu


e. Penolong
Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin (Rohani, 2011:16)

5. Mekanisme persalinan normal


Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan
sinklitismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu
atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul, Asinklitismus
anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut
lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil, sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan
fleksi maksimal. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan
berputar kearah depan, sehingga ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis, dan
dengan sub oksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan defleksi
kemudian lahir kepala bayi dan di ikuti seluruh tubuh bayi (Prawirohardjo,
2014:310).

6. Tahapan Persalinan
KALA I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan da pembukaan
serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
39

waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Dari pembukaan
4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam (multipara atau primipara) atau lebih dari
hingga 2 cm (multipara) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin (APN,
2008:40).

Pada fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :


1) Fase akselerasi
Berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi
Berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat menjadi
9 cm.
3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi pembukaan 10 cm atau lengkap (Rohani, 2011:6).

KALA II
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlagsung 2 jam pada primigarvida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan
dalam yang menunjukkan pembukaan serviks sudah lengkap dan terlihat bagian
kepala bayi pada introitus vagina
Tanda dan gejala kala II persalinan:
1. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit
2. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
3. Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan vaginanya.
4. Perineum menonjol.
5. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
6. Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (Rohani, 2011:7).
40

KALA III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir (Rohani, 2011:8).
Tanda-tanda lepasnya plasenta mancakup beberapa atau semua hal dibawah
ini :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat (diskoid) dan tinggi
fundus berada 3 jari dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah alpukat dan
fundus setinggi pusat
2. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld)
3. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
retroplasenter (diantara tempat implantasi dan permukaan maternal plasenta)
akan melepas plasenta (dengan gaya gravitasi) dari tempat perlekatannya di
dinding uterus (APN, 2008:100).

Manajemen Aktif Kala III


Tujuan Manajemen Aktif Kala (MAK) III adalah membuat uterus
berkontraksi lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah selama Kala III Persalinan jika
dibandingkan dengan pelepasan plasenta secara spontan.
Keuntungan MAK III yaitu persalinan kala tiga yang lebih singkat,
mengurangi jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian retensio plasenta.
MAK III terdiri dari tiga langkah utama yaitu :
1. Pemberian suntikan oksitosin 10 I.U IM diperbatasan 1/3 bawah dan tengah
lateral paha (aspektus lateralis).
2. Penegangan tali pusat terkendali
Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi. Segera
melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu dan jangan melakukan penegangan tali pusat
41

tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial secara serentak pada bagian bawah
uterus (di atas simfisis pubis). Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan
jalan memilin keduanya akan membantu mencegah tertinggalnya selaput
katuban di uterus dan jalan lahir.
3. Rangsangan taktil (masase) fundus uteri
Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada
fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 15 detik, lakukan panatalaksanaan atonia uteri. Periksa kontraksi uterus
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua. (APN, 2008: 101)

Gambar 2.1
PTT dan dorso-kranial pada segmen bawah rahim
(Sumber: JNPK-KR. 2012. ASUHAN PERSALINAN NORMAL. Penerbit: USAID,
Jakarta)

Gambar 2.2
Masase Fundus Uteri
(Sumber: WHO, 2013. ASUHAN PERSALINAN NORMAL. Penerbit: USAID, Jakarta)
42

KALA IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses
tersebut. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kesadaran
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400-500 cc. (Rohani, 2011: 9)

Memeriksa Kondisi Perineum


Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi/robekan perineum
atau vagina. Robekan perineum terbagi atas 4 derajat:
Derajat I : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum (tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi lika baik)
Derajat II : Mukosa vagina, komisura posterior, kutit perineum, otot perineum
(perlu dilakukan penjahitan)
Derajat III : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum,
otot spinter ani eksterna (segera rujuk ke fasilitas rujukan lebih
lengkap)
Derajat IV : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, oto perineum,
otot spinter ani eksterna, dinding rectum anterior (segera rujuk ke
fasilitas rujukan lebih lengkap) (APN, 2008: 115).

Gambar 2.3
Derajat Laserasi Perineum
(Sumber:WHO, 2008. ASUHAN PERSALINAN NORMAL. Penerbit: USAID, Jakarta)
43

Pencegahan Infeksi Kala IV


Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan matras
dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci tangan dengan detergen dan bilas
dengan air bersih, keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring di atas
matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudia cuci segera dengan air dan detergen.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan
keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang
keluar. Ajarkan pada mereka untuk mencari tanaga kesehatan jika ada tanda-tanda
bahaya seperti : demam, perdarahan, keluar banyak bekuan darah, lokea berbau
dari vagina, pusing, kelemahan berat atau luar biasa, adanya penyulit dalam
menyusukan bayinya dan nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri
kontraksi biasa (APN, 2008:116).

7. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semkin meningkat pada rektum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan spingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir. Utuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi persiapkan :
a. Tempat datar, rata bersih, kering dan hangat.
b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
c. Alat penghisap lendir.
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
44

Untuk ibu :
e. Menggelar kain di bawah perut ibu.
f. Menyiapkan oksitosin 10 unit.
g. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3.Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4.Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5.Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6.Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung
tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9. Pakai sarung
tangan DTT/Steril untuk melaksanakan langkah selanjutnya.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit).
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
45

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160
x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


MENERAN
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif).
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbuk kontraksi yang kuat :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Berikan cukup asupan per-oral (minum).
f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
46

g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)mdi perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17. Buka tutup poartus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT/ steril pada kedua tangan.

VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI


19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas cepat ddan dangkal.
20. Periksa kemungkinana adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secaa longgar, lepaskan lilitan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
21. Setelah kepala bayi lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan
47

Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk).

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan Penilaian (Selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/bernapas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi
pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat penuntun Belajar Resusitasi
Bayi Asfiksia).
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan Tubuh Bayi
Keringkan tubuh bayi mmulai dari muka, kepala dan bagian tubuh yang
lainnya (kecuali kedua tanagan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi
dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
48

27. Periksa kembali uterus untukmemastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM)
di 1/3 distal lateral paha (dilakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejjak bayi (cukup bulan) lahir, pegang talipusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal
dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem
ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tanagan lain untuk
mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem taki pusat pda
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi). Dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dau klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya
usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting susu atau aerola mame ibu.
a. Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, passang topi di kepala
bayi.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kuli ke kulit di dada inu paling sedikit
1 jam.
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60
menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
49

d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)


33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tang di atas kain pada perut bawah ibu atau di atas simfisis,
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali puat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 sampai 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan pada bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a. Ibu boleh meretan tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir ( ke arah bawah-sejajar lantai-atas).
b. jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika pasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih
penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya.
50

5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejk bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segerakan lakukan tindakan plasenta manual.
37. Saat plsenta muncul di introitus vagina lairkan plasenta dengan kedua
tanagan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tanagn DTT/steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan slaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar denan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
a. Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal,
kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil atau masase.

IX. MENILAI PERDARAN


39. Periksa sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan prdarahan bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.

X. ASUHAN PASCA PERSALINAN


41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan air
klorin 0.5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
51

menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-
69 kali/ menit)
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk kerumah sakit.
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak, segera rujuk ke RS rujukan.
c. Jika kaki teraba dingin, pastika ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

Kebersihan dan Keamanan


48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0.5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau
disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%.
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0.5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10
menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
52

55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vit. K 1 1
mg IM di paha kiri lateral,pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan
bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5-37.5°C)
setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vit. K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa TTV dan
asuhan kala IV persalinan. (Prawirohardjo, 2014:341-347)
53

C. NIFAS dan KB
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarabgkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2014: 356).
Tujuan asuhan masa nifas yaitu :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, Keluarga Berencana (KB), menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan pelayanan KB
(Saifudin dkk, 2001:122)

