You are on page 1of 74

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar

A. Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada

perempuan namun selama kehamilan tidak selalu berjalan normal. Ibu

hamil sering mengalami ketidaknyamanan pada Trimester III yaitu

gangguan nyeri punggung yang disebabkan karena perubahan

kelengkungan tulang belakang yang mengalami peningkatan tekanan dan

bertambahnya volume uterus. Nyeri punggung didefinisikan sebagai nyeri

yang terjadi antara tulang rusuk kedua belas dan lipatan bokong terutama

di bagian sendi sacro iliaca. (Saraha, Rosida Hi; Djama, Nuzliati T; Suaib,

2021).

1. Proses Terjadinya Kehamilan

Ada beberapa proses terjadinya kehamilan diantaranya yaitu :

a. Ovulasi

b. Kenaikan hormone

c. Telur berjalan ke Tuba Fallopi

d. Fertilisasi (Pembuahan)

e. Implantasi

2. Fisiologi Kehamilan

a. Tanda-tanda kehamilan

Adapun tanda-tanda kehamilan ada tiga pembagian :

10 7
8

1) Tanda-tanda mungkin hamil

Tanda-tanda mungkin hamil yang dapat timbul adalah

pembesaran perut,pelembutan pada isthmus uteri (tanda

Hegar), perubahan warna biru pada vulva dan vagina (tanda

Chadwick), Kontraksi-kontraksi kecil sejak umur kehamilan 6-

8 minggu (Braxton Hick), dan palnotest positif.

2) Tanda-tanda tidak pasti hamil

Terlambat menstruasi, mual-mual, perubahan selera

makan dan lebih menyukai makanan-makanan tertentu,

payudara tegang, sering Buang Air Kecil (BAK), lebih cepat

kelelahan, mengidam, pingsan, pigmentasi pada kulit dan

bertambahnya dischange (lendir) di vagina.

3) Tanda pasti hamil

Tanda pasti kehamilan dapat diketahui dengan adanya

gerakan janin, teraba bagian-bagian janin, terdengar denyut

jantung janin, dan terlihat bagian janin dengan USG.

b. Lama Kehamilan

Jika siklus menstruasi anda rata-rata 28 hari, maka masa

pembuahan terjadi sekitar hari ke-14 dan bukan merupakan hari

pertama kehamilan anda. Skala waktu ini menunjukkan bahwa

kehamilan, yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak

pembuahan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari. Berikut ini


9

adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin di

dalam kandungan mulai dari Trimester III.

1) Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu).

Dalam masa kehamilan trimester pertama terjadi

pertumbuhan dan perkembangan pada sel telur yang telah

dibuahi dan terbagi dalam 3fase yaitu fase ovum, fase embrio

dan fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai

proses implamasi pada dinding uterus, fase ini di tandai

dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut dengan

zigot. Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah

proses pembuahan. Fase embrio ditandai dengan

pembentukan organ organ utama,Fase ini berlangsung 2

sampai 8 minggu.

Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai tibanya

waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan

melainkan proses pertumbuhan dan perkembangan.

Pemeriksaan dokter atau bidan secara rutin pada periode

kehamilan trimester II bertujuan untuk mengetahui riwayat

kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga memungkinkan

kehamilannya dapat diteruskan atau tidak.

2) Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu)

Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode

pertumbuhanyang cepat. Pada periode ini bunyi jantung janin


10

sudah dapat didengar, gerakan janin jelas, panjang janin

kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr.

Pada periode ini, dokter dan bidan biasanya mengadakan

pemeriksaan terhadap berat dan tekanan darah, pemeriksaan

urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta kaki dan

tangan untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan gejaja

gejala yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan

untuk mengetahui kemungkinan timbulnya suatu penyakit

yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan

janin pada akhir masa kehamilan.

3) Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu).

Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan

bentuk dan organ organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan.

Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai 2,5

Kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur

kehidupan sudah berjalan dengan sempurna.

Oleh karena adanya perubahan tersebut, pemeriksaan

rutin lebih sering dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal ini

dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap

perkembangan dan pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun

psikis calon ibu, kemungkinan yang akan terjadi pada calon

ibu maupun janin selama sisa proses kehamilan serta dalam

menghadapi proses persalinan.


11

c. Perubahan-Perubahan Pada Masa Kehamilan

Menurut Saraha, dkk, 2021. Pada masa kehamilan banyak

ibu yang mengalami perubahan-perubahan diantaranya perubahan

fisik dan psikologi. Faktor-faktor perubahan fisik dan psikologi

yaitu :

1) Perubahan fisik

a) Gatal-gatal

Gatal-gatal yang dialami pada trimester kedua masih

dirasakan pada trimester ketiga, bahkan semakin hebat,

gatal-gatal ini khususnya dirasakan dibagian perut.

b) Suhu badan meningkat

Perubahan metabolisme tubuh pada trimester ketiga ini

masih berlanjut. Perubahan ini merupakan upaya

penyesuaian yang dilakukan tubuh agar bisa mendukung

bayi yang semakin membesar.

c) Puting masuk kedalam

Pada sebagian wanita, memasuki trimester ketiga kadang

putting payudaranya masuk kedalam. Ini hanyalah

bagian dari proses kehamilan.

d) Sulit tidur

Ada beberapa faktor yang membuat ibu hamil sulit tidur

memasuki trimester ketiga ini. Yang pertama jelas


12

karena perut yang semakin membesar sehingga sulit

mencari posisi tidur yang nyaman.

e) Kaki kram

Kram kaki sering dialami pada trimester kedua dan

ketiga. Kejang yang menimbulkan rasa nyeri ini

seringkali terjadi di malam hari.

f) Keluarnya cairan di payudara

Memasuki trimester ketiga, payudara mulai

mengeluarkan colostrum, yaitu cairan kuning yang kaya

akan nutrisi. Cairan inilah yang akan diminumkan

kepada bayi begitu dia lahir sebelum susu ibu yang

sebebarnya keluar.

g) Air seni berlebihan

Pada beberapa wanita bisa saja terjadi seperti ini, dimana

jika merasa batuk, tertawa, atau bersin, air seni terdorong

keluar tanpa sengaja.

2) Perubahan psikologi

a) Kondisi finansial

Masalah finansial ini seringkali merupakan masalah

besar dan menimbulkan stress. Apalagi jika sejak awal

diketahui bahwa kehamilan bermasalah sehingga

memerlukan penanganan persalinan khusus yang

membutuhkan biaya tambahan.


13

b) Dukungan finansial

Kehamilan adalah akibat hubungan antara suami istri.

