Professional Documents
Culture Documents
Paper Etika Ilennnn
Paper Etika Ilennnn
Disusun Oleh :
21418007
3. Hati Nurani
Hati nurani pertama-tama menyentuh pengetahuan atau kesadaran hati.
Memiliki Hati nurani berarti manusia memiliki pengetahuan dan kesadaran
untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Sebenarnya preposisi “hati
yang berpengetahuan “ sama sekali tidak tepat. Soal pengetahuan tak
pernah soal hati, melainkan soal akal budi (rasio). Dan sebab itu, jika
dikatakan hati nurani mengetahui, maksudnya ialah hati kita memiliki
bervagai macam pertimbangan yang membimbing kehendak kita. Hati
nurani disebut juga “synderesis”. Dalam bahasa inggris disebut
“conscience” yang artinya berkaitan langsung dengan kesadaran. Hati
nurani menjadi kapasitas atau alat untuk mempertimbangkan dan
mengatasi fenomena buruk. Dalam nurani dalam pengertian ini lantas
dipahami sebagai kesadaran interior dalam diri manusia, yang artinya
kesadaran batun yang ada dalam diri manusia, yang membimbing hidup
manusia, yang pemeriksaannya atas problem kehidupan bersifat sekaligus,
serentak ataupun menyeluruh Hati nurani juga terbagi dari berbagai
macam tingkat kesadaran seseorang dan yang paling terjadi dalam
kehidupan adalah Hati Nurani Tumpul dan Hati nurani Sesat dan dalam
refleksi hati nurani juga termuat 14 prinsip dalah satunya adalah Occasio
Proxima Peccati Evitanda yang artinya kesempatan yang paling dekat
dengan dosa harus dihilangkan.
7. KESIMPULAN
Dari kedua analisis kasus diatas dapat disimpulkan bawa tindakan
korupsi tidak hanya karena jabatan ataupun kedudukann tetapi juga semua
kembali kepada kesadaran dalam diri masing-masinng artinya bagaimana
kita bisa mendengarkan Hati nurani atau malah kita abiakan , kesadaran
yang artinya sadar dalam melakukan suatu tindakan dengan sadar dalam
melakukan tindakan kita tentu sadar bahwa tindakan itu buruk atau baik.
Kesadaran tentu kaitannya dengan Hati nurani yaitu yang menentukan
kapasitas kesadaran dalam diri seseorang. Dalam kasus ini jelas bahwa
pelaku tindakan korupsi suap ini memiliki hati Nurani tumpul dan Hati
nurani sesat. Niat pertama yang terngiang untuk melakukantindakan
tersebut sudah menunjukan bahwa Hati Bupati Bengkayang itu sudah
mulai tumpul. Kepekaannya terhadap kebenaran dan kejujuran sudah
mulai tersisih oleh keinginan yang melampaui batas kesadaran diri.
Dengan meminta imbal balik dan menjanjikan fee terhadap dua pejabat
dan rekannya menandakan bahwa Hati nuraninya sudah sesat karena
kesadaran sekecil apapun bahwa dana tersebut sangat dibutuhkan demi
kesejahteraan kotanya tidak ada terbesit dalam batin Bupati tersebut ia
malah mengajak orang lain bekerja sama untuk mencari keuntungan
dengan cara melakukan tindakan yang sangat beresiko terutama bagi diri
mereka sendiri. Kata ‘setuju’ dari mulut orang-oerang yang diajak
bekerjasama menandakan bahwa materialisme membuat Hati nurani
seseorang menjadi tumpul dan juga ada yang sudah terserang Hati nurani
sesat hanya karena materialisme. Tersebut. Mereka sudah tidak berpikir
apa yang akan terjadi jika tindakan itu terus diakukan. Dari kasus ini juga
kita bisa melihat krisis keutamaan moral dalam diri mereka, dikasus ini
juga terlihat sangat jelas sifat tamak dalam diri mereka yang melakukan
tindak korupsi suap tersebut. Sifat tamak artinya tidak puas terhadap
sesuatu yang sudah ada dan selalu merasa tidak cukup, sangat tergambar
jelas dalam kasus ini karena jika dilihat dari jabatan yang dianut terutama
Bupati, Kepala Dinas dan Pengusaha tidak gaji atau pendapatan mereka
sedikit, tetapi kenapa mereka masih melakukan tindakan buruk tersebut ya
semua karena sifat tamak dan kurangnya bersyukur atas nikmat yang
diberikan Tuhan karena diluar sana masih banyak orang-orang yang
menginginkan kedudukan seperti mereka. bersifat tamak berarti orang
tersebut belum menjadi orang yang utama karena orang tersebut masih
memiliki krisis akan moral keutamaan, karena keutamaan dan menjadi
orang utama adalah orang yang tau batas dan bisa mengatakan cukup
artinya tidak melebihkan dan tidak mengurangkan. Jadi semua kembali
kepada kesadaran akan Hati nurani setiap orang dan semua kembali
kepada pilihan ingin menjadi utama atau ingin menjadi orang yang biasa.
Karena sebanyak apapun aturan dan hukum yang dibuat jika tidak ada
kesadaran akan tindakan baik dan tindakan buruk tentu kasus seperti ini
akan terulang lagi tetapi sebaliknya walaupun tidak ada hukum atau aturan
yang dibuat jika seseorang itu memang sadar akan tindakan baik dan
buruk tentu kasus seperti yang dibahas disini tidak akan terulang lagi dan
semuanya berkaitan dengan latihan menjadi orang yang utama jadi
koruptor bukan keutamaan melainkan intemperate, tetapi jika orang-orang
pelaku korupsi dalam kasus ini sadar akan keutamaan artinya bisa merasa
cukup dan tidak memelihara sifat tamak tentu harus dilatih terus menerus
agar bisa menjadi orang yang utama dan bisa sadar akan tindakan yang
buruk dan tindakan yang baik tentu akan terwujud daerah yang jujur, adil
dan bebas korupsi.
DAFTAR PUSTAKA