Tabel 2.9
Kunjungan Masa Nifas

KUNJUNGAN WAKTU TUJUAN


1 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena
post atonia uteri
partum  Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga cara mencegah
perdarahan masa nifas
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan
bayinya
 Menjaga bayi tetap hangat dengan
mencegah hipotermia
54

Setelah bidan melakukan pertolongan


persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dalam keadaan baik.
2 6 hari  Memastikan involusi uterus berjalan
post normal: uterus berkontraksi, uterus di
partum bawah umbilicus, tidak ada perdarahn
abdominal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abdominal
 Memastikan ibu manyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
 Memberikan konseling kepada ibu, tentang
mengasuh bayi, tali pusat dan mencegah
hipotermi
3 2 minggu Sama seperti diatas ( 6 hari post partum )
post
partum
4 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit
post yang ia atau bayi alami
partum  Memberikan konseling KB secara dini
Sumber: Saifudddin, A.B., dkk (ed). 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Tahapan Masa Nifas


Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Peurperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar
6-8 minggu.

c. Peurperium remote
55

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi dan
Sunarsih, 2011:4).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalan proses
kembalinya uterus dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
dan dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
uterus.
2) Involusi tenpat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
3) Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sedia kala.
4) Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Pada serviks
terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang
seperti celah.
5) Lokea
Lokea adalah cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa / alkalis yang dapat membuat orgasme berkembang lebih cepat
daripada kndisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lokea
dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya yaitu :
lokea rubra (merah mengandung darah), lokea sanguenolenta (merah
kuning berisi darah dan lendir), lokea serosa (kekuningan atau
kecoklatan), dan lokea alba (putih kekuningan).
56

6) Perubahan pada vagina dan perineum


Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu
setelah bayi lahir.

b. Perubahan Tanda – tanda Vital


1) Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit sebagai
akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan.apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan, biasanya nadi akan lebih cepat.
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
pernapasan.

c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


1) Volume darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mbilisasi, serta pengeluaran
cairan ekstravaskular (edema fisiologi).

2) Curah jantung
57

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat


sepanjang masa hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang
biasanyamelintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum.
3) Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi
darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.

d. Sistem Pencernaan pada Masa Nifas


1) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus otot dan motilitas otot tarktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3) Pengosongan usus
Buang Air Besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan
atau dehidrasi.

e. Perubahan Sistem Perkemihan


1) Fungsi sistem perkemihan
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-unsur yang
terlarut di dalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak di dalam
sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Batas normal pH cairan
tubuh adalah 7,35-7,40. Ginjal mengekskesikan hasil akhir
58

metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam


urat dan kreatinin.
2) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar
steroid setelah melahirkan menjadi penyebab penurunan fungsi ginjal
selama masa post partum.
3) Komponen urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kahamilan menghilang. Laktosuria
positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. Blood Urea
Nitrogen (BUN) yang meningkat selama pasca-partum merupakan
akibat autolisis uterus yang berinvolusi.
4) Diuresis postpartum
Deuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah,
dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan,
merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
5) Uretra dan kandung kemih
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di
daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang odema, terisi
penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan
yang tidak sempurna, dan urine residual (Dewi dan Sunarsih, 2011:55-
64).

4. Kebutuhan Kesehatan Ibu


a. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik depat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
59

mengandung cairan Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan


gizi sebagai berikut.
a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d. Mengonsumsi tablet zat besi
e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada
bayinya. (Saleha, 2009:71-72).

b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidur dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dan tempat tidur selama 24-48 jam postpartum.
Keuntungannya yaitu: merasa lebih sehat dan lebih kuat, faal usus dan
kandung kemih menjadi lebih baik, memungkinkan bidan untuk memberikan
bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya dan lebih sesuai
dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara
berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai
hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping
sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi (Saleha, 2009:72).

c. Eliminasi
Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan
akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi
pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Semakin
lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan
harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu
malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil
setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi
post partum.
60

Buang Air Besar (BAB) harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi dan timbul feses yang mengeras tertimbun di rektum, akan terjadi
febris. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu
buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air
besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air
putih (Saleha, 2009:73).

