Professional Documents
Culture Documents
Nur Indah Anggraeni
Nur Indah Anggraeni
PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH:
A1A121065
KENDARI
2023
ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi dapat dianggap sebagai ilmu yang paling bertanggung jawab terhadap
nasib jutaan umat manusia dibumi ini. Bahkan, jika sebuah negara yang sebelumnya sangat
kaya raya, ekonominya sangat kuat dan maju, tiba-tiba menjadi bangkrut dalam waktu yang
sangat singkat yang paling berperan adalah ilmu ekonomi.
Ilmu ekonomi dalam perjalanan 200 tahun terakhir ini memang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Sehingga banyak pakar keilmuan yang memberi gelar
khusus pada ilmu ini dengan sebutan “The Prince Of Social Science”. Rajanya ilmu sosial.
Perkembangan ilmu ekonomi akhirnya memang menjadi sangat luas dan kompleks.
Sehingga jati dirinya semakin sulit untuk didefinisikan lagi. Berbagai problema ekonomi,
yang sesungguhnya adalah problem sosial kemanusiaan, akhirnya harus diselesaikan dengan
pendekatan yang sangat matematis dan eksak.
Adam Smith Sering disebut juga sebagai teori ekonomi klasik. Menurut Adam Smith Ilmu
ekonomi sebagai cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya
mengalokasikan berbagai sumber daya terbatas untuk mencapai tujuan tertentu.
Ilmu ekonomi adalah seperangkat alat (tools) yang dapat digunakan manusia untuk
kepentingan menghitung sebuah proses produksi, biaya produksi, efisiensi produksi dan
berbagai hal lain yang berkaitan dengannya, dengan tujuan utama adalah untuk mengetahui
berapa keuntungan(benefit) yang akan diperolehnya atau biaya(cost) yang harus dikeluarkan.
Sebagai sebuah alat, ilmu ekonomi tentu bersifat netral,obyektif, dan tidak
dipengaruhi oleh pandangan hidup, keyakinan, kepercayaan, maupun ideologi tertentu.
Sedangkan sistem ekonomi adalah hal yang sebaliknya. Sistem ekonomi berkaitan dengan
pandangan, keyakinan, kepercayaan, maupun ideologi tertentu, khususnya terhadap alokasi
sumber daya ekonomi
yang ada dibumi ini. Sehingga sistem ekonomi akan menyangkut pandangan terhadap
kepemilikan, pemanfaatan, maupun distribusi sumber daya ekonomi.
Dengan demikian, sistem ekonomi tertentu bersifat tidak netral, bersifat subyektif dan
dipengaruhi oleh pandangan-pandangan hidup tertentu.
Hubungan sistem ekonomi dan ilmu ekonomi itu dapat di ibaratkan sebagai wadah
dengan isinya. Sistem ekonomi adalah wadahnya, sedangkan ilmu ekonomi adalah isinya.
Dengan demikian, ilmu ekonomi itu hanya akan dapat tumbuh dan berkembang didalam
sebuah wadah tertentu, yakni sistem ekonominya. Oleeh karenanya, bagaimana arah, corak
dan warna dari ilmu ekonomi itu akan sangat ditentukan oleh wadah dari sistem ekonomi
yang mengembangkannya.
Menurut Alfred W. Stonier, kajian ilmu ekonomi terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu ilmu
ekonomi deskriptif, terapan, dan teori ekonomi.
PEREKONOMIAN INDONESIA
Perekonomian Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke-
16 di dunia, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan senilai kurang lebih USD940,9
miliar (2016). Pada tahun 2014, sektor jasa adalah pemberi kerja yang paling menonjol di
Indonesia, menyumbang 45 persen dari pekerja lokal (dibandingkan dengan hanya
sepertiganya pada tahun 1990). Ini diikuti oleh sektor pertanian yang mempekerjakan 34
persen pekerja lokal (turun dari 56 persen pada tahun 1990) dan sektor industri (termasuk
manufaktur) yang menyumbang 21 persen pekerja lokal (menjadi lebih menonjol dalam
beberapa tahun terakhir).
Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan struktural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam
perekonomian dunia.
Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di
luar sektor negara.
Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita
keadilan sosial.” (GBHN 1993).
Meski Setiap sistem ekonomi punya ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, namun ciri yang
tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 adalah :
Dengan dasar penerapan sistem perekonomian Pancasila yang menjadi acuan dasar
keseluruhan perekonomian negara, berikut ini beberapa contoh adanya penerapannya
ekonomi Indonesia :
Adanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Merujuk pada aturan dan undang-
undang resmi negara yang mengatakan hal- hal yang dianggap penting serta
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak diatur oleh negara. Karenanya, negara
memimpin peran penting dalam menciptakan Badan Usaha Milik Negara atau
BUMN.
