You are on page 1of 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan


kekayaan sumber daya manusia, alam dan kanekaragaman suku
serta budaya yang ada. Dalam rangka mewujudkan tujuan dan cita-
cita Negara Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, maka
diperlukan penyelenggara Negara yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Salah satu penyelenggara Negara ini adalah Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah dan diangkat oleh petugas pembina kepegawaian serta
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Di dalam
Undang-Undang No.5 th.2014 tentang ASN, fungsi ASN yakni
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu
bangsa. ASN memiliki peranan yang penting menentukan dalam
mengelola kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya
manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang stabil
secara efektif dan efisien. Sejumlah keputusan strategis mulai dari
merumuskan kebijakan sampai pada implementasi kebijakan dalam
berbagai sektor pembangunan dilaksanakan oleh PNS.

Cermin Aparatur Sipil Negara di Indonesia dewasa ini sering


berkisar pada rendahnya profesionalisme, tingkat kesejahteraan
yang belum memadai, distribusi dan komposisi yang belum ideal,
penempatan dalam jabatan yang belum didasarkan pada
kompetensi, penilaian kinerja yang belum objektif, kenaikan
pangkat yang belum didasarkan pada prestasi kerja, budaya kerja
dan etos kerja yang masih rendah, penerapan peraturan disiplin
yang tidak dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen serta

1
persoalan-persoalan internal ASN lainnya. Persoalan-persoalan di
atas saling berkaitan dan cenderung belum menemukan solusi
yang komprehensif. Gambaran tersebut memberikan dorongan
bagi kita untuk melakukan perubahan pada sumber daya manusia
aparatur Indonesia (Reformasi Birokrasi).

Reformasi birokrasi tersebut penting untuk membekali para


Aparatur Sipil Negara tersebut dengan kompetensi yang diperlukan
saat memasuki ranah birokrasi. Upaya pengembangan kompetensi
Pegawai Aparatur Sipil Negara tersebut luas cakupannya yaitu
mulai dari segi kemampuan, pengetahuan, sampai sikap dan
perilaku yang sesuai dengan tuntutan tugas dan jabatan yang
diembannya. Profesionalisme Aparatur Sipil Negara sebagai
pelayan publik dapat dicapai dengan menerapkan nilai-nilai dasar
ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi (ANEKA).

Aktualisasi yang menerapkan konsep nilai dasar


akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi (ANEKA) diharapkan dapat turut serta memberikan
kontribusi melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat solutif dan
inovatif khusus dalam rangka pelaksanaan tugas sebagai perwat
terampil di UPTD Puskesmas Baturraden II, Kabupaten Banyumas.
Realisasi pelaksanaan kegiatan aktualisasi dalam rangka
penerapan nilai ASN, melalui pengamatan atau survey awal
(hipotesa) pada pelaksanaan kegiatan pelayanan publik di UPTD
Puskesmas Baturraden II, Kabupaten Banyumas, masih kurang
terinternalisasi.

Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan

2
kesehatan strata pertama. Dalam melaksanakan tugas tersebut
Puskesmas dapat mengalami hambatan dan permasalahan.
Permasalahan yang muncul dapat dilihat dari hasil pencapaian
kinerja Puskesmas yang belum memenuhi target yang ditentukan,
angka 10 besar penyakit dan komplain dari pelanggan secara
langsung ataupun melalui survey kepuasan pelanggan.

Berdasarkan PKP (Penilaian Kinerja Puskesmas)


Puskesmas Baturraden II yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut diantaranya ialah cakupan ibu hamil yang mendapatkan
minimal 90 Fe, cakupan penemuan kasus Tuberkulosis, cakupan
pelayanan lansia, upaya promotif dan preventif penyakit ispa, rasio
kunjungan peserta prolanis Untuk menentukan masalah utama dari
beberapa isu tersebut, maka penulis menyeleksinya dengan dua
metode yaitu Metode APKL dan Metode USG.

B. Identifikasi Isu Dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Isu
Rancangan aktualisasi disusun berdasarkan identifkasi
beberapa isu atau problematika yang ditemukan di instansi tempat
bekerja yang berkaitan dengan whole of goverment, pelayanan
publik, dan manajemen ASN. Sumber isu yang diangkat penulis
yaitu berdasarkan ruang lingkup cakupan kegiatan Penilaian
Kinerja Puskesmas (PKP) tahun 2018 yang masih belum mencapai
target cakupan dan inisiatif penulis yang disetujui mentor.

Tabel 1.1 Identifikasi Isu

No Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan


1. Cakupan ibu Cakupan ibu hamil yang Tercapainya cakupan ibu
hamil yang mendapatkan minimal 90 hamil yang mendapatkan
mendapatkan

3
minimal 90 tablet Fe belum minimal 90 tablet Fe
tablet Fe di memenuhi target sesuai dengan target
UPTD
Puskesmas
Baturraden II
belum tercapai

Sumber isu:
Pelayanan Publik
2. Belum Tingginya cakupan Berkurangnya cakupan
optimalnya Penyakit ISPA penyakit ISPA
upaya promotif
dan preventif
pada penyakit
ISPA di UPTD
Puskesmas
Baturraden II

Sumber isu:
Pelayanan Publik

3. Cakupan Cakupan penemuan Tercapainya cakupan


penemuan kasus Tuberkulosis penemuan kasus
kasus belum memenuhi target Tuberkulosis sesuai
Tuberkulosis di dengan target
UPTD
Puskesmas
Baturraden II
belum tercapai

Sumber isu:
Pelayanan Publik

4. Cakupan Cakupan pelayanan Tercapainya cakupan


pelayanan lansia belum memenuhi pelayanan lansia sesuai
lansia di UPTD target dengan target
Puskesmas

4
Baturraden II
belum tercapai

Sumber isu:
Pelayanan Publik

5. Cakupan ASI Cakupan ASI eksklusif Tercapainya cakupan ASI


eksklusif di
UPTD belum memenuhi target eksklusif sesuai dengan
Puskesmas target
Baturraden II
belum tercapai
Sumber isu:
Pelayanan Publik

Identifikasi isu yang terdapat di atas, pada rancangan


aktualisasi yang akan dilaksanakan kemudian ditetapkan dengan
menggunakan pendekatan APKL yaitu Aktual, problematik,
kekhalayakan, dan layak/kelayakan. Isu dengan tanda “+” pada
seluruh indikator berarti Memenuhi Syarat. Jika salah satu indikator
terdapat tanda “-“ maka Tidak Memenuhi Syarat. Setelah diperoleh
hasil dari APKL, maka dipilih isu yang menjadi prioritas utama yang
akan diidentifikasi. Berikut hasil analisa isu Puskesmas Baturraden II
yang ditetapkan menggunakan pendekatan APKL.

Tabel 1.2. Analisa APKL

KRITERIA KETERANGA
NO. ISU
A P K L N

1. Cakupan ibu hamil yang


mendapatkan minimal 90
Memenuhi
tablet Fe di UPTD + + + +
Syarat
Puskesmas Baturraden II
belum tercapai

2. Belum optimalnya upaya + + + + Memenuhi

5
promotif dan preventif pada
penyakit ISPA di UPTD Syarat
Puskesmas Baturraden II

3. Cakupan penemuan kasus


Tuberkulosis di UPTD Memenuhi
+ + + +
Puskesmas Baturraden II Syarat
belum tercapai

4. Cakupan pelayanan lansia Tidak


di UPTD Puskesmas - + + + Memenuhi
Baturraden II belum tercapai Syarat

5. Cakupan ASI eksklusif di Tidak


UPTD Puskesmas + + - + Memenuhi
Baturraden II belum tercapai Syarat

KETERANGAN :

1. A (Aktual) : isu yang sedang terjadi atau dalam proses


kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
2. P (Problematik) : isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.

3. K (Khalayak) : isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup


orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.

6
4. L (Layak) : isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.

Dari analisis tersebut, diambil 3 isu yang memenuhi syarat yaitu:


1. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe di UPTD
Puskesmas Baturraden II belum tercapai
2. Belum optimalnya upaya promotif dan preventif pada penyakit ISPA di
UPTD Puskesmas Baturraden II

3. Cakupan penemuan kasus Tuberkulosis di UPTD Puskesmas


Baturraden II belum tercapai

Dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau isu yang


bersifat aktual, sebaiknya menggunakan kemampuan berpikir kritis yang
ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu.
Salah satu alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas adalah
menggunakan kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth). Urgency
menilai seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan
ditindaklanjuti. Seriousness menilai seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth menilai
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani.

Analisis USG dilakukan dengan memberikan nilai dengan rentang


antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2
berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar, dan nilai 5 berarti
sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi merupakan isu prioritas yang
akan ditetapkan untuk diselesaikan dengan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan.

Tabel 1.3 Analisis Isu dengan Metode USG

No Isu dan Sumber Isu U S G Total Peringkat


1. Belum optimalnya upaya 5 5 5 15 1

7
promotif dan preventif
pada penyakit ISPA di
UPTD Puskesmas
Baturraden II

Sumber isu:
Manajemen ASN,
Pelayanan Publik dan
Whole of Government
2. Belum optimalnya 5 5 5 15 2
penemuan kasus
Tuberkulosis (TB) baru di
UPTD Puskesmas
Kembaran I

Sumber isu:
Manajemen ASN,
Pelayanan Publik dan
Whole of Government
3. Cakupan ibu hamil yang 5 4 3 12 3
mendapatkan minimal 90
tablet Fe di UPTD
Puskesmas Baturraden II
belum tercapai

Sumber isu:
Manajemen ASN,
Pelayanan Publik dan
Whole of Government
Keterangan:
Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis
U (Urgency) :
dan ditindaklanjuti
Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
S (Seriousness) :
dengan akibat yang ditimbulkan
Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
G (Growth) :
tersebut jika tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Skala likert:
1 : Sangat kecil 4 : Besar
2 : Kecil 5 : Sangat besar
3 : Sedang

8
2. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan
Dampak isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan
metode USG jika tidak diselesaikan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 1.4 Dampak jika Isu Tidak Diselesaikan

No Sumber Isu Identifikasi Isu Dampak

1 Manajemen Belum optimalnya ISPA berlangsung sampai


upaya promotif dan
ASN, 14 hari yang dapat
preventif pada
Pelayanan penyakit ISPA di ditularkan melalui air ludah,
Publik dan UPTD Puskesmas darah, bersin maupun udara
Baturraden II
Whole of pernafasan yang
Government mengandung kuman. ISPA
diawali dengan gejala
seperti pilek biasa, batuk,
demam, bersin-bersin, sakit
tenggorokan, sakit kepala,
sekret menjadi kental,
nausea, muntah dan
anoreksia.

Apabila gejala ISPA


diabaikan, kuman dan virus
dengan cepat berkembang
di dalam saluran pernafasan
yang menyebabkan infeksi.
Jika telah terjadi infeksi
maka anak akan mengalami
kesulitan bernafas dan bila
tidak segera ditangani,
penyakit ini bisa semakin
parah menjadi pneumonia
yang menyebabkan

9
kematian.

