You are on page 1of 16
10 SISTEM KOLOID Sea koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (suspensi = campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah sistem koloid; bahan makanan, seperi susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Q@owron N. DAN! PENGEEOMPOKAN" SISTEM” KOLOID Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam | pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan 1 __ digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. & Pengertian Sistem Koloid Untuk pemahaman yang lebih baik tentang sistem koloid marilah kita membandingkan tiga jenis campuran berikut, yaitu campuran gula dengan air, campuran tepung terigu dengan air, dan campuran susu dengan air (lakukan Kegiatan 10.1, lihat lampiran). Apabila kita campurkan gula dengan air ternyata gula larut dan kita memperoleh laruzan gula, Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10° m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring Di lain pihak, jika kita mencampurkan tepung terigu dengan air, ternyata tepung teri tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu akan memisah (meng sedimentasi). Campuran seperti ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen, tidak sehingga merupakan sistem dua fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar @ Suspensi dapat dipisahkan dengan panyaringan 5 109 Selanjutnya, jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “arut® tetapi "Jarutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra temyata tmasih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm — 100 nm, Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase, Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskonrinu (terputus-putus) sedanekan medium dispersi bersifat Kontinu, Pada campuran susu dengan air yang disebutkan di atas, fase terdispersi adalah susu, sedangkan medium dispersi adalah air. Perbandingan sifat antara larutan, Koloid, dan suspensi disimpulkan dalam Tabel 10.1 berikut ini. ‘Tabel 10.1. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi Larutan Koloid Suspensi Mispersi molekuler) Wispersi koloid) (Dispersi kasar) Contoh: Larutan gula Contoh: Campuran susu Contoh: Campuran tepung : dalam air dengan air terigu dengan air 1) Homogen, tak dapat | 1) Secara makroskopis ber. | 1) Heterogen dibedakan walaupun sifat homogen fetapi hete- | —__-menggunakan mikros- - rogