You are on page 1of 49

1

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis
bisa menyelesaikan Buku Semiotika Karya Seni Pablo Picasso. Buku ini berisikan analisis karya
seni dari seniman terkenal Pablo Picasso, yang dikaji berdasarkan materi-materi semiotika seni.

Semiotika merupakan salah satu kajian sastra yang membahas makna tanda. Pada
pemahaman kajian sastra semiotika, semua karya sastra memiliki makna tanda sebagai
pembangun karya, dan tanda dipahami melalui kajian semiotika. Dengan demikian, pembaca dan
penikmat sastra mampu menemukan makna yang diungkapkan pengarang. Serangkaian kajian
sastra berfungsi dalam mengembangkan ilmu sastra dan karya sastra melalui ragam kajian, salah
satunya semiotika yang dapat pula berfungsi sebagai acuan dalam proses penelitian karya ilmiah
berupa buku panduan. Oleh karena itu, disajikan buku panduan yang khusus menuntun pembaca
dalam memahami karya sastra melalui pemahaman makna tanda.

Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah Semiotika Seni. Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai
analisis dan kajian-kajian karya yang dibahas dan tidak lupa terlebih dahulu penulis menyertakan
landasan teori atau pemahaman dari setiap karya yang akan bahas.

Akhir kata diucapkan terima kasih kepada semua pihak dan instansi yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini. Sehubungan dengan keterbatasan yang ada pada buku ini, segala
bentuk kritik dan saran yang datang dan bersifat membantu serta positif akan penulis
pertimbangkan demi kemajuan dan perkembangan ilmu sastra untuk mencapai kesempurnaan,
khususnya bidang semiotika.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................1
II. KAJIAN SINTAKTIK, SEMANTIK DAN PRAGMATIK..........................................4
A. PENGANTAR .............................................................................................................4
B. PEMAHAMAN TENTANG SINTAKTIK, SEMANTIK, DAN PRAGMATI..........5
C. ANALISIS SINTAKTIK, SEMANTIK, DAN PRAGMATIK PADA LUKISAN
“THE TRAGEDY” PABLO PICASSO ......................................................................6
D. ANALISIS SINTAKTIK, SEMANTIK, DAN PRAGMATIK PADA KARYA
LUKISAN “GUERNICA” PABLO PICASSO ...........................................................9
E. RANGKUMAN .........................................................................................................11
III. KAJIAN TIPOLOGI TANDA .......................................................................................12
A. PENGANTAR ...........................................................................................................12
B. PEMAHAMAN TENTANG TIPOLOGI TANDA ...................................................13
C. ANALISIS TIPOLOGI TANDA PADA KARYA LUKISAN “Les Demoiselles
d'Avignon” PABLO PICASSO..................................................................................15
D. ANALISIS TIPOLOGI TANDA PADA KARYA LUKISAN “THE OLD
GUITARS” PABLO PICASSO ................................................................................19
E. RANGKUMAN ........................................................................................................21
IV. KAJIAN SEMIOLOGI ..................................................................................................22
A. PENGANTAR ...........................................................................................................22
B. PEMAHAMAN TENTANG SEMIOLOGI ..............................................................23
C. LUKISAN “THE WEEPING WOMAN” PABLO PICASSO DALAM KAJIAN
SEMIOLOGI .............................................................................................................25
D. LUKISAN “Garçon à la Pipe” PABLO PICASSO DALAM KAJIAN
SEMIOLOGI. ............................................................................................................28
E. RANGKUMAN .........................................................................................................30
V. KAJIAN METAFORA DAN METONIMI ..................................................................31
A. PENGANTAR ...........................................................................................................31
B. PEMAHAMAN TENTANG METAFORA DAN METONIMI ...............................32
C. ANALISIS METAFORA PADA LUKISAN “Les Femmes d'Alger” PABLO
PICASSO ...................................................................................................................33
D. ANALISIS METONIMI PADA KARYA PATUNG “CHICAGO PICASSO”
PABLO PICASSO .....................................................................................................35
E. RANGKUMAN .........................................................................................................36

ii
VI. KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI ............................................37
A. PENGANTAR ..........................................................................................................37
B. PEMAHAMAN TENTANG DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI ..........38
C. KARYA PATUNG “Tête de femme (Dora Maar)” PABLO PICASSO DALAM
KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI ..........................................40
D. KARYA LUKISAN “GIRL BEFORE A MIRROR” PABLO PICASSO DALAM
KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI ..........................................41
E. RANGKUMAN ........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................43

iii
I. PENDAHULUAN

Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani semion yang berarti
tanda. Semiotika adalah studi tentang tanda-tanda. Konsep tanda ini melihat bahwa makna
muncul ketika ada hubungan atau hubungan antara ditandai (signified) dan tanda (signifier).
Semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda.
Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian, mempelajari struktur
dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari linguistik, semiotika juga
mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik.
Semiotika modern mempunyai dua orang pelopor, yaitu Charles Sanders Peirce (1839-
1914) dan Ferdinand de Saussure. Pierce mengusulkan kata semiotika untuk bidang penelaahan
ini, sedangkan Saussure memakai kata semiologi. Sebenarnya kata semiotika tersebut telah
digunakan oleh para ahli filsafat Jerman bernama Lambert pada abad XVIII.
Menurut Pierce, makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu. Ia
menyebutnya sebagai representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda, apa yang diacunya, apa
yang ditunjuknya, disebut oleh Pierce dalam bahasa Inggris object. Dalam bahasa Indonesia
disebut "acuan". Suatu tanda mengacu pada suatu acuan dan representasi seperti itu adalah
fungsinya yang utama. Agar tanda dapat berfungsi harus menggunakan sesuatu yang disebut
ground. Sering ground suatu tanda berupa kode, tetapi tidak selalu begitu. Kode adalah suatu
sistem peraturan yang bersifat transindividual. Banyak tanda yang bertitik tolak dari ground yang
bersifat sangat individual. Tanda bisa terdapat dimana-mana, misalnya: lampu lalu lintas,
bendera, karya sastra, bangunan dan lain-lain. Hal ini disebabkan manusia adalah Homo
Semioticus, yaitu manusia mencari arti pada barang-barang dan gejala-gejala yang
mengelilinginya.

Pablo Ruiz Picasso (25 Oktober 1881 – 8 April 1973) adalah seorang seniman yang
terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Dia
merupakan jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai

1
tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama lengkap Pablo (atau El
Pablito) Diego José Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín Crispiniano de los
Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López.
Ia merupakan sosok yang memiliki sifat ingin selalu belajar. Ia rela berpindah-pindah
tempat demi memburu sebuah ilmu. Pada usia 14 tahun, ia masuk School of Fine Arts di
Barcelona, Spanyol. Dua tahun kemudian, ia hijrah ke Madrid untuk menempuh pendidikan di
Royal Academy. Tak lama berselang, ia kembali ke Barcelona dan bergabung dengan Els Quatre
Gats, tempat para penyair, artis dan kritikus saling menularkan ide yang didapat dari luar
Spanyol. Dan di usianya yang menginjak 23 tahun, Picasso pindah ke Paris, Perancis. Picasso
merupakan tokoh penting akan lahirnya gaya "kubisme" dalam dunia seni. Dia juga dikagumi
karena kepintarannya dan kemampuan tekniknya yang tinggi.
Picasso memiliki kemampuan yang jempolan akan lukisan realistis. Bukan hanya itu, dia
hampir selalu untuk mengubah perawakan suatu obyek. Suatu waktu dia pernah berkata, "Bila
kumau melukis cangkir, akan kutunjukkan padamu bahwa bentuknya bundar; tetapi itu sesuatu
irama umum dan konstruksi lukisan memaksa aku menunjukkan bawa yang namanya bundar itu
sebagai suatu yang persegi.”
Picasso memang seorang seniman yang sangat produktif. Dia menghabiskan hidupnya
hampir sekitar masa waktu tiga perempat abad untuk menciptakan karya seni. Picasso telah
melahirkan 20.000 karya semasa hidupnya. Menariknya, ia sering berganti-ganti karya lukisan.
Hal ini terjdi dikarenakan ia memiliki banyak teman. Contohnya, ia merubah gaya lukisan biru
dan merah jambu (karena warna lukisan didominasi warna biru ke merah jambu) ke aliran
"Kubisme". Ini merupakan akibat dari pertemenannya dengan Georges Braque.
Picasso merupakan sosok yang mengawali hadirnya aliran kubisme ini. Aliran ini sempat
mengagetkan dunia seni. Alasan yang paling mendasar karena aliran ini mengubah persepsi
orang akan keindahan seni. Contoh paling sederhana adalah Picasso membuat lukisan yang
dinamai dengan Demoiselles d’Avignon. Lukisan ini tentang sosok wanita tetapi ia
melukiskannya dengan sosok yang sulit sekali untuk dikenali. Ini bukan berarti, Picasso telah
"membuat keanehan" dalam membuat karya. Karena sebelumnya, ia telah mempelajari karya
pematung Iberia dan patung-patung Afrika lainnya yang menggunakan bentuk-bentuk
melengkung dan tidak proporsional.
Tak heran, kritikus-kritikus seni memberinya julukan-julukan seperti “periode biru,”
“periode merah muda,” “periode neo-klasik” dan sebagainya. Picasso juga merupakan salah satu
pencetus aliran "Kubisme". Dia terkadang ikut serta untuk menentang perkembangan-
perkembangan baru dalam dunia lukis-melukis modern. Mungkin tak ada pelukis dalam sejarah
yang sanggup menciptakan karya dengan kualitas begitu tinggi dan dengan begitu banyak gaya
serta cara.

2
II. KAJIAN SINTAKTIK, SEMANTIK DAN PRAGMATIK

A. PENGANTAR

Judul The Tragedy

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1903

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 105.3 cm × 69 cm

Keunikan Lukisan didominasi warna biru yang menyiratkan


kondisi emosional

Kolektor Chester Dale

Pameran National Galerry of Art

Lukisan “Tragedi” mengacu pada galaksi karya Picasso yang paling terkenal. Bekerja adalah
salah satu pencapaian terbaik dari periode biru. Masa depresi kreativitas, di mana tragedi, drama,
dan kesedihan berkuasa, menghasilkan banyak karya seni yang luar biasa oleh sang guru besar.
Penyebab periode kreativitas yang suram seperti itu adalah kematian seorang teman dekat
Picasso dan material yang sulit serta situasi moral sang seniman. Namun ironisnya, justru
lukisan-lukisan itu yang diciptakan dalam suasana kemiskinan ekstrem yang saat ini tidak bosan
memecahkan rekor harga di semua jenis lelang bergengsi. “Tragedi” adalah salah satu karya
yang sangat penting.
Semua karakter dalam gambar bertelanjang kaki dan berpakaian buruk. Mereka tampaknya
membungkus diri dengan kain lap yang jelek, berusaha bersembunyi dari angin laut yang
menusuk.
Perasaan tragedi semakin meningkat, Anda hanya perlu melihat wajah anak laki-laki itu –
penampilannya tanpa keaktifan langsung yang melekat dalam setiap anak, sebaliknya, itu tidak
kekanak-kanakan serius dan sedih.

3
Judul Guernica

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1937

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 349.3 cm × 776.6 cm (137.4 inci × 305.5 inci)

Keunikan Lukisan anti-perang yang menggambarkan tragedi


perang dan penderitaan

Kolektor Harry Smith

Pameran Pameran Internasional Paris 1937, Exposition


Internationale des Arts et Techniques dans la Vie
Moderne

Guernica dapat dikatakan sebagai karya Picasso yang paling terkenal. Guernica juga
mewakili pernyataan politik dari Picasso. Tidak mengherankan, dikarenakan lukisan ini dibuat
sebagai reaksi terhadap peristiwa pemboman Nazi yang menghancurkan kita di Guernica,
Basque pada saat Perang Saudara Spanyol. Guernica lukisan anti-perang yang menggambarkan
tragedi perang dan penderitaan yang ditimbulkan khususnya kepada warga sipil yang tidak
bersalah. Karya ini menjadi monumen pengingat abadi akan tragedi perang, simbol anti-perang,
dan perwujudan perdamaian. Lukisan itu menunjukkan penderitaan manusia dan hewan yang
direnggut oleh kekerasan dan kekacauan. Yang menonjol dalam komposisi adalah kuda yang
ditanduk, kerbau, wanita berteriak, tubuh yang dipotong-potong, dan api

B. PEMAHAMAN TENTANG SINTAKTIK, SEMANTIK DAN PRAGMATIK

Sintaktik adalah kajian tentang hubungan formal antartanda. Sintaktik berasal dari bahasa
Yunani “Suttatein” yang artinya mengatur, mendisiplinkan, menyeragamkan pengolahan/seleksi
untuk mencapai keberaturan dan keserasian sebagai satu kesatuan bahasa bentuk, sistem visual,
gaya visual. Sintaksis merupakan hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal.
Semantik menganalisis hubungan tanda dengan objek tanda tersebut (designata).
Semantik berasal dari bahasa Yunani “semanien” yang artinya “maksud”. Pengertian atau
persepsi tentang arti tanda visual pada pelihat, pengguna, penerima tanda. Semantik merupakan
hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat, denotata, atau makna. Dalam arti lain
semantik merupakan suatu tingkat dimana kita meneliti dan menganalisa makna dari suatu visual
tertentu. Kesalahan semantik berakibat komunikasi tidak terjalin atau berbelok arah. Semantik
adalah cabang linguistik yang mempelajari makna atau arti yang terkandung dalam bahasa, kode,

4
atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik adalah studi tentang makna. Contoh:
Penggunaan atau pemilihan kata 'cewek' atau 'wanita', akan dapat menunjukkan identitas
kelompok penuturnya.
Pragmatik melihat hubungan tanda dengan orang yang menginterpretasikan tanda itu.
Pragmatik adalah hubungan antara tanda-tanda menggunakan agen. Pragmatik merupakan
pengungkapan pesan secara fisik pada pelaksanaan atau eksekusi ukuran, material, teknik,
konstruksi, kemudahan, kejelasan, keamanan, ergonomi, dan kapasitas fisik mata yang berkaitan
dengan teknis dan praktis, bahan, finishing, produksi. Contohnya tanda lalu-lintas dibuat dalam
warna kontras diletakkan lebih tinggi dari ukuran manusia.

1. Sintaktik
Sintatik adalah kajian hubungan antara tanda-tanda. Tanda-tanda sebelumnya tidak
pernah berdiri dengan sendirinya. Hampir semua selalu menjadi bagian dari sistematau
kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu. Oleh karena itu, sintetik
mengacu pada peraturan-peraturan yang dengannya orang mengombinasikan tanda-tanda ke
dalam sistem makna yang kompleks. Semiotik tetap mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda
selalu dipahami dalam kaitan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan sintaksis atau struktur
bahasa. Sintaktik adalah studi hubungan antara suatu tanda dengan tanda-tanda yang lainnya.
Sintaktik adalah cabang dari semiotik yang berhubungan dengan sifat-sifat normal tanda yang
mengatur kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat.

2. Semantik
Semantik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang
disampaikan analisis. Aspek semantik dapat berupa analisis denotasi, konotasi, majas dan isotop.
Semantik berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjukkan atau
apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Sebagai contoh kamus merupakan buku referensi
semantik, ia mengatakan apa arti kata atau apa yang mereka representasikan. Sebagai prinsip
dasar semiotik representasi selalu dimeditasi oleh interpretasi sadar seseorang dan interpretasi
atau arti apapun bagi sebuah tanda akan mengubah satu situasi ke situasi lainnya.

3. Pragmatik
Pragmatik mengurai tentang asal-usul tanda kegunaan, tanda oleh yang menerapkannya
dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan dalam batas perilaku subjek. Analisis aspek
pragmatik berupa analisis terhadap pengujaran yang terlaksana dalam rangka komunikasi yang
menuntut kehadiran pengirim dan penerima. Pragmatik, kajian utama semiotik yang
memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau
penggunaan interaksi serta berbagai akibat dan pengaruh tanda kehidupan social. Cabang ini
memiliki pengaruh yang paling penting dalam teori komunikasi, karena tanda-tanda dan sistem
tanda dilihat sebagai alat komunikasi manusia Oleh karena itu, pragmatik saling melengkapi
dengan tradisi sosial budaya. Dari perspektif semiotik, kita harus memiliki pemahaman bersama

5
bukan hanya pada kata-kata, tetapi juga pada struktur Bahasa, masyarakat, dan budaya agar
komunikasi dapat mengambil perannya. Sistem hubungan diantara tanda-tanda harus
memperkenankan perilaku Komunikasi untuk mengacu pada suatu yang lazim.

C. ANALISIS SINTAKTIK, SEMANTIK DAN PRAGMATIK PADA LUKISAN “The


Tragedy” PABLO PICASSO

1. Sintaktik
Lukisan "The Tragedy" karya Pablo Picasso adalah karya seni visual yang dapat
dianalisis dari perspektif tanda ikonik, indeksikal, dan simbolik. Meskipun analisis sintaksis
secara khusus mungkin tidak relevan dalam konteks seni visual, kita dapat mengidentifikasi
elemen-elemen tertentu yang berkaitan dengan tiga jenis tanda tersebut.
Tanda ikonik dalam lukisan "The Tragedy" dapat ditemukan dalam representasi visual
yang mirip dengan objek-objek dunia nyata. Picasso sering menggunakan stilisasi dan perubahan
proporsi untuk menggambarkan subjeknya. Dalam karya ini, kita mungkin menemukan
penggambaran manusia atau elemen-elemen teater yang masih memiliki kemiripan visual dengan
bentuk manusia atau objek teater yang dikenal.
Tanda indeksikal dapat hadir dalam penggunaan goresan kuas, garis, atau tekstur yang
memberikan petunjuk tentang gerakan atau proses artistik yang terjadi dalam lukisan. Picasso
sering menggunakan goresan kuas yang kuat dan tegas, yang dapat menunjukkan energi,
ekspresi, atau perubahan emosional dalam lukisannya. Penggunaan goresan ini dapat dianggap
sebagai tanda indeksikal yang mengindikasikan pergerakan atau aksi pelukis.
Tanda simbolik mungkin lebih kompleks dalam lukisan ini dan bergantung pada
interpretasi yang lebih luas dari karya seni tersebut. Picasso sering kali menggunakan simbol-
simbol yang memiliki makna konvensional atau simbolik dalam konteks budaya atau sejarah.

6
Dalam "The Tragedy", ada beberapa elemen simbolik yang mungkin memerlukan pengetahuan
tambahan tentang konteks lukisan, termasuk periode dan pengaruhnya pada Picasso serta makna-
makna yang ditafsirkan oleh penontonnya.
Penting untuk diingat bahwa interpretasi seni dapat bervariasi dan tergantung pada
konteks, pengetahuan budaya, dan latar belakang individu. Analisis semiotik dalam seni sering
melibatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks artistik, gaya seniman, dan
pengaruh budaya. Oleh karena itu, jika Anda tertarik pada analisis yang lebih rinci tentang
lukisan "The Tragedy" karya Pablo Picasso, akan sangat berguna untuk berkonsultasi dengan ahli
seni atau kurator yang memiliki pengetahuan mendalam tentang karya dan konteksnya.

2. Semantik
Untuk melakukan analisis semantik pada lukisan "The Tragedy" karya Pablo Picasso, dan
mengaitkannya dengan konsep qualisign, sinsign, dan legisign, kita dapat mempertimbangkan
makna yang dikomunikasikan oleh elemen-elemen visual dalam lukisan tersebut.
Qualisign mengacu pada kualitas sensoris atau karakteristik yang terdapat dalam sebuah
tanda. Dalam lukisan "The Tragedy", qualisign dapat ditemukan dalam penggunaan warna,
bentuk, dan tekstur yang dipilih oleh Picasso. Misalnya, warna-warna yang digunakan dapat
menciptakan kualitas emosional atau atmosferik yang menyampaikan rasa tragedi atau
ketidakbahagiaan. Bentuk-bentuk dan garis-garis yang digunakan oleh Picasso juga dapat
memunculkan sensasi atau kualitas tertentu yang menyampaikan pesan artistik.
Sinsign mengacu pada tanda yang secara langsung mengacu pada objek atau situasi yang
hadir secara konkret. Dalam konteks lukisan, sinsign dapat ditemukan dalam representasi visual
yang menggambarkan objek atau subjek tertentu secara langsung. Misalnya, jika lukisan
menggambarkan sosok manusia dengan bentuk, proporsi, atau atribut khusus yang
mengidentifikasinya sebagai tokoh tragedi, itu dapat dianggap sebagai sinsign.
Legisign mengacu pada tanda yang terkait dengan aturan, konvensi, atau sistem yang
memberikan makna pada tanda tersebut. Dalam lukisan "The Tragedy", legisign mungkin
berkaitan dengan penggunaan simbol, motif, atau gaya artistik yang memiliki makna
konvensional atau simbolik dalam konteks budaya atau tradisi seni tertentu. Picasso sering kali
menggunakan elemen-elemen simbolik atau stilistik yang diadopsi dari gerakan seni atau tradisi
tertentu. Makna legisign dalam lukisan ini mungkin terkait dengan penggunaan simbolisme atau
konvensi artistik yang terkait dengan tema tragedi atau ekspresi emosional.
Namun, perlu dicatat bahwa interpretasi dan analisis semantik pada lukisan seperti "The
Tragedy" tergantung pada persepsi individu dan pengetahuan kontekstual. Untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang makna yang diungkapkan oleh lukisan ini, berguna
untuk berkonsultasi dengan ahli seni atau kurator yang memiliki pengetahuan tentang karya dan
konteksnya, serta studi yang lebih mendalam tentang gaya dan pemikiran seni Picasso.

7
3. Pragmatik

Analisis pragmatik pada lukisan "The Tragedy" karya Pablo Picasso melibatkan
pemahaman tentang cara lukisan berinteraksi dengan penonton dan konteks sosial yang
melingkupinya. Fokusnya adalah pada pengaruh lukisan terhadap pemahaman, reaksi, dan
interpretasi yang timbul dari penonton.
Dalam konteks pragmatik, kita dapat mengidentifikasi beberapa aspek yang terkait
dengan lukisan "The Tragedy":
Konteks Sosial: Lukisan Picasso seringkali mencerminkan konteks sosial dan sejarah di
mana ia hidup. Analisis pragmatik melibatkan pemahaman tentang bagaimana karya seni
tersebut berinteraksi dengan konteks sosialnya. Misalnya, dalam konteks waktu dan tempat,
bagaimana lukisan ini berkaitan dengan peristiwa atau isu sosial yang relevan pada saat itu?
Apakah ada komentar politik, sosial, atau budaya yang ingin Picasso sampaikan melalui lukisan
ini?
Penonton dan Respon: Analisis pragmatik mempertimbangkan bagaimana lukisan
berinteraksi dengan penonton dan mempengaruhi reaksi mereka. Apa yang dapat dipahami oleh
penonton dari lukisan ini? Apakah ada pesan yang ingin disampaikan Picasso melalui komposisi,
penggunaan warna, atau elemen visual lainnya? Bagaimana lukisan ini memicu emosi,
pemikiran, atau reaksi penonton?
Intensi Komunikasi: Dalam analisis pragmatik, penting untuk mempertimbangkan niat
Picasso sebagai seniman dalam menciptakan karya ini. Apakah ada pesan tertentu yang ingin dia
sampaikan atau pernyataan artistik yang ingin dia ungkapkan melalui lukisan "The Tragedy"?
Apakah ada konteks khusus atau pengaruh yang mempengaruhi karya ini, seperti pengaruh
gerakan seni atau gaya artistik tertentu?
Tafsir dan Makna: Pragmatik juga melibatkan pemahaman tentang variasi tafsir dan
makna yang dapat ditemukan dalam lukisan. Bagaimana berbagai individu atau kelompok
masyarakat mungkin menafsirkan atau memberikan makna pada lukisan ini? Apakah ada
interpretasi yang lebih luas yang terkait dengan konteks budaya atau sejarah tertentu?
Analisis pragmatik pada lukisan "The Tragedy" tidak hanya melibatkan penelusuran
makna dalam karya seni, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks sosial, reaksi penonton,
dan tujuan komunikatif Picasso. Penting untuk mengingat bahwa interpretasi dan analisis
pragmatik dapat berbeda antara individu, dan pemahaman yang lebih dalam seringkali
memerlukan pengetahuan tentang konteks budaya, seni, dan sejarah.

8
D. ANALISIS SINTAKTIK, SEMANTIK DAN PRAGMATIK PADA LUKISAN
“Guernica” Pablo Picasso

1. Sintaktik
Lukisan "Guernica" oleh Pablo Picasso adalah salah satu karya seni yang sangat terkenal dan
memiliki banyak makna yang mendalam. Mari kita lakukan analisis sintaktik dengan
mengaitkannya dengan tanda ikonik, indeksikal, dan simbolik.
Tanda ikonik dalam lukisan "Guernica" dapat ditemukan dalam representasi visual yang
menyerupai objek atau situasi nyata. Picasso menggunakan elemen visual seperti bentuk tubuh
manusia, hewan, dan objek seperti pedang, lampu, dan bunga untuk menggambarkan kekerasan,
penderitaan, dan kehancuran yang terjadi selama Perang Saudara Spanyol.
Tanda indeksikal dapat ditemukan dalam lukisan ini melalui penggunaan bekas kuas, goresan
cat, dan tekstur permukaan yang mengindikasikan tindakan melukis dan ekspresi seniman.
Sentuhan-sentuhan ini memberikan kesan keberadaan seniman secara fisik dan emosional dalam
proses menciptakan karya tersebut.
Tanda simbolik hadir dalam berbagai elemen lukisan "Guernica" yang mengkomunikasikan
makna secara konvensi atau lambang. Misalnya, mata yang melihat dengan keputusasaan dan
jeritan yang keluar dari mulut yang terbuka melambangkan penderitaan dan ketidakadilan.
Bunga mati mewakili kehancuran dan penderitaan, sedangkan burung yang terperangkap
melambangkan ketidakbebasan dan penindasan.
Dalam hal komposisi, Picasso menggunakan penempatan elemen-elemen tersebut dengan
cermat untuk menciptakan struktur visual yang kuat. Perpaduan garis-garis tajam, bentuk-bentuk
geometris, dan penggunaan kontras warna memperkuat intensitas dan emosi yang diungkapkan
dalam lukisan ini.

