You are on page 1of 11

Sub-CPMK 3.

Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) (CPMK 2

PAJAK BERGANDA
INTERNASIONAL
Dosen Prof Apollo
Sub-CPMK 3. Base Erosion and Profit Shifting (BEPS)
Perjanjian Pajak
Base Erosion dan Profit Shifting (BEPS) telah
Berganda
menarik banyak penelitian di seluruh dunia. Perjanjian bilateral berupa perjanjian penghindaran
BEPS atau dikenal dengan profit shifting pajak berganda (P3B) bersumber pada suatu model
adalah aktifitas memindahkan yang diterima oleh negara-negara di dunia.
laba/keuntungan dari perusahaan satu ke Perkembangan jaringan P3B yang ada saat ini,
perusahaan lain pada negara yang berbeda merupakan hasil negosiasi dari negara-negara yang
yang dimotivasi perbedaan tingkat pajak antar bertujuan untuk mengatasi masalah pajak berganda.
negara. Aktifitas profit shifting ini dapat P3B adalah suatu perjanjian internasional, dalam
mengurangi pendapatan pajak bagi negara-
satu/lebih instrument dengan nama apapun yang
negara yang menerapkan tarif pajak normal
disepakti oleh dua (bilateral) atau lebih negara
atau tinggi dalam sistem perpajakan mereka,
dan dapat mendorong terciptanya (multilateral) dan tunduk pada
ketidakadilan dalam ekonomi global. Hukum internasional.
PAJAK BERGANDA
Dasar Hukum
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, berbunyi:

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat membuat perjanjian dengan negara lain.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional, berbunyi:

Pemerintah Republik Indonesia membuat perjanjian internasional dengan satu negara atau lebih, atau
subjek hukum internasional lain berdasarkan kesepakatan; dan para pihak berkewajiban untuk
melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.
Pasal 32A Undang-Undang Pajak Penghasilan, berbunyi:

Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka
penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakkan pajak
Peraturan Dirjen Pajak (PER) No. 25/PJ/2018, tentang:

Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda


Tahap Penerapan P3B
PERKEMBANGAN & MODEL P3B
Organisasi internasional, yaitu OECD dan PBB memiliki peranan penting dalam
pengembangan model P3B, yaitu Organization for Economic Cooperation and
Development Model (OECD) Model dan PBB Model atau dikenal dengan nama United
National (UN) Model.
Sedangkan Indonesia mempunyai model sendiri yang disebut P3B Model Indonesia (Indonesian Model) yang
merupakan modifikasi UN Model.
1. OECD Model
Dibuat berdasarkan perspektif atau kepentingan negara-negara maju. OECD lebih mengedepankan asas domisili negara yang
memberikan jasa atau menanamkan modal, dimana hak pemajakannya berada dinegara domisili.
2. UN Model
Dibuat berdasarkan perspektif atau kepentingan negara-negara berkembang. UN Model mengedepankan asas sumber
penghasilan, karena negara berkembang umumnya yang menggunakan jasa dan menerima modal dari luar negeri , sehingga
pemajakannya berasal dari negara sumber.
3. Indonesian Model
Secara umum Indonesia Model banyak bersesuaian dengan UN Model, namun bukan berarti Indonesia menggunakan semua
ketentuan UN Model, Indonesia menganut kombinasi antara UN Model dan Prinsip-prinsip yang terkandung dalam UU Perpajakan.
INTERPRESTASI P3B
Pendekatan Yang Digunakan Oleh Pengadilan di Berbagai Negara Dalam Interprestasi P3B

• Diselesaikan melalui Pengadilan Pajak.

Ketentuan Interprestasi Dalam Hukum Internasional Publik

1. Tiga Pendekatan Utama dalam Melakukan Interprestasi atas suatu Perjanjian Internasional, yaitu:

• Pendekatan subjektif, interprestasi dilakukan dengan melihat kehendak dari para pihak dalam perjanjian

• Pendekatan tekstual, interprestasi dilakukan dengan melihat makna yang lazim dari teks dalam perjanjian

• Pendekatan teleologis, interprestasi dilakukan dengan melihat maksud dan tujuan dari suatu perjanjian

2. Tiga Pasal yang berkaitan dengan ketentuan interpretasi dalam Vienna Convention on the Law of Treaties (VCLT):

• Pasal 31 mengatur tentang pendekatan umum dalam melakukan interprestasi & juga memuat beberapa ketentuan khusus

• Pasal 32 mengatur tentang prosedur tambahan sebagai pelengkap dalam melakukan interprestasi

• Pasal 33 mengatur tentang tata cara interprestasi dari suatu perjanjian internasional yg mengunakan berbabagai Bahasa yang berbeda
Alat Bantu Interpretasi P3B
1. Alat Bantu Eksternal dalam Interpretasi P3B seperti OECD Commentaries, Putusan Pengadilan di negara lain, parallel treaties

2. Alat Bantu Internal dalam Interpretasi P3B seperti OECD Model dan UN Model
KEBIJAKAN P3B DI INDONESIA
1. Subjek Pajak Yang Dicakup Dalam P3B
2. Perpajakan atas BUT
3. P3B atas Laba Usaha atau Business Profits
4. P3B atas Penghasilan Kegiatan Pelayaran, Transportasi Perairan Darat & Penerbangan
5. P3B atas Deviden
6. P3B atas Bunga
7. P3B atas Royalti
8. Benefical Owner dalam P3B
9. P3B atas Penghasilan dari Harta Tak Bergerak
10. P3B atas Penghasilan atas Capital Gain
11. P3B atas Penghasilan dari Pekerjaan Bebas
12. P3B atas Penghasilan dari Hubungan Pekerjaan
13. P3B atas Penghasilan dari Penghasilan Lainnya
SKEMA PENGHINDARAN PAJAK
1. Pengunaan Hybrid Mismatch Arrangement

2. Manipulasi transfer pricing

3. Penghindaraan status BUT

4. Controlled Foreign Company (CFC)

UPAYA MENGHADAPI PENGHINDARAN PAJAK


1. Pengunaan General Anti-Avoidance Rule (GAAR)

2. Transparansi

3. Tuntutan Fair Share Allocation

4. Praktik Naming and Shaming

5. Aksi Unilateral Lainnya

6. Pembentukan Organisasi Pajak Internasional

7. Perspektif Alternatif: Unitary Taxation


Tax Amnesty

Merupakan terobosan pemerintah yang bertujuan untuk menarik seluruh


investasi diluar Indonesia agar wajib pajak dapat terhindar dari pajak
berganda, dengan meminta surat keterangan domisili atau certificate of
domicile (COD) kepada KPP, yang nantinya diserahkan ke Kantor pajak luar
negeri sebagai tanda domisili wajib pajak.

Mengingat DJP dapat melakukan Pertukaran Informasi mengenai hal-hal yang


berkaitan dengan masalah perpajakan dengan otoritas pajak negara mitra
atau yuridiksi mitra P3B sesuai dengan Ketentuan P3B yang berlaku.

You might also like