You are on page 1of 9

TEMPLATE PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Magfirah Aslam


Nim : 2211202040
Prodi : S1 Alih Jenjang Fisioterapi
Tanggal : 14 februari 2023

Judul 1.

Judul skripsi : (Pengaruh Sesi Fisioterapi Terhadap Kemampuan Motorik dan


Joint Attention Pada Anak Dengan Gangguan Autism Sprectum Disorder di Yamet Batam
Center)

Bab I :

Latar belakang masalah :

Fisioterapi adalah bentuk pelayan kesehatan yang ditunjuk kepada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi
(permenkes. No 65 Tahun 2015). Menurut Perhimpunan Fisioterapi Anak Indonesia (PFAI),
Fisioterapi merupakan bagian dari tim kolaborasi dalam penanganan neonatus. Fisioterapi ikut
berperan dalam terapi tumbuh kembang dan melakukan deteksi dan intervensi dini untuk
mendapatkan kemampuan perkembangan anak yang optimal. Maka dari itu Fisioterapi
memiliki peran penting pada gangguan tumbuh kembang anak untuk beraktifitas secara
mandiri melalui latihan dan penanaman pola gerak fungsional dengan baik dan benar, salah
satu gangguan tumbuh kembang anak adalah Autis.

Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan


gangguan perkembangan fungsi otak yang komplek dan sangat bervariasi (spektrum),
biasanya gangguan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi sosial dan kemampuan
berimajinasi. Autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,
gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, Jurnal
Kesehatan As-Shiha Avalilable Online https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/JKU/index Jurnal
Kesehatan As-Shiha 17 echolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan
keteraturan di dalam lingkungannya (Dheasabel et al., 2017)

Prevalensi anak autis di dunia selalu meningkat. Berdasarkan data dari World
Health Organization/WHO (2018) menyebutkan bahwa diperkirakan satu dari 160 anak di
seluruh dunia mengidap Autism Spectrum Disorder (ASD). Berdasarkan laporan Center for
Disease Control tahun 2016, sekitar 1 dari 54 anak di Amerika Serikat didiagnosis dengan
gangguan spektrum autisme (CDC, 2020). Badan Pusat Statistik saat ini di Indonesia terdapat
sekitar 270,2 juta dengan perbandingan pertumbuhan anak autis sekitar 3,2 juta anak (BPS,
2020). Pusat Data Statistik Sekolah Luar Biasa mencatat jumlah siswa autis di Indonesia pada
tahun 2019 sebanyak 144.102 siswa (Kemendikbud, 2020). Angka tersebut naik dibanding
tahun 2018 tercatat sebanyak 133.826 siswa autis di Indonesia (Kemendikbud, 2019).

Rumusan masalah : apakah ada pengaruh fisioterapi pada motoric dan join attention anak
dengan gangguan Autisme Sprectum Disorder?

Tujuan penulisan :
1. TUJUAN UMUM : untuk mengetahui Pengaruh fisioterapi pada motoric dan join attention
anak dengan gangguan Autisme Sprectum Disorder
2. TUJUAN KHUSUS :
a. untuk mengetahui tingkat motoric dan join attention anak dengan gangguan Autisme
Sprectum Disorder sebelum dilakukan fisioterapi
b. untuk mengetahui tingkat motoric dan join attention anak dengan gangguan Autisme
Sprectum Disorder setelah dilakukan fisioterapi
c. untuk mengetahui seberapa besar perubahan motoric dan join attention anak dengan
gangguan Autisme Sprectum Disorder setelah dilakukan fisioterapi

Bab II
Tinjauan pustaka :
Proses tumbuh kembang dialami seorang anak dimulai dari masa kehamilan sang ibu,
masa kelahiran, masa bayi dan masa balita. Tumbuh kembang merupakan gabungan dua kata yang
mencakup peristiwa dengan sifat yang berbeda namun saling berkaitan dan sukar untuk dipisahkan
yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Shodiq, 2015).
Anak merupakan sebuah anugrah yang besar bagi orang tuanya. Keberadaannya sangat
diharapkan dan ditunggu serta disambut dengan bahagia. Semua orang tua mengharapkan memiliki
anak yang sehat, membanggakan dan sempurna, akan tetapi terkadang kenyataan yang tidak terjadi
tidak sesuai dengan keinginan. Sebagian orang mendapatkan anak yang diinginkannya dan
sebagian lagi tidak. Beberapa diantaranya memiliki anak dengan kebutuhan – kebutuhan khusus,
seperti autisme. Gangguan Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan kecacatan
perkembangan yang mengakibatkan tantangan sosial, komunukasi dan perilaku. Gejala akan terjadi
pada anak usia dini dan akan berlanjut sepanjang usia (AFTA, 2015).
Modalitas fisioterapi yang dapat diaplikasikan pada kasus Autis berupa Play Exercise,
stimulasi dan fasilitasi. Metode intervensi fisioterapi pada penanganan kasus Autis dengan
gangguan Sensori dan Atensi mengunakan metode Play Exercise dengan Perceptual Motor
Activity visual and hand coordination. Metode tersebut digunakan untuk pengembangan senso
motorik dan singkronisasi antara hand and eyes.