2. Semantik

"Lukisan Guernica" karya Pablo Picasso adalah salah satu karya seni yang paling terkenal
dan penting dalam sejarah seni modern. Analisis semantik lukisan ini dapat dilakukan dengan

9
menggunakan konsep-konsep semiotika seperti qualisign, sinsign, dan legisign yang
dikemukakan oleh filsuf dan logika Charles Sanders Peirce.
Qualisign mengacu pada aspek kualitatif atau karakteristik fisik suatu objek atau tanda.
Dalam konteks lukisan "Guernica", qualisign mencakup pengamatan terhadap elemen visual,
seperti warna, tekstur, komposisi, dan bentuk yang digunakan oleh Picasso. Lukisan ini
menggunakan skema warna monokromatik, dengan dominasi warna hitam, putih, dan abu-abu.
Penggunaan bentuk geometris, garis tegas, dan tekstur yang kasar menciptakan kesan keras,
kasar, dan tidak stabil. Qualisign ini menunjukkan perasaan kehancuran, kekacauan, dan
keputusasaan yang terkait dengan peristiwa tragedi Perang Saudara Spanyol di kota Guernica
pada tahun 1937.
Sinsign merujuk pada tanda-tanda individual yang mewakili objek atau konsep tertentu.
Dalam lukisan "Guernica", sinsign melibatkan elemen-elemen visual yang secara langsung
mewakili objek atau makna. Picasso menggunakan berbagai elemen, seperti tubuh yang
terpincang-pincang, kuda yang terluka, ibu yang menangis dengan anak mati di pangkuannya,
dan cahaya yang redup. Sinsign ini memberikan representasi langsung tentang penderitaan,
kematian, dan kehancuran yang terjadi selama perang.
Legisign merujuk pada tanda-tanda yang mengacu pada konvensi atau aturan yang ada dalam
sistem tanda tertentu. Dalam konteks "Guernica", legisign mencakup penggunaan simbol dan
ikonografi yang secara budaya terkait dengan peristiwa sejarah dan konflik. Picasso
menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna yang sudah umum dikenal, seperti bunga
mati yang melambangkan kematian, mata yang melihat ke dalam yang melambangkan
ketidakadilan, dan cahaya yang redup yang melambangkan keputusasaan. Penggunaan legisign
ini memperkuat makna karya seni dan memberikan pesan politik dan sosial yang dalam terkait
dengan perang dan kekejaman manusia.
Secara keseluruhan, lukisan "Guernica" oleh Picasso menggabungkan qualisign, sinsign, dan
legisign untuk menyampaikan pesan yang kuat tentang kehancuran dan penderitaan yang
disebabkan oleh perang. Melalui penggunaan elemen visual yang khas, representasi objek-objek
yang terkait dengan peristiwa sejarah, dan simbol-simbol yang terkenal, Picasso menciptakan
lukisan yang berbicara secara emosional dan intelektual tentang ketidakadilan dan kekejaman
manusia.

3. Pragmatik

Analisis pragmatik pada lukisan "Guernica" oleh Pablo Picasso melibatkan pemahaman
tentang konteks sosial, politik, dan sejarah lukisan tersebut, serta efek komunikatif yang
ditujukan kepada pemirsa. Pragmatik menyoroti bagaimana konteks dan tujuan penggunaan
suatu pesan mempengaruhi makna yang dihasilkan.

10
Dalam konteks "Guernica", lukisan ini diciptakan oleh Picasso sebagai respons terhadap
peristiwa pemboman kota Guernica selama Perang Saudara Spanyol pada tahun 1937. Oleh
karena itu, analisis pragmatik lukisan ini harus mempertimbangkan konteks sejarah dan politik
saat itu. "Guernica" menjadi lambang protes Picasso terhadap kekejaman perang dan
ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh masyarakat sipil.

Lukisan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan moral dan politik yang kuat, dan
berfungsi sebagai bentuk ekspresi emosi Picasso tentang kekejaman perang. Dalam hal ini,
analisis pragmatik menyoroti bagaimana lukisan ini berinteraksi dengan pemirsa dan
menciptakan respons emosional dan intelektual.

Efek komunikatif yang dihasilkan oleh "Guernica" sangat bergantung pada pemahaman
pemirsa terhadap konteks sejarah dan politiknya. Bagi mereka yang mengenal Perang Saudara
Spanyol dan tragedi Guernica, lukisan ini dapat memicu rasa simpati, empati, dan kepedulian
terhadap penderitaan korban perang. Sebagai respons artistik terhadap peristiwa tersebut, lukisan
ini juga dapat membangkitkan rasa kagum atas kekuatan dan kreativitas Picasso dalam
menyampaikan pesan politik melalui seni visual.

Namun, bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang peristiwa
Guernica, analisis pragmatik akan mencakup proses pendidikan dan pemahaman konteks yang
lebih luas. Pemirsa mungkin perlu mengkaji sejarah dan konteks politik untuk memahami pesan
yang ingin disampaikan oleh Picasso. Dalam hal ini, lukisan tersebut berfungsi sebagai ajakan
untuk menggali pengetahuan dan membangkitkan kesadaran akan kekejaman perang yang terjadi
di dunia.
Secara keseluruhan, analisis pragmatik pada lukisan "Guernica" melibatkan pemahaman
tentang interaksi antara lukisan, pemirsa, dan konteks sosial dan politik. Lukisan ini berfungsi
sebagai alat komunikasi yang kuat untuk menyampaikan pesan politik dan moral Picasso, dan
juga dapat memicu respons emosional dan intelektual dari pemirsa, tergantung pada pemahaman
mereka tentang konteks dan tujuan lukisan tersebut.

E. RANGKUMAN
Hampir semua pakar semiotik membagi ruang lingkup semiotik atas dua bagian kecuali
Pierce dan Morris. Ada yang membagi dua bagian itu dengan nama signifier dan signifie, ada
yang menamakannya denotasi dan konotasi ada yang menamakan alamiah dan konvensional.
Pembagian yang diulas dalam buku ini lebih menguraikan pembagian waris yang membagi atas
semiotik.

Semiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat mengkaji tanda-tanda
yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut.
Sintaksis adalah kajian tentang hubungan formal antartanda; semantik menganalisis hubungan
tanda dengan objek tanda tersebut (designata); sedangkan pragmatik melihat hubungan tanda
dengan orang yang menginterpretasikan tanda itu.

11
III. KAJIAN TIPOLOGI TANDA

A. PENGANTAR

Judul Les Demoiselles d'Avignon

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1907

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 244 cm × 234 cm

Keunikan Lukisan kubisme

Pameran Museum Seni Modern

Di tahun 1907, Picasso selesai melukis "Les Demoiselles d'Avignon" atau wanita muda
Avignon. Awalnya, Picasso berniat melukis adegan bordil dengan pelacur dan pelanggan
prianya. Namun, justru berakhir menjadi lukisan lima wanita yang abstrak, mirip kolase, dengan
gaya kubisme.
Ketika dipamerkan, lukisan ini menimbulkan kontroversi dan perdebatan. Walau banyak
pihak yang mengkritik dan bahkan membenci, lukisan ini dianggap sebagai pionir dari gerakan
seni kubisme revolusioner. Jika ingin melihat lukisan ini, datanglah ke Museum of Modern Art
di New York City (NYC).

Judul The Old Guitars

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1903

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 122.9 cm × 82.6 cm

Keunikan Blue Period

Pameran Art Institute of Chicago, Illinois, AS

12
Dalam lukisan itu, Picasso membatasi dirinya pada palet berwarna biru monokromatik
dan tema-tema emosional, psikologis tentang kesengsaraan dan keterasingan manusia, yang
terkait dengan gerakan simbolis dan karya seniman seperti edvard munch. Picasso menampilkan
the old guitarist sebagai ekspresi abadi dari penderitaan manusia.
Lukisan itu memperlihatkan seorang lelaki tua di lantai, terbalut kain compang-camping,
matanya buta, kedua tangannya di atas gitar meskipun lelaki tua itu tampak tertidur. Esensi dari
lelaki tua itu terkandung dalam postur dan gerak tubuhnya, gayanya yang menyimpang
memperlihatkan bahwa tubuh bagian atas gitaris tampaknya sedang berbaring, sementara bagian
bawahnya tampak duduk bersila. Gitarnya yang berwarna cokelat adalah satu-satunya warna
lukisan yang berbeda.
B. PENGERTIAN TIPOLOGI TANDA
Teori Pierce tentang tipologi tanda yang merupakan bagian penting semiotika yang
bergantung pada tanda-tanda, cara berpikir atau lebih dekat dijelaskan oleh tanda. Bahkan
penginterpretasian membutuhkan tanda. Tanda menjadi dasar dari seluruh pemahaman Pierce
tentang semiotika. Pierce mencetuskan tipologi tanda sebagai proses penalaran manusia bahkan
proses berpikir manusia dan proses menandai yang disebutkan oleh Pierce bukanlah hanya tanda
sebatas ganda atau objek akan tetapi objek yang dimaksud dibedakan ke dalam beberapa jenis
sesuai dengan sifatnya. Tipologi tanda tersebut melalui segitiga semiotika. Segitiga semiotika
yang dimaksud terdiri dari sign, object, dan interpretant.

1. Representamen
Representamen adalah tanda yang digunakan untuk mewakili objek. Objek adalah hal yang
mewakili oleh representamen. Interpretan adalah proses inferensi yang terjadi dalam pikiran
yang melihat atau menerima representamen yang dapat menghasilkan kesadaran atau makna
tentang objek yang diwakili oleh representamen itu.
Menurut Peirce, representamen harus diartikan sebagai sesuatu yang dapat menghadap pada
objek, tanpa menjadi objek itu sendiri. Oleh karena itu, representamen tidak dapat ditentukan
secara pasti tanpa konteks dari objek dan interpretan yang ditentukan oleh konteks yang sama.
Dalam hal ini, Penandaan menurut Peirce dapat digambarkan sebagai suatu proses kompleks dan
dinamis yang melibatkan interaksi antara representamen, objek, dan interpretan.
Representamen adalah tanda atau simbol yang digunakan untuk mewakili suatu objek atau
konsep. Contohnya, sebuah gambar mawar bisa diartikan sebagai representamen dari kecantikan
atau cinta. Representamen dapat berupa apa saja, seperti kata, gambar, atau bahkan gerakan
tubuh. Peran representamen adalah menyampaikan makna dari objek kepada pengguna tanda.
Qualisign merupakan kualitas tanda, artinya bagaimana kualitas kata-kata atau warna yang
melekat pada tanda. Apakah menggunakan kata-kata lembut, kasar, tegas dan seterusnya.
Qualisign adalah representamen (tanda) yang mengacu pada kualitas, Sinsign adalah

13
representamen (tanda) yang menarik perhatian atau memilih objek tertentu dalam ruang-
waktu. Legisign adalah representamen (tanda) yang menunjuk sesuatu dengan konvensi
2. Objek
Objek adalah hal yang mewakili oleh representamen. Dalam contoh gambar mawar,
objeknya adalah kecantikan atau cinta. Objek bisa benar-benar ada dalam dunia nyata, atau
hanya ada dalam pikiran manusia. Namun, objek selalu merupakan sumber dari representamen
dan dapat memengaruhi interpretasi dari representamen tersebut. Ikon adalah objek yang hampir
sama atau mirip dengan objek yang sebenarnya artinya antar objek asli dengan ikon mempunyai
kesamaan yang berdekatan contoh sehari-hari yang bisa kita lihat adalah miniatur peta lukisan
wajah dan lain-lain indeks adalah tanda-tanda yang ada karena adanya hubungan kausal pada
indeks dan acuan menggunakan kedekatan eksentrisial atau terjadi karena adanya hubungan
sebab akibat misalnya matahari dan panas matahari mengakibatkan suhu panas atau keluarnya
abu vulkanik sebagai tanda gunung aktif simbol merupakan tanda yang berkaitan dengan acuan
dan referensinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum artinya simbol pada
berdasarkan acuan konsensional misalnya salah satu jenis mobil yang diproduksi Toyota adalah
Kijang karena mobil Kijang menjadi simbol mobil yang berjalan dengan kencang dan lincah.

3. Interpretan
Interpretan dalam teori penandaan Peirce adalah makna atau abstraksi yang muncul dari
relasi antara representamen dan objek. Interpretan adalah suatu proses mental yang terjadi dalam
pikiran yang melihat atau menerima representamen yang dapat menghasilkan kesadaran atau
makna tentang objek yang diwakili oleh representamen itu. Reme diartikan sebagai tanda yang
mungkin bisa memiliki penafsiran berbeda beda misalnya perempuan memakai langsing bisa
juga dipantulkan karena diet namun bisa juga ditakdirkan karena sakit bisa juga ditakdirkan
karena banyak masalah dan lain-lain disen adalah tanda untuk menjelaskan suatu keadaan atau
fakta misalnya di perpustakaan semua yang masuk ke perpustakaan padi akan mencari buku atau
akan membaca pengunjung membutuhkan suasana konsentrasi umum dan tenang maka dibuatlah
tanda telunjuk di bibir artinya jangan ribut argumen adalah tanda yang menimbulkan akibat bila
tidak dipatuhi misalnya tanda pada botol pada undangan dibakar larangan tersebut dibuat untuk
menghindari ledakan.