Dampak bagi organisasi


yaitu pasien yang banyak
akan mempengaruhi
kebutuhan stok obat dan
masker di Puskesmas

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi isu dan penetapan isu di atas,
rumusan masalah dalam rancangan aktualisasi ini adalah :
a. Bagaimana optimalisasi upaya promotif dan preventif pada
penyakit ISPA di UPTD Puskesmas Baturraden II?
b. Bagaimana keterkaitkan antara kegiatan yang di usulkan
dengan nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) yang mendasari
kegiatan baik langsung maupun tidak langsung?
c. Bagaimana kontribusi antara visi,misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan rancangan
aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengoptimalisasi upaya promotif dan preventif pada
penyakit ISPA di UPTD Puskesmas Baturraden II.
2. Untuk melaksanakan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar
ASN (ANEKA) yang mendasari kegiatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Untuk mengetahui kontribusi antara visi ,misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat.

D. Manfaat

10
Manfaat rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II


a. Mampu memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar ASN yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.
b. Menjadi perawat yang mampu menjalankan fungsi sebagai
pelaksana kebijakan, pelayan publik dan perekat dan pemersatu
bangsa yang memiliki integritas dan profesional di lingkungan
UPTD Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas.
2. Bagi Instansi (Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas)
a. Rancangan aktualisasi ini dapat meningkatkan efektivitas,
efisiensi, dan inovasi serta mutu pelayanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas.
b. Terwujudnya visi dan misi UPTD Puskesmas Baturraden II
Kabupaten Banyumas.
3. Bagi Stakeholder
Mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan dan harapannya dalam bidang kesehatan.

11
BAB II BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang
ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam
konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya

12
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-
budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita
yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian
antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun
internasional.
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah
yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan
hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja
keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun
mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk

13
bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan
hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki
pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket
demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi
mengharumkan nama bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer

Saat ini konsep negara,bangsa dan nasionalisme dalam


konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara
globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi
pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi
kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakanan logika
sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia
akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara
sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia
akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu
yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari
interaksi peradaban dan bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS


sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang
dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa
dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap

14
PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/
terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi
masal seperti cybercrime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatih kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan
mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan


kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada


negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta tanah air


b. Kesadaran berbangsa dan bernegara

15
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.

B. Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara


Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam tugas
jabatan ASN secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-
nilai dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini
diakronimkan menjadi “ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah Kewajiban untuk memberikan pertanggung


jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan semakin menguat
karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
a. Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu :

1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari


atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang
penting dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.

16
3) Integritas : konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai


bangsa dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan
dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-
sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat
kebangsaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya


sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan
negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan
negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau paham

17
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat mempelajari
bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki
karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang


harus diperhatikan, yaitu :

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap

18
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

19
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

20
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Etika dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau
benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/ norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik.

Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta


keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna

21
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut :
a. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
b. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
c. Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :

1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.


2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

22
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu

Komitmen adalah janji pada diri sendiri atau pada pihak lain
kemudian ada upaya yang tercermin dalam tindakan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia komitmen adalah perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Sedangkan mutu menurut
Goetsch dan Davis merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder.
Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan

23
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan
manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema


Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda).
Korupsi secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,

24
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.

Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena


dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik
dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001
didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. menurut
UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan negara, (2)
suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5)
penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan
delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU
no.3/71)

Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:


a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada
orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya

25
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua
masalah yang telah dilakukan.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
h. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
i. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

26
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu


1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan dan Parpol.
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun
demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas
umum nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;

27
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan,
dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik

1. Manajemen ASN

Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.


Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun

28
dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur
Sipil Negara, 2014).
2. Whole of Government (WoG)

Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan


penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan menunjuk sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).

WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan


publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
3. Pelayanan Publik

LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala


bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.

Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk


mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,

29
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. Fundamen Pelayanan Publik
yaitu:

a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai


amanat konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang.
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.

30
BAB III

DESKRIPSI UNIT ORGANISASI


A. Profil Puskesmas Baturraden II
1. Keadaan geografis dan demografi
Puskesmas Baturraden II terletak di bagian utara Kabupaten
Banyumas di kaki Gunung Slamet, berlokasi di Kecamatan
Baturraden yang memiliki 12 desa.
Wilayah kerja Puskesmas Baturraden II meliputi 6 ( enam )
desa binaan yaitu desa Karangsalam, Kemutug Lor, Karangmangu,
Kemutug Kidul, Rempoah, dan Pandak. Desa Rempoah
merupakan desa yang paling luas yaitu sekitar 246.433 Ha,
sedangkan desa Kemutug Lor merupakan desa paling kecil sekitar
1.012 Ha.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II