d. Personal hygiene
Seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi pada masa postpartum. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga
Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi.
2) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah
depan ke belakang, baru setelah itu anus.
3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan
5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka
agar terhindar dari infeksi sekunder (Saleha, 2009:73).

e. Istirahat dan tidur


Umumnya wanita akan lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah
bila persalinan berjalan lama. Seorang ibu baru akan merasa cemas apakah ia
mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini
mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur
karena beban kerja bertambah. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan
pada ibu.
1) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
61

(Dewi dan Sunarsih, 2011:76).

f. Aktivitas seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri (Dewi dan Sunarsih, 2011:77).

5. Keluarga Berencana (KB)


a. Pengertian
Keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
adalah upaya peningkatan kepeduliandan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2009: 28).

b. Kontrasepsi Pasca Persalinan


Terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi yang digunakan setelah
persalinan karena tidak menggangguproses menyusui.
1) Metode Amenore Laktasi
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: ibu menyusui secara
penuh, ibu belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan
2) Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap (sterilisasi) digunakan untuk yang tidak ingin
mempunyai anak lagi
3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan
efektif untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi
kehamilan.
AKDR dapat dipasang segera setelah bersalin dalam jangka waktu
tertentu.
62

4) Implan
a) Implan berisi progestin, dan tidak mengganggu produksi ASI
b) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascasalin,
pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat tanpa kontrasepsi
lain bila menyusui penuh ( full breastfeeding )
c) Bila lebih dari 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,
pemasangan dapat dilakukan saja kapan saja tetapi menggunakan
kontrasepsi lain atau jangan melakukan hubungan seksual selama 7
hari
d) Masa pakai dapat mencapai 3 tahun ( 3-keto-desogestrel ) hingga 5
tahun (levonogestrel)
5) Suntikan Progestin
a) Suntikan progestin tidak mengganggu produksi ASI
b) Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat segera dimulai
c) Jika ibu menyusui, suntikan dapat dimulai setelah 6 minggu
pascasalin
d) Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu pascasalin,
atau sudah dapat haid, suntikan sudah dapat dimulai setelah yakin
tidak ada kehamilan
e) Injeksi diberikan setiap 2 bulan (depo noretisteron enantat) atau 3
bulan (medroxiprogesteron asetat).
6) Minipil
a) Minipil berisi progestin dan tidak mengganggu produksi ASI
b) Pemakaian setiap hari, satu trip untuk satu bulan
7) Kondom
a) Pilihan kontrasepsi untuk pria
b) Sebagai kontrasepsi sementara
(Kemenkes RI, 2013)

c. Kontrasepsi Progestin
63

Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai oleh semua perempuan
dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan),
serta cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
1) Jenis Kontrasepsi Progestin
Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan menurut yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik secara
intramuskular (di daerah bokong)
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200
mg Noretisteron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik secara intramuskular

2) Mekanise / Cara Kerja


a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

3) Efektivitas
Kontrasepsi progestin memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan per tahun asal penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

4) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
64

f) Sedikit efek samping


g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h) Dapat digunakan pada perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

5) Keterbatasan atau Efek Samping


a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti: siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)dan tidak
haid sama sekali
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelianan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
h) Terjadi perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang
i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
j) Pada penggunssn jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat

6) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin


65

a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendakai kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Setelah melahirkan tidak menyusui
f) Setelah abortus atau keguguran
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h) Perokok
i) Tekanan darah <180/110, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m) Anemia defisiensi besi
n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

7) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin


a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes mellitus disertai komplikasi

8) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin


a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
66

c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual
d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntukan. Bila ibu telah menggunakan
kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut
tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu
menunggu sampai haid berikutnya datang.
e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang aka diberikan dapat segera dberikan, asal
saja ibu tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah 7 hari haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
g) Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntika
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus
haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid,
asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
h) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntukan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
(Saifuddin, 2010: MK-41–MK-44).

You might also like