14
C. ANALISIS TIPOLOGI TANDA PADA KARYA PATUNG “Les Demoiselles
d'Avignon” PABLO PICASSO

1. Analisis Representamen
"Lukisan Les Demoiselles d'Avignon" oleh Pablo Picasso adalah salah satu karya seni yang
paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah seni modern. Analisis representamen pada
lukisan ini melibatkan identifikasi tanda-tanda visual yang digunakan oleh Picasso untuk
mewakili objek, konsep, atau makna tertentu.
Dalam "Les Demoiselles d'Avignon", Picasso menggunakan berbagai elemen visual yang
memiliki representasi representamen yang kuat. Berikut adalah beberapa contoh representamen
yang dapat diidentifikasi dalam lukisan ini:
Bentuk dan Garis: Picasso menggunakan bentuk geometris yang beragam, seperti segitiga
dan persegi panjang, untuk menggambarkan tubuh perempuan dalam lukisan. Garis-garis tegas
dan sudut-sudut yang tajam menghasilkan kesan yang kasar dan kontras.
Warna: Lukisan ini menggunakan skema warna yang cerah dan kontras. Picasso
menggunakan warna-warna yang kuat, seperti merah, biru, dan hijau, untuk membedakan
bagian-bagian tubuh dan memberikan kedalaman visual.
Rupa: Picasso menggunakan gaya kubisme untuk menggambarkan wajah dan tubuh para
perempuan dalam lukisan. Ini melibatkan pemecahan bentuk menjadi bentuk-bentuk geometris
yang tidak konvensional, dengan perspektif yang kompleks.
Posisi dan Ekspresi: Picasso menggambarkan para perempuan dalam pose yang tidak
konvensional, dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Beberapa memiliki ekspresi tegas dan
dominan, sementara yang lain terlihat lebih ragu dan tidak pasti.

15
a. Qualisign
Qualisign mengacu pada aspek kualitatif atau karakteristik fisik suatu objek atau tanda.
Dalam lukisan ini, qualisign mencakup pengamatan terhadap elemen visual seperti bentuk,
warna, tekstur, dan komposisi yang digunakan oleh Picasso. Picasso menggunakan bentuk
geometris yang kompleks, garis tegas, dan warna-warna kontras untuk menggambarkan tubuh
perempuan dalam lukisan. Tekstur dan komposisi yang kasar memberikan kesan yang kuat dan
dramatis. Qualisign ini mengarah pada pengalaman visual yang intens dan mengganggu,
menciptakan ketegangan dan pertanyaan dalam interpretasi karya seni.

b. Sinsign
Sinsign merujuk pada tanda-tanda individual yang mewakili objek atau konsep tertentu.
Dalam konteks "Les Demoiselles d'Avignon", sinsign melibatkan elemen-elemen visual yang
secara langsung mewakili objek atau makna. Picasso menggunakan tubuh perempuan sebagai
sinsign utama dalam lukisan ini. Namun, ia memecah dan memanipulasi bentuk tubuh,
menciptakan representasi yang mengaburkan batas-batas figuratif yang konvensional. Sinsign-
sinsign ini mencerminkan perubahan dan penolakan terhadap representasi tradisional tubuh
perempuan dalam seni, dan mengundang interpretasi yang kompleks.

c. Legisign
Legisign merujuk pada tanda-tanda yang mengacu pada konvensi atau aturan yang ada
dalam sistem tanda tertentu. Dalam "Les Demoiselles d'Avignon", legisign mencakup
penggunaan simbol dan ikonografi yang dapat dihubungkan dengan konteks seni dan budaya
pada saat itu. Picasso menggunakan gaya kubisme yang merupakan inovasi artistik pada masa
itu, yang melibatkan penghancuran dan restrukturisasi representasi visual. Gaya ini melanggar
aturan dan konvensi seni figuratif, menantang pandangan tradisional tentang keindahan dan
representasi. Penggunaan legisign ini memberikan makna artistik dan perlawanan terhadap
norma-norma yang ada pada masa itu.
2. Analisis Representamen-Objek
Dalam analisis representamen-objek pada lukisan "Les Demoiselles d'Avignon" karya Pablo
Picasso, kita dapat melihat bagaimana Picasso menggunakan elemen-elemen visual untuk
mewakili objek dan makna tertentu. Berikut adalah analisis berdasarkan konsep semiotika
representamen-objek:

a. Ikon
Representamen-Ikon: Picasso menggunakan representasi ikonik dalam menggambarkan
tubuh perempuan dalam lukisan ini. Meskipun tubuh-tubuh tersebut diperlihatkan dalam bentuk
yang terdistorsi dan pecah-pecah, masih mungkin mengenali elemen-elemen tubuh seperti
kepala, anggota tubuh, dan postur. Picasso menggunakan bentuk-bentuk geometris yang abstrak
untuk menggambarkan wajah dan tubuh, mengubahnya menjadi ikon yang terlihat aneh dan
menantang.
16
b. Indeks
Representamen-Indeks: Lukisan ini juga memiliki elemen-elemen yang berfungsi sebagai
indikator atau jejak keberadaan objek dalam dunia nyata. Salah satu contohnya adalah
penggunaan warna yang kontras dan garis tegas untuk membedakan antara berbagai bagian
tubuh perempuan. Picasso menggunakan warna dan garis ini sebagai indikasi fisik dari tubuh-
tubuh tersebut, menciptakan hubungan indeksikal antara representasi visual dan objek yang
direpresentasikan.

c. Simbol
Representamen-Simbol: Simbol-simbol juga hadir dalam lukisan ini, yang memiliki
makna konvensional atau budaya tertentu. Picasso terinspirasi oleh seni primitif dan tribal dalam
menggambarkan tubuh perempuan, dengan elemen-elemen seperti masker dan penggunaan
bentuk-bentuk geometris yang tidak konvensional. Simbol-simbol ini membawa konotasi budaya
dan memberikan dimensi simbolik pada karya seni ini.

3. Analisis Interpretan
"Lukisan "Les Demoiselles d'Avignon" karya Pablo Picasso merupakan salah satu karya yang
sangat terkenal dan penting dalam sejarah seni modern. Dalam lukisan ini, Picasso
menggambarkan lima wanita yang berpose secara frontal, tetapi dengan sudut pandang yang
terdistorsi dan terfragmentasi. Lukisan ini dicat pada tahun 1907 dan dianggap sebagai salah satu
awal dari periode kubisme.
Salah satu interpretasi yang umum dari lukisan ini adalah representasi yang revolusioner
terhadap tubuh wanita dan seksualitas. Picasso menghilangkan idealisasi tradisional tentang
kecantikan dan menggambarkan tubuh wanita dengan sudut yang tajam dan terfragmentasi,
menunjukkan sudut pandang yang multi-dimensi. Ini merupakan pergeseran yang signifikan dari
tradisi seni yang menggambarkan tubuh wanita dengan harmoni dan keindahan yang ideal.
Selain itu, lukisan ini juga mencerminkan pengaruh seni Afrika, khususnya seni etnis Kongo
dan masker Spanyol. Picasso terinspirasi oleh gaya ekspresif dan bentuk yang sederhana dalam
seni Afrika, yang tercermin dalam wajah dan fitur-fitur wanita dalam lukisan ini. Dia
menggabungkan elemen-elemen ini dengan pemecahan bentuk kubis, menghasilkan komposisi
yang tidak konvensional dan provokatif.
"Lukisan "Les Demoiselles d'Avignon" juga bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap
peran gender dan kekuasaan. Picasso menggambarkan wanita-wanita dalam posisi dominan dan
kuasa, dengan menghadirkan mereka secara kuat dan tegas. Karya ini melanggar ekspektasi
tradisional mengenai peran wanita dalam seni, yang sering kali dihadirkan sebagai objek pasif
atau benda dekoratif. Dengan menempatkan wanita sebagai subjek utama dalam karya ini,
Picasso mempertanyakan dan meresahkan stereotip gender yang ada pada zamannya.
Secara keseluruhan, "Les Demoiselles d'Avignon" merupakan sebuah karya seni yang
kompleks dan terbuka untuk berbagai interpretasi. Melalui penggunaan bentuk-bentuk yang

17
terdistorsi, pengaruh seni Afrika, dan penggantian peran gender, Picasso menciptakan karya yang
mengguncang dunia seni pada masanya. Lukisan ini terus menjadi sumber inspirasi dan diskusi
dalam dunia seni hingga saat ini."

a. Reme
Reme adalah penggambaran visual dalam lukisan. "Les Demoiselles d'Avignon"
menggambarkan lima wanita yang berada di dalam sebuah ruangan atau rumah pelacuran.
Picasso menggambarkan mereka dengan gaya kubistik yang khas, dengan bentuk-bentuk
geometris yang tajam dan terfragmentasi. Wanita-wanita ini tampak menatap langsung ke arah
penonton, menciptakan hubungan langsung antara subjek dan pengamat.

Lukisan ini juga mengandung pesan yang kuat. Picasso menggunakan gaya kubistiknya
untuk mengeksplorasi tema seksualitas, kekuasaan, dan identitas. Dalam karya ini, ia
mengekspos kekuatan dan ketidakseimbangan antara laki-laki dan perempuan, serta menantang
pandangan tradisional tentang kecantikan dan idealisasi tubuh perempuan. Dengan memilih
subjek pelacuran, Picasso menyentuh ranah sosial dan moral yang kontroversial pada masanya.
b. Disen
Disen adalah cara di mana elemen-elemen artistik seperti warna, garis, bentuk, dan
komposisi digunakan untuk menyampaikan pesan atau menciptakan efek tertentu. Picasso
menggunakan teknik kubisme dalam "Les Demoiselles d'Avignon" dengan memecah dan
mengubah bentuk-bentuk menjadi bentuk geometris yang lebih sederhana.

Warna dalam lukisan ini terdiri dari kombinasi warna yang tajam dan kontras, dengan
penggunaan warna-warna cerah dan kuat seperti merah, biru, kuning, dan hijau. Garis-garis tegas
dan tajam digunakan untuk memisahkan bidang-bidang warna dan memberikan struktur yang
kuat pada lukisan. Komposisi lukisan ini terasa simetris, dengan dua wanita di sebelah kiri dan
tiga wanita di sebelah kanan.

c. Argumen
"Lukisan "Les Demoiselles d'Avignon" dibuat pada tahun 1907, pada periode awal
gerakan seni kubisme yang revolusioner. Lukisan ini menjadi titik awal bagi Picasso dalam
mengembangkan pendekatan artistik baru yang mengubah pandangan tradisional tentang seni.
Melalui karya ini, Picasso memecahkan bentuk-bentuk menjadi bidang geometris,
mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda, dan menantang konvensi estetika pada saat itu.

Argumen utama dari lukisan ini adalah perubahan dan penghancuran norma-norma
konvensional. Picasso dengan sengaja memilih subyek yang kontroversial dan
menggambarkannya dengan cara yang mengganggu dan membingungkan. Dia mengajak
penonton untuk mempertanyakan ide-ide tradisional tentang keindahan dan seksual.

18
D. ANALISIS TIPOLOGI TANDA PADA KARYA PATUNG “The Old Guitarist”
PABLO PICASSO

1. Analisis Representamen

"The Old Guitarist" (1903-1904) oleh Pablo Picasso adalah salah satu karya seni yang
menonjol dari periode biru Picasso. Dalam analisis representamen karya ini, kita akan melihat
elemen visual yang digunakan Picasso untuk mengungkapkan makna dan emosi dalam karya
tersebut.
Dalam "The Old Guitarist", representamen yang digunakan Picasso secara efektif
menyampaikan tema kesedihan, keputusasaan, dan kesepian. Penggunaan representamen seperti
gambar seorang pria tua yang memainkan gitar, warna biru, posisi dan komposisi, serta tekstur
sapuan kuas semuanya bekerja sama untuk menciptakan representasi visual yang kuat dari emosi
yang melibatkan pemirsa dan mengekspresikan perasaan dan pengalaman manusia yang
mendalam.

a. Qualisign
Qualisign: Qualisign merujuk pada representasi dari sifat kualitatif atau kualitas sensoris
dari suatu objek. Dalam karya ini, beberapa qualisign yang dapat diidentifikasi termasuk:
• Kehadiran warna biru yang mendominasi karya menghasilkan qualisign warna biru, yang
menciptakan nuansa muram dan melankolis.
•Ekspresi wajah pria tua dengan mata terpejam, mulut tertutup, dan kerutan di wajahnya
menciptakan qualisign kesedihan, keputusasaan, dan kelelahan.

•Postur tubuh pria tua yang terbungkuk dan tersendiri menghasilkan qualisign kelemahan fisik
dan emosional.

19
b. Sinsign
Sinsign: Sinsign merujuk pada representamen sebagai tanda atau indikator konkret yang
menunjukkan sesuatu secara langsung. Dalam karya ini, beberapa sinsign yang dapat ditemukan
adalah:
• Gambar seorang pria tua yang memainkan gitar secara langsung menunjukkan sosok yang
sedang bermain musik.
• Kehadiran sapuan kuas yang kasar dan tebal menghasilkan sinsign tekstur yang kasar pada
permukaan kanvas.

c. Legisign
Legisign: Legisign merujuk pada representamen yang mengacu pada aturan atau konvensi
tertentu yang memberikan makna pada tanda. Dalam "The Old Guitarist", beberapa contoh
legisign adalah:
• Penggunaan palet warna biru oleh Picasso sebagai konvensi atau aturan yang memperkuat
makna kesedihan dan melankolis.
• Komposisi karya, dengan pria tua yang terisolasi di tengah ruang yang hampa, mencerminkan
konvensi penggambaran kesepian dan terasing.