Adanya Koperasi Badan koperasi adalah salah satu bentuk implementasi dari sistem
perekonomian Indonesia yakni Pancasila. Setiap badan koperasi didirikan dengan
tujuan usaha kolektif yang memakai dasar asas kekeluargaan.
Adanya Serikat Pekerja Selain adanya BUMN dan juga Koperasi, maka ada juga
serikat pekerja yang diharapkan akan mampu meminimalisir, memantau dan
mengantisipasi kemungkinan adanya penyelewengan atau eksploitasi dari sumber
daya, dalam hal ini sumber daya manusia.
Merujuk pada kalimat terakhir dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi bahwa tujuan bangsa adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, merupakan hal yang mendasari tujuan pembangunan sistem perekonomian
Indonesia.
Ini membuat secara umum, tujuan ekonomi Indonesia mengikuti ide- ide dengan garis besar :
Jawabnya ternyata adalah: faham merkantilisme ini ternyata telah gagal untuk
mewujudkan kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya, bahkan telah membuat perekonomian
negara-negara di Eropa pada waktu itu menjadi semakin buruk dan semakin terperosok ke
dalam jurang kemiskinan. Sebagaimana jamaknya sebuah kehidupan, jika suatu bangsa
mengalami keterpurukan. Keadaan yang buruk tersebut ternyata telah mendorong lahirnya
faham baru yang dianggap revolusioner pada waktu itu. Ternyata pada tahun 1776 telah terbit
sebuah buku yang benar-benar menggoncangkan percaturan pemikiran ekonomi yang
berkembang pada waktu itu. Buku yang menggegerkan tersebut berjudul "The Wealtis of
Nations" yang ditulis oleh Adam Smith.
Isi buku tersebut sejalan dengan tingkah laku ekonomi dalam masyarakat, yang
selanjutnya menjadi sebuah sistem ekonomi, dan mengakar menjadi ideologi yang
mencerminkan gaya hidup (way of life). Smith berpendapat bahwa manusia dalam
menjalankan kegiatan ekonomi dikarenakan adanya dorongan yang menjadi kepentingan
pribadi, yang bertindak sebagai tenaga pendorong dan mengarahkan manusia dalam
mengerjakan segala hal asal masyarakat senantiasa membayar.
Menurut Adam Smith, faham yang memandang bahwa manusia memiliki sifat serakah, rakus
dan egois, sehingga harus dikendalikan oleh negara, adalah faham yang salah. Mengapa?
Marilah kita urutkan saja satu per satu pandangan-pandangannya (Deliarnov, 1997 &
Koesters, 1987):
1. Pandangannya terhadap Sifat Manusia
Menurut Adam Smith, sifat serakah, rakus dan egois dari manusia itu tidaklah negatif,
tidak jelek dan tidak jahat. Tetapi justru sebaliknya. Sifat manusia seperti itu justru sangat
positif. Oleh karena itu, sifat ini tidak boleh ditekan dan dikendalikan oleh negara, melainkan
harus dibiarkan bebas. Sebab, jika sifat manusia seperti ini dibiarkan bebas, maka sifat ini
tidak akan memberi dampak yang negatif terhadap ekonomi, tetapi justru akan sangat positif
bagi terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan.
Dalam bukunya, Adam Smith menjelaskan bahwa tindakan manusia itu pada
umumnya didasarkan sifat egoismenya. Dengan kata lain, pada prinsipnya perbuatan manusia
itu selalu tunduk pada kepentingan dirinya sendiri (self-interest), bukan dalam rangka untuk
memberi belas kasihan kepada orang lain dan juga bukan untuk kepentingan
perikemanusiaan. Kata Adam Smith: It is not the benevolence of the butcher that we expect
our dinner, but from his regard to his un interest (Bukan dari kebaikan hati tukang daging kita
mengharapkan makan malam kita, melainkan dari kepentingan si tukang daging itu sendiri).
Smith berpendapat bahwa sifat egoistis manusia ini tidak akan mendatangkan
kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Manusia tidak perlu
khawatir jika ada pedagang yang bersifat serakah, sehingga akan menjual barang
dagangannya dengan harga setinggi-tingginya. Hal itu tidak akan terjadi. Sebab, bagi setiap
pedagang yang menginginkan laba yang setinggi-tingginya (artinya serakah), tidak akan
dapat menaikkan harga di atas tingkat harga pasar. Mengapa hal itu tidak mungkin terjadi?