Tetapi, sampai hari ini, khususnya budaya timur banyak

suami yang masih enggan ikut serta menanggung resiko

yang dihadapi istrinya saat mengandung. Dengan

berbagai alasan mereka mengelak untuk ikut ambil

bagian, ada yang beralasan karena sibuk bekerja, ada

yang memang keegoisannya, ada yang menganggap itu

memang tugas wanita dan sebagainya.

c) Dukungan keluarga

Karena berbagai faktor banyak pasangan suami istri yang

memiliki hubungan yang kurang baik dengan masing-

masing keluarga. Dalam situasi normal hal ini buka

menjadi masalah, tetapi dalam kondisi hamil

pengaruhnya akan terasa.

3. Asuhan kehamilan
a. Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC)

Ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan kehamilan Ante

Natal Care (ANC) selama kehamilan minimal 6 kali dan 2 kali

pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3 (Buku KIA

2020).

a. 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu)

b. 1 kali pada trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu

sampai 24 minggu)
14

c. 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu

sampai 40 minggu)

Tujuan Anc yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi. Mengenali secara dini adanya

ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin. Mempersiapka ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga

dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang

secara normal (Ira Jayanti, 2019).

b. Asuhan kebidanan kunjungan awal (k1)

Kunjungan pertama harus seawal mungkin, meliputi :

1) Anamnesis

2) Pemeriksaan fisik

3) Pemeriksaan laboratorium

4) Pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data dasar

5) Tidak kalah pentingnya adalah memberi support psikis agar

seorang ibu hamil memiliki emosi yang stabil


15

c. Kunjungan ulang (K4)

1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi serta aspek-

aspek yang menonjol pada wanita hamil.

2) Mengevaluasi data dasar.

3) Mengevaluasi keefektifan manajemen/asuhan.

4) Pengkajian data fokus.

5) Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan kehamilan.

d. Pelayanan Asuhan Standar Minimal 14 T :

Pelayanan ANC minimal 10T, dan sekarang menjadi 14T,

yakni:

1) Timbang berat badan dan tinggi badan

Penentuan status gizi dilakukan dengan cara menghitung

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengukur Lingkar Lengan

Atas (LILA)

a. Kondisi normal jika IMT 18,5 s/d 24,9 kg/m2 dan LILA

>23,5 cm.

b. Ibu hamil mengalami masalah gizi, dinyatakan kurus bila

IMT pra hamil / Trimester.

Kekurangan Energi Kronis memberikan tanda dan gejala

yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu LILA

≤23,5 cm dan IMT ≤18,5. Untuk menentukan apakah wanita usia

subur (WUS) mengalami KEK yang diukur dengan pita LILA.


16

WUS yang berisiko KEK jika hasil pengukuran LILA ≤23,5 cm

atau dibagian merah pita LILA. dan jika hasil pengukuran lebih

dari >23,5 cm maka tidak berisiko menderita KEK. Dan dengan

cara menghitung IMT, jika IMT ≤18,5 kg/m2 maka dapat

dikatakan KEK. (Demsa Simbolon,2018)

Tabel 2.1
Perhitungan Berat Badan Berdasarkan Indeks Masa Tubuh
Katagori Kategori Rekomendasi
a. Kekurangan berat a. ≤17,0
badan tingkat berat
Kurus
b. Kekurangan berat b. 17,0-18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
a. Kelebihan berat
a. 25,1-27,0
badan tingkat ringan
Gemuk
b. Kelebihan berat
b. 27,0
badan tingkat berat.
Sumber : Kemenkes, 2019

2) Memeriksa tekanan darah.

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole: 100/80-120/80 MmHg.

3) Mengukur Tinggi fundus uteri.

Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan pita

sentimeter dilakukan untuk dapat menghitung tafsiran berat

badan janin, letakkan titik nol pada tepi atas symphisis dan

rentangkan sampai fundus uteri, sedangkan pengukuran tinggi

fundus uteri menggunakan metode Leopold I dilakukan untuk


17

menentukan tinggi fundus uteri berdasarkan umur kehamilan

sesuai dengan pembesaran uterus kehamilan normal seperti

yang terdapat pada tabel 2.2

Tabel 2.2
Tinggi Fundus Uteri Dalam Cm

Umur
TFU Tinggi Fundus Uteri
No Kehamilan
CM (Leopold)
(minggu)

1 12 3 jari diatas simphisis 12


2 16 Pertengahan pusat dan 16
simphisis
3 20 3 jari dibawah pusat 20
4 24 Setinggi pusat 24
5 28 3 jari diatas pusat 28
6 32 Pertengahan pusat dan 32
processus xifoideus (px)
7 36 1-2 jari di bawah px 36
8 40 2-3 jari di bawah px 40
Sumber: Mayo Clinic. 2022

4) Memberikan Tablet Fe

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu

hamil karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin.

5) Pemberian imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT dilakukan adalah salah satu

upaya dalam melindungi ibu hamil dari Tetanus Neonatorum.

Imunisasi TT diberikan secara injeksi dengan tekhnik Intra

Muscular. Efek samping dari imunisasi Tetanus Toksoid yaitu


18

nyeri, kemerah-merahan, dan bengkak untuk 1-2 hari pada

tempat penyuntikan. Jadwal pemberian Imunisasi Tetanus

Toksoid dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3
Imunisasi TT
Lama
Antigen Interval Perlindungan
perlindungan
(%)
Pada kunjungan
TT1 0 -
ANC pertama
4 minggu
TT2 80 3 tahun
setelah TT1
6 bulan setelah
TT3 95 5 tahun
TT2
1 tahun setelah
TT4 99 10 tahun
TT3
1 tahun setelah
TT5 99 25 tahun
TT4
Sumber: Alodkoter, 2018

6) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.

7) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Venehral Deases Research laboratory

(VDRL) untuk mengetahui adanya penyakit menular seksual,

antara lain syphilis.

8) Perawatan Payudara

Pijat tekan payudara yang ditunjukan kepada ibu hamil.

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi

dan mulai pada kehamilan 6 bulan.


19

9) Senam hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan dan mencegah

sembelit.

10) Konseling

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi

komponen-komponen sebagai berikut:

a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

b) Melakukandeteksi dini komplikasi, melakukan penata-


laksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

d) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi komplikasi.

11) Pemeriksaan protein urine

Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklamsi.

12) Pemberian kapsul beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur

yodium.

13) Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu

dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula

pada keluarga ibu dan suami.


20

14) Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk ibu

hamil didaerah endemik malaria.

4. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil

Menurut Kemenkes RI (2018) Pemeriksaan fisik pada

kehamilan ada 4 pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis, yaitu:

a. Inspeksi

Inspeksiadalah proses pemeriksaan dengan metode

pengamatan atau observasi menggunakan panca indra untuk

mendeteksi masalah kesehatan pasien. Masalah kesehatan yang

dideteksi berupa bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya

dari tubuh pasien.

b. Palpasi

Suatu teknik pengkajian untuk menilai kelainan pada pasien

dengan cara meraba dan merasakan dengan satu atau dua telapak

tangan.Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan

menggunakan metode Leopold yakni :

1) Leopold I

Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan juga

untuk mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus

uteri. Caranya melakukan pemeriksa berdiri sebelah kanan dan


21

menghadap ke muka ibu, kaki ibu ditekukkan pada lipatan

paha, letakkan kedua tangan di samping umbilikal,

menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan, lalu

menentukan TFU, dan bagian apa yang ada di fundus uteri.