2. Analisis Representamen-objek
Dalam karya "The Old Guitarist" oleh Pablo Picasso, ada beberapa representamen-objek
yang dapat dianalisis:
1. Representamen-objek utama:
Pria Tua yang Memainkan Gitar: Representasi utama dalam karya ini adalah seorang pria tua
yang memegang dan memainkan gitar. Pria tersebut digambarkan dengan tubuh yang kurus, kulit
yang keriput, dan ekspresi wajah yang sedih. Melalui representasi ini, Picasso ingin
menyampaikan kesan usia, kemiskinan, dan kesulitan yang dialami oleh sosok tersebut.
2. Gitar: Gitar yang dipegang oleh pria tua juga menjadi representamen-objek penting. Gitar
dapat melambangkan kebebasan, ekspresi diri, dan kesenangan. Namun, dalam konteks karya ini,
gitar juga dapat diinterpretasikan sebagai sarana penghibur.

3. Analisis Interpretan
Karya "The Old Guitarist" adalah salah satu lukisan terkenal karya seniman Pablo Picasso.
Lukisan ini menggambarkan seorang musisi tua yang sedang memegang gitar dan tampak sangat
sedih. Picasso dikenal dengan gaya melengkung dan terdistorsi yang khas dalam karyanya, dan
hal ini juga terlihat dalam "The Old Guitarist". Bentuk tubuh musisi tua ini sangat melengkung
dan terdistorsi, dengan tangan yang memegang gitar yang terlihat sangat panjang. Gaya ini
memberikan kesan yang dramatis dan ekspresif, dan mungkin mencerminkan perasaan dan
pengalaman yang rumit dalam kehidupan musisi tersebut.

20
a. Reme
Reme (Identifikasi)
Dalam "The Old Guitarist," penonton dapat mengidentifikasi pria tua yang memainkan
gitar sebagai tokoh sentral dalam lukisan. Melalui pemaparan sosok yang lemah, kurus, dan
berpenyakit, reme yang muncul adalah identifikasi akan penderitaan dan kesulitan yang dialami
oleh tokoh tersebut. Penonton dapat merasakan empati dan simpati terhadap kehidupan yang
sulit yang digambarkan dalam karya ini.

b. Disen
Dalam "The Old Guitarist," disen yang muncul dapat bervariasi tergantung pada persepsi
penonton. Beberapa interpretasi yang mungkin termasuk: kesepian, kehilangan, penderitaan
manusia, ketahanan dalam menghadapi kesulitan, atau perjuangan seniman. Melalui
penggambaran yang melankolis dan ekspresif, lukisan ini dapat mengundang penonton untuk
merenungkan kondisi kemanusiaan yang kompleks.

c. Argumen
Dalam "The Old Guitarist," argumen yang muncul adalah penekanan pada penderitaan
dan keterpurukan manusia. Picasso menghadirkan gambaran pria tua yang miskin, lemah, dan
terabaikan untuk menyampaikan pesan tentang ketidakadilan sosial, penderitaan manusia yang
tak terlihat, dan kesulitan hidup. Lukisan ini juga dapat memunculkan argumen tentang arti dan
peran seni dalam menggambarkan realitas yang kadang-kadang tidak nyaman.

E. RANGKUMAN
Tipologi tanda Charles Pierce merupakan bagian penting teori semiotika. Pierce
memaparkan bahwa konsep semiotika bergantung pada tanda. Tanda ini menjelaskan cara
berpikir dan logika tanda yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman yang menjadikan
semiotika. Maka bisa disebut, Pierce mencetuskan tipologi tanda sebagai proses bernalar
manusia bahkan proses berpikir manusia dan proses menanda. Tanda yang diinterpretasikan
menjadi objek melalui hasil berpikir dan bernalar dengan menjadikan logika sebagai dasar
penentuan objek interpretant diturunkan dari sign disebut sebagai kendaraan tanda sedangkan
objek adalah bebas menjadi acuan tanda melalui interpretant.

21
IV. KAJIAN SEMIOLOGI

A. PENGANTAR

Judul The Weeping Woman

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1937

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 60 cm × 49 cm

Keunikan Seorang wanita yang menangis karena


ledakan bom

Pameran Tate Modern, London.

The weeping woman karya Pablo Picasso dikenal karena adanya peperangan dan
pengeboman saat itu. Lukisan ini adalah lukisan setelah Guernica. Setelah Guernica selesai,
Picasso melanjutkan obsesinya pada wanita yang menangis. Air matanya muncul secara obsesif
di berbagai kanvas, memperlihatkan seorang perempuan yang hancur akibat kekerasan dalam
hubungan dan ini berdampak ke keputusasaan lalu ia bersembunyi di tengah masyarakat.

Judul Garçon à la Pipe

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1905

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 100 cm × 81.3 cm

Keunikan Anak laki-laki yang sedang duduk dikelilingi


bunga

22
Garçon à la Pipe menggambarkan seorang remaja laki-laki yang sedang dalam posisi
duduk dikelilingi oleh dua karangan bunga. Dia mengenakan terusan biru dan memakai karangan
bunga mawar di kepalanya. Dia memegang pipa di tangan kirinya dengan cara yang salah.
Anak laki-laki yang digambarkan dalam lukisan ini dikenal sebagai "P'tit Louis", atau
"Little Louis". Dia digambarkan oleh Picasso sebagai, "salah satu dari" tipe lokal, aktor, wanita,
pria, berandalan" yang sering mengunjungi studio di Bateau-Lavoir. Kehidupan keras seorang
anak jalanan mengakibatkan subjek tersebut meninggal di usia muda.
Lukisan ini menunjukkan anak laki-laki dalam berbagai pose berbeda, termasuk berdiri,
duduk, bersandar ke dinding, menyalakan pipa atau memegangnya di tangan. Picasso akhirnya
memilih untuk menggambarkan modelnya dalam posisi duduk yang ditunjukkan pada lukisan
yang sudah jadi, yang dengan susah payah dia kerjakan dalam studi persiapan.

B. PEMAHAMAN TENTANG SEMIOLOGI


Semiologi merupakan terminologi yang identik dengan simetri semiologi mengkaji semua
tanda yang ada dalam kehidupan manusia atau semua yang terindah berbagai objek dan citra
ekspresi manusia seni dan budaya fenomena sosial dan lembaganya. Semiologi merupakan
terminologi yang dapat disamakan dengan seni rupa walaupun memiliki latar historis yang
berbeda semiologi awalnya dikembangkan oleh ilmuwan Perancis atau ahli linguistik sebagai
bagian dari keilmuan psikologi sosial sosiologi dalam perkembangannya banyak dikenal di
Eropa dipopulerkan oleh para ahli yang mengikuti tradisi linguistik de Saussure. Pada awalnya
de Saussure mengendalikan bahwa ilmu tentang tanda semiologi lebih luas cakupannya dan
linguistik merupakan bagian darinya walaupun dirasakan bahwa bahasa yang digunakan manusia
memiliki sistem tanda yang sudah sangat lengkap Oleh sebab itu sehubungan dengan dalilnya
ada juga yang beranggapan sebaliknya yang pasti jumlah lebih mengkaji semua tanda yang ada
dalam kehidupan manusia atau semua yang terindah berbagai objek dan citra ekspresi manusia
seni dan budaya fenomena sosial dan sebagainya. Semua ini akan membangun konsep
penandaan limbah perbaiki dalam berbagai disiplin keilmuan antropologi sosiologi psikologi seni
dan budaya dan sebagainya.
1. Sinkronik dan Diakronik
Pendekatan sinkronik adalah pendekatan yang melihat bahasa sebagai sistem yang berfungsi
pada saat tertentu dengan tidak perlu memahami aspek etimologinya kajian bahasa dan seni
dalam perspektif sinkronik berfokus Pada momen tertentu tanpa mempersoalkan proses yang
dilaluinya sebaliknya pendekatan diakronik mengkaji bahasa dan seni dalam proses waktu
berkarat dan berevolusi proses ini dapat dibedakan berdasarkan arus perubahan waktu yang maju
perspektif dan perubahan waktu yang mundur retrospektif pendekatan diakronik menganalisis
tanda berdasarkan komparatif historis melalui proses penelusuran etimologis pergeseran
kronologis dan seterusnya sehingga mengandung aspek asosiatif.

23
2. Langue dan Parole

Langue adalah sistem formal gramatikal bahasa yang bersifat abstrak dimana sebuah sistem
elemen phonic yang berhubungan dengan bunyi diatur menurut hukum-hukum determinan.
Banyak ilmuwan bahasa linguistik semenjak zaman default mencurahkan perhatian untuk
menemukan hukum ini.
Dengan eksistensi langue menjadikan parole terlahir. Parole adalah bicara aktual suatu cara
di mana perwira setiap hari menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri mereka. Biasa
mengakuisi penggunaan bahasa manusia dalam cara-cara yang suspensi dan seringkali
idiosinkretis percaya bahwa pemakaian bahasa setiap hari seperti parole tidak bisa menjadi
perhatian penggunaan bahasa yang berorientasi secara ilmiah penggunaan bahasa ilmiah harus
fokus pada langit sistem formal bahasa tidak pada cara-cara subjektif ketika itu digunakan oleh
aktor.
3. Penanda dan Petanda
Penanda adalah citra bunyi ketika si penerima mendengar kata yang diucapkan dan pertanda
adalah citra bunyi yang digunakan untuk menyatakan makna kata yang sampai pada pikiran si
penerima. Penanda adalah citra bentuk ketika melihat atau membaca sesuatu. Petanda adalah
citra yang digunakan untuk menyatakan makna dari apa yang terlihat atau terbaca. Penanda
adalah sesuatu yang bersifat material dan terindra karena bersifat sensoris bunyi-bunyi objek-
objek imajinasi dan sebagainya sedangkan pertanda merupakan aspek mental dari tanda yang
dinyatakan sebagai konsep yang melahirkan makna dalam pikiran seseorang.

4. Sintagmatik dan Paradigmatik


Sintagmatik merupakan relasi yang linier dengan kehadiran unsur-unsurnya bersifat
impresentia sedangkan paradigmatik memiliki hubungan asosiatif dengan kehadiran unsur-
unsurnya bersifat in praesentia. Sintakmatik mengacu pada hubungan kata per kata atau antar
satuan gramatikal yang dirangkai dalam dimensi waktu tertentu unsur-unsur bahasa dimaksud
dalam dipertukarkan sesuai keinginan pragmatik mengacu pada hubungan unsur-unsur yang
berada dalam kelompoknya sebagai bagian dari sistem kelompok ini dibentuk berdasarkan
kesamaan atau perbedaannya yang memiliki hubungan asosiatif. Susunan sintagmatik merupakan
susunan tanda yang bersifat linier dan terikat oleh waktu sedangkan susunan paramatik lebih
bersifat meruang yang mempunyai hubungan asosiatif yang membentuk suatu pengertian.

5. Denotasi dan Konotasi


Denotasi dan konotasi mengacu pada tatanan makna kata. Denotasi adalah makna kata lugas
atau literal dalam arti menjelaskan sesuatu sebagaimana adanya sedangkan konotasi
menggunakan arti kiasan dan dalam arti tertentu melibatkan semacam Meta bahasa denotasi
berkaitan dengan petunjuk langsung dari suatu tanda basaha yang mengarah pada makna
pertama. Konotasi adalah petunjuk tidak langsung mungkin juga tidak ditandai oleh pengirim
yang mengarah pada makna kedua

24
C. LUKISAN “The Weeping Woman” PABLO PICASSO DALAM KAJIAN
SEMIOLOGI

1. Langue dan Parole


Secara Langue merujuk pada sistem tanda yang ada dalam suatu bahasa atau konteks
komunikasi tertentu. Dalam konteks karya seni, kita dapat mengaitkannya dengan elemen-
elemen visual yang terdapat dalam lukisan "The Weeping Woman".

a. Penggunaan warna: Picasso menggunakan palet warna yang cerah dan kontras dalam lukisan
ini. Warna-warna cerah seperti merah, biru, kuning, dan hijau digunakan untuk menciptakan efek
dramatis dan ekspresif. Warna-warna ini dapat dianggap sebagai elemen bahasa visual yang
membentuk langue dalam karya ini.
b. Bentuk dan garis: Picasso menggunakan garis-garis yang tegas dan bentuk-bentuk yang
terdistorsi dalam lukisan ini. Garis-garis tegas dan bentuk-bentuk yang terdistorsi dapat dianggap
sebagai bagian dari sistem tanda visual yang membentuk langue karya ini. Mereka dapat
mengkomunikasikan perasaan dan emosi yang kompleks, serta menciptakan efek yang dramatis.
Secara Parole mengacu pada penggunaan konkret dan spesifik dari sistem tanda dalam
suatu konteks atau karya individu. Dalam hal ini, parole merujuk pada implementasi konkret dari
sistem tanda dalam lukisan "The Weeping Woman".
a. Ekspresi emosi: Ekspresi wajah Weeping Woman yang sedih, dengan mata yang besar dan
menangis, merupakan contoh konkret dari penggunaan sistem tanda untuk mengkomunikasikan
emosi yang mendalam. Picasso menggunakan garis dan warna untuk menyoroti ekspresi ini
secara kuat.
b. Simbolisme: Picasso sering menggunakan simbolisme dalam karyanya. Dalam "The Weeping
Woman", misalnya, ia menggunakan elemen seperti mata menangis dan bentuk wajah yang