Play Exercise dengan Perceptual Motor Activity visual and hand coordination
merupakan suatu proses neurologi dalam mengatur dan menterjemahkan input sensorik, untuk
dapat memberikan respon yang sesuai dengan input tersebut. Dikarenakan adanya gangguan
dalam fungsi otak yang menghambat kemampuan mengatur dan menterjemahkan informasi
sensori motor. Mungkin menjadi penyebab dari adanya masalah seperti kesulitan bicara, kesulitan
konsentrasi, kekacauan sosial emosional, gangguan perilaku, gangguan koordinasi, dan masalah
lainnya. Ada beberapa gangguan Sensory yang terlihat disekitar kita diantaranya gangguan
vestibular (keseimbangan), Gangguan tactil (raba)Gangguan propioseptif (sendi), Gangguan
visual (penglihatan), Gangguan auditory (pendengaran), Gangguan olfactory (penciuman),
Gangguan gustatory (rasa).

Metode perceptual motor program adalah metode yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan ketrampilan motorik, mengembangkan ketrampilan persepsi dalam bentuk dan
meningkatkan keseimbangan sikap tubuh. Perceptual motor program yang memiliki tujuan untuk
mampu meningkatkan ketrampilan motorik dan mengembangkan ketrampilan persepsi. Jadi
sebelum proses persepsi terbentuk, terjadilah proses atensi atau perhatian atau pemfokusan pada
suatu hal. Proses atensi terbentuk karena seseorang tersebut mendapatkan stimulus atau
rangsangan yang diterima oleh organ indera yang selanjutnya akan di organir dan diintegrasikan
sehingga menimbulkan sebuah atensi. Dimana atensi anak meningkat menggunakan modalitas
Perceptual Motor Program yang menggunakan media mainan untuk meningkatkan proses atensi
kemudian setelah anak tersebut fokus atau atensi pada suatu hal meningkat, terbentuklah proses
persepsi. Proses persepsi terjadi karena adanya rangsangan melalui saraf sensoris yang kemudian
diteruskan ke dalam otak dalam bentuk pola energi saraf (Keparth dalam Tiara, 2018).

Menurut Kephart pula bahwa metode perceptual motor program memiliki tujuan
mengembangkan persepsi. Sehingga dari pengembangan persepsi akan menimbulkan proses
motorik yang menjadikan peningkatan sensoris. Sensoris yang terdiri dari visual, auditory, touch,
smell, taste, taktile, propioseptive dan vestibular mempengaruhi proses kognitif anak (Pigaet
dalam Tiara, 2018). Proses kognitif merupakan bagian dari motor kontrol. Proses kognitif tersebut
memiliki tiga tahap yaitu input, proses dan output. Tahap input merupakan tahap dimana banyak
stimulasi atau rangsangan dari luar yang masuk ke dalam reseptor– reseptor panca indra,
sedangkan sensoris sangat berhubungan erat dengan panca indra. Sesuai dengan tujuan modalitas
Perceptual Motor Program yang mampu meningkatkan motorik anak dengan diawali dari proses
persepsi yang tersimpan dalam memori. Kemudian persepsi tersebut akan mengakomodasi pada
indra. Melalui panca indra yang mendapatkan stimulus atau rangsangan dari luar, atau dari proses
atensi yang akhirnya membuat adanya peningkatan sensoris dengan menggunakan modalitas
Perceptual Motor Program.

Bab III:

Metode penelitian :

a . Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Sugiyono
(2012:107) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen
selalu dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap subyek penelitian kemudian
melihat pengaruh dari perlakuan tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-
Experimental Design dengan model desain One-Group Pretest-Posttest Design.

b . LOKASI PENELITIAN : Yamet Batam Center

Referensi :
American Physical Therapy Asosiation; 2015, about Autism Spectrum Disorder-MoveForward.

