You are on page 1of 28

i

MAKALAH MANAJEMEN AKUTANSI

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1:

Fayza Salsabila (21B505021011)


Amalia Putri Dinova
(21B505021044)
Mohammad Rizal Dwi Saputra (21B505021056)

INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK TRISAKTI

2023

i
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Perilaku Biaya” secara tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Akuntansi
Manajemen.
Selain itu, kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang “Konsep Perilaku Biaya”. Kami tentu menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Dengan itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini agar makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen yang telah membimbin dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami selaku penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini dan kami dengan senang hati senantiasa menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun.

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................1
1.1 Ruang Lingkup........................................................................................1
1.1.1 Pengertian Penentuan Harga Jual.......................................................1
1.1.2 Keputusan Penentuan Harga Jual.......................................................1
1.1.3 Metode Penentuan Harga Jual.............................................................2
1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Harga Jual...........3
1.1.5 Pendekatan Biaya Dalam Penentuan Harga.......................................4
1.1.6 Total Biaya..............................................................................................9
1.1.7 Menentukan Persentase Markup.......................................................11
BAB II...................................................................................................................17
2.1 Ruang Lingkup...........................................................................................17
2.1.1 Defenisi Investasi Modal.....................................................................17
2.1.2 Arus Kas...............................................................................................17
2.1.3 Nilai Waktu Uang................................................................................17
2.1.4 Metode Pendekatan Analisis...............................................................18

iii
1.1 Ruang Lingkup
BAB 1
Penentuan Harga Jual
1.1.1 Pengertian Penentuan Harga Jual
Penentu harga jual produk merupakan keputusan manajemen yang penting. Harga
jual suatu produk dapat mempengaruhi jumlah unit produk yang dijual yang
selanjutnya juga mempengaruhi pendapatan entitas. Semua jenis entitas baik
entitas dagang, entitas jasa, dan entitas manufaktur menghadapi keputusan ini.
Entitas dagang membuat keputusan harga jual untuk barang yang telah dibeli,
entitas manufaktur membuat keputusan harga jual untuk barang yang telah di
produksi, dan entitas jasa menentukan harga jual untuk jasa yang telah diberikan.
Keputusan penentuan harga jual dapat dibuat untuk produk baru yang akan dijual
ataupun produk lama yang telah dijual sebelumnya.
Berikut pengertian dari beberapa ahli:

Menurut Buchari Alma (2010;170), Keputusan mengenai harga-harga yang


akan diikuti untuk suatu jangka tertentu.
Menurut H. Djaslim Saladin (2010;95), Penentuan harga jual adalah keputusan-
keputusan harga yang ditetapkan oleh manajemen.
Karena permintaan konsumen atas produk dan jasa tidak mudah
ditentukan oleh manajer penentu harga jual, maka dalam penentuan harga jual,
manajer tersebut akan menghadapi banyak ketidak pastian. Selera konsumen,
jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan oleh
pesaing, merupakan contoh faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan, yang
mempengaruhi
pembentukan harga jual produk atau jasa di pasar

1.1.2 Keputusan Penentuan Harga Jual


Karena permintaan konsumen atas produk dan jasa tidak mudah ditentukan
oleh manajer penentu harga jual, maka dalam penentuan harga jual, manajer
tersebut akan menghadapi banyak ketidak pastian. Selera konsumen, jumlah
pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing,
merupakan contoh faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan, yang mempengaruhi
pembentukan harga jual produk atau jasa di pasar.

Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus


ditentukan. Di bawah biaya penuh atau produk jasa, harga jual akan
mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan. Hal ini bisa mengakibatkan perusahaan akan berhenti sebagai
1
going concern atau akan mengganggu pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian
manajer penentu harga jual senantiasa memerlukan informasi biaya produk atau
jasa dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual, meskipun

2
biaya tidak menentukan harga jual dan bukan satu-satunya faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan harga jual
Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus
ditentukan. Di bawah biaya penuh atau produk jasa, harga jual akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini bisa mengakibatkan perusahaan
akan berhenti sebagaigoing concern atau akan mengganggu pertumbuhan
perusahaan. Dengan demikian manajer penentu harga jual memerlukan informasi
biaya produk atau jasa dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual,
meskipunbiaya tidak menentukan harga jual dan bukan satu-satunya faktor yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual
Meskipun biaya tidak menentukan harga jual dan bukan satu-satunya
faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual.
Manfaat informasi Biaya Penuh dalam Keputusan Penentuan Harga Jual:
A. Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang
dihadapi oleh pengambil keputusan.
B. Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi
perusahaan dari kemungkinan kegiatan.
C. Biaya penuh memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu
harga jual melongok struktur biaya perusahaan pesaing.
D. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan
memasuki pasar.
1.1.3 Metode Penentuan Harga Jual
1. Penentuan harga jual normal
Dalam keadaan normal, manager penentu harga jual memerlukan
informasi biaya penuh yang akan dating sebagai dasar penentuan harga
jual produk atau jasa. Metode penentuan harga jual normal sering disebut
dengan istilah cost-plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan
menambah biaya masa yang akan dating dengan suatu persentase markup
(tambahan diatas jumlah biaya) yang dihitung dengan formula tertentu.
Yaitu sebagai berikut: Harga jual = Taksiran biaya penh + laba yang
diharapkan.