31
Letak geografis, Puskesmas Baturraden II berbatasan
dengan wilayah beberapa Puskesmas yaitu :
 Sebelah Utara : PERHUTANI
 Sebelah Selatan : Puskesmas Purwokerto Utara
 Sebelah Barat : Puskesmas I Baturraden
 Sebelah Timur : Puskesmas I & II Sumbang
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas II Baturraden yang
meliputi 6 (enam) desa adalah 25.490 jiwa.
2. Visi dan Misi Kabupaten Banyumas
a. Visi Kabupaten Banyumas
Menjadikan Banyumas Yang Maju, Adil-Makmur, dan Mandiri
b. Misi Kabupaten Banyumas
1) Mewujudkan Banyumas sebagai barometer pelayanan publik
dengan membangun sistem integritas birokrasi yang
profesional, bersih, partisipatif, inovatif dan bermartabat
2) Meningkatkan kualitas hidup warga melalui pemenuhan
kebutuhan dan layanan dasar pendidikan dan kesehatan
3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah
berkualitas, berkeadilan dan berkelanjutan
4) Mewujudkan Banyumas sebagai Kabupaten Pelopor
Kedaulatan pangan
5) Menciptakan iklim investasi yang berorientasi perluasan
kesempatan kerja yang berbasis potensi lokal dan ramah
lingkungan
6) Meningkatkan kualitas dan kuantitas insfratuktur dasar yang
merata dan memadai sebagai daya ungkit pembangunan
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
industri kerakyatan, pariwisata dan industri kreatif berbasis
sumber daya lokal
8) Mewujudkan tatanan masyarakat yang berbudaya serta
berkepribadian dengan menjunjung tinggi nilai rasionalisme
dan religious.

32
3. Visi, Misi, Tata Nilai Puskesmas Baturraden II
a. Visi Puskesmas Baturraden II
Pelayanan Kesehatan Dasar Paripurna Menuju Masyarakat
Sehat Mandiri
b. Misi Puskesmas Baturraden II
1) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;
2) Meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan;
3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;
4) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral;
5) Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan.
c. Tata Nilai Puskesmas Baturraden II
1) Profesional
2) Disiplin
3) Empati
4. Struktur Organisasi dan Tugas Unit Kerja
a. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Baturraden II
Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu sebagai berikut:

 Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah sarjana, memiliki
kompetensi manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja
di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti
pelatihan manajemen Puskesmas.
 Kasubag Tata Usaha
Membawahi beberapa kegiatan antara lain Sistem Informasi
Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.

 Penanggungjawab UKM Esensial dan Keperawatan


Kesehatan Masyarakat, membawahi :

33
1) Pelayanan Promosi Kesehatan Termasuk UKS
2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan
3) Pelayanan KIA-KB Yang Bersifat UKM
4) Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKM
5) Pelayanan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
6) Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
 Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi :
1) Pelayanan Kesehatan Jiwa
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3) Pelayanan Kesehatan Lansia
4) Pelayanan Kesehatan Olahraga
 Penanggungjawab UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium
Membawahi :
1) Pelayanan Pemeriksaan Umum
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
3) Pelayanan KIA-KB Yang Bersifat UKP
4) Pelayanan Gawat Darurat
5) Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKP
6) Pelayanan Persalinan
7) Pelayanan Kefarmasian
8) Pelayanan Laboratorium
 Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Membawahi:
1) Puskesmas Pembantu (PUSTU)
2) Pos Kesehatan Desa (PKD)
3) Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Struktur organisasi UPTD Puskesmas Baturraden II


terdapat pada Gambar 3.2.

34
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS

KEPALA PUSKESMAS
PERMENKES 75 TH 2014
FAJAR TRI ASIH,S.Kep,.Ns,.MM

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

KISLAM, SH

KEUANGAN KEPEGAWAIAN RUMAH TANGGA SISTEM INFORMASI


PUSKESMAS
MIsker Juliawati DJL KISLAM, SH DYAH CHRISNIANI WIJONO

PENANGGUNGJAWAB UKP JARINGAN PELAYANAN PUSKESMAS &


PENANGGUNGJAWAB UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI & LABORATORIUM JEJARING PELAYANAN KESEHATAN
HARINI PUJI LESTARI, SKM dr. SARAH PUSPA M LELA SUFIANA

UKM ESENSIAL KEPERAWATAN A. PELAYANAN PEMERIKSAAN UMUM


UKM A. BIDAN DESA KARANGSALAM
KESEHATANMASYARAKAT
PENGEMBANGAN dr. R JOKO ADI PAMUNGKAS 1. EVI RAKHMAWATI

A. PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN 2. EUISN PRAMALYSEKA


TERMASUK UKS IMS /KT-HIV/PDP B. PELAYANAN KESEHATAN GIGI & MULUT
B. BIDAN DESA KEMUTUG LOR
LELA SUFIANA drg. WIDYARINI K
AKMILATUN LATIFAH
Dr. R.Joko Adi Pamungkas
B. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN
C. PELAYANAN KIA/KB YANG BETRSIFAT UKP C. BIDAN DESA KARANGMANGU

ROSMAIDA BR MALANGO SISMIATI ANDRIANI


HARINI PUJI LESTARI, SKM

D. PELAYANAN GIZI YANG BERSIFAT UKP D. BIDAN DESA KEMUTUG KIDUL


C. PELAYANAN KIA/KB YANG BERSIFAT
UKM
LASIYAH PURWATI MEGANINGTYAS
HANIF SUGIHANDINI,Amd.Keb
E. PELAYANAN KEFARMASIAN E. BIDAN DESA REMPOAH
D. PELAYANAN GIZI YANG BERSIFAT UKM
ARDIANSAH BAYU SETIADI, S.Farm.,Apt 1. MUNIKMAH
LASIYAH PURWATI
2. KURNIANINGRUM
E. PELAYANAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT F. PELAYANAN LABORATORIUM F. BIDAN DESA PANDAK

AGUS SUPRIJANTO, Amd Kep ANANG WIBOWO SUSI PRIMAYANTI

F. PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN 35


MASYARAKAT
Gambar 3.2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Baturraden II
AGUS SUPRIJANTO, Amd Kep
b. Tugas Unit Kerja