Dheasabel, G., Azinar, M., Biostatistika, E., Ilmu, J., & Masyarakat, K. 2017. Faktor Risiko
Kejadian Autisme. HIGEIA journal of public Health Aedes aegypti,
1(2), 331–341.
Puspitasari Teta., Ika Rahman. 2021. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Autis Di Yamet
Smart Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Jurnal Kefis ) e-ISSN :
2808-6171
Shodiq.Muh.2015;Penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi delay developmental di yayasan
pembinaan anak cacat, Surakarta;
Tiara, Arfandi. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi pada anak kondisi Autis dengan modalitas play
exercise dan Hidroterapi di YPAC Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Pekalongan: Universitas Pekalongan
Judul 2

Judul skripsi : (Pengaruh Terapi Latihan Pada Peningkatan Kesimbangan Anak


Yang Mengalami Flat Foot Di Yamet Batam Center )

Bab I :

Latar belakang masalah :


Salah satu struktur tubuh manusia yang paling penting adalah kaki. Penggunaan kaki
yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan pada saat berjalan. Bahkan penggunaan kaki yang
tidak dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Lengkungan kaki berfungsi untuk menyangga
tekanan benturan dan berguna untuk stabilisasi fungsional statis dan dinamis tubuh saat berdiri atau
berjalan. (Wang et al., 2020) Deformitas yang berhubungan dengan kolapsnya lengkung kaki
longitudinal medial, deformitas valgus pada tumit, dan abduksi kaki depan merupakan ciri dari Flat
foot (Tang et al., 2020). World Health Organization (WHO) memberikan peryataan bahwa terdapat
ratusan juta orang terganggu kehidupannya akibat gangguan muskuloskeletal. Gangguan
muskuloskeletal yang banyak dijumpai adalah kaki datar atau yang biasa disebut flat foot. Menurut
(Evans 2008 dalam Anggriani, 2020) Jumlah populasi anak di dunia yang mengalami flat foot
sekitar 20-30% anak. Prevalensi flat foot pada anak usia 3 tahun mencapai 62,8% dan 50% pada
usia 6 tahun. Di kota Surakarta sebanyak 27,5% anak usia 6-12 tahun mengalami kondisi flat foot
(Latifah et al., 2021) Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat
massa tubuh terhadap axis tubuh untuk melawan gravitasi bumi yang dipengaruhi oleh proses
sensorik, sistem saraf, motorik atau muskuloskeletal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan yaitu gangguan muskuloskeletal berupa kelainan bentuk telapak kaki.
Penelitian ini dibuat untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pemberian terapi latihan terhadap
peningkatan keseimbangan statis pada individu yang mengalami Flat foot (Yasmasitha & Sidarta,
2020).
Flat foot adalah kondisi dimana tidak nampaknya arkus longitudinal medial kaki
(telapak kaki bagian dalam),yang menyebabkan bagian dalam telapak kaki sejajar atau menempel
dengna tanah. Normalnya anak usia 2-6 tahun merupakan masa yang sangat bagus dalam
pembentukan arkus, sedangkan anak dengan usia 6 tahun merupakan masa kritis dalam
pembentukan arkus Pada kondisi Flat Foot otot, tendon, dan ligamen bekerja lebih berat
dikarenakan ketidak normalan struktur tulang pada kaki dengan kondisi Flat foot. Flat foot juga
dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan (Antara, Adiputra, Sugiritama, 2018)

Rumusan masalah : apakah ada pengaruh terapi latihan pada peningkatan kesimbangan
anak yang mengalami flat foot di Yamet Batam Center

Tujuan penulisan :
3. TUJUAN UMUM : untuk mengetahui pengaruh terapi latihan pada peningkatan
kesimbangan anak yang mengalami flat foot di Yamet Batam Center
4. TUJUAN KHUSUS :
b. untuk mengetahui tingkat kesimbangan anak yang mengalami flat foot di Yamet Batam
Center sebelum dilakukan terapi latihan
b. untuk mengetahui tingkat kesimbangan anak yang mengalami flat foot di Yamet Batam
Center setelah dilakukan terapi latihan
c. untuk mengetahui seberapa besar perubahan peningkatan kesimbangan anak yang
mengalami flat foot di Yamet Batam Center setelah dilakukan terapi latihan

Bab II

Tinjauan pustaka :

Pada usia anak – anak pasti memiliki keinginan untuk melakukan aktifitas fisik yang
berkembang pesat, hal ini dapat menyebabkan meningkatkan kualitas kemampuan fisik dan gerak
nya, anak mulai mengikuti berbagai macam aktifitas olahraga yang biasa dilakukan pada orang
dewasa. Masing - masing olahraga memiliki ciri gerakan yang berbeda – beda. Faktor
keseimbangan memiliki peran yang besar pada anak – anak dalam melakukan kegiatan sehari –
hari. Jika keseimbangan seseorang tidak bagus maka kegiatan sehari – hari akan terganggu,
misalnya seperti sering jatuh, tidak mampu menjaga keseimbangan diri sendiri yang kemudian
akan mempengaruhi dirinya sendiri, kemudian bisa berpengaruh untuk dijauhi oleh
lingkungannya karena dalam suatu permainan berkelompok akan sangat sulit jika dalam satu
kelompok terdapat satu anak yang memiliki keseimbagan tidak bagus dan akan berpangaruh
terhadap teman yang lain begitu juga dalam permainan mereka. Dengan adanya keseimbangan
dapat muncul berbagai manfaat, Salah satu manfaat keseimbangan akan mempermudah performa
gerak di dalam cabang olahraga maupun dalam kehidupan sehari-hari (Fajar & Permana, 2013).
Gangguan keseimbangan pada anak sulit terdeteksi. Namun, secara umum anak-anak yang
memiliki gangguan dalam proses tumbuh kembang baik yang bersifat ringan maupun berat juga
dijumpai adanya gangguan keseimbangan (Zaidah, 2019). Keseimbangan dapat meningkatkan
kualitas hidup anak dan Kelainan bentuk telapak kaki dapat berpengaruh pada kesimbangan saat
melakukan berbagai aktivitas (Yasmasitha & Sidarta, 2020)

Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang
pelaksanaannya menggunakan latihanlatihan gerak tubuh, baik secara aktif maupun pasif. Tujuan
dari terapi latihan adalah rehabilitasi untuk mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah
timbulnya komplikasi, mengurangi nyeri dan oedem serta melatih aktivitas fungsional akibat
operasi. Perawatan rehabilitasi pada pasien fraktur mencakup terapi fisik, yang terdiri dari
berbagai macam tipe latihan ; latihan isometrik otot dan latihan ROM (Range Of Motion) aktif
dan pasif. ROM (Range Of Motion) adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan
oleh sendi yang bersangkutan. Tujuan ROM adalah dapat mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi kardiorespiratori, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada persendian. Latihan ROM meliputi, latihan ROM pasif dan latihan ROM aktif
(Damping, 2012).

Latihan yang diberikan adalah Toe Curl Exercise dan Heel Raises Exercise Towel toe
curl adalah latihan menggunakan handuk pada kaki yang bertujuan untuk meningkatkan
fungsional pada ankle dengan menguatkan otot-otot instrinsik pada kaki. Latihan ini digunakan
untuk penguatan m. flexor digitorum longus dan brevis, m. lumbricales dan m. flexor hallucis
longus. Selain untuk meningkatkan kekuatan otot, efek lain dari latihan ini adalah terjadinya
peningkatan fleksibilitas pada otot. Kekuatan dan fleksibilitas kedua saling berhubungan. Secara
otomatis, jika seseorang melakukan latihan untuk menguatan otot juga berpengaruh terhadap
fleksibilitas, begitu pula sebaliknya. Selain itu, latihan towel toe curl itu dapat melatih
cengkraman pada jari-jari kaki dan untuk meningkatkan stabilitas ankle (Scott, et al. 2012 dalam
Audini & Wibowo, 2018).

Bab III:

Metode penelitian :

a . Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Sugiyono
(2012:107) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen
selalu dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap subyek penelitian kemudian
melihat pengaruh dari perlakuan tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-
Experimental Design dengan model desain One-Group Pretest-Posttest Design.

b . LOKASI PENELITIAN : Yamet Batam Center

Referensi :

Antara, K. A., Adiputra, I. N., & Sugiritama, I. W. (2018). HUBUNGAN FLAT FOOT
DENGAN KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA
ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI 4 TONJA KOTA
DEMPASAR. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 23-26.

Audini, V. A., & Wibowo, E. (2018). PERBEDAAN INTERVENSI TOWEL TOE CURL DAN
CALF RAISE TERHADAP MYOFASCIAL RELEASE PADA
PENINGKATAN FUNGSIONAL ANKLE KASUS PLANTAR
FASCITIS. Jurnal Fisioterapi, 74- 81.

Damping, H. H. (2012). PENGARUH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN


TERHADAP KEPUASAN PASIEN FRAKTUR DI IRINA A BLU
RSUP PROF. DR. R.D. KANDAU MANADO. JUIPERDO, 23-29.

Yasmasitha, Z., & Sidarta, N. (2020). Hubungan pes planus dan keseimbangan statis pada anak
sekolah dasar. Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 84-89.

Zaidah, L. (2019). Pengaruh towel curl exercise terhadap peningkatan keseimbangan pada anak
dengan flat foot usia 4-5 Tahun. Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 2(02), 57-
66. Zaidah, L. (2019). Pengaruh towel curl exercise terhadap
peningkatan keseimbangan pada anak dengan flat foot usia 4-5 Tahun.
Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 2(02), 57-66.

You might also like