2. Penentuan harga jual waktu dan bahan


Penentuan harga jual waktu dan bahan ini pada dasarnya merupakan cost-
plus pricing. Harga jual ditentukan sebesar biaya penuh ditambah dengan
laba yang diharapkan. Metode penentuan harga ini digunakan oleh
perusahaan bengkel mobil, dok kapal dan lainnya yang menjual jasa
reparasi bahan dan suku cadang. Volume jasa dihitung berdasarkan waktu
yang diperlukan untuk melayani pelanggan, sehingga perlu dihitung harga
jual per satuan waktu yang dinikmati oleh pelanggan. Sedangkan volume
bahan dan suku cadang yang diperlukan sebagai pelengkap penyerahan
dihitung
3
berdasarkan kuantitas bahan dan suku cadang yang diberikan kepada
pelanggan.
3. Penentuan harga jual dalam cost-type contract (cost-type contract
picing)
Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang
didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen
ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total
biaya sesungguhnya tersebut. Dalam cost-type pricing harga jual yang
dibebankan kepada pelanggan dihitung berdasarkan biaya penuh
sesungguhnya telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan
produk.
4. Penentuan harga jual pesanan khusus (Special order pricing)
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar
pesanan regular perusahaan. Biasaynya pelanggan yang melakukan
pesanan khusus ini meminta harga dibawah biaya penuh, karena biasanya
pesanan khusus mencakup jumlah yang besar. Dalam mempertimbangkan
penerimaan pesanan khusus, informasi akuntansi diferensial merupakan
dasar yang dipakai sebagai landasan penentuan hargan jual. Jika harga
yang diminta oleh pemesan lebih besar dari biaya diferensial yang berupa
biaya variable untuk memproduksi data memasarkan pesanan tersebut,
maka pesanan dapat dipertimbangkan untuk diterima.

5. Penentuan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh


perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah
Dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah,
biaya penuh yang akan datang yang dipakai sebagai dasar penentuan harga
jual tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan full costing saja,
karena pendekatan variable costing tidak diterima sebagai prinsip
akuntansi yang lazim.

1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Harga Jual


1. Permintaan. Apabila harga suatu barang naik, pembeli cenderung
membeli barang dalam jumlah yang lebih sedikit. Sebaliknya, apabila
harga suatu barang turun, pembeli cenderung membeli barang dengan
jumlah yang lebih banyak. Selanjutnya, apabila konsumen menginginkan
kualitas produk yang tinggi maka dipastikan harga jualnya juga tinggi.
Kualitas yang tinggi menyebabkan kebutuhan bahan baku yang lebih
berkualitas dan mungkin juga waktu tenaga kerja langsung yang lebih
banyak yang berdampak pada peningkatan harga jual.
2. Biaya. Penggunaan biaya sebagai dasar dalam penentuan harga jual sudah
digunakan secara meluas oleh entitas. Biaya yang dikeluarkan umumnya
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

4
pabrik. Setelah biaya diidentifikasi maka harga jual suatu produk dapat
ditentukan dengan menambahkan markup tertentu terhadap biaya yang
telah dikeluarkan tersebut.
3. Lingkungan. Lingkungan adalah lembaga atau kekuatan yang berada di
luar organisasi dan secara potensial diidentifikasikan dapat mempengaruhi
penentuan harga, yaitu pesaing, pemasok, hukum, dan politik.
1.1.5 Pendekatan Biaya Dalam Penentuan Harga

1. Target Costing
Target Costing adalah poses penentuan biaya dengan maksimum yang
dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk baru dan kemudian merancang
prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah
ditetapkan. Dalam meluncurkan produk baru, perusahaan harus menentukan harga
jual berdasarkan harga pasar yang cukup bersaing, kemudian menentukan laba
yang diinginkan atas produk yang akan diproduksi.
Jika kedua faktor tersebut dikurangi, akan diperoleh target biaya untuk
memproduksi suatu produk baru Jika perusahaan dapat memproduksi produk
baru sesuai dengan target biaya, produk tersebut dapat diproduksi Jika
perusahaan dapat memproduksi produk di bawah target biaya, perusahaan akan
memperoleh laba yang lebih besar. Namun, perusahaan yang tidak dapat
memenuhi target biaya, sebaiknya perusahaan tidak memproduksi produk
tersebut.
Rumus Target Costing:

Target Biaya = Tafsiran Harga Jual + Laba yang diinginkan


Contoh Kasus
Perusahaan ‘Maxcel akan memproduksi mini computer Harga pasar mini
computer ini sangat bersaing karena banyaknya perusahaan lain yang
menghasilkan produk tersebut Harga pasar satu unit mini computer seharga
Rp2.800,000,00 dan perusahaan menginginkan laba per unit sebesar
Rp800.000,00. maka target costing untuk satu unit mini computer sbb: Target
Pricing - Rp. 2.800.000 Laba yang diinginkan = Rp800.000 Target Cost
Rp2.000.000 Jika perusahaan ingin bersaing dan produk yang diproduksi dapat
diterima oleh pasar, sebaiknya perusahaan dapat menekan biaya produksi agar
berada di bawah Rp2.000.000,00
2. Cost Based Pricing
Dalam menentukan harga, informasi yang paling sering digunakan adalah
biaya karena data biaya selalu tersedia dalam entitas. Dalam pendekatan ini, biaya
produk ditentukan terlebih dahulu kemudian harga jual dapat ditentukan. Harga
jual ditentukan dengan cara menambahkan biaya dengan kenaikan (markup)

5
tertentu. Pendekatan biaya disebut dengan Harga jual berbasis biaya ( cost
based pricing). Rumus untuk menentukan harga jual berbasis biaya adalah:
Harga Jual = Biaya + Markup x Biaya

Dalam pendekatan biaya, harga jual suatu entitas sangat bergantung pada
definisi biaya. Kata dalam rumus di atas dapat diartikan sebagai: (1) biaya
produksi variable, (2) biaya produksi penuh, (3) total biaya, dan (4) total
biaya variable.

Contoh:
Entitas Pelangi adalah entitas yang bergerak dibidang pembuatan alat rumah
tangga. Manajemen entitas berupaya untuk menentukan harga jual produknya.
Adapun data yang terkait dengan biaya produk adalah:

Keterangan Per unit


Biaya Variabel:
Biaya bahan baku langsung Rp 9.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 5.000
Biaya penjualan dan administrasi variabel Rp 4.000

Biaya Tetap :
Biaya overhead pabrik tetap Rp 5.000
Biaya penjualan dan administrasi tetap Rp 3.000
Biaya Produksi Variabel
Biaya produksi variabel mencakup biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap
tidak dimasukkan dalam perhitungan. Penentuan harga jual suatu produk
ditentukan dengan cara :

Harga Jual = Biaya Produksi Variabel + (Markup x Biaya Produksi


Variabel)

Berdasarkan data diatas maka biaya produksi variabel sebesar Rp20.000 per unit
dengan perincian sebagai berikut :

Keterangan Per unit


Biaya bahan baku langsung Rp 9.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 5.000
Biaya produksi variabel Rp 20.000

6
Manajemen menentukan markup yang diinginkan adalah 100%. Harga jual produk
entitas adalah:
Harga Jual = Rp 20.000 + (1,00 x Rp20.000)
= Rp 20.000 + Rp 20.000

= Rp 40.000
3. Biaya Produksi Penuh

Biaya produksi penuh adalah semua biaya produksi, baik biaya produksi tetap
maupun biaya produksi variabel. Termasuk dalam definisi biaya disini adalah
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Perhitungan harga jual produk
dilakukan dengan menggunakan rumus:
Harga Jual = Biaya produksi penuh + (Markup x Biaya Produksi Penuh)
Contoh:

Dengan menggunakan data entitas pelangi maka biaya produksi penuh per unit
dapat ditentukan sebagai berikut :

Keterangan Per unit


Biaya bahan baku langsung Rp 9.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 5.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 5.000
Biaya produksi variabel Rp 25.000

Manajemen menentukan markup yang diingankan adalah 60%. Harga jual produk
entitas adalah:
Harga Jual = Rp 25.000 + (0,60 x Rp 25.000)

= Rp 25.000 + Rp 15.000
= Rp 40.000
4. Prime Plus Cost Pricing (Time and Material Pricing)

Alternatif lain dalam menentukan harga jual suatu produk dan jasa dapat
menggunakan Time and material pricing model di mana dalam alternatif ini
didasari dengan 2 tarif harga, yaitu tenaga kerja yang digunakan untuk tiap
pekerjaan dan bahan baku yang dibutuhkan. Tingkat tenaga kerja melibatkan
waktu tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja yang lain, sedangkan tingkat

7
bahan baku melibatkan jumlah bahan baku langsung yang digunakan. Material
loading charges digunakan untuk biaya overhead lain yang berkaitan. Alternatif
ini sering digunakan oleh perusahaan jasa dalam menentukan harga jualnya.

Contoh soal:
Perusahaan ‘GOOD-JOB’ adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang
perbaikan mesin pabrik. Dalam menentukan harga jual jasanya, perusahaan
menggunakan Prime plus cost pricing. Di bawah ini adalah data anggaran biaya
(budget cost) yang terjadi dalam satu tahun:

Time charge adalah pembebanan biaya berdasarkan waktu dan biaya ini
dapat ditelusuri langsung pada objek biaya, sedangkan Material loading charge
adalah pembebanan biaya berdasarkan alokasi muatan material karena biaya ini
tidak dapat ditelusuri secara langsung pada objek biaya. Material loading charge
berkaitan dengan biaya overhead. Untuk menentukan harga jual jasa dengan
menggunakan prime plus cost pricing. Perusahaan akan melakukan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:

a. Pembebanan biaya tenaga kerja per jam Pembebanan waktu yang


dibutuhkan tenaga kerja dapat diekspresikan dalam tarif Per jam tenaga
kerja. Menentukan tarif tenaga kerja per jam dapat berbeda-beda di antara
masingmasing perusahaan. Ada yang membebankan tarif biaya tenaga
kerja berdasarkan kategori atau tingkatan tenaga kerja, jasa yang
dilakukan, spesialisasinya, Dan lainnya. Secara umum, tarif tenaga kerja
meliputi biaya tenaga kerja langsung (dapat dihitung berdasarkan jam,
gaji harian, gaji bulanan, insentif, dan bonus), biaya penjualan dan
perusahaan. Untuk menghitung biaya tenaga kerja yang dibebankan tiap
jam, perusahaan mengestimasi untuk waktu yang dibutuhkan oleh teknisi
selama setahun 5.000 jam. Perusahaan juga mengharapkan margin laba
sebesar Rp8.000,00 per jam.
Perhitungan tarif tenaga kerja perjam:

8
Berdasarkan perhitungan pembebanan biaya tenaga kerja per jam
untuk perusahaan ‘GOOD-JOB’ maka diperoleh Rp45.000,00 adalah tarif
biaya tenaga kerja tiap jam yang dibebankan. Tarit ini akan dikalikan
dengan berapa jam tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu proyek/pekerjaan/job/klien dalam rangka untuk menentukan biaya
tenaga kerja yang terjadi untuk masing-masing proyek/pekerjaan
job/klien.
b. Perhitungan alokasi biaya muatan material (material loading charges)
Dalam biaya muatan material tidak termasuk di dalamnya biaya material
sehingga menentukan biaya material meliputi faktur atas biaya material
yang digunakan pada tiap pekerjaan ditambah dengan alokasi biaya
muatan material. Biaya muatan material meliputi biaya pemesanan,
biaya pembelian, biaya Penerimaan, serta biaya penyimpanan ditambah
margin laba yang diinginkan atas Material tersebut. Biaya muatan
material biasanya diekspresikan dalam persentase Atas perkiraan biaya
material yang digunakan dalam satu tahun. Untuk menghitung persentase
alokasi muatan material maka masing-masing biaya mulai pemesanan
hingga penyimpanan harus diketahui. Dengan asumsi, jika perusahaan
‘GOODJOB’ memiliki faktur biaya material yang digunakan dalam satu
tahun Rp99.000.000,00 dan perusahaan menginginkan margin laba 20%
atas faktur tersebut, perhitungan persentase alokasi muatan material
sebagai berikut:

Dengan perhitungan di atas, diperoleh alokasi muatan material


sebesar 53% atas faktur biaya material yang digunakan dalam satu tahun.
Jika dalam satu tahun faktur biaya material yang digunakan

9
Rp100.000.000,00, alokasi biaya muatan material yang dibebankan pada
tiap pekerjaan Rp53.000.000,00 (Rp100.000.000,00 x 53%) jumlah ini
akan ditambahkan pada biaya material yang digunakan sehingga total
biaya material yang dibebankan pada tiap job Rp153.000.000,00
(Rp100.000.000,00 + Rp53.000.000,00)
c. Menentukan pembebanan biaya tenaga kerja dan material pada tiap
pekerjaan. Terdapat 3 komponen biaya yang dibebankan untuk masing-
masing pekerjaan, yaitu biaya tenaga kerja, biaya material yang
digunakan, dan biaya alokasi muatan material. Jika perusahaan ‘GOOD-
JOB’ menerima pekerjaan memperbaiki mesin pabrik sepatu ‘OYE’ di
mana untuk memperbaiki mesin tersebut membutuhkan 150 jam tenaga
kerja dan biaya material yang digunakan sebesar Rp24.000.000,00 maka
harga yang dibebankan pada perusahaan sepatu ‘UYE’ sebagai berikut:

Perhitungan yang berdasarkan biaya tenaga kerja dan biaya


material pada tabel di atas dapat digunakan oleh perusahaan dalam
menentukan harga yang akan dibebankan pada perusahaan ‘OYE’ atas
perbaikan mesin pabriknya sebesar Rp43.470.000,00 yang terdiri atas
biaya tenaga kerja untuk 150 jam sebesar Rp6.750.000,00; biaya material
yang digunakan Rp24.000.000,00 (sesuai dengan faktur); dan biaya
alokasi muatan material sebesar Rp12.720.000,00 (53% dari biaya
material yang digunakan).
1.1.6 Total Biaya
Total biaya adalah semua biaya baik produksi (variabel dan tetap) maupun biaya
non produksi (variabel dan tetap). Rumus untuk menghitung harga jual sama
dengan format diatas, yaitu:
Harga Jual = Tota biaya + (Markup x Total Biaya)

Contoh:
Dengan menggunakan data entitas pelangi maka total biaya per unit dapat
ditentukan sebagai berikut :

Keterangan Per unit


Biaya bahan baku langsung Rp 9.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 5.000

10
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 5.000
Biaya Penjualan dan Administrasi Variabel Rp 4.000
Biaya Penjualan dan Administrasi Tetap Rp 3.000
Biaya Produksi Variabel Rp 32.000

Manajemen menentukan markup yang diinginkan adalah 25%. Harga jual produk
entitas adalah :
Harga Jual = Rp 32.000 + (0,25 x Rp 32.000)
= Rp 32.000 + Rp 8.000
= Rp 40.000

Total Biaya Variabel


Total biaya adalah semua biaya baik biaya produksi variabel maupun biaya non
produksi variabel. Biaya produksi variabel mencakup biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel, sementara biaya
non produksi variabel mencakup biaya penjualan dan biaya administrasi variabel.
Rumus untuk menghitung harga jual adalah :

Harga Jual = Total Biaya Variabel + (Markup x Total Biaya Variabel)


Contoh :

Dengan menggunakan data Entitas Pelangi maka total biaya per unit dapat
ditemukan sebagai berikut :

Keterangan Per unit


Biaya Bahan Baku Langsung Rp 9.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 6.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 5.000
Biaya Penjualan dan Administrasi Variabel Rp 4.000
Biaya Produksi Variabel Rp 24.000