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas


adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Berdasarkan Permenkes RI No.75 Tahun 2014 Puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut
Puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM dan UKP
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain itu, Puskesmas dapat berfungsi
sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM Puskesmas


berwenang untuk:

1) melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan


masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6) melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKP Puskesmas


berwenang untuk:

36
1) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
2) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
3) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
4) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
6) melaksanakan rekam medis;
7) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
8) melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;dan
10) melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

B. TUGAS JABATAN PESERTA DIKLAT


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2014 tentang jabatan
fungsional perawat dan angka kreditnya dijelaskan pada Bab I pasal 1(1) bahwa
Perawat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh olehpejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatanpelayanan keperawatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Dalam Bab II Pasal 4 disebutkan bahwa tugas pokok perawat adalah
melakukan kegiatan pelayanan keperawatan yang meliputi asuhan
keperawatan,pengelolaan keperawatan dan pengabdian pada masyarakat.
Jabatan fungsional perawat terdiri dari perawat terampil dan perawat ahli.
Jenjang jabatan perawat terampil mulai paling rendah sampai tinggi diantaranya:
1. Perawat terampil
2. Perawat mahir
3. Perawat penyelia

37
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan AparaturNegara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2014 tentang jabatan
fungsional perawat dan angka kreditnya dijelaskan pada BabVI pasal 8 tentang
rincian kegiatan perawat terampil sesuai dengan jenjang jabatan yaitu:
1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu;
2) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
3) Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
4) Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan atau pelindung fisik pada
pasien untuk mencegah risiko cedera padaindividu dalam rangka upaya
preventif;
5) Memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya (melakukan
pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada individu dalam rangka
upaya preventif;
6) Memfasilitasi penggunaan pelindung diripada kelompok dalam rangka
melakukanupaya preventif;
7) Memberikan oksigenasi sederhana;
8) Memberikan bantuan hidup dasar;
9) Melakukan pengukuran antropometri;
10)Melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhikebutuhan eliminasi;
11)Memantau keseimbangan cairan danelektrolit pasien;
12)Melakukan mobilisasi posisi pasien;
13)Mempertahankan posisi anatomis pasien;
14)Melakukan fiksasi fisik;
15)Memfasilitasi lingkungan yang mendukungistirahat;
16)Memfasilitasi kebiasaan tidur pasien;
17)Memfasilitasi penggunaan pakaian yangmendukung kenyamanan pada
pasien;
18)Melakukan pemeliharaan diri pasien;
19)Memandikan pasien;
20)Membersihkan mulut pasien;
21)Melakukan kegiatan kompres hangat/dingin;
22)Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan(memasang warming blanket);
23)Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan;
24)Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
25)Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal;

38
26)Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian;
27)Memfasilitasi suasana lingkungan yangtenang dan aman
28)Melakukan dokumentasi pelaksanaantindakan keperawatan
29)Menyusun rencana kegiatan individuperawat;
30)Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasikesehatan;
31)Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
32)Melaksanakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu; dan
33)Melakukan supervisi lapangan.

Dalam Undang - Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 pasal 29


tentang tugas dan wewenang perawat dijelaskan bahwa dalam dalam
menyelenggarakan Praktik Keperawatan, perawat bertugas sebagai:
1) Pemberi Asuhan Keperawatan;
2) Penyuluh dan konselor bagi Klien;
3) Pengelola Pelayanan Keperawatan;
4) Peneliti Keperawatan;
5) Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
6) Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Kewajiban perawat menurut Undang - Undang Keperawatan Nomor


38 Tahun 2014 pasal 37 yaitu:

1) Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan


standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
2) Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3) Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
4) Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
5) Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
6) Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
7) Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

39
Rincian Kewenangan Klinis Perawat Terampil
1) Melakukan pengkajian dasar pada individu.
2) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif.
3) Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif.
4) Memfasilitasi penggunaan alat - alat pengamanan atau pelindung fisik pada
pasien untuk mencegah risiko cidera pada individu dalam rangka upaya
preventif.
5) Memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya, melakukan
pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien pada individu dalam rangka
upaya preventif.
6) Memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya preventif.
7) Memberikan oksigenasi sederhana.
8) Memberikan bantuan hidup dasar.
9) Melakukan pengukuran antropometri.
10)Melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi.
11)Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
12)Melakukan mobilisasi pasien.
13)Mempertahankan posisi anatomis pasien.
14)Melakukan fiksasi fisik.
15)Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat.
16)Memfasilitasi kebiasaan tidur pasien.
17)Memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan pada
pasien.
18)Melakukan pemeliharaan diri pasien.
19)Memandikan pasien.
20)Membersihkan mulut pasien.
21)Melakukan kegiatan kompres hangat / dingin.
22)Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming
blanket)melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan.
23)Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying-care)
24)Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal.
25)Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian.
26)Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman.

40
27)Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan.
28)Menyusun rencana kegiatan individu perawat.
29)Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan.
30)Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan.
31)Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu.
32)Melakukan supervisi lapangan.
C. ROLE MODEL

Gambar 3.3 Kepala Puskesmas UPTD Baturraden II


Sosok yang saya jadikan role model adalah Plt. Kepala Puskesmas
Baturraden II, Ibu Fajar Tri Asih.S.Kep.Ns. Beliau sosok pemimpin yang patut
dicontoh dari sikap dan perilakunya.
Beliau memiliki jiwa kepemimpinan (Akuntabilitas) yang tegas, disiplin (Anti
korupsi), memiliki wibawa yang disegani banyak orang dan selalu
mengedepankan integritas, kejujuran, disiplin, serta tanggung jawab tinggi
(Akuntabilitas). Beliau juga selalu memberi contoh kepada pegawainya untuk
selalu melayani sesuai standar pelayanan (Etika Publik) dan memberikan
pelayanan yang prima (Komitmen Mutu) terhadap masyarakat demi tercapainya
kepuasan masyarakat dalam pelayanan di Puskesmas Baturraden II. Beliau juga
orang sangat mengutamakan kepentingan masyarakat di banding kepentingan
pribadi.
Penulis berharap dapat mencontoh teladan yang di berikan oleh Kepala
Puskesmas Baturraden II tersebut dan menerapkan hal-hal yang beliau lakukan
sesuai dengan kapasitas dan peranan di lingkungan kerja Penulis.

41
BAB III

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI-HABITUASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai ANEKA

Unit Kerja : UPTD Puskesmas Baturraden II Kabupaten


Banyumas.

Isu yang : Belum optimalnya upaya promotif dan preventif


diangkat tentang ISPA di UPTD Puskesmas Baturraden II
Kabupaten Banyumas

Gagasan : 1. Melakukan konsultasi dengan Mentor


penyelesaian 2. Sosialisasi upaya promotif dan preventif

isu penyakit ispa


3. Melakukan Penyuluhan tentang penyakit ispa di
kelas lansia dan posyandu, posbindu
4. Membuat leaflet tentang ispa
5. Melakukan demontrasi cuci tangan
6. Optimalisasi media sosial sebagai media
“reminder”

42
Tabel 3.1. Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai ANEKA

PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
1) Melakukan 1. Pengambilan 1. Terkumpulnya data Akuntabilitas: Kegiatan ini Kegiatan ini
konsultasi data dari ispa Pengumpuan data berkontribusi memberika
dengan laporan dalam n
sesuai dengan
Mentor bulanan ispa mewujudkan misi penguatan
keadaan yang
“Meningkatkan nilai
sebenarnya profesionalisme organisasi
menunjukan sikap sumber daya Puskesmas
transparansi manusia” Baturraden
2. Menyiapkan 2. Terbentuknya Komitmen mutu: II yaitu
rancangan rancangan Adanya kejelasan Selain itu, Profesiona
aktualisasi aktualisasi rancangan aktualisasi berkontribusi l
yang akan terhadap visi
dilaksanakan Puskesmas
3. Melakukan 3. Disetujuinnya rencana Etika Publik: Baturraden II yaitu
konsultasi kegiatan Dalam melakukan “Pelayanan
dengan Mentor Kesehatan Dasar
konsultasi dilakukan
dengan sopan Paripurna
Menuju

43
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
Etika Publik: Masyarakat
Sehat Mandiri”
berangsung secara
musyawarah untuk
menyepakati
sosialisasi upaya
promotif dan preventif

2) Sosialisasi 1. Melakukan 1.Terlaksananya Etika Publik : Kegiatan ini Kegiatan ini


upaya koordinasi koordinasi dengan Berkomunikasi berkontribusi memberika
promotif dengan tim tim promkes dan dengan sopan dan dalam n
dan promkes dan sanitasi santun koordinasi mewujudkan misi penguatan
preventif sanitasi dengan tim promkes “Meningkatkan nilai
penyakit dan sanitasi kerjasama lintas organisasi
ispa program dan Puskesmas
Nasionalisme sila lintas sektoral” Baturraden
ke-3: kerjasama dan II yaitu
koordinasi dilakukan Profesiona
dengan tim promkes Selain itu,
berkontribusi l
serta sanitasi agar

44
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
sosialisasi terhadap visi
tersampaikan dengan Puskesmas
baik Baturraden II yaitu
2. Melakukan 2. Terlaksananya Anti Korupsi: “Pelayanan
koordinasi Kesehatan Dasar
koordinasi dan Sosialisasi dilakukan
dengan bidan Paripurna
sosialisasi sesuai sesuai dengan waktu
desa sasaran Menuju
dengan waktu dan yang disepakati
untuk Masyarakat
tempat yang disepakati. mencerminkan bahwa
menentukan Sehat Mandiri”
penulis disiplin dan
waktu dan bertanggung jawab.
tempat kegiatan
sosialisasi
3. Menyiapkan 3. Tersedianya materi Komitmen mutu :
draft materi sosialisasi kegiatan Adanya kejelasan
sosialisasi
ISPA materi sosialisasi
sehingga kegiatan
akan lebih efektif dan
efisien
3) Melakukan 1.Menyiapkan 1. Tersedianya materi Akuntabilitas : Kegiatan ini Kegiatan ini
bahan materi sosialisasi upaya berkontribusi

45
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
Penyuluha promotif dan preventif Menyiapkan bahan dalam memberikan
n tentang tentang penyakit ispa materi dengan mewujudkan misi penguatan
penyakit tanggung jawab “Mendorong nilai
ispa di 4. Tersedianya daftar Akuntabilitas : kemandirian organisasi
2. Membuat daftar masyarakat
kelas lansia untuk peserta yang Puskesmas
hadir Adanya kejelasan untuk hidup
dan hadir Baturraden
target peserta yang sehat”
posyandu, II yaitu
posbindu mengikuti Empati
2.Melakukan pre 2. Terlaksananya Komitmen mutu : Selain itu,
test kegiatan pre test dan berkontribusi
Melakukan pre test
didapatkan hasil pre terhadap visi
untuk mengetahui
test Puskesmas
sejauh mana audiens Baturraden II yaitu
tau tentang ispa “Pelayanan
sebelum dilakukan Kesehatan Dasar
penyuluhan agar Paripurna
kegiatan lebih efektif Menuju
dan efisien Masyarakat
3.Pelaksanaan 3. Telaksananya acara Nasionalisme: Sehat Mandiri”
penyuluhan penyuluhan Tejadinya kerjasama