Secara sederhana, dalam bukunya, Smith menjelaskan:
“If a pin manufacturer tried to charge more than his competitors, they would take away
his trade, if a workman asked for more than the going wage, he would not be able to find
work, if a landlord sought to exact a rent steeper than another with land the same quality,
he would get no tenants.”
Makna dari kalimat yang ditulis Adam Smith di atas kurang lebih adalah sebagai
berikut: "Jika seorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih tinggi dari harga yang
ditetapkan oleh saingan-saingannya, maka bisnisnya akan hancur. Sebab orang tidak mau lagi
membeli peniti padanya, dia akan lari pada saingannya, Begitu juga buruh yang menetapkan
upah yang lebih tinggi dia akan sulit memperoleh pekerjaannya. Tuan tanah yang
menetapkan sewa yang lebih tinggi untuk kesuburan tanah yang sama, tidak akan
menemukan penggarap",
Mengapa keserakahan manusia dalam menetapkan harga itu akan dapat terkendali
dengan sendirinya? Adam Smith memberi penjelasan lanjutan bahwa akan ada suatu tangan
yang tidak kentara (the invisible hands) yang akan selalu membawa perekonomian ke arah
keseimbangan, Oleh karena itu, menurut Adam Smith negara atau pemerintah tidak perlu
banyak campur tangan dalam mengatur perekonomian. Jika negara terlalu banyak campur
tangan, justru pasar akan mengalami distorsi, yaitu terjadi ketidakefisienan dan
ketidakseimbangan.
Hubungan nilai guna dan nilai tukar menurut Adam Smith adalah bahwa suatu barang
terkadang mempunyai nilai guna yang tinggi, tetapi tidak mempunyai nilai tukar. Sebaliknya,
terkadang barang mempunyai nilai tukar tinggi, tetapi tidak mempunyai nilai guna atau
faedah dalam kehidupan. Seperti air dan intan. Air nilai gunanya tinggi, akan tetapi nilai
tukamya rendah. Sebaliknya, intan memiliki nilai tukar yang tinggi, tetapi nilai gunanya
rendah. Dengan demikian, Adam Smith masih menganggap bahwa nilai tukar barang itu
sama dengan harga barang itu sendiri.
Adam Smith berkeyakinan kuat bahwa mekanisme pasar bebas itu dapat diandalkan
untuk menyeesaikan berbagai problem ekonomi, sekaligus akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya secara bersama. Namun, mengapa ketika itu diterapkan justru
membuat masyarakatnya terbelah menjadi dua, yang kaya makin kaya, yang miskin makin
miskin. Untuk menjawab kegagalan inilah sistem ekonomi sosialisme itu dilahirkan oleh sang
pelopor bernama Karl Max.
Sistem ekonomi sosalisme adalah sistem ekonomi yang diatur sepenuhnya oleh
negara. Sistem ekonomi sosialis biasa disebut juga dengan sistem ekonomi yang terpusat,
karena segala sesuatunya harus diatur oleh negara dan juga dikomandokan dari pusat. Sistem
perekonomian sosialis merupakan sistem perekonomian yang menginginkan kemakmuran
dari masyarakatnya dan terlaksana merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang
terjadi(Effendi, 2019).
Sebagaimana dengan teori yang dikemukakan Adam Smith dan Ricardo, jika nilai
barang itu diukur dari besarnya tenaga yang telah dikorbankan, maka sesungguhnya telah
terjadi surplus nilai tenaga buruh yang telah diambil oleh majikannya.
Sistem ekonomi islam adalah sebuah sistem ekonomi yang berasal dari Allah,Rabb
semesta alam. Bukan sistem ekonomi buatan manusia, juga bukan hasil pengamatan terhadap
perilaku ekonomi manusia, untuk kemudian dikontruksikan menjadi teori ekonomi bagi
manusia. Sebuah sistem ekonomi yang sangat indah dan sederhana, jauh dari kompleksitas
perhitungan matematis, kurva-kurva yang terlalu rumit, sehingga sangat mudah untuk
dipahami dan diaplikasikan.
Aqidah Islamiyah memiliki pandangan bahwa manusia, alam dan kehidupan ini
adalah ciptaan Allah. Kehidupan di dunia hanyalah dipandang sebagai sarana untuk menuju
kehidupan yang lebih hakiki dan kekal di akhirat. Bila manusia menginginkan kebahagiaan
yang abadi di akhirat, dengan perintah dan larangan Allah. Demikian halnya untuk
pengaturan ekonomi.