Manajemen menentukan markup yang diinginkan adalah 66,76%. Harga jual


produk entitas adalah :
Harga Jual = Rp 24.000 + (0,6667 x Rp 24.000)
= Rp 24.000 + Rp 16.000

= Rp 40.000

11
1.1.7 Menentukan Persentase Markup
Markup pada umumnya menggambarkan laba yang diinginkan pemilik entitas.
Markup adalah selisih antara harga jual suatu produk atau jasa dengan harga
pokoknya. Salah satu cara yang digunakan untuk menemukan besarnya markup
adalah return on investment (ROI). Persentase markup dapat ditentukan melalui
formula.
= Laba untuk mencapai target ROI + Total Biaya tahunan yang tidak
termasuk dalam dasar biaya

Volume tahunan unit x Dasar biaya per unit yang digunakan


Markup Didasarkan Pada Biaya Produksi Variabel

Penentuan markup yang didasarkan pada biaya produksi variabel maka biaya
yang tidak termasuk dalam dasar biaya produksi variabel adalah biaya produksi
tetap dan baiaya non produksi (biaya penjualan + administrasi tetap + variabel).
Perhitungan persentase markup adalah:
= Laba untuk mencapai target ROI + Biaya produksi tetap + Biaya non

produksi Volume penjualan tahunan x Biaya variabel per unit

Contoh:
Dengan menggunakan data pada Entitas Pelangi di atas, maka biaya produksi
variabel sebesar Rp 12.000 per unit (Rp 5.000 + Rp 4.000 + Rp 3.000) atau nilai
total biayanya sebesar Rp 55.000.000 (Rp 25.000.000 + Rp 20.000.000 + Rp
15.000.000).
Persentase Markup = (20% x Rp 50.000.000) + Rp 60.000.000
5.000 x Rp 20.000
= Rp.70.000.000
Rp 100.000.000
= 70%

Laba untuk mencapai target ROI = 20% x Rp 50.000.000


Markup Didasarkan Pada Biaya Produksi Penuh
Markup dengan menggunakan dasar biaya produksi penuh maka biaya yang
tidak termasuk dalam dasar biaya produksi penuh adalah biaya penjualan dan
administrasi baik tetap maupun variabel. Perhitungan persentase markup adalah:

= Laba untuk mencapai target ROI + Biaya penjualan dan administrasi


Volume tahunan x Biaya penuh produksi

12
Contoh:

Dengan menggunakan data pada Entitas Pelangi di atas maka biaya produksi
penuh yaitu sebesar Rp 8.000 per unit (Rp 5.000 + Rp 3.000) atau jika dalam total
biaya sebesar Rp 30.000.000 (Rp 20.000.000 x Rp 15.000.000).
Persentase Markup = (20% x Rp 50.000.000) + Rp 35.000.000
5.000 x Rp 25.000
= Rp 45.000.000

Rp 125.000.000
= 36%
Markup Didasarka Pada Total Biaya

Markup dengan menggunakan dasar total biaya maka semua biaya dimasukkan
dalam perhitungan markup. Perhitungan persentase markup sebagai berikut
Persentase Markup = Laba untuk mencapai target ROI
Volume tahunan x Total biaya

= 20% x Rp 50.000.000
5.000 x Rp 32.000

= Rp 10.000.000
Rp 160.000.000

= 6,25%
Markup Didasrkan Pada Total Biaya Variabel

Markup dengan menggunakan dasar total biaya variabel maka biaya yang tidak
termasuk dalam dasar biaya tersebut adalah biaya tetap (biaya overhead pabrik
tetap dan biaya administrative dan penjulana tetap). Perhitungan persentase
markup adalah :
= Laba untuk mencapai target ROI + BOP tetap dan biaya adm & penjualan
tetap Volume tahunan x Biaya produksi penuh
Contoh :
Dengan menggunakan data pada Entitas Pelangi di atas maka total biaya variabel
sebesar Rp 8.000 per unit (Rp 5.000 + Rp 3.000) atau jika dalam total biaya
sebesar Rp 40.000.000 (Rp 25.000.000 + Rp 15.000.000).
Persentase Markup = (20% x Rp 50.000.000) + Rp 40.000.000

13
5.000 x Rp 24.000

= Rp 50.000.000
Rp 120.000.000

= 41,67%
Contoh kasus

PT. GLORIA berusaha di usaha bengkel mobil. Manajer pemasaran PT GLORIA


sedang mempertimbangkan penetuan harga jual jasa reparasi untuk tahun
angaran yang akan datang. Perusahaan memiliki dua departemen : BENGKEL
dan TOKO SUKU CADANG.
• Perusahaan mempekerjakan 6 orang tenaga mekanik dan 4 orang ahli
listrik dalam departemen BENGKEL
• Menurut anggaran, perusahaan direncanakan akan beroperasi pada
kapasitas normal sebanyak 300 hari @, 7 jam keria/hari
• Aktiva yang digunakan di departemen BENGKEL sebesar Rp. 60.000.000

• Aktiva yang ditanam dalam departemen TOKO BAHAN & SUKU CADANG
sebesar Rp 28.000.000.
• Tarif kembalian investasi (ROI) yang diharapkan dalam tahun anggaran
adalah sebesar 25%
Penyelesaian:
Tafsiran jam kerja tenaga kerja langsung untuk tahun anggaran sebagai berikut:

Upah Tenaga Kerja Langsung:


21.000 jam @ 1.500 perjam Rp.
31.500.000
Biaya Kesejahteraan Tenaga Kerja Langsung:
Tunjangan Kesehatan 10 orang x 12 bulan x Rp 50.000 Rp.
6.000.000
Tunjangan Kesejahteraan 10 orang x 12 bulan x Rp 25.000 Rp.
3.000.000
——
—————— +
Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.
40.500.000
Jam Tenaga Kerja Langsung 10 orang x 300 harix 7 jam/hari
21.000 jam

14
——
—————— :
Biaya tenaga kerja langsung perjam Rp.
1.929

Biaya tidak langsung bengkel dianggarkan sebagai berikut:

Gaji pegawai & Tenaga kerja langsung lain Rp.