25
terdistorsi untuk menggambarkan kesedihan dan penderitaan. Simbol-simbol ini merupakan
bagian konkret dari parole dalam lukisan ini.
2. Sinkronik dan Diakronik
Dalam melakukan kajian semiologi pada karya "The Weeping Woman" karya Pablo
Picasso, kita dapat menerapkan pendekatan sinkronik dan diakronik yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Saussure.
Berdasarkan Sinkronik, pendekatan memfokuskan pada analisis struktur sistem tanda
pada satu titik waktu tertentu. Dalam konteks "The Weeping Woman", pendekatan sinkronik akan
melibatkan analisis struktur sistem tanda yang terkandung dalam lukisan tersebut.
a. Penggunaan warna dan bentuk: Dalam pendekatan sinkronik, kita akan menganalisis
penggunaan warna dan bentuk yang terkandung dalam karya ini pada satu titik waktu tertentu.
Kita dapat melihat bagaimana penggunaan warna cerah dan kontras, serta bentuk-bentuk yang
terdistorsi, digunakan untuk menciptakan efek dramatis dan mengekspresikan kesedihan yang
mendalam.
b. Simbolisme: Pendekatan sinkronik akan memperhatikan simbol-simbol yang digunakan dalam
karya ini pada saat penciptaannya. Misalnya, mata menangis dan bentuk wajah yang terdistorsi
sebagai simbol penderitaan dan kesedihan.
Berdasarkan Diakronik, Pendekatan memperhatikan perubahan dalam sistem tanda dari
waktu ke waktu. Dalam konteks "The Weeping Woman", pendekatan diakronik akan melibatkan
analisis perubahan yang terjadi dalam penggunaan sistem tanda dalam karya-karya Picasso
secara keseluruhan.
a. Evolusi gaya Picasso: Dalam pendekatan diakronik, kita akan melihat bagaimana penggunaan
warna, bentuk, dan simbolisme dalam "The Weeping Woman" berhubungan dengan karya-karya
Picasso sebelumnya atau setelahnya. Apakah ada perkembangan atau perubahan dalam cara
Picasso mengungkapkan emosi dan pesan melalui sistem tanda?
b. Konteks sejarah dan budaya: Pendekatan diakronik juga akan mempertimbangkan konteks
sejarah dan budaya pada saat penciptaan karya. Bagaimana perubahan sosial, politik, atau
budaya pada saat itu mempengaruhi ekspresi seni Picasso dan penggunaan sistem tanda dalam
"The Weeping Woman"?
3. Penanda dan Petanda
Dalam "The Weeping Woman," beberapa penanda yang dapat ditemukan antara lain:
• Wajah Wanita: Wajah wanita yang menangis menjadi penanda utama dalam karya ini. Ekspresi
wajahnya yang penuh dengan kesedihan dan penderitaan mengkomunikasikan emosi yang kuat.
• Air Mata: Air mata yang mengalir dari mata wanita tersebut juga merupakan penanda penting.
Mereka menunjukkan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam.

26
• Warna dan Garis: Picasso menggunakan warna-warna yang gelap dan garis-garis yang tajam
untuk menciptakan perasaan gelap dan tragis. Ini menggambarkan suasana hati yang suram dan
perasaan sakit yang dialami oleh wanita tersebut.
Dalam "The Weeping Woman," beberapa petanda yang dapat diidentifikasi antara lain:
• Kesedihan dan Penderitaan: Penanda wajah wanita yang menangis, air mata, dan ekspresi yang
melankolis menggambarkan perasaan kesedihan dan penderitaan yang mendalam. Karya ini
dapat diinterpretasikan sebagai perwujudan emosi dan trauma yang dialami oleh wanita tersebut.
• Perlawanan dan Pemberontakan: Meskipun wanita tersebut sedang merasa sedih, ada juga
kekuatan yang terpancar dari ekspresinya. Petanda ini mengisyaratkan bahwa wanita tersebut
mungkin sedang berjuang atau memerlawan sesuatu yang menyebabkan penderitaannya. Picasso
sering kali menggunakan karya seni sebagai medium untuk mengekspresikan perlawanan
terhadap ketidakadilan atau tragedi.

4. Sintagmatik dan Paradigmatik


Dalam "The Weeping Women", kita dapat melihat sintagmatik yang jelas antara elemen-
elemen yang digunakan oleh Picasso. Misalnya, bentuk-bentuk yang memanjang dan
melengkung menggambarkan wajah-wajah yang menangis, garis-garis yang terputus-putus
menggambarkan rasa sakit dan keputusasaan, dan warna-warna yang kuat seperti biru dan hijau
menunjukkan suasana yang melankolis. Sintagmatik ini membantu menciptakan ekspresi emosi
yang kuat dalam lukisan tersebut.
Dalam "The Weeping Women", kita bisa melihat paradigmatik dalam berbagai aspek.
Misalnya, Picasso menggunakan bentuk-bentuk yang terdistorsi dan tidak proporsional untuk
menggambarkan wajah-wajah perempuan yang menangis, yang merupakan pilihan kontras
dengan realisme tradisional. Ia juga menggunakan palet warna yang cerah dan tidak biasa,
seperti warna biru dan hijau yang dominan, untuk menciptakan efek dramatis dan melankolis
yang mengesankan. Semua pilihan ini adalah contoh paradigmatik dalam karya ini.
5. Denotasi dan Konotasi
Denotasi merujuk pada makna literal atau deskriptif dari suatu objek atau elemen dalam
karya seni. Dalam konteks "The Weeping Women", denotasi melibatkan pengamatan terhadap
elemen-elemen visual yang dapat diidentifikasi secara konkret. Misalnya, gambar-gambar wajah
perempuan yang terdistorsi dan menangis, garis-garis yang membingkai wajah dan tubuh, serta
warna-warna yang digunakan seperti biru dan hijau. Denotasi ini menggambarkan penggambaran
fisik dari wajah-wajah yang menangis dalam lukisan.
Namun, yang lebih menarik dalam analisis semiologi adalah konotasi, yaitu makna yang
melekat pada elemen-elemen tersebut, yang melibatkan asosiasi, interpretasi, dan pemahaman
simbolik yang lebih dalam. Konotasi "The Weeping Women" oleh Picasso bisa beragam
tergantung pada perspektif individu, tetapi secara umum, lukisan ini dikaitkan dengan emosi
yang mendalam, penderitaan, dan keputusasaan.

27
Penggunaan wajah perempuan yang menangis dalam karya ini mencerminkan emosi manusia
yang universal, sementara distorsi dan bentuk yang tidak proporsional menunjukkan
ketidakstabilan dan kekacauan batin. Garis-garis yang tajam dan terputus-putus dapat diartikan
sebagai ekspresi keputusasaan dan rasa sakit yang tajam. Warna-warna biru dan hijau yang
dominan dapat memiliki konotasi melankolis, kesedihan, atau kehampaan.
Selain itu, karya Picasso ini juga memiliki konotasi sosial dan politik. Dalam konteks Perang
Dunia II, lukisan ini mungkin menggambarkan penderitaan perempuan yang terjadi selama
konflik tersebut. Dalam pandangan feminis, karya ini dapat ditafsirkan sebagai penggambaran
perempuan yang dianiaya dan meratap atas penderitaan mereka dalam masyarakat patriarki.

D. LUKISAN “Garçon à la Pipe” PABLO PICASSO DALAM KAJIAN SEMIOLOGI

1. Langue dan Parole


Karya "Garçon à la Pipe" (Boy with a Pipe) oleh Pablo Picasso dapat dianalisis
menggunakan konsep langue dan parole dalam semiologi.
Dalam "Garçon à la Pipe", langue melibatkan pengamatan terhadap elemen-elemen visual
yang terdapat dalam karya tersebut. Misalnya, penggunaan warna, garis, komposisi, dan bentuk-
bentuk yang digunakan oleh Picasso untuk menyusun gambar tersebut. Linguistik strukturalis
Ferdinand de Saussure mengemukakan konsep langue sebagai sistem yang bersifat abstrak dan
kolektif.
Dalam "Garçon à la Pipe", langue terkait dengan elemen-elemen visual seperti penggunaan
warna cerah, kontras, dan komposisi yang teratur untuk menciptakan harmoni dan menarik
perhatian penonton. Garçon (anak laki-laki) dalam lukisan ini digambarkan dengan sikap dan
ekspresi tertentu, serta berpose dengan pipa di tangannya, yang memberikan pesan atau makna
tertentu.

28
Parole dalam karya ini berkaitan dengan interpretasi individu penonton terhadap makna dan
pesan yang disampaikan oleh Picasso. Pengamat dapat memberikan berbagai makna dan
penafsiran berdasarkan latar belakang, konteks budaya, atau pengalaman pribadi mereka sendiri.
Beberapa mungkin melihatnya sebagai representasi kepolosan dan keindahan masa kanak-kanak,
sementara yang lain mungkin menafsirkannya sebagai simbol kebebasan, kreativitas, atau
bahkan penggambaran anak jalanan.
2. Sinkronik dan Diakronik
Dalam kajian semiologi terhadap karya "Garçon à la Pipe" oleh Pablo Picasso, kita dapat
menerapkan konsep sinkronik dan diakronik.

Dalam kasus "Garçon à la Pipe", kita dapat melihat aspek sinkronik dengan menganalisis
elemen-elemen visual yang hadir dalam lukisan itu sendiri. Misalnya, penggunaan warna cerah,
kontras, dan komposisi yang teratur, serta ekspresi wajah anak laki-laki dan objek pipa yang
dipegangnya. Sinkronik memungkinkan kita untuk memahami karya tersebut sebagai suatu
entitas yang ada pada waktu tertentu.

Di sisi lain, kita dapat melihat aspek diakronik dengan membandingkan "Garçon à la
Pipe" dengan karya-karya Picasso lainnya dan melihat perkembangan gaya dan tekniknya. Ini
akan memberikan wawasan tentang bagaimana karya ini berkontribusi pada perjalanan seni
Picasso dan bagaimana ia mengeksplorasi atau memperluas ciri khasnya dalam karya-karya
berikutnya.

3. Penanda dan Petanda


Dalam karya ini, beberapa penanda yang dapat dilihat termasuk gambar anak laki-laki, pipa
yang dipegangnya, warna dan komposisi lukisan, serta ekspresi wajah anak tersebut. Setiap
penanda ini memberikan kontribusi dalam membentuk keseluruhan pesan atau makna yang
diungkapkan dalam karya tersebut.
Petanda, di sisi lain, merujuk pada makna atau konsep yang diwakili oleh penanda tersebut.
Petanda terbentuk melalui proses interpretasi dan asosiasi yang dilakukan oleh pengamat
berdasarkan pengetahuan, budaya, dan pengalaman pribadi mereka. Dalam karya ini, petanda-
petanda tersebut dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara tergantung pada perspektif
individu.
Misalnya, anak laki-laki dalam karya tersebut dapat menjadi petanda untuk kepolosan,
keanggunan, atau masa kanak-kanak. Pipa yang dipegang oleh anak tersebut dapat menjadi
petanda kematangan, ketertarikan pada budaya, atau mungkin juga pengaruh yang tidak sehat
pada anak-anak. Warna-warna cerah dan komposisi yang teratur dapat menjadi petanda
keceriaan atau perasaan optimisme. Ekspresi wajah anak laki-laki dapat menjadi petanda
kegembiraan, keceriaan, atau mungkin juga pemikiran yang dalam.

29
4. Sintagmatik dan Paradigmatik
Dalam "Garçon à la Pipe", sintagmatik dapat diamati melalui hubungan visual antara elemen-
elemen yang ada dalam lukisan tersebut. Misalnya, garçon (anak laki-laki) digambarkan dengan
pose tertentu, dengan pipa di tangan, dan berdiri di latar belakang dengan beberapa elemen
dekoratif lainnya. Garçon dan elemen-elemen lainnya membentuk suatu susunan atau urutan
yang membangun keseluruhan karya.
Dalam "Garçon à la Pipe", paradigmatik dapat diamati melalui pemilihan Picasso dalam
menggambarkan anak laki-laki dan elemen-elemen lainnya. Misalnya, Picasso memilih untuk
menggambarkan anak laki-laki dengan ekspresi ceria, memegang pipa, dan berpose dengan latar
belakang yang menyiratkan suasana gembira. Pilihan-pilihan ini membentuk paradigmatik dalam
karya ini, menghadirkan interpretasi atau alternatif lain yang mungkin tidak dipilih oleh seniman
dalam penciptaan lukisan.
5. Denotasi dan Konotasi
Dalam konteks "Garçon à la Pipe", denotasi dapat diamati melalui pengamatan terhadap
elemen-elemen visual yang hadir dalam lukisan tersebut. Misalnya, kita melihat gambar seorang
anak laki-laki yang memegang pipa di tangannya, dengan ekspresi wajah ceria. Ini adalah
deskripsi objektif yang dapat dilihat dan diidentifikasi secara langsung.
Dalam "Garçon à la Pipe", konotasi dapat beragam tergantung pada perspektif individu.
Misalnya, anak laki-laki dengan pipa dapat dikonotasikan sebagai simbol kepolosan,
keanggunan, atau masa kanak-kanak. Pipa itu sendiri dapat memiliki konotasi keintiman,
pemikiran, atau penanda kematangan. Ekspresi wajah anak laki-laki dapat mengkonotasikan
kegembiraan, keceriaan, atau mungkin juga kontemplasi yang dalam. Semua konotasi ini dapat
berbeda tergantung pada latar belakang budaya dan pengalaman individu kita.