46
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
dan koordinasi dalam
acara penyuluhan
4.Mengevaluasi 4. Terlaksanya kegiatan Komitmen Mutu:
acara post test untuk Melakukan post test
penyuluhan evaluasi
untuk mengetahui
apakah penyuluhan
dapat menambah
pengetahuan audiens
sehingga
memunculkan
orientasi mutu
4) Membuat 1. Berkoordinasi 1. Terjalinnya koordinasi Etika Publik: Kegiatan ini Kegiatan ini
leaflet dengan PTK dengan PTK BOK Sopan santun saat berkontribusi memberika
BOK dan PTK dan PTK BLUD dalam n
tentang berkoordinasi dengan
BlUD dalam mewujudkan misi penguatan
ispa PTK BOK dan PTK
pengadaan “Meningkatkan nilai
leaflet BLUD kinerja dan mutu organisasi
Nasionalisme: pelayanan Puskesmas
kesehatan” dan Baturraden
Melakukan

47
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
musyawarah untuk “Meningkatkan II yaitu
ufakat tertib Profesiona
administrasi dan l dan
2. Membuat leaflet 2. Terbentuknya leaflet Akuntabilitas:
keuangan” Disiplin
mengenai ISPA mengenai ISPA Leaflet harus jelas dan
dapat
Selain itu,
dipertanggungjawabka
berkontribusi
n
terhadap visi
Komitmen mutu:
Puskesmas
Membuat informasi
Baturraden II yaitu
untuk pasien
“Pelayanan
merupakan inovasi
Kesehatan Dasar
2. Melakukan 4.Terlaksananya Etika Publik :
Paripurna
koordinasi koordinasi dengan Berkomunikasi Menuju
dengan tim tim promkes dan dengan sopan dan Masyarakat
promkes dan sanitasi santun koordinasi Sehat Mandiri”
sanitasi dengan tim promkes
serta sanitasi
Nasionalisme sila
ke-3: kerjasama dan

48
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
koordinasi dilakukan
dengan tim promkes
dan sanitasi agar
sosialisasi
tersampaikan dengan
baik
3. Membagikan 3. Terbaginya leaflet Etika Publik:
leaflet tentang kepada pasien Bersikap ramah saat
ISPA
membagikan leaflet
kepada pasien

49
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
5) Memberika 1. Meminta 1. Disetujuinya kegiatan Etika Publik: Kegiatan ini Kegiatan ini
n oleh Mentor Dalam melakukan berkontribusi memberika
izin kepada
dalam n
pendidikan kegiatan terlebih
pimpinan mewujudkan misi penguatan
kesehatan dahulu saya meminta
“Meningkatkan nilai
dan masker untuk dapat izin kepada pimpinan kinerja dan mutu organisasi
kepada melakukan untuk dapat pelayanan Puskesmas
pasien melakukan kegiatan kesehatan” Baturraden
penderita kegiatan dengan sopan dan II yaitu
ISPA yang santun Selain itu, Empati
datang berkontribusi
kepuskesm terhadap visi
as Puskesmas
Baturraden II yaitu
“Pelayanan
Kesehatan Dasar
Paripurna
Menuju
Masyarakat
2. Meminta Etika Publik: Sehat Mandiri”
Disetujuinya penkes

50
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
izin kepada oleh pasien sebelum saya
setiap memberikan penkes
terlebih dahulu saya
pasien
menyapa dan
pendertia mengucapkan salam
ISPA yang serta meminta izin
untuk memberikan
datang penkes dengan ramah
kepuskesm dan tanpa
memaksakan.
as sebelum
memberika
n penkes

3. Berkoordina 2. Terlaksananya Akuntabilitas:


penkes di klinik Memberikan penkes
si dengan
sanitasi
secara efektif dan
klinik
efisien agar pasien

51
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
sanitasi tidak bosan
untuk
memberika
n penkes
kepada
pasien
penderita
ISPA

4. Memberika 3. Pasien Anti Korupsi:


menggunakan memberikan masker
n masker
Masker
untuk dipakai pasien
selama batuk
5. Melakukan 4. Adanya dokumentasi Anti Korupsi:
dokumentas di Rekam medis Memasukan kegiatan
i
ke dalam rekam medis

52
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
6) Melakukan 1. Menyiapkan 5. Tersedianya SOP Anti Korupsi: Kegiatan ini Kegiatan ini
demontrasi bahan Cuci Tangan Adanya SOP agar berkontribusi memberikan
dalam penguatan
cuci tangan pelaksanaanya sesuai
mewujudkan misi nilai
dan efektif
“Mendorong organisasi
2. Menyiapkan 6. Tesedianya Daftar Akuntabilitas : kemandirian
Hadir Puskesmas
daftar hadir Adanya kejelasan masyarakat Baturraden
target peserta yang untuk hidup II yaitu
mengikuti sehat” Empati
3. Melakukan 7. Terlaksananya Etika Publik:
demonstrasi cuci Selain itu,
demonstrasi cuci Melakukan berkontribusi
tangan tangan
demonstrasi dengan terhadap visi
ramah dan sopan Puskesmas
4. Mengevaluasi 8. Audiens mampu Akuntabilitas : Baturraden II yaitu
cara cuci tangan melaksanakan cuci Dalam tahapan “Pelayanan
tangan Kesehatan Dasar
kegiatan ini penulis
bertanggung jawab Paripurna
Menuju
agar audiens mampu
Masyarakat
melaksanakan cuci