2) Leopold II

Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung

anak dan letak bagian kecil pada anak. Caranya letak 2 tangan

pada sisi uterus, dan tentukan dimanakah bagian terkecil bayi.

3) Leopold III

Menentukan bagian terbawah janin yaitu bokong atau

kepala dan juga untuk menentukan bagian terbawah janin

sudah masuk PAP atau belum, caranya letakkan tangan kiri di

fundus, tangan kanan seperti bentuk C di simpisis lalu tentukan

bagian terbawah janin, jika kepala teraba keras, jika bokong

teraba lunak. Dan apabila teraba kosong artinya letak janin

melintang.

4) Leopold IV

Digunakan untuk menentukan seberapa jauh bagian

terbawah janin sudah masuk PAP. Caranya pemeriksa

menghadap kekaki pasien, kaki kembali diluruskan. Letakkan

kedua tangan di uterus, lalu tekan kearah simpisis. Jika kedua

tangan menyatu berarti presentasi terbawah janin belum masuk


22

PAP dan jika kedua tangan tidak menyatu berarti presentasi

terbawah janin sudah masuk PAP.

c. Auskultasi

Dilakukan umumnya dengan monoaural untuk

mendengarkan bunyi jantung janin, jika presentasi PUKA,DJJ

terdengar sekitar pusat kanan, jika presentasikepala, DJJ terdengar

3 jari dibawah pusat ibu, jika bokong DJJ terdengar 3 jari diatas

pusar ibu.

d. Perkusi

Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk dengan hammer

reflek dibagian patela, menganjurkan pasien menyilangkan

kakidan mengetuk dibagian patela tujuannya untuk mengetahui

reflek ibu positif atau negatif.

5. Ketidaknyamanan selama kehamilan trimester III

a. Sering BAK

Cara meringankan atau mencegah sering BAK, yaitu:

menjelaskan sebab terjadinya nocturia, kosongkan saat ada

dorongan untuk kencing, perbanyak minum disiang hari, batasi

minum diuretika alami seperti teh, kopi, dan cola.

b. Konstipasi

Cara meringankan konstipasi, yaitu: tingkatkan intake

cairan, serat, istirahat yang cukup, lakukan senam hamil,


23

membiasakan buang air besar secara teratur, dan BAB segera jika

ada dorongan.

c. Varises pada kaki/vulva

Cara mengurangi varises pada kaki/vulva, yaitu: jaga agar

kaki jangan bersilangan, kenakan kaos kaki yang menompang,

hindari berdiri atau duduk terlalu lama, dan istirahat dalam posisi

bebaring miring ke kiri.

d. Sesak nafas

Cara meringankan sesak nafas, yaitu: jelaskan penyebab

fisiologis, mengatur pola nafas dengan baik, latihan nafas melalui

senam hamil,dan tidur dengan bantal ditinggikan.

e. Nyeri pinggang

Cara mengurangi nyeri pinggang pada ibu hamil, yaitu:

menjelaskan penyebab terjadinya rasa nyeri, tekuk lutut kearah

perut, mandi air hangat, gunakan bantalan pemanas pada area

yang terasa sakit hanya jika diagnosa lain tidak melarang.

f. Kram kaki

Kram kaki saat hamil biasanya disebabkan oleh peningkatan

hormon yang mengakibatkan penumpukan cairan tubuh. Karena

adanya pengaruh gravitasi, maka cairan akan terkumpul di

bagian kaki, sehingga kaki mengalami bengkak. Kondisi ini dapat

menyebabkan Bumil rentan mengalami kram kaki.

6. Kebutuhan dasar ibu hamil


24

Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu

semasa hamil TM-I,II dan III :

a. Oksigen

b. Nutrisi

c. Personal Hygiene

d. Pakaian

e. Eliminasi

d. Seksual

e. Mobilisasi dan Body Mekanik

f. Istirahat atau Tidur

7. Hal-hal yang harus di hindari saat kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2018) ada beberapa hal-hal yang harus

dihindari saat kehamilan, yaitu:

a. Kerja yang berat

b. Merokok atau terpapar asap rokok

c. Minum minuman bersoda, berakohol dan jamu

d. Tidur terlentang > 10 menit pada masa hamil tua

e. Ibu hamil minum obat tanpa resep dokter

f. Stres berlebihan

8. Tanda bahaya dalam kehamilan

Berikut beberapa tanda-tanda bahaya selama periode antenatal

menurut adalah:
25

a. Perdarahan vagina

b. Sakit kepala yang hebat

c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur/rabun senja)

d. Nyeri abdomen yang hebat

e. Bengkak pada muka dan tangan

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

9. Asuhan Pada Ibu Hamil Secara Umum

Asuhan kehamilan yang harus di upayakan melalui asuhan

antenatal yang efektif adalah mempromosikan dan menjaga kesehatan

fisik mental sosial ibu dan bayi dengan pendidikan kesehatan, gizi,

kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. Di dalamnya juga harus

dilakukan deteksi abnormalitas atau komplikasi dan penatalaksanaan

komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan. Pada asuhan

kehamilan juga dikembangkan persiapan persalinan serta kesiapan

menghadapi komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui

dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara

fisik, psikologis dan sosial dan mempersiapkan rujukan apabila

diperlukan.

B. Persalinan

Menurut Kadek, 2020 persalinan adalah proses alamiah dimana

terjadi membuka dan menipisnya serviksdan janin turun ke dalam jalan


26

lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

janin.

1. Tanda-tanda persalinan

Menurut Kadek 2020, ada beberapa tanda-tanda persalinan

diantaranya sebagai berikut:

a. Lendir bercampur darah

Ada lendir bercampur darah yang keluar dari vagina. Terjadi

karena sumbatan tebal pada mulut rahim terlepas sehingga

menyebabkan lendir yang keluar berwarna kemerahan karena

bercampur darah.

b. Air ketuban pecah

Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air

ketuban keluar (air ketuban yang normal berupa cairan yang bersih,

jernih, dan tidak berbau)

c. Kontraksi

Kontraksi timbul secara teratur. Mula-mula kontraksi hanya

sebentar kemudian waktunya bertambah lama dan rasa nyeri

bertambah kuat. Kontraksi terjadi simetri di kedua sisi perut mulai

dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim. Ada rasa

nyeri yang tidak hilang atau berkurang dengan istirahat atau elusan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Kadek, 2020 :


27

a. Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan.

b. Passenger (Janin dan Plasenta)

Pasengger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,

presentasi letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus

melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari

pasengger yang menyertai janin.

c. Power (Kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan

janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involuter disebut juga

kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks

berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut

kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan

kontraksi involunter.

d. Psychologic Respons

Psychologic Respons (Psikologis) Psikologis adalah kondisi

psikis klien dimana tersedianya dorongan positif, persiapan


28

persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping.

Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai

dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan

untuk mengatasi nyeri persalinan.

3. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

a. Asuhan Kebidanankala I sampa kala IV Persalinan

Dibagi di dalam empat kala, yaitu sebagai berikut (Kadek, 2020) :

1) Kala I : Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan

persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi,

menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu,

menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu, membuat

rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal.

2) Kala II : Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu

kesejahteraan terhadap ibu, terhadap janin, dan kemajuan

persalinan, perawatan tubuh wanita, pendamping persalinan,

persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran.

3) Kala III : Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran

plasenta dengan 3 langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus

uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi, robekan

jalan lahir dan perineum, higiene, dan vital signs, memperhati-

kan nutrisi dan istirahat ibu.


29

4) Kala IV: Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus,

konsistensi, dan atonia, pemeriksaan serviks, vagina, dan

perineum; pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan kala

IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15

menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan setiap 30 menit

pada jam kedua.

4. Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Kadek, 2020).

a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam

partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

dan menutupi pakaian.


30

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi

tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung

suntik).

c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas

atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.

Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh

kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa

yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung

tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.


31

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan

sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

eadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di

atas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180 kal /menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

dan semua hasil hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

d. Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

sesuai keinginannya.
32

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan.

Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinganan untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.


33

g) Menilai DJJ setiap lima menit. Jika bayi belum lahir atau

kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu

120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau

60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

h) Menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

kontraksi.

i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi

segera setalah 60 menit meneran, rujuk ibu dengan

segera.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah

bokong ibu.

17) Membuka partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.
34

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat

kepala lahir.

a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap

lendir pada mulut dan hidung setelah kepala lahir

menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat

tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan

bersih.

b) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.


35

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar

hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah

luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah

untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan

tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.


36

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang

kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran

kaki.

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan).

26) Segera mengeringkan bayi, dan mengganti handuk yang

basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang

bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali

pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,

mengambil tindakan yang sesuai.

Oksitosin

27) Melakukan pengecekan fundus uteri ibu dengan cara palpasi

untuk menilai apakah ada janin kedua atau tidak supaya ibu

dapat diberikan oksitosin untuk melahirkan plasenta.

28) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

29) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan

suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.


37

30) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem

ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem

pertama (ke arah ibu).

31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem

tersebut.

32) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

h. Manajemen Aktif Kala III

Penegangan tali pusat terkendali

33) Memindahkan klem pada tali pusat.

34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,

tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

35) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –


38

40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta.

Plasenta

36) Apabila sudah terlihat tanda-tanda perlepasan plasenta

lakukan penarikan dengan hati-hati dan sistematis dengan

tangan kiri dan tangan kanan di atas simpisis ibu dengan

posisi dorso cranial.

Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit. Mengulangi pemberian

oksitosin 10 unit. Menilai kandung kemih dan

mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan

teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.


39

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati

memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi

atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang

tertinggal.

Mesase Uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkantelapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).


40

i. Menilai Perdarahan

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

selaput ketuban lengkap dan utuh.

a) Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus.

b) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

j. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat

tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan

kering.

Mengevaluasi Keadaan Ibu Pasca Persalinan

43) Menilai kandung kemih Ibu apakah kosong atau tidak

44) Ajarkan ibu atau keluarga melakukan masase fundus dengan

baik dan benar untuk mencegah terjadinya pendarahan atau

Antonia uteri
41

45) Mengevaluasi kehilangan darah.

46) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

Bersih Aman

48) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.
42

51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu

minuman dan makanan yang diinginkan.

52) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

55) Memakai sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)

untuk melakukan perawatan Bayi Baru Lahir setelah Inisiasi

menyusui Dini.

56) Memberikan salap mata, injeksi Vitamin K sebelah kiri 1/3

Spina Iliaca anterior Superior bagian Lateral paha bayi dan

melakukan antropometri.

57) Memeberikan Imuninasi Dasar Hepatitis B sebelah kanan 1/3

Spina Iliaca anterior Superior bagian Lateral paha bayi.

58) Melepas sarung tangan secara terbalik dan mencelupkan

sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.


43

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

5. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.Tujuan

utama penggunaan partograf (Kadek, 2020).

a. Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.

b. Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :

1)U: Selaput ketuban Utuh (belum pecah)

2)J: Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih

3)M: Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Mekonium

4)D: Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Darah

5)K: Selaput ketuban pecah dan air ketuban Kering

c. Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang-

lambang berikut

1) 0: Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dipalpasi.

2) 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah.

3) 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun

masih bisa dipisahkan.

4) 3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.

d. Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).


44

e. Penurunan bagian terbawah janin. Tulisan “Turunnya kepala” dan

garis tidak putus dari 0-3

f. Tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan Serviks.

Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. 5.

Jam : catat jam yang sesungguhnya.

g. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah

pasien diterima.

h. Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :

1) Beri titik-titik di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya <20 detik.

2) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20 sampai 40 detik.

3) Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya >40 detik.

4) Nadi dicatat setiap 30 menit

5) Tekanan darah dicatat setiap 4 jam

6) Suhu badan dicatat setiap 2 jam.

7) Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam.

6. Tanda Bahaya Persalinan

a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas

b. Mengalami kejang-kejang
45

c. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas

d. Air ketuban keruh dan berbau

e. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar

f. Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

g. Keluar darah banyak ketika bayi lahir

h. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan

i. Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir

j. Tidak kuat mengejan

C. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-4000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan

kongenital (cacat bawaan) yang berat (J. Pregnancy, vol. 2020).

1. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan 2.500-4000 gram.

c. Panjang badan 48-52 cm.

d. Lingkar dada 30-38 cm.

e. Lingkar kepala 33-35 cm.

f. Lingkar lengan 11-12 cm.

g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit.

h. Pernafasan kurang lebih 40-60x/menit.

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.
46

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

k. Kuku agak panjang dan lemas.

l. Nilai APGAR > 7.

m. Gerak aktif dan bayi lahir langsung menangis kuat (J. Pregnancy,

vol. 2020).

2. Fisiologis Bayi Baru Lahir

Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap

tindakan resusitas. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah

fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk

berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut

jantung, sirkulasi darah dan reflek-refleks primitive seperti

menghisap dan mencari puting susu (J. Pregnancy, vol, 2020).

Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami oleh bayi baru lahir

adalah:

a. Perubahan Sistem Pernafasan

Awal adanya pernapasan disebabkan oleh 4 faktor,

menurunnya O2 sedangkan CO2 menaik, tekanan terhadap rongga

dada ketika melewati jalan lahir, rangsangan dingin di daerah

muka, dan refleks hering breur (refleks inflasi dan refleks

deflasi). Refleks inflasi untuk menghambat overekspansi paru-paru

saat pernapasan kuat. refleks deflasi untuk menghambat pusat


47

ekspirasi dan menstimulasi pusat inspirasi saat paru-paru

mengalami deflasi.

b. Perubahan sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung neonatus berkisar 30-90 ml. Pengosongan

lambung terjadi 2-4 jam setelah makan. Neonatus memiliki enzim

lipase dan amilase dalam jumlah sedikit. Feses bayi keluar dalam

48-72 jam setelah lahir, berwarna hijau kehitam-hitaman, keras,

dan mengandung empedu, berubah warna menjadi kuning

kecoklatan setelah 3-5 hari. Bayi BAB 4-6 x sehari. Hubungan

antara esophagus bawah dan lambung belum sempurna sehingga

menyebabkan gumoh. Untuk memfungsikan otak memerlukan

glukosa dalam jumlah tertentu. Untuk mengoreksi penurunan kadar

glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan ASI, menggunakan

cadangan glikogen, dan dari lemak.

c. Perubahan sistem hepar

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia

dan morfologis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, sehingga

neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Daya

detoksifikasi hepar juga belum sempurna.

d. Perubahan sistem imunitas


48

Sistem imunitas neonates yang belum matang, sehingga

rentan terhadap berbagai alergi dan infeksi. Kekebalam alami

disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu

BBL membunuh mikroorganisme asing, tetapi pada neonatus sel-

sel ini belum matang. ASI memberikan kekebalan pasif pada bayi,

terutama kolostrum dalam bentuk latoferin, lisosom, faktor

antitripsin, faktor bifidus.

e. Perubahan-perubahan sistem reproduksi

Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora

mengaburkan vestibulum dan manutupi klitoris. Pada laki-laki

testis sudah turun. Pada laki-laki dan perempuan penarikan

estrogen maternal menghasilkan kongesti di dada dan kadang

mensekresi susu pada hari ke 4/5.  Untuk alasan yang sama gejala

haid dapat berkembang pada bayi perempuan.

f. Perubahan sistem skletal

Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional, tangan

sedikit lebih panjang dari kaki, punggung kelihatan lurus dan dapat

ditekuk dengan mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar

kepala ketika menelungkup.

g. Perubahan sistem neuromuskular

Sistem saraf neonatus baik secara anatomi dan fisiologi

menyebabkan kegiatan refleks spina serta batang otak dengan

kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum. Beberapa refleks yang


49

terdapat pada neonatus antara lain : refleks moro/peluk, refleks

rooting, refleks mengisap dan menelan, reflex batuk dan bersin,

reflex genggam, reflex melangkah dan berjalan, refleks otot leher

reflex babinsky.

3. APGAR Score

Segera setelah lahirletakkan bayi diatas kain bersih dan kering

yang disiapkan diatas perut ibu (bila tidak memungkinkan, letakkan

didekat ibu misalnya di antara kedua kaki ibu atau disebelah ibu)

pastikan area tersebut bersih dan kering keringkan bayi terutama muka

dan permukaan tubuh dengan kain kering, hangat, dan bersih.

Kemudian lakukan 2 penilaian awal sebagai berikut :

a. Apakah menangis kuat/ bernapas tanpa kesulitan.

b. Apakah bergerak dengan aktif atau lemas jika bayi tidak bernafas

atau megap-megap, atau lemah maka segera lakukan resusitasi

bayi baru lahir (lihat tabel 2.4 APGAR score) (J. Pregnancy, vol.

2020).

Tabel 2.4
APGAR Score
Score 0 1 2
Appearance Seluruh
Badan merah,
color(warna Pucat tubuh
ektremitas biru
kulit) kemerahan
Pulse(heart rate)
atau frekuensi Tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung
Grimace(reaksi
Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,
terhadap
mimic batuk/bersin
rangsangan)
Activity(tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
50

dalam fleksi
otot)
sedikit
Respiration Lemah,tidak Menangis
Tidak ada
(usaha nafas) teratur kuat
Sumber: J. Pregnancy, vol. 2020.
4. Kebutuhan bayi baru lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pencegahan

infeksi saat melakukan penanganan sangat diperlukan. Bentuk

pencegahan infeksi pada masa janin dan neonatus antara lain:

imunisasi maternal (tetanus, rubella, varicela, hepatitis B), dan

penggunaan saleb mata untuk mencegah infeksi mata karena klamidia,

gonore dan jamur. Rawat gabung, bertujuan untuk bantuan emosional,

penggunaan ASI, pencegahan infeksi, dan pendidikan kesehatan (J.

Pregnancy, vol, 2020).

Bantuan emosional, hubungan ibu dan bayinya sangat penting

ditumbuhkan pada saat-saat awal, penggunaan ASI, ASI adalah

makanan terbaik bagi bayi, dan produksi ASI akan lebih lancar jika

bayi semakin sering menyusui. Pencegahan infeksi, kolostrum yang

mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh

permukaan mukosa dari saluran cerna bayi sehingga akan mempunyai

kekebalan yang tinggi dan akan mencegah infeksi terutama diare.

Pendidikan kesehatan, dengan rawat gabung petugas akan lebih

mudah dalam memberikan penkes, keinginan ibu untuk bangun,

menggendong bayi, dan merawat bayi akan mempercepat pemulihan

ibu (J. Pregnancy, vol, 2020).


51

5. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 12

jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta

tutupi kepala bayi dengan topi.

b. Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan

pada ibu.

c. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip yaitu pemeriksaan

dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis), dan

pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan

dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut

d. Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan, lakukan

rujukan sesuai pedoman MTBS.

e. Berikan ibu nasihat merawat tali pusat bayi dengan benar

f. Jika tetes mata antibiotik profilaksis belum diberikan, berikan

sebelum 12 jam setelah persalinan.

6. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Menyusui dan mengisap dengan buruk/lemah

b. Latergi (tanda yang dapat berupa bayi selalu tidur)

c. Ikterus

d. Demam dan hipotermi

e. Muntah terus menerus

f. Kesulitan dalam bernafas

g. Mata mengeluarkan kotoran


52

h. Sesak nafas

i. Tidak defekasi sampai hari ketiga

j. Berat badan lahir 1500-3000 gram dengan kesulitan minum

k. Sianosis atau kebiruan pada bibir dan kulit

l. Kotoran bayi cair atau hijau tua serta bercampur lendir atau darah

(Annisa, dkk, 2017).

7. Kunjungan Neonatus (KN)

Kunjngan neonatus terbagi dalam tiga kunjungan, yaitu:

(Kemenkes RI 2021).

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN1) 6-8 jam

1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

2) Perawatan Tali Pusat, menjaga tali pusat dalam keadaan bersih

dan kering

3) Pemberian vitamin K jika belum diberikan

4) Salap mata

5) Imunisasi Hb jika belum diberikan

6) Pemeriksaan fisik meliputi Berat Badan, Panjang Badan dan

Lingkar Kepala

7) Menjaga kebersihan bayi

8) Skrining Hipoteroid Konginital (SHK)

9) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah menggunakan Buku KIA


53

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN-2) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.

1) Menyusui

2) Merawat tali pusat

3) Menjaga kebersihan bayi

4) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya Bayi Baru Lahir. Tanda-

tanda bahaya BBL yang harus dikenali oleh ibu: menyusui dan

mengisap dengan buruk/lemah, latergi(tanda yang dapat

berupa bayi selalu tidur, ikterus,demam dan hipotermi, muntah

terus menerus, kesulitan saat bernafas, mata mengeluarkan

kotoran, sesak nafas, tidak defekasi sampai hari ketiga, berat

badan lahir 1500-3000 gram dengan kesulitan minum, sianosis

atau kebiruan pada bibir dan kulit, kotoran bayi cair atau hijau

tua serta bercampur lendir atau darah.

5) Mengidentifikasi bayi kuning atau tidak

6) Memberikan ASI pada bayi minimal 10-15 kali dalam 24 jam

7) Imunisasi Hb

8) Menjaga suhu tubuh bayi

9) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

Ekslusif

10) KIE

c. Kunjungan ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari

1) Pemeriksaan fisik
54

2) Menyusui

3) Merawat tali pusat

4) Menjaga kebersihan bayi

5) Mengidentifikasi bayi kuning atau tidak

6) Menandai bagian tubuh bayi dimana bayi tampak kuning

dengan melingkari angka

7) Menulis nama jelas petugas kesehatan

8) Skrining BBL/SHK

D. Nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca

persalinan harus terselenggarakan pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini

dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta

penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,

imunisasi dan nutrisi bagi ibu (NLGL Utami Dewi · 2018).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (NLGL Utami

Dewi · 2018).

Masa nifas atau puerperium adalah setelah kala IV sampai dengan

enam minggu berikutnya (pulihnya alat–alat kandungan kembali seperti


55

keadaan sebelum hamil). Akan tetapi seluruh otot genetalia baru pulih

kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Masa ini

merupakan periode kritis baik bagi ibu maupun bayinya maka perlu

diperhatikan (NLGL Utami Dewi · 2018).

1. Fisiologi Nifas

Peristiwa yang terpenting pada periode kala nifas (masa setelah

melahirkan) adalah terjadinya perubahan fisik dan laktasi (manyusui).

Berikut ini adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dialami ibu

pada masa nifas (NLGL Utami Dewi · 2018) :

a. Pengembalian bentuk rahim

Sebelum hamil berat 30 gram dan setelah hamil menjadi

2500 gram. Setelah persalinan, terjadi proses sebaliknya yang

disebut involusi yang secara berangsur otot rahim mengecil

kembali, sampai seberat semula pada minggu ke-7 (42 hari).

Berikut adalah tabel perubahan berat badan uterus pada masa

nifas. (NLGL Utami Dewi · 2018) :

Tabel 2.5
Perubahan Berat Uterus Berdasarkan Involusi Uterus
Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uterus
Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat
1 Minggu 500 gram Pertengahan pusat dan simfisis
56

2 Minggu 350 gram Teraba diatas simfisis


6 Minggu 50 gram Tidak teraba
Medical News Today. Diakses pada 2022

b. Pola pengeluaran lochea

1) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang

nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai bau amis/anyir

seperti darah menstruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang

berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea

mempunyai perubahan karen proses involusi.

2) Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas empat

tahapan.

a) Lochea rubral(merah)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar bewarna merah muda

karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo, (rambut bayi) dan

mekonium.

b) Lochea sanguinolenta

Cairan yang keluar bewarna merah kecoklatan dan

berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7

postpartum.
57

c) Lochea serosa

Lochea ini bewarna kuning kecoklatan karena

mengadung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta.

Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 postpartum.

d) Lochea alba (putih)

Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabu jaringan yang mati.

Tabel 2.6
Perbedaan Masing-Masing Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-Ciri
Terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa
Rubra/Merah 1-3
Merah plasenta, dinding Rahim,
(Cruenta) hari
lemak bayi,
lanugo, dan meconium
Merah
4-7 kecoklatan
Sanguinolenta Sisa darah dan berlendir
Hari dan
Berlendir
Mengandung serum,
8-14 Kuning
Serosa leukosit, dan
Hari kecoklatan
robekan/laserasi plasenta
Mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel,
>14
Alba/putih Putih selaput lender serviks,
Hari
dan serabut
jaringan yang mati

c. Servik

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

Warna serviks adalah merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Konsitensinya lunak, kadang-kadang terdapat


58

laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang tejadi sela

dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum

hamil.

Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus

uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan

serviks berbentuk cincin.Muara serviks yang berdilatasi 10 cm

pada waktu persalinan, menutup pada secara perlahan dan

bertahap, setelah bayi lahir, tangan masih bisa di masukkan dalam

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu

ke-6 postpartum serviks menutup.

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali

secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan

hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali

pada sekitar minggu keempat.

e. Perenium

Setelah persalinan, perenium menjadi kendur karena

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju pada

proses persalinan. Pulihnya tonus otot perenium terjadi sekitar 5-


59

6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik dilakukandan

bermanfaat untuk mempertahankan elastisitas otot perenium dan

organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh

dalam 7 hari postpartum. Bila terjadi infeksi, luka episiotomi akan

terasa nyeri, panas merah dan bengkak.

2. Psikologis Ibu Pada Masa Nifas

Menurut ada beberapa tahap perubahan psikologis dalam masa

nifas, penyesuain ini meliputi 3 fase, antara lain :

a. Fase Taking-In (1-2 Hari Post Partum)

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung

dari

hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada saat ini fokus

perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama

proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya

ibu membuat ibu perlu cukup istirrahat untuk mencegah gejala

kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu

cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase Taking Hold (3-4 Hari Post Partum)

Fase ini berlangsung antara 3-4 hari setelah melahirkan. Pada

fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan


60

yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh katena itu ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyeluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketegantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini.

3. Kebutuhan Ibu Masa Nifas

Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah

sebagai berikut NLGL Utami Dewi · 2018) :

a. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Selama menyusui,  ibu dengan status gizi baik rata-rata

memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600

kkal. Energi, penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama

pasca  partum mencapai 500 kkal. Rekondasi ini berdasarkan pada

asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77

kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti

mengandung 600 kkal. Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut

hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya  (sekitar 200 kkal)


61

diambil dari cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama

hamil. Protein, selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan

protein diatas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini

adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan

demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein.

b. Eliminasi

BAB dan BAK, dalam 6 jam  pertama post partum, pasien

sudah harus dapat buang air kecil. Dalam 24 jam pertama, pasien

juga sudah juga sudah harus dapat buang air besar karena smakin

lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya

untuk buang air besar secara lancar.

4. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian,

penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan

dirumah  bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam

suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi

bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada

ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur,

sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk

menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan

suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.

5. Tujuan Asuhan Nifas

Tujuan asuhan masa nifas sebagai berikut (Armini, N.W. 2017) :


62

a. Menjaga kesehatan ibbu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan

memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga

dan budaya khusus.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

f. Mempercepat involusi alat kandungan.

g. Melancarkan pengeluaran lochea.

h. Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan.

i. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.

6. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit tiga kali. Dan

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk

mencegah, mendeteksi, serta menanggani masalah-masalah yang

terjadi.

Tabel 2.7
Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
63

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum

b. Melakukan pengukuran Tekanan Darah, suhu tubuh,

pernafasan dan nadi


6 jam – 2 hari
c. Memeriksa lochea dan pendarahan
setelah
1
d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi
persalinan
e. Pemeriksaan kondisi rahim dan TFU

f. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI

Ekslusif

a. Pemberian Kapsul Vitamin A 2 kapsul

b. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak ada bau

c. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan


3–7 hari
pasca melahirkan
setelah
2
d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan yang beragam
persalinan
mengandung karbohidrat dan protein

e. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan

pertama adalah 14 gelas

f. Melakukan aktifitas fisik pasca melahirkan dengan

intesitas ringan sampai sedang selama 30 menit.

3 8-28 hari a. Memberikan konseling KB secara dini

setelah b. Memberitahu cara menyusu yang benar dan hanya ASI

persalinan saja selama 6 bulan


64

c. Perawatan bayi yang benar.

d. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini

mungkin bersama suami dan keluarga

29-42 hari

setelah a. Untuk berkonsultasi KB kepada tenaga kesehatan setelah


4
persalinan persalinan.

Sumber : Kemenkes RI 2021

7. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat

penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia

mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus

secepatnya datang ke pelayanan kesehatan.

a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau memerlukan ganti

pembalut 2 hari dalam setengah jam). Pengeluran pervaginam

yang berbau menusuk (menyengat).

b. Rasa sakit dbagian bawah abdomen atau punggung.

c. Rasa sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan

d. Pembengkakan diwajah atau ditangan.

e. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa

tidak enak badan

f. Payudarah yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.


65

g. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.

h. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.

i. Merasa sedih dan tidak mampu merawat bayinya atau dirinya

sendiri

j. Merasa sangat letih atau nafas terengah

E. Keluarga Berencana

KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha

untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan

dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2019).

1. Fisiologis Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan

pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan

angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pelayanan KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda

kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan

kehamilan.

2. Tujuan KB

Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai

dengan
66

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera

yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Macam–Macam alat kontrasepsi :

a. Metode Amenore Laktasi (MAL)

MAL adalah metode kontrasepsi sementara yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan

minuman lainnya. Metode ini khusus digunakan untuk menunda

kehamilan selama 6 bulan setelah melahirkan dengan memberikan

ASI eksklusif.MAL sebagai kontrasepsi bila: Menyusui secara

penuh, belum haid, dan umur bayi kurang dari 6 bulan.

1) Cara kerja:

a) Penundaan/penekanan ovulasi.

2) Cara pemakaian :

a) Bayi disusui menurut kebutuhan bayi.

b) Biarkan bayi menghisap sampai melepaskan sendiri

hisapanya.

c) Susui bayi anda juga pada malam hari, karena dapat

membantu mempertahankan kecukupan kebutuhan asi.

d) Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit.

e) Ketika mendapatkan haid pertanda ibu sudah subur

kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya.


67

3) Keuntungan kontrasepsi:

b) Efektifitas tinggi.

c) Tidak mengganggu seggama.

d) Tidak ada efeksamping secara sistematik.

e) Tidak perlu obat atau alat.

f) Tanpa biaya.

4) Keterbatasan:

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

b) Tidak melindungi terhadap IMS.

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (MKBA)

1) Lendir Serviks

Merupakan suatu cara yang aman dan ilmiah untuk

mengetahui kapan masa subur wanita. Dengan pengamatan diri

sendiri terhadap gejala-gejala yang secara ilmiah dialami oleh

setiap wanita yang normal.

a) Kegunaan:

(1) Suami istri dapat merencanakan atau menunda

kehamilan

(2) Menentukan waktu yang dikehendaki untuk hamil

(3) Tidak memiliki resiko tinggi kesehatan

(4) Metode ini cukup berhasil jika pasangan suami istri

memiliki motivasi
68

2) Sistem Kalender

Merupakan salah satu cara kontrasepsi sederhana yang

dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak

melakukan senggama pada masa subur

a) Manfaat:

(1) Dapat digunakan untuk menghindari atau

merencanakan kehamilan

(2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan

kontrasepsi

(3) Tidak ada efek samping

(4) Murah tanpa biaya

(5) Dapat meningkatkan keterlibatan suami dalam kb

(6) Dapat mengeratkan hubungan melalui peningkatan

komunikasi antar suami istri

3) Metode Suhu Basal

Merupakan suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,

biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum

meninggalkan tempat tidur, suhu basal tubuh akan meningkat

setelah ovulasi.

4) Senggama Terputus

Coitus Interuptus, teknik ini dapat mencegah kehamilan

dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria


69

harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun

sperma masuk kedalam rahim wanita.

a) Manfaat :

(1) Efektif bila digunakan dengan benar

(2) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB

lainnya

(3) Dapat digunakan setiap waktu

(4) Tidak membutuhkan biaya

(5) Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif

sehat untuk perempuan

(6) Tidak mengganggu produksi ASI

(7) Tidak ada efek samping

(8) Meningkatkan pria dalam keluarga berencana

c. Metode Barier

1) Kondom

Bertujuan untuk menghalangi masuknya spermatozoa

kedalam traktus genetalia interna wanita. Pada masa kini,

Kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah

lama dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam

bidang Keluarga Berencana maupun dalam bidang lain.

a) Manfaat :

(1) Efektif bila digunakan dengan benar


70

(2) Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter

(3) Praktis dan dapat dipakai sendiri

(4) Dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit

menular seksual termasuk HIV/AIDS

b) Efek samping :

(1) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

(2) Alergi terhadap karet

(3) Kondom rusak atau bocor

2) Diafragma

Merupakan salah satu kontrasepsi berupa kap berbentuk

bulat cembung, terbuat dari karet yang dimasukkan kedalam

vagina sebelum berhubungan

3) Spermisida

Merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung

zat kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan kedalam

vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah

kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat

digunakan sendiri

a) Manfaat :

(1) Efektif bila dilakukan dengan benar

(2) Tidak mengganggu produksi ASI

(3) Bisa digunakan sebagai pendukung lain

(4) Tidak mengganggu kesehatan klien


71

(5) Mudah digunakan

(6) Tidak perlu resep dokter

d. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil

a) Cara Kerja :

(1) Menekan ovulasi dan mengentalkan lendir servik.