E. RANGKUMAN
Semiologi merupakan terminologi yang identik dengan semiotika. Semiologi mengkaji
semua tanda yang ada dalam kehidupan manusia atau semua yang terindra berupa berbagai objek
dan citra, ekspresi manusia, seni dan budaya, fenomena sosial, dan sebagainya. Semua ini
membangun konsep penandaan yang dapat dikaji dalam berbagai disiplin keilmuan antropologi,
sosiologi, psikologi, seni dan budaya, dan sebagainya. Pergeseran pendekatan keilmuan sosial
berdasarkan linguistik struktural yang dikelompokkan menjadi beberapa konsep utama yaitu
sinkronik dan diakronik, langue dan parole, penanda dan petanda, sintagmatik dan paradigmatik
serta denotasi dan konotasi.

30
V. KAJIAN METAFORA DAN METONIMI

A. PENGANTAR

Judul Les Femmes d'Alger

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1955

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 114 cm × 146.4 cm

Keunikan Penggunaan bentuk dan komposisi yang


geometris

Kolektor Hamad bin Jassim bin Jaber Al Thani

Les Femmes d'Alger (bahasa Inggris: Women of Algiers) adalah serangkaian lukisan dan
banyak gambar karya seniman Spanyol Pablo Picasso. Serial ini, dibuat pada tahun 1954–1955,
terinspirasi oleh lukisan tahun 1834 karya Eugène Delacroix The Women of Algiers in their
Apartment (Prancis : Femmes d'Alger dans leur appartement ). Serial ini adalah salah satu dari
beberapa lukisan yang dilukis oleh Picasso sebagai penghormatan kepada seniman yang ia
kagumi.

Judul Chicago Picasso

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1967

Material Patung

Ukuran 15,2 m × 147 t

Keunikan Patung monumental

Lokasi Daley Plaza di Chicago, Illinois

Patung Cubist oleh Picasso, yang kemudian mengatakan bahwa itu mewakili
kepala Anjing Afghanistannya , bernama Kabul, adalah karya seni publik besar pertama di Pusat
Kota Chicago, dan telah menjadi landmark terkenal. Dapat diakses publik, tempat ini terkenal
dengan karakteristiknya yang mirip dengan gym hutan . Pengunjung Daley Plaza sering terlihat
memanjat dan meluncur ke dasar patung.

31
B. PEMAHAMAN TENTANG METAFORA DAN METONIMI
Metafora adalah penggunaan dalam bahasa ataupun kata-kata frase maupun kalimat yang
digunakan untuk mengungkapkan kepada personal ataupun kelompok secara langsung dan bukan
dengan artian yang sebenarnya. Metonimi adalah bentuk ungkapan penambahan yang digunakan
dalam bahasa keseharian di mana ketika berkomunikasi menghadirkan dua konsep yang saling
bertalian sehingga manakala satu konsep berkomunikasikan maka muncul konsep lain yang
menjadi acuannya secara sederhana dapat dikatakan metafora akan membandingkan suatu yang
memiliki kedekatan makna sedangkan hitungan.
Metafora memiliki kedekatan acuan atau memiliki perbandingan dan persamaan
sedangkan metonimi adalah berdampingan dan berdekatan dalam cara pandang semiotik
metafora dan mekanisme merupakan bentuk yang paling penting dalam penggunaan bahasa
figurative. Metafora menggunakan alat penghias. Metafora dipandang sebagai pemakaian bahasa
yang mencapai tingkat yang tercanggih dalam bahasa sastra dan puisi sedangkan Metomini ini
adalah makna baru yang dibangun berdasarkan adanya hubungan kontinuitas atau asosiatif.
Metafora juga bermakna transfer atau transport. Metafora adalah pengalihan citra makna atau
kualitas sebuah ungkapan kepada suatu ungkapan lain.
Metafora merupakan kekuatan bahasa yang menghadirkan cara pandang untuk
melakukan penghalusan secara simbolik mencari metafora dari sebuah kata dan kemudian
menjelaskan bagaimana pengaruh terhadap pembaca metafora juga merupakan bahasa kiasan
seperti perbandingan hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai laksana
seperti dan sebagainya Sedangkan metomini ini merupakan kemampuan bahasa merujuk pada
sinonim atau antonim serta kaitannya dengan konsep lain.
Metafora merupakan hal-hal umum yang terjadi dalam kehidupan pada setiap peristiwa
atau keadaan tidak hanya dalam bahasa namun dalam setiap tindakan dan pemikiran metafora.
Metafora menjadi penguat untuk menjelaskan sesuatu untuk memperindah kata atau ucapan
gimana penggunaan sebuah kata atau frasa yang bertujuan untuk menyatakan keburukan di
antara keduanya. Metomini adalah majas atau gaya bahasa yang menggunakan kata untuk
menulis sesuatu yang lain dari makna kata aslinya berdasarkan perkalian yang berasal dari
keduanya, suatu gaya bahasa yang mempergunakan kata untuk menyatakan sesuatu hal lain
karena mempunyai perkalian yang sangat dekat.

1. Metafora
Metafora memiliki arti adalah kiasan yang mengandung unsur-unsur yang kadang disebutkan
secara eksklusif. Metafora merupakan alat atau imajinasi puitis dan tuliskan retoris yang lebih
merupakan bahasa yang tidak bisa dibandingkan dengan bahasa umum. Metafora secara tipikal
dipandang sebagai karakteristik suatu bahasa itu sendiri sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan kata dibandingkan dengan pemikiran dan tindakan secara umum dapat dikatakan.
Metafora merupakan hal-hal umum yang terjadi dalam kehidupan pada setiap peristiwa atau
keadaan tidak hanya dalam bahasa namun juga setiap tindakan dan pemikiran metafora menjadi

32
penguat untuk menjelaskan sesuatu atau memperindah kata-kata ucapan serta tulisan-tulisan
metafora juga diartikan sebagai penggunaan sebuah kata atau frasa yang bertujuan untuk
menyatakan kemiripan diantara keduanya hal ini merupakan kiasan atau perumpamaan yang
memberikan pernyataan dari apa yang mau dikemukakan atau dijelaskan.

2. Metonimi
Metonimi adalah majas atau gaya bahasa yang menggunakan kata untuk mewakili sesuatu
yang lain dan makna kata aslinya berdasarkan pertalian yang dekat dari keduanya. Metomini
tidak hanya dapat digunakan menggunakan merek atau label saja. Metonomia adalah suatu gaya
bahasa yang mempergunakan kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian
yang sangat dekat intinya. Batas ini menggunakan kata yang bertalian dengan kata yang
sebenarnya ingin dilakukan diungkapkan. Metonomia adalah penggunaan bahasa sebagai atribut
sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat berhubungan dekat dengannya untuk
menggantikan objek tertentu berjalan dengan hal tersebut. Metomini adalah hal yang dikaitkan
dengan orang, barang atau hal sebagai penggantinya. Gaya bahasa yang digunakan sebuah kata
untuk menyatakan suatu hal yang lain karena mempunyai pertalian yang sangat unik dengan kata
lain.

C. ANALISIS METAFORA PADA LUKISAN “Les Femmes d'Alger” PABLO PICASSO

"Lukisan "Les Femmes d'Alger" (The Women of Algiers) oleh Pablo Picasso adalah karya
yang kaya dengan elemen metafora yang menarik. Metafora adalah gaya bahasa atau
perbandingan implisit antara dua hal yang berbeda, yang memberikan dimensi tambahan pada
makna karya seni.
Dalam karya ini, beberapa metafora dapat diamati. Pertama, penggunaan bentuk dan
komposisi yang geometris dalam lukisan ini dapat menjadi metafora untuk perpecahan dan
fragmentasi. Picasso menggambarkan bentuk tubuh wanita dengan menggunakan bentuk-bentuk
yang terpotong-potong, saling tumpang tindih, dan melengkung secara dramatis. Hal ini

33
menciptakan kesan keretakan dan perpecahan, yang dapat mencerminkan pengalaman perang
atau perjuangan yang kompleks.
Selanjutnya, metafora juga dapat ditemukan dalam penggunaan warna dalam lukisan ini.
Picasso menggunakan kombinasi warna yang berani dan kontras yang kuat, seperti merah, hijau,
dan biru. Warna-warna ini tidak hanya memberikan dimensi visual yang menarik, tetapi juga
dapat memiliki konotasi emosional dan simbolik. Misalnya, merah dapat menggambarkan
kekuatan, biru dapat melambangkan kesedihan atau ketenangan, dan hijau dapat menjadi simbol
kehidupan atau harapan. Penggunaan warna secara metaforis dalam karya ini dapat memperkaya
pemahaman kita tentang tema dan pesan yang disampaikan oleh Picasso.
Selain itu, komposisi dan tata letak objek-objek dalam lukisan ini juga dapat berfungsi
sebagai metafora. Picasso mengatur objek-objek dan bentuk-bentuk dengan cara yang tidak
konvensional, menciptakan ketegangan visual dan dinamika yang kuat. Hal ini dapat dianggap
sebagai metafora untuk kekacauan atau ketegangan yang ada dalam masyarakat atau kehidupan
manusia secara umum.
Metafora dalam lukisan "Les Femmes d'Alger" oleh Picasso memperkaya pengalaman
visual dan memberikan dimensi tambahan pada makna karya tersebut. Dengan menggunakan
perbandingan dan simbolisme implisit, Picasso mengajak pengamat untuk merenungkan dan
menafsirkan karya tersebut dari berbagai perspektif. Metafora membantu menciptakan nuansa
emosional dan pemahaman yang mendalam tentang tema dan pesan yang ingin disampaikan oleh
seniman.

Kombinasi
Seleksi
Penggunaan bentuk Les Femmes d’Alger
dan komposisi yang
geometris

Penggunaan warna

Komposisi dan tata


letak objek

34
D. ANALISIS METONIMI PADA KARYA PATUNG “CHICAGO PICASSO” PABLO
PICASSO

"Chicago Picasso" yang terletak di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Patung ini adalah
karya Pablo Picasso yang dihasilkan pada tahun 1967.
Sebagai patung tiga dimensi, "Chicago Picasso" mungkin memiliki elemen-elemen yang
berbeda dari metonimi dibandingkan dengan lukisan dua dimensi. Namun, berikut ini adalah
beberapa elemen patung yang dapat dianggap sebagai contoh metonimi:
Representasi abstrak: "Chicago Picasso" adalah patung abstrak yang tidak mewakili figur
manusia secara realistis. Dalam abstraksi ini, patung ini dapat dianggap sebagai metonimi untuk
gagasan dan emosi yang lebih luas, yang melampaui representasi fisik konkret.

Bentuk geometris: Patung ini terdiri dari bentuk-bentuk geometris yang terinspirasi oleh
kubus dan kerucut. Setiap bentuk geometris dapat dianggap sebagai metonimi yang mewakili
objek-objek atau konsep-konsep tertentu. Misalnya, kubus dapat mewakili kekuatan, stabilitas,
atau struktur.

Ruang negatif: "Chicago Picasso" juga menggunakan ruang negatif dengan cara yang
unik. Ruang negatif di antara bentuk-bentuk patung dapat dianggap sebagai metonimi yang
mencerminkan keberadaan dan kehadiran tanpa harus secara eksplisit mewujudkan objek yang
konkret.

Interaksi dengan lingkungan: Patung ini berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan
orang-orang yang melihatnya. Ketika orang berdiri di dekat atau di bawah patung, mereka
menjadi bagian dari karya itu sendiri. Interaksi ini dapat dianggap sebagai metonimi untuk
keterlibatan dan koneksi antara karya seni dan masyarakat.

35
Kombinasi
Seleksi
Chicago Picasso Representasi Abstrak

Bentuk Geometris

Ruang Negatif

E. RANGKUMAN

Roman jakobson mengemukakan pemikirannya dengan menekankan pada aspek struktur


bahasa yang diwakili oleh gambar metafora atau kesamaan dan metonimi atau kesinambungan.
Jakobson berpandangan bahwa bahasa memiliki macam fungsi mengemukakan pemikirannya
dengan menekankan pada dua aspek struktur bahasa yang diwakili oleh gambaran metafora
retoris atau kesamaan dan metonimia yang berkesinambungan kedua aspek ini sangat erat
kaitannya dalam menjelaskan bentuk isi terutama dalam kajian seni.

36
VI. KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI

A. PENGANTAR

Judul Tête de femme (Dora Maar)

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1950

Material Perunggu

Ukuran 80 cm (31,5 inci)

Keunikan Patung kepala kekasih Pablo yang terbuat


dari perunggu

Pameran London, New York

Patung perunggu berfokus pada kepala dan leher dengan hanya garis bahu pendek yang
terlihat di depan alas persegi. Picasso memodelkan karya kekasih Dora Maar selama Perang
Dunia II, membuat aslinya dari plester di studionya di Paris. Selesai pada tahun 1941, model
plester sekarang disimpan di Museum Ludwig di Cologne. Kesulitan dalam mendapatkan
persediaan logam yang memadai membuat pekerjaan itu ditunda hingga awal 1950-an, dengan
empat salinan dibuat ketika Picasso memiliki persediaannya. Satu salinan patung itu
disumbangkan pada tahun 1959 untuk tugu peringatan Guillaume Apollinaire, seorang teman
Picasso yang meninggal pada tahun 1918, dan dapat ditemukan di makamnya di belakang
Biara Saint-Germain-des-Prés . Salinan ini dicuri pada tahun 1999 tetapi akhirnya ditemukan dan
dikembalikan ke gereja.

