You are on page 1of 8

Jurnal Citra Pendidikan Volume…Nomor….

Tahun …
Hal……
(JCP)
http://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.php/jcp/index

(PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING (CTL) BERBANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDK SADHA)

Raimunda Yosefina Wea1), Yosefina Uge Lawe 2), Maria Desidaria Noge 3),
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Citra Bakti

raymundayosefinawea67@gmail.com , 2)yosefinagelawe@gmail.com, dan 3)


1)

ennynoge@gmail.com,

Abstract Article History


Received: …..J
Reviewed: ……
Published:……..

Key Words
content,
formatting,
article.

Abstrak Sejarah Artikel


Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan Diterima: …..
aktivitas dan hasil belajar Ipa pada siswa kelas iv sdk sadha Direview: …..
tahun ajaran 2021/2022. Subjek dalam penelitian ini adalah
Jurnal Citra Pendidikan Volume…Nomor….Tahun …
Hal……
(JCP)
http://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.php/jcp/index

siswa kelas IV SDK Sadha berjumlah 33 orang siswa,yang Disetujui: ……. 7


terdiri dari 12 orang siswa perampuan dan 22 orang siswa
laki-laki. Penerapan model pembelajaran contextual Kata Kunci
teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas Contextual
belajar siswa kelas IV SDK Sadha. Hal ini dapat diketahui Teaching And
dari rata-rata presentase aktivitas belajar IPA siswa dari Learning (CTL)
siklus I yaitu 12,98% dengan kategori cukup aktif dan pada Aktivitas Dan Hasil
siklus II sebesar 20,04% dengan kategori sangat aktif. Rata- Belajar IPA
rata peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II
sebesar 7,06 atau dalam bentuk persen 42,76%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penerapan contextual teaching
and learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar Ipa
pada siswa kelas IV SDK Sadha Kecamatan Golewa
Selatan Tahun Ajaran 2021/2022.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruhnya itu dating dari orang dewasa, atau yang diciptakan oleh orang dewasa
seperti: sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya dan di tunjukan
kepada orang yang belum dewasa, langeveld (Hasbullah 2011:12).

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadaian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahklak mulia, sehat berilmu, cakap
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Sekolah merupakan lembaga yang dirancang untuk pengajaran yang sangat


penting dan tanggung jawab dalam mempersiapkan warga Negara untuk
menghadapi berbagai persaingan dan rintangan dengan dunia luar yang memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan. Pada hakekatnya
seorang pendidik harus mempunyai keterampilan dalam segala bidang untuk dapat
menguasai dan mempelajari berbagai kegiatan pelajaran sehonggga dapat di
kembangkan dengan berbagai fariasi dan model pembelajan untuk meningkatkan
keaktifan dari siswa-siswi dalam melakukan kegiatan belajar dalam kelas.

Proses pembelajaran yang menarik dan memberikan kesan serta


opengalaman secara langsung sesuai dengan kehidupan dan kebutuhan aktul siswa

Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 1


ialah proses pembelajaran yang berfokus pada kegiatan aktif siswa, guru di tuntut
supaya professional dan membangun makna atau pemahaman siswa. Guru akan
memiliki makna secara edukatif, jika guru tersebut mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, tepat, akurat serta relevan dengan fungsi dan prinsip
pendidikan. Namuan dalam realisasinya proses belajar mengajar di sekolah sering
mengalami kesulitan setiap siswa memiliki daya serta dan tingkat pemehan yang
berbeda-beda sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Pemilihan model tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan


kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik yang dihadapi
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi
pembelajaran dan perumusan tujuan, kemudian diimplementasikan kedalam bagian
metode yang relevan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran yang di
maksud yaitu model pembelaran tematik.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran


terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu, ataupun kelompok, aktif dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic, bermakna dan autentik
(Rusman 2012: 254). Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.Pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang mengintegrasiakan beberapa mata pelajaran
kedalam sebuah tema, pembelajaran tematik di sekolah dasarmenekankan keaktifan
siswa pada pembelajaran. Sehingga dengan keterlibatan siswa secara aktif maka
hasil belajar yang diperoleh akan kebih baik dan pembelajaran akan lebih bermakna.
Menurut permendikbud No.57 tentang kurikulum SD, disebutkan bahwa
pembelajaran tematik adalah menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpah
tindih materi, memudahkan peserta didik untuk memahami materi/konsep secara
utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,sedangkan
ruanglingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran
kecuali agama. Mata pelajaran yang diamaksud adalah: bahasa Indonesia, PPKN,
Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 2
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan seni budaya (Permandikbud:2014). Oleh
karena itu, guru harus dapat memilih metode dan model pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan materi pembelajaran yang disajikan.