53
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
tangan yang baik dan Sehat Mandiri”
benar sesuai SOP
5. Mencatat dalam 9. Tersedianya Notulen Akuntabilitas :
Notulen Tersedianya notuen
sebagai bukti
tanggung jawab
penulis
Anti Koupsi:
Tersedianya Notulen
sebagai bukti
pelaksanaan yang

54
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
7 Optimalisas 1. Melakukan 1. Adanya kesepakatan Nasionalisme sila ke 4 : Kegiatan ini Kegiatan ini
i media koordinasi antara penulis, Adanya kesepakatan berkontribusi memberika
dengan promkes, dan antara penulis, dalam n
sosial
Petugas IT dan petugas IT untuk promkes, dan petugas mewujudkan misi penguatan
sebagai
Promkes kegiatan optimalisasi IT untuk kegiatan “Mendorong nilai
media Puskesmas media sosial kemandirian
“reminder” optimalisasi media organisasi
masyarakat Puskesmas
sosial menunjukan
untuk hidup Baturraden
terjadinya musyawarah
sehat” II yaitu
Etika Publik :
Empati
Pembahasan dilakukann
Selain itu,
secara ramah dan sopan
berkontribusi
terhadap visi
Puskesmas
Baturraden II yaitu
“Pelayanan
2. Membuat dan 2. Tesedianya konten Etika Publik: Kesehatan Dasar
mencari konten tentang ispa Paripurna
Tesedianya konten
(video, gambar Menuju
yang menarik dan
atau tulisan Masyarakat
sopan

55
PENGUAT
KETERKAITAN KONSTRIBUSI AN
N TAHAPAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI-
KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN MISI NILAI
O PELATIHAN
(ANEKA) ORGANISASI ORGANIS
ASI
1 2 3 4 5 6 7
pendek) Sehat Mandiri”
tentang ispa
3. Mengkatifkan 3. Adanya konten Etika Publik:
kembali dan tentang ISPA di akun Tesedianya konten
upload dari facebook dan yang menarik dan
akun facebook instagram Puskesma sopan
dan instragram Baturraden II

B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Baturraden II. Kegiatan-kegiatan
aktualisasi akan di jabarkan dalam timeline kegiatan pada tabel 4.2.
Tabel 3.2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

56
Habituasi Hari ke-
Portofolio/ Bukti
No Kegiatan November – Desember
Kegiatan

22
23
1. Melakukan Lembar
konsultasi dengan konsultasi/koordinasi,
Mentor notula pertemuan, foto
kegiatan

2. Sosialisasi upaya Lembar


promotif dan konsultasi/koordinasi,
preventif penyakit materi sosialisasi, daftar
ispa hadir, notula pertemuan,
foto kegiatan

3. Melakukan Foto/Video Kegiatan, Materi,


Penyuluhan Hasil Pretest, Hasil Posttest,
Daftar Hadir
tentang penyakit
ispa di kelas lansia
dan posyandu,

57
Habituasi Hari ke-
Portofolio/ Bukti
No Kegiatan November – Desember
Kegiatan

22
23
posbindu

4. Membuat leaflet Foto/video kegiatan, lembar


tentang ispa konsultasi/koordinasi

5. Melakukan Foto/video kegiatan, lembar


demontrasi cuci konsultasi/koordinasi,
tangan daftar hadir

6 Optimalisasi Lembar konsultasi,


media sosial bahan konten yang
sebagai media diupload, screenshoot akun
“reminder” media sosial & pesan
reminder

Keterangan :

58
: Pelaksanaan Kegiatan

: Hari libur

59
Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akan dilaksanakan
pada tanggal 12 Juli sampai dengan 10 Agustus 2019 pada institusi
tempat kerja. Dalam pelaksanaannya dimungkinkan terjadinya
kendala-kendala yang berisiko menghambat kegiatan yang telah
direncanakan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan
antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut, sehingga
dampak yang menghambat kegiatan tersebut dapat diminimalisir.
Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala selama aktualisasi
dapat dijelaskan lebih lanjut pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3 Antisipasi menghadapi kendala-kendala aktualisasi

Strategi Menghadapi
No. Kegiatan Kendala
Kendala

1. Sosialisasi Kurangnya Meminta bantuan


kegiatan partisipasi peserta bidan desa dan kader
PROLANIS PROLANIS untuk memotivasi peserta
menghadiri kegiatan PROLANIS untuk hadir
sosialisasi

2. Optimalisasi media Peserta PROLANIS Meminta no.hp orang


sosial sebagai tidak memiliki terdekat yang dapat
media “reminder” handphone dihubungi
dan komunikasi

3. Pemeriksaan Kurang kooperatifnya Memulai komunikasi

peserta peserta PROLANIS dengan obrolan ringan


PROLANIS sesuai saat dilakukan setiap memulai
standar pemeriksaan pemeriksaan.

4. Perlakuan khusus Kesulitan dalam Bekerjasama dengan


untuk rekam medis pencarian data petugas pendaftaran
peserta no.rekam medis dan rekam medis

60
Strategi Menghadapi
No. Kegiatan Kendala
Kendala

PROLANIS

5. Gerakan senam Kurangnya Menggunakan gerakan


kebugaran lansia partisipasi senam yang mudah
masyarakat diikuti masyarakat
mengikuti kegiatan
senam

61
62

You might also like