(2) Rahim tidak biasa menerima hasil pembuahan.

(3) Mengganggu transportasi sperma.

b) Cara pemakaian :

(1) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid.

(2) Diminum setiap hari pada saat yang sama.

(3) Bila lupa 1 atau 2 pil minumlah segera pil yang

terlupa dan gunakan metode pelindung sampai akhir

bulan.

(4) Bila tidak haid, mulailah paket baru 1 hari setelah

paket terakhir.

c) Keuntungan :

(1) Tidak menggangu hubungan seksual.

(2) Tidak mempengruhi ASI.

(3) Kesuburan cepat kembali.

(4) Dapat dihentikan setiap saat.

d) Keterbatasan :

(1) Mengganggu siklus haid.


72

(2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

(3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang

sama.

(4) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi lebih besar.

(5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dan jerawat.

2) Suntik Progestin

a) Cara Kerja :

(1) Mencegah ovulasi.

(2) Mengentalkan lender servik.

(3) Menghambat transportasi sperma.

b) Cara pemakaian :

(1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak sedang

hamil.

(2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.

(3) Selama tujuh hari seletah suntikan pertama tidak

boleh melakukan hubungan seksual.

(4) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan

dengan cara suntikan IM didaerah pantat, suntikan

diberikan setiap 90 hari.

c) Keuntungan :

(1) Sangat efektif.

(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.


73

(3) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35

tahun sampai pre menoupose.

(4) Tidak mengandung estrogen sehinggan tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung dan

gangguan pembekuan darah.

d) Keterbatasan :

(1) Gangguan siklus haid.

(2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktusebelum

suntikan berikutnya.

(3) Pada penggunaan jangka pangjang dapat

menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan

libido, gangguan emosi,sakit kepala, dan jerawat.

e. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a) Cara Kerja :

(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke

tuba fallopi.

(2) Mempengaruhi feltilitas sebelum ovum mencapai

kavum uteri.

(3) Mencegah sperma bertemu ovum atau membuat

sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi

perempuan dan mengurangi

(4) kemampuan sperma untuk fertilisasi.


74

(5) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur

dalam uterus.

b) Cara pemakaian :

(1) Setiap waktu dalam siklus haid, dan pastikan klien

tidak hamil.

(2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

(3) Segera setelah melahirkan (4 minggu pasca

persalinan) dan setelah 6 bulan dengan metode MAL.

(4) Selama abortus (bila tidak ada gejala infeksi).

(5) Selama 1-5 hari setelah seggama yang tidak

dilindungi.

(6) AKDR dipasang di dalam rahim.

(7) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu

setelah pemasangan.

(8) Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa

benang secara rutin terutama setelah haid.

(9) Segera kembali ke klinik apabila : tidak dapat meraba

benang AKDR, merasakan bagian yang keras dari

AKDR, AKDR terlepas, siklus haid terganggu atau

meleset, terjadi pengeluaran cairan vagina yang

mencurigakan adanya infeksi.

c) Keuntungan :

(1) Efektifitas tinggi.


75

(2) Metode jangka panjang.

(3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan

meningkat- kan kenyamanan seksual karena tidak

perlu takut untuk hamil.

(4) Tidak mempengaruhi kualitas dan Produksi ASI.

(5) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan

sesudah keguguran.

(6) Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau

lebih setelah haid terakhir).

(7) Tidak ada interaksi obat obatan.

d) Kerugian :

(1) Efek samping yang umum terjadi : Perubahan siklus

haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan

banyak, perdarahan spotting antar menstruasi, saat

haid lebih sakit.

(2) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama

3-5 hari setelah pemasangan perforasi dinding uterus,

perdarahan berat pada waktu haid yang

memungkinkan penyebab anemia.

(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

(4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS

atau
76

perempuan yang sering berganti-ganti pasangan.

2) Implan

a) Cara Kerja :

(1) Lendir servik menjadi kental.

(2) Mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga sulitterjadi implantasi.

(3) Mengurangi transportasi sperma.

(4) Menekan ovulasi.

b) Cara pemakaian :

(1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari

ke-7,atau 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan

dan pasca keguguran.

(2) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal atau

AKDR dan ingin menggantinya dengan implant,

insersi dapat dilakukan setiap saat.

(3) Daerah pemasangan atau insersi pada lengan kiri atas

bagian dalam (subkutan).

(4) Daerah pemasangan atau insersi harus tetap kering

dan bersih selama 48 jam pertama untuk mencegah

infeksi pada luka insisi.

(5) Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam,

sedangkan plaster dipertahankan hingga luka sembuh

(biasanya 5 hari).
77

(6) Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh

dan dicuci dengan tekanan yang wajar.

(7) Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti

demam peradangan, atau bila ada rasa sakit menetap

selama beberapa hari segara kembali ke klink.

(8) Setelah masa pemakaian habis, implant harus segera

dilepaskan.

c) Keuntungan :

(1) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang

(sampai 5 tahun).

(2) Pengenbalian tingkat kesuburan cepat setelah penca-

butan.

(3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(4) Bebas pengaruh estrogen.

(5) Tidak mengganggu senggama.

(6) Tidak mengganggu produksi ASI.

(7) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

d) Keterbatasan :

(1) Kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan

pola haid berupa perdarahan bercak (spotting) dan

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.


78

(2) Timbul keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala,nyeri

dada, perasaan mual, pusing kepala, peningkatan, dan

penurunan berat badan.

f. Metode Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Tubektomi adalah tindakan medis brupa penutupan

tuba dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan

keturunan dalam jangka panjang sampai seumur

hidup.Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran

telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan

mendapatkan keturunan lagi.

4. Asuhan Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana (KB) adalah konseling, informed

choice, persetujuan tindakan medis (informed consent), serta

pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB baik pada klien

dan petugas pemberi layanan KB. Konseling adalah proses pertukaran

informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu

klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat

keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Konseling harus dilakukan dengan baik dengan memperhatikan

beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik, petugas

menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan

benar kepada klien, menghindari pemberian informasi yang


79

berlebihan, membahas metode yang diingini klien, membantu klien

untuk mengerti dan mengingat.

a. Asuhan SATU TUJU

1) SA : Sapa dan Salam

a) Sapa klien secara terbuka dan sopan

b) Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi klien

c) Bangun percaya diri pasien

d) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan

apa yang dapat diperolehnya.

2) T : Tanya

a) Tanyakan informasi tentang dirinya

b) Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentang KB dan

kesehatan reproduksi

c) Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan

3) U : Uraikan

a) Uraikan pada klien mengenai pilihannya

b) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia

inginkan serta jelaskan jenis yang lain

4) TU : Bantu

a) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya

b) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

5) J : Jelaskan
80

a) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan

kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis

kontrasepsinya

b) Jelaskan bagaimana penggunaannya

c) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi

6) U : Kunjungan Ulang

Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan

atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan

You might also like