Berdasarkan penjajakan awal melalui wawancara dengan salah satu guru Mata
Pelajaran IPA diperoleh informasi tentang kesulitan belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Hasil belajar kelas IV SDK Sadha yang belum memenuhi ketentuan
ketuntasan belajar sesuai dengan harapan. Rendahnya hasil belajar siswa
disebabkan karena daya tarik pada mata pelajaran IPA, yang salah satu persoalan
mendasar adalah padacara guru menyajikan pelajaran yang masih cenderung lebih
mendominasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah,
sehingga dalam pembelajaran yang sering terjadi guru menjadi lebih aktif dan siswa
menjadi lebih pasif, karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mendengarkan pelajaran. Hal lain yang juga menyebabkan pembelajaran menjadi
tidak menyenangkan adalah permasalahan minimnya ketersediaan media atau alat
peraga yang dimiliki sekolah ataupun yang disiapkan oleh guru seperti tidak banyak
menggunakan LKS dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL).

pembelajaran IPA yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sebagai berikut.
(1) Pembelajaran di kelas yang masih menggunakan model pembelajaran
konvensional, (2) siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu
sendiri pengetahuan dengan kehidupan nyata yang dialami siswa, (3) pembelajaran
hanya terjadi di dalam kelas, (4) siswa tidak dilibatkan dalam melakukan percobaan,
(5) pembelajaran yang disajikan oleh guru membuat siswa merasa jenuh dan bosan,
dan (6) penggunaan media atau alat peraga yang masih minim.

Keberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya diukur melalui hasil belajar


siswa. Aktivitas dalam proses pembelajaran juga yang dapat membantu
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar yang diharapkan, sangat dibutuhkan penggunaan dan penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Artinya, model ini yang dapat
membantu guru mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata siswa,
Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 3
pengalaman yang mereka dapatkan selama mereka hidup yang sudah mereka lihat
dan kenal dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menggunakan model pembelajaran Contextual, siswa akan merasa


pembelajaran yang guru berikan sangat menyenangkan dan tidak membuat siswa
merasa jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan materi yang diajarkan sesuai dengan
pengalaman dan kehidupan nyata siswa. Siswa merasa sudah berada dalam situasi
pembelajaran yang berbeda dengan yang mereka dapatkan sebelumnya dan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan oleh guru.

Untuk itu perlu dicari pemecahan masalah dalam menentukan pendekatan


pembelajaran yang tepat, dengan menggunakan media yang menuntut kemampuan
dan aktivitas siswa. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dengan menerapkan
model pembelajaran Contextual terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDK
Sadha, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada
Menurut Susanto 2013 (dalam Lawe, 2017), hasil belajar pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku dan cara berpikir yang relatif menetap sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran (dalam lawe,
2017).Menurut Nawawi (Susanto, 2013: 5), mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi (dalam Lawe, 2017).
Sedangkan menurut Susanto, (2010: 5) menjelaskan hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar. Belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil dalam
belajar adalah peserta didik yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Slameto, (2010:2) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses


perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 4
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang
menghasilkan perubahan dari diri individu yang belajar.

Kunandar 2013 (dalam Jayantri, 2019), Hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai atau
dikuasai peserta didk setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Nana Sudjana, 2009 (Yusriati, 2019) hasil belajar adalah kemampuan-


kemampuan yang dimiliki setelah siswa menempuh pengalaman belajarnya (proses
belajar mengajar).

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan


pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam
silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai
oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Ada tiga aspek yang meliputi hasil
belajar: pertama, Aspek kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua, Aspek
afektif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau tingkah laku
siswa, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar dan
menghargai guru serta teman sekelas. Ketiga, Aspek psikomotorik, merupakan hasil
belajar yang berhubungan dengan keterampilan serta kemampuan bertindak.

Berdasarka pendapat dari beberapa para ahli di atas, disimpulkan hasil belajar
perubahan-perubahan yang dimiliki peserta didik setelah ia mengalami proses
belajar yang dapat membantu peserta didik mencapai nilai sesuai dengan kriteria
ketentuan minimal (KKM) yang telah ditentukan hasil belajar tersebut dapat dilihat
melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan dapat dilihat pula dari
penyelesaian tugas-tugas belajar.

Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 5


Dapat disimpulkan bahwa penerapan contextual teaching and learning (CTL)
dapat meningkatkan hasil belajar Ipa pada siswa kelas IV SDK Sadha Kecamatan
Golewa Selatan Tahun Ajaran 2021/2022.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu
bentuk penelitian yang bersifat/reparative yang berarti tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bias mencapai hasil
yang maksimal (asrori, 2009).

Adapun rancangan (desain) penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam


penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart Penelitian tindakan kelas
mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3)
evaluasi, 4) refleksi.
Penelitian ini dilakukan di SDK Sadha, Kecamatan Golewa Selatan,
Kabupaten Ngada. penelitian dilaksanakan pada tanggal 05 Mei sampai 23 Mei
2022Tahun Ajaran 2021/2022.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDK Sadha yang berjumlah 33
orang siswa, yang terdiri 12 orang siswa perempuan dan 22 orang siswa laki-laki.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA dengan
penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan LKS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Citra Pendidikan (JCP) || 6

You might also like