Dengan berpijak landasan aqidah Islamiyah tersebut, Sistem Ekonomi Islam ini
kemudian dibangun dan dijabarkan. Aturan dalam sistem ekonomi islam berangkat dari
sebuah pandangan bahwa seluruh harta yang ada di dunia ini (bahkan seluruh alam semesta
ini) sesungguhnya adalah milik Allah (zain, 1988), berdasarkan firman Allah:
“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakannya
kepadamu” (Q.s. An-Nuur:33)
Syari’at untuk mengetahui status hukum terhadap harta yang akan kita miliki, yaitu:
Apakah dibolehkan oleh Allah (halal), ataukah tidak dibolehkan oleh Allah (haram) bagi
manusia untuk memilikinya.
Inilah gambaran umum dari pengaturan ekonomi islam terhadap problem yang
mendasar dari ekonomi, yaitu problem distribusi harta kekayaan ditengah-tengah manusia.
Sekali lagi, pengaturan umum ini harus dilandasi dengan aqidah yang kuat, yaitu adanya
keyakinan yang mendalam bahwa adanya pengaturan dari Allah SWT dalam bentuk
pemberian izin kepada manusia untuk memiliki harta adalah pengaturan yang sebaik-baiknya
dan seadil- adilnya.
PILAR-PILAR
SISTEM EKONOMI
ISLAM
1. KEPEMILIKAN 3. DISTRIBUSI
KEKAYAAN
2. PEMANFAATAN
SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN
KEPEMILIKAN
INDIVIDU
PENGGUNAAN PENGEMBANGAN
KEPEMILIKAN KEPEMILIKAN
Sebagaimana telah dibahas di pembahasan sebelumnya, bahwa izin Allah Swt bagi manusia
untuk memiliki harta kekayaan akan sekaligus berfungsi sebagai solusi terhadap problem
distribusi yang mendasar dari ekonomi, yaitu problem distribusi harta kekayaan yang ada
ditengah-tengah manusia.
Oleh karena itu, agar manusia benar-benar tertib dan teratur dalam penguasaannya
terhadap harta kekayaan yang ada di alam ini, maka Allah Swt telah memberi aturan kepada
manusia secara berlapis-lapis.
1. Kepemilikan (Al-mikiyah)
2. Pemanfaatan Kepemilikan (At-tasarruf fil-milkiyah)
3. Distribusi Harta Kekayaan di tengah manusia (tauzi’u tsarwah baynan-nas).
Distribusi memiliki 3 pilar dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa islam sangat serius
dalam pengaturan masalah harta ini. Ekonomi islam tidak hanya memikirkan bagaimana agar
harta itu senantiasa bertambah dan bertambah terus, sebagaimana yang senantiasa menjadi
perhatian dari ekonomi kapitalisme melalui akumulasi kapitalnya.
Ekonomi Islam mulai mengatur ekonomi manusia sejak manusia ingin memiliki harta.
Inilah yang akan diatur oleh pilar pertama dari ekonomi islam yaitu Kepemilikan. Manusia
diharuskan untuk memahami pembagian kepemilikan dari harta milik Allah Swt yang ada di
alam ini. Bagian mana dari harta yang ada di alam ini yang boleh menjadi kepemilikan
individu, bagian mana yang harus menjadi kepemilikan umum dan bagian mana yang harus
menjadi kepemilikan negara.
Walaupun harta itu sudah sah menjadi miliknya menurut izin Allah Swt, ternyata
ekonomi islam tetap akan mengaturnya, yaitu dengan pengaturan pilar kedua: Pemanfaatan
Kepemilikan. Dalam pemanfaatan kepemilikan ini, yang akan dilakukan manusia terhadap
hartanya ada dua kemungkinan, yaitu untuk digunakan atau dibelanjakan bagi keperluan-
keperluan yang sifatnya konsumtif. Kemungkinan kedua adalah untuk dikembangkan lagi,
yaitu untuk keperluan yang sifatnya produktif.
DAFTAR PUSTAKA
6(2), 147-158.
dengan Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis. Jurnal Ekonomi dan Hukum
Marshall, A., Davenport, H. J., Mill, J. S., Cantori, L., & Smith, A. (2018). RESUME
Septiani, E., & Sari, Y. P. (2022). Penerapan Sistem Ekonomi Di Indonesia. Pusdansi.Org,
2(1), 1–9.