Judul Girl before a Mirror

Seniman Pablo Picasso

Tahun 1932

Material Minyak di atas kanvas

Ukuran 162,3 cm × 130,2 cm

Keunikan Lukisan cermin

Lokasi Museum Seni Modern, Kota New York

37
Lukisan ini diproduksi pada tahun 1932, tahun yang penting dalam karir artistik
Picasso. Pada titik ini dalam hidupnya, Picasso telah mencapai usia 51 tahun dan telah
membangun reputasinya sebagai seniman penting. Pada tahun 1932, Galerie Georges
Petit mempersembahkan pameran retrospektif dari karyanya, yang merupakan peristiwa yang
tidak biasa bagi seorang seniman, dengan Picasso mengambil alih kurasi. Ini juga merupakan
tahun yang sangat produktif bagi Picasso, di mana dia memfokuskan banyak karyanya pada
kekasihnya yang berusia 22 tahun dan muse Marie-Thérèse Walter . Potret dirinya pada tahun
1932 adalah tampilan publik pertama dari perselingkuhan rahasia mereka selama pernikahannya
dengan Olga Khokhlova .
Beberapa bulan setelah menyelesaikan potret ini, Picasso menyatakan, "Tubuh karya yang
dibuat seseorang adalah suatu bentuk buku harian", mengacu pada sifat otobiografi karya
tersebut. Alfred H. Barr, Jr. , Direktur Museum of Modern Art, melaporkan bahwa Picasso
mengatakan bahwa dia "lebih memilih lukisan ini daripada lukisan lainnya dalam seri panjang
yang telah dia selesaikan pada musim semi itu".
B. PEMAHAMAN TENTANG DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI

Manusia merupakan makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi


hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa yang ampuh untuk
berinteraksi dan bekerja sama. Pada hakikatnya bahasa merupakan sistem tanda. Sebuah tanda
tidak pernah berfungsi sendiri. Berlakunya tanda tergantung pada hubungannya dengan tanda
lain, di antaranya pada taraf sintaksis, semantik dan pragmatik. Dalam penelitian ini, peneliti
mengkaji tentang tanda, pada taraf semantik. Bidang ini ini menguraikan tentang pengertian
suatu tanda sesuai dengan arti yang disampaikan.
Saussure menyatakan bahwa tanda dibagi menjadi signifie (penanda) dan signified (petanda).
Bagi Saussure penanda merupakan aspek material sedangkan petanda merupakan konsep pikiran
atau gambaran mental. Selanjutnya Barthes mengemukakan konsep baru tentang tanda yang
disebut sebagai konsep denotasi dan konotasi. Konsep ini berangkat dari konsep strukturalis
dikotomis Saussure yang dikembangkan lebih dinamis oleh Barthes.
Saussure hanya menggolongkan tanda pada tahap denotasi sedangkan Barthes hingga tahap
mengembangkannya hingga konotasi. Denotasi merupakan sistem makna pertama yang telah
disepakati secara kovensional. Denotasi menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi merupakan sistem makna
kedua yang tersembunyi. Tahap ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu
dengan perasaan atau emosi.
Selain itu, Barthes juga mengungkapkan bahwa ada mitos dalam konsep semiotiknya. Mitos
adalah suatu bentuk pesan atau tuturan yang harus diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat
dibuktikan. Dalam mitos, ada ideologi yang disampaikan. Menurut Barthes, mitos dalam
semiotik bukan merupakan sebuah konsep tapi suatu cara pemberian makna. Penggunaan mitos
dalam hal ini tidak merujuk pada mitos dalam pengertian sehari-hari seperti halnya cerita-cerita
tradisional.

38
1. Denotasi
Denotasi adalah sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya dan apa adanya seperti yang
sehari-hari kita gunakan. Denotasi adalah sebuah pengertian yang dikandung oleh kata secara
objektif dan disebut sebagai makna konseptual, makna denotatif, merujuk pada apa yang diyakini
akal sehat.
Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat
tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi
merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang
rujukannya pada realitas. Denotasi adalah level makna deskripsi dan literal dan secara virtual
dimiliki oleh semua anggota suatu kebudayaan. Dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat kedua. Denotasi dapat dikatakan merupakan makna objektif yang tetap,
sedangkan konotasi merupakan makna subjektif dan bervariasi.
2. Konotasi
Konotasi adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata sebenarnya.
Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai keterbukaan makna atau makna
yang implisit,tidak langsung, dan tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-
penafsiran baru. konotasi adalah makna yang dibangun oleh penanda yang mengkaitkan dengan
aspek budaya yang lebih luas keyakinan sikap Kerangka kerja dan ideologi suatu bangunan
sosial konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu Interaksi yang berlangsung tatkala tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi penggunaannya dan nilai-nilai kultural.
3. Ideologi

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai
“mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan nilai-nilai dominan yang berlaku
dalam suatu periode tertentu. Konteks ideologi mengacu pada konstruksi sosial, yang menjadi
panduan atau tujuan dalam melakukan sesuatu apa yang harus dilakukan atau tidak harus
dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi sosial.

39
C. KARYA PATUNG “Tête de femme (Dora Maar)" PABLO PICASSO DALAM
KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI

Karya "Tête de femme (Dora Maar)" oleh Pablo Picasso adalah lukisan potret yang
menggambarkan wajah Dora Maar, seorang seniman dan fotografer yang menjadi salah satu
muse Picasso. Untuk menganalisis denotasi, konotasi, dan ideologi dalam karya ini, berikut
adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan:
1. Denotasi
Gambaran wajah Dora Maar: Lukisan ini menunjukkan wajah Dora Maar dengan ciri
khasnya. Picasso menggunakan gaya kubis yang khas dengan garis-garis tajam, bentuk-bentuk
geometris, dan pewarnaan yang terfragmentasi untuk merepresentasikan wajah tersebut.
2. Konotasi
Ekspresionisme dan emosi: Dalam potret ini, Picasso mengeksplorasi aspek emosional
dan ekspresif. Ekspresi wajah Dora Maar, yang mungkin terlihat tidak konvensional atau intens,
dapat mengandung konotasi tentang kegelisahan, penderitaan, atau kekacauan emosional.
Perwakilan kehidupan pribadi Picasso: Dora Maar adalah salah satu kekasih dan subjek
utama Picasso. Kehadirannya dalam lukisan ini mengandung konotasi tentang hubungan dan
dinamika yang rumit antara Picasso dan Maar, serta pengaruhnya terhadap karya seni Picasso.

3. Ideologi
Representasi perempuan dalam seni: Karya ini mencerminkan representasi perempuan
dalam seni. Penggambaran Dora Maar oleh Picasso mencerminkan pandangan dan interpretasi
seniman terhadap kecantikan dan karakteristik wanita. Perspektif dan ideologi seniman tentang

40
perempuan dapat tercermin dalam gaya, penyusunan, atau penekanan yang digunakan dalam
lukisan ini.
Gaya Kubis dan pergeseran persepsi: Gaya kubis yang digunakan Picasso dalam lukisan
ini melibatkan pemecahan bentuk dan perspektif nontradisional. Pendekatan ini menghadirkan
ideologi yang menggugah dan mengganggu persepsi konvensional tentang wujud fisik dan
keindahan, mempertanyakan batasan tradisional dalam seni dan mencerminkan semangat inovasi
seniman.
Hubungan kekuasaan antara seniman dan subjek: Lukisan ini juga mencerminkan
hubungan kekuasaan antara seniman (Picasso) dan subjeknya (Dora Maar). Picasso memiliki
kontrol penuh atas cara ia merepresentasikan Maar, dan interpretasi ini dapat mencerminkan
ideologi yang mendasari kuasa, objektifikasi, atau dominasi dalam seni dan kehidupan sehari-
hari.
D. KARYA LUKISAN “GIRL BEFORE A MIRROR” PABLO PICASSO DALAM
KAJIAN DENOTASI, KONOTASI, DAN IDEOLOGI

Karya "Girl before a Mirror" oleh Pablo Picasso adalah lukisan yang menggambarkan
potret seorang wanita yang melihat dirinya di cermin. Untuk menganalisis denotasi, konotasi,
dan ideologi dalam karya ini, berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan:

1. Denotasi
Wanita dan cermin: Lukisan ini secara jelas menunjukkan seorang wanita yang sedang
berdiri di depan cermin. Wanita tersebut digambarkan dalam posisi sebagian tubuhnya
menghadap ke depan, sementara sebagian lagi terlihat dari belakang.

Dua sisi wajah: Wajah wanita tersebut digambarkan dengan dua perspektif yang berbeda.
Salah satu sisi wajah menunjukkan gambaran yang lebih cerah, dengan warna-warna cerah dan
dekorasi, sedangkan sisi lainnya memiliki warna-warna yang lebih gelap dan terdistorsi.

41
2. Konotasi

Perubahan identitas dan persepsi diri: Kontras antara dua sisi wajah wanita dapat
mencerminkan konotasi perubahan identitas dan persepsi diri. Wajah yang terang dapat mewakili
kecantikan atau citra ideal yang diinginkan, sedangkan wajah yang gelap dan terdistorsi mungkin
melambangkan ketidakpuasan, kompleksitas, atau sisi lain dari diri.
Hubungan antara kecantikan dan realitas: Lukisan ini dapat membawa konotasi tentang
hubungan antara kecantikan yang diharapkan atau diidealkan dengan realitas yang lebih
kompleks. Gambaran wanita dalam dua perspektif yang berbeda mungkin menyoroti perbedaan
antara tampilan fisik dan keadaan batin yang sebenarnya.

3. Ideologi
Persepsi terhadap perempuan dan kecantikan: Karya ini dapat mencerminkan ideologi
yang mendasari persepsi terhadap perempuan dan kecantikan dalam budaya. Penggambaran
wanita dengan dua sisi yang berbeda dapat menggambarkan tekanan untuk memenuhi standar
kecantikan, serta kompleksitas dan ketidakpuasan yang mungkin muncul sebagai akibatnya.
Penelusuran identitas diri: Lukisan ini juga dapat melibatkan ideologi penelusuran
identitas diri. Wanita dalam lukisan mungkin sedang mencari atau merenungkan siapa dirinya
sebenarnya, melalui refleksi di cermin dan pertimbangan terhadap penampilan fisiknya.
Eksplorasi seni dan inovasi: "Girl before a Mirror" merupakan contoh dari inovasi
artistik yang dianggap khas bagi Picasso. Gaya dan pendekatan yang tidak konvensional dalam
lukisan ini mencerminkan ideologi seniman tentang eksplorasi, perubahan, dan penolakan
terhadap norma-norma tradisional dalam seni.
E. RANGKUMAN

Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi (pemaknaan)


tahap pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua, dan mitos yang terakhir. Denotasi
menggunakan makna dari tanda sebagai definisi secar literal yang nyata. Konotasi mengarah
pada kondisi sosial budaya dan asosiasi personal. Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi
merupakan sistem signifikasi (pemaknaan) tahap pertama, sementara konotasi merupakan tingkat
kedua, dan mitos yang terakhir.

42
DAFTAR PUSTAKA
https://sastranesia.id/representamen-interpretan-dan-objek-dalam-semiotika-peirce/

https://prezi.com/hsflettqb7mz/semiotika-dengan-sematik-sintaksis-dan-pragmatik/
https://en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/Child_with_a_Dove?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=
tc
https://en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/Nude,_Green_Leaves_and_Bust?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id
&_x_tr_pto=tc

https://bizlaw.id/read/24995/Guernica-Lukisan-Anti-Perang-Dari-Pablo-
Picasso#:~:text=Guernica%20menggambarkan%20tragedi%20perang%20dan,%2Dperang%2C
%20dan%20perwujudan%20perdamaian

https://nationalgeographic.grid.id/read/131795780/inspirasi-mengerikan-di-balik-lukisan-terbaik-
pablo-picasso?page=all
https://tmtimes.id/mau-tahu-donk/fakta-menarik-lukisan-terbaik-guernica-pablo-picasso/

https://www.pablopicasso.org/guernica.jsp

https://www.pablopicasso.org/avignon.jsp

https://www.pablopicasso.org/old-guitarist.jsp
https://www.merdeka.com/pablo-picasso/profil

https://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Picasso

https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/kumpulan-karya-pablo-picasso-
yang-paling-dikagumi
https://en.wikipedia.org/wiki/Gar%C3%A7on_%C3%A0_la_pipe

https://en.wikipedia.org/wiki/Les_Femmes_d%27Alger

http://infogalactic.com/info/Pablo_Picasso

43
BIOGRAFI PENULIS

Nama saya Ameliana Vega. Lahir di Medan pada 6 Juli 2003.


Sekarang, tengah menempuh studi S1 semester empat di
Universitas Negeri Medan Fakultas Bahasa dan Seni dan
mengambil Program Studi Pendidikan Seni Rupa.

Pada buku ini saya akan membahas dan menguraikan hasil


analisis terhadap beberapa Pablo Picasso.

Semoga bermanfaat kepada siapa pun yang membacanya

44
.
45

You might also like