11.600.000
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp.
2.200.000
Biaya asuransi Rp.
650.000
Biaya listrik Rp.
800.000
Biaya air Rp.
400.000
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp.
350.000
Biaya umum Rp.
500.000
——
—————— +
Jumlah biaya tidak langsung Rp.
16.500.000

Perhitungan Mark-up Dept.BENGKEL:


Biaya tidak langsung Rp. 16.500.000
Expectasi laba 25% x Rp. 60.000.000 Rp. 15.000.000

———————
+

Jumlah Rp. 31.500.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp. 40.500.000

——————
—:

Persentase Mark-up dari BTKL 78%


Perhitungan Mark-up Dept.TOKO BAHAN & SUKU CADANG:

15
Biaya tidak langsung toko susu cadang:

Gaji tenaga kerja Rp. 9.000.000


Biaya listrik Rp. 700.000

Biaya kantor Rp. 300.000


———————-
+
Jumlah BTK tidak langsung Rp. 10.000.000

Expectasi laba 25% x Rp. 28.000.000 Rp. 7.000.000


——————— +
Jumlah Rp. 17.000.000

Misalkan tafsiran harga beli bahan & suku cadang Rp . 23.800.000


——————— :

Presentase Mark-up dari harga bahan & suku cadang 71%


Menentukan Harga Jual Dept.BENGKEL
Untuk service mesin terdiri dari pekerjaan ganti oli dan tune-up mesin yang
memerlukan 2 orang tenaga mekanik dan 1 orang tenaga ahli listrik , yang
masing-masing bekerja sebagai berikut:
Mekanik 1 jam/orang

Ahli Listrik 1,5 jam/orang


Penyelesaian harga jual :
Biaya tenaga kerja langsung 3,5 jam x @1.929 Rp. 6.751
Mark-up: 78% x Rp. 6.751 Rp. 5.265

—————— +
Harga jual service mesin Rp. 12.016

16
Menentukan Harga Jual Dept. TOKO BAHAN & SUKU CADANG

Seorang pelanggan memerlukan jasa service mesin dan memerlukan 1 kaleng oli
mesin yang harga fakturnya Rp. 10.000 dan saringan oli Rp. 8.000
Perhitungan Harga Jual:
Harga jual jasa service mesin Rp. 12.016

Harga bahan dan suku cadang Rp. 18.000


Mark-Up: 71% x Rp. 18.000 Rp. 12.780

—————— +
Harga jual bahan dan suku cadang Rp. 30.780

17
BAB II
KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

2.1 Ruang Lingkup


2.1.1 Defenisi Investasi Modal
Investasi modal digunakan untuk menjelaskan rencana manajer untuk
mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek yang
memilliki implikasi jangka panjang. Investasi tidak hanya mencakup penanaman
dana, tetapi pembelian barang dagangan dan peralatan merupakan investasi.
Keputusan investasi modal (capital investment decisions) berkaitan
dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan
pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka
panjang. Karena keputusan investasi modal menempatkan sebagian sumber daya
perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan
yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Keputusan investasi modal dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Keputusan penyaringan (Screening decision): Adalah jenis keputusan yang
berkaitan dengan apakah usulan proyek investasi memenuhi standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Keputusan pemilihan (Preference decision): Adalah jenis keputusan yang
berkaitan dengan pemilihan beberapa alternatif usulan proyek investasi.

2.1.2 Arus Kas


Jenis-jenis arus kas, antara lain:
1. Arus kas keluar, merupakan investasi awal (termasuk biaya instalasi),
kenaikan modal kerja, reparasi dan pemeliharaan, dan kenaikkan biaya
operasi.
2. Arus kas masuk, merupakan kenaikkan pendapatan, penurunan biaya, nilai
sisa/residu, dan pembebasan modal kerja.
Alasan utama analisis menekankan pada arus kas adalah bahwa laba
akuntansi dihitung berdasarkan konsep accrual yang mengabaikan timing arus
masuk dan arus keluar kas. Meskipun informasi laba bersih sangat bermanfaat
bagi keperluan lain, informasi laba bersih tidak digunakan dalam analisis
pendiskontoan arus kas. Dengan demikian, manajer dapat mengabaikan informasi
laba bersih dan lebih berkonsetrasi pada upaya mengidentifikasi arus kas yang
berhubungan dengan sebuah proyek investasi.

2.1.3 Nilai Waktu Uang


Dalam pembuatan keputusan investasi modal, perlu digunakan teknik atau
pendekatan yang mengakui nilai waktu uang. Hal ini didasarkan pada kenyataan

18
bahwa nilai satu rupiah pada hari ini lebih besar dibanding dengan nilai satu
rupiah pada tahun yang akan datang. Kondisi ini juga berlaku dalam pemilihan
alternative proyek investasi. Teknik investasi modal yang mengakui kedua
karakteristik investasi bisnis adalah teknik yang melibatkan arus kas yang
didiskontokan (discounted cashflow), yaitu arus kas yang dinilai kembali menurut
kesetaraan waktu. Dengan penilaian kembali tesebut, angka-angka rupiah dapat
diperbandingkan satu sama lain dan perusahaan dapat pula mengetahui apakah
sebuah usulan proyek investasi memenuhi standar (criteria) minimum yang telah
ditetapkan atau tidak.
2.1.4 Metode Pendekatan Analisis
Terdapat dua model pendekatan analisis investasi, yaitu:
1. Model non-diskonto (non-discountingmodels) Metode analisis yang
mengabaikan nilai waktu dari uang.
2. Model diskonto (discounting models) Model analisis dengan
pertimbangan secara eksplisit.
a. Model Non-Diskonto (non-discounting models)
1. Metode Payback Periods
Periode pengembalian investasi adalah waktu yang diberikan oleh sebuah
proyek investasi untuk menutup investasi mula-mula dengan penerimaan
kas yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Metode periode pengembalian
investasi memusatkan perhatiannya pada rentang waktu tersebut.
Anggapan dasar metode ini adalah semakin cepat waktu yang diperlukan
oleh sebuah proyek investasi untuk menutup investasi awal, semakin baik
proyek investasi tersebut. Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan
tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:

Periode Pengembalian = Investasi Awal


Arus Kas Tahunan

Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian
dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika
investasi awal diperoleh kembali. Kelebihan metode periode kembalian
investasi:
 Mengontrol resiko yang terkait pada ketidakpastian arus kas masa mendatang
 Meminimalkan dampak dari suatu investasi terhadap masalah likuiditas
perusahaan
 Mengontrol resiko keuangan
 Mengontrol dampak dari suatu investasi terhadap ukuran kemampuan
perusahaan Namun,
penggunaan payback periods kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini
memiliki dua kelemahan utama, yaitu;

19
a. Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b. Mengabaikan nilai waktu
uang. Contoh:
Honley medical melakukan investasi pada generator RV seharga 1.000.000.
arus kasnya (arus kas masukan dikurangi arus kas keluar) yang dihasilkan
peralatan tersebut adalah 500.000/tahun.
Periode pengembalian = 1.000.000 / 500.000
= 2 tahun

2. Metode Accounting Rate of Return/ARR


Adalah metode penilaian investasi yang berusaha menunjukkan ratio atau
perbandingan antara keuntungan neto tahunan terhadap nilai investasi
yang diperlukan untuk memperoleh laba/keuntungan tersebut baik
diperhitungkan dengan nilai investasi (initial investment ) atau rata–rata
investasi ( average investment ). Rumus perhitungan tingkat pengembalian
akuntansi adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengembalian Akuntansi = Laba rata-rata


Investasi awal atau rata-rata
Keuntungan:
 Ukuran jelas untuk memastikan bahwa investasi yang dilakukan
tidak merugikan terhadap pendapatan bersih perusahaan
 Kepastian dampak menguntungkan terhadap pendapatan sehingga
bonus dapat meningkat
Kerugian:
 Mengabaikan nilai waktu dari nilai uang
Contoh;

20
Honley Medical sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam
perkakas khusus dengan masa pakai 5 tahun itu membutuhkan
pengeluaran awal $
100.000. Arus kas rata-rata adalah $ 36.000 &; depresiasi adalah $ 20,000.
Apakah investasi akan mendapatkan tingkat pengembalian akuntansi yang
dapat diterima?

Accounting rate of return


= Average income ÷ Original investment (or Average investment)
= ($36,000 - $20,000) / $100,000 = 16% or
= ($36,000 - $20,000) / $50,000 = 32%
b. Model Diskonto (discounting models)
Metode Net Present Value/NPV
Dengan metode NPV, penilaian sebuah usulan investasi dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
 Seluruh arus kas masuk yang dijanjikan oleh sebuah proyek investasi
dinilai tunaikan.
 Seluruh arus kas keluar selama umur proyek juga dinilaitunaikan.
 Nilai tunai arus kas masuk dijumlahkan dan nilai tunai arus kas keluar
juga dijumlahkan.
 Bandingkan nilai uang tunai arus kas masuk dan jumlah nilai tunai arus kas
keluar.
Selisih antara kedua angka disebut dengan net present value. Angka ini
digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak sebuah usulan
investasi.
Mengapa analisis menekankan pada arus kas? Alasan utamanya adalah
bahwa laba akuntansi dihitung berdasarkan konsep accrual yang mengabaikan
timing arus masuk dan arus keluar kas. Meskipun informasi laba bersih sangat
bermanfaat bagi keperluan lain, namun informasi laba bersih tidak digunakan
dalam analisis pendiskontoan arus kas. Dengan demikian, manajer dapat
mengabaikan informasi laba bersih dan lebih berkonsetrasi pada upaya
mengidentifikasi arus kas yang berhubungan dengan sebuah proyek investasi.

21
Dimana:
I =nilai sekarang dari biaya proyek,
CFt =arus kas masuk yang diterima dalam periode t, dengan t=1…n,
N =umur manfaat proyek,
i =tingkat pengembalian yang diminta,
t =periode waktu,
P =nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan,
dft =1/(1+i)t, faktor diskonto
2. Metode Internal Rate of Return/IRR
The time-adjusted rate of return (TARR) atau internal rate of return (IRR)
adalah tingkat bunga yang dijanjikan oleh sebuah proyek investasi selama
umur proyek tersebut. Tingkat bunga ini sering disebut dengan hasil (yield)
sebuah proyek investasi. IRR dihitung dengan mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai tunai arus kas keluar dan nilai tunai arus kas masuk sebuah
proyek. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan angka
NPV sama dengan nol. Jadi IRR merupakan true interest yield yang dijanjikan
oleh sebuah proyek investasi.

Syarat Keputusan IRR:


 IRR > Modal Kerja (proyek dapat diterima)
 IRR = Modal Kerja (terima/tolak sama-sama seimbang)
 IRR < Modal Kerja (proyek tidak dapat
diterima) Contoh:
Honley Medical sedang mempertimbangkan untuk menginvestasikan
$1.200.000 dalam produk sistem ultrasound baru. Arus kas masuk tahunan
bersih sebesar $499.500 akan terjadi selama 3 tahun. Haruskah Honley
berinvestasi pada produk baru?

22
IRR = Investment ÷ Annual cash flows
= $1,200,000 / $499,500
= 2.402 (12%)
3. Perbandingan Antara Metode NPV dan IRR
1. Metode NPV lebih mudah digunakan
2. Asumsi yang dibangun dalam metode IRR memunculkan pertanyaan.
Yang menyebabkan perbedaan antara metode NPV dengan metode IRR :
(-) metode NPV menganggap bahwa arus masuk kas akan diinvestasikan
kembali pada tingakat kembalian tertentu, sedangkan metode IRR tingkat
kembaliannya sama dengan IRR,
(-) NPV mengukur kemampulabaan dalam angka absolute, sedangkan IRR
mengukurnya dalam angka relative (%).
(-) Memilih proyek: NPV konsisten dengan memaksimalkan kekayaan
pemegang saham sementara IRR tidak selalu memberikan hasil yang akan
memaksimalkan kekayaan
Proses Memilih Proyek Terbaik
 Menilai pola arus kas untuk setiap proyek
 Hitung NPV untuk setiap proyek
 Mengidentifikasi proyek dengan NPV terbesar
Contoh Kasus 2
Perencanaan investasi tentang penggantian mesin lama dengan mesin baru
untuk sebuah perusahaan memiliki data-data sebagai berikut:
1. Mesin lama dibeli 3 tahun yang lalu dengan harga perolehan Rp.
600.000.000, dan telah disusutkan sebesar Rp. 350.000.000.
2. Mesin lama dijual, dan diganti dengan mesin baru seharga Rp. 40.000.000,
tingkat Diskonto yang di gunakan untuk mesin baru adalah 10% per tahun, tarif
pajak penjualan mesin lama adalah 30% dan proyeksi laba tunai atau arus kas
masuk mesin baru selama umur ekonomis. Arus kas masuk setiap tahunnya
adalah sebesar Rp. 450.000.000 setiap tahunnya.
Diminta:
a) Hitunglah nilai investasi awal mesin baru, apabila harga jual mesin lama
Rp.150.000.000.
b) Hitunglah nilai investasi mesin baru, apabila harga jual mesin lama Rp.
230.000.000.
c) Berdasarkan jawab nomor a di atas, hitunglah NPV mesin baru dengan
menggunakan Metode NPV.
Jawab
a. Harga jual mesin lama Rp
150.000.000
Nilai buku mesin lama (Rp 600.000.000.- Rp 350.000.000)
Rp 250.000.000

23
Rugi penjualan mesin lama
Rp 100.000.000
Penghematan/ pajak (30% x 100.000.000)
Rp 30.000.000
Hasil bersih penjualan mesin lama :
Harga jual mesin lama
Rp 150.000.000
Penghematan pajak Rp
30.000.000
Hasil bersih penjualan mesin Rp
180.000.000
Maka, nilai investasi awal mesin baru (Rp 600.000.000. + Rp 180.000.000)
Rp 780.000.000
Total nilai investasi mesin baru Rp
960.000.000
b. Harga jual mesin lama Rp
230.000.000
Pajak tambahan Rp
30.000.000
Hasil bersih hasil penjualan mesin lama Rp
200.000.000
Maka, nilai investasi awal mesin baru (Rp 960.000.000 – Rp 200.000.000)
Rp 760.000.000

c. Menghitung NPV mesin baru (metode NPV)

Tahun Arus Kas Masuk Faktor Diskonto PV Arus Kas


& Nilai Sisa Masuk & Nilai
Sisa
1 450.000.000 0.909 409.050.000
2 450.000.000 0.826 371.700.000
3 40.000.000 0.826 33.040.000
Total PV Cash in dan Nilai Sisa 813.790.000
PV Investasi Awal Rp 78.000.000 x 1.000 (780.000.000)
NPV Mesin Baru 33.790.000

24
DAFTAR PUSTAKA
Muslicahah, S. B. (2021). Akuntansi Manejemen Teori dan Aplikasi . Jakarta :
Penerbit Mitra Wacana Media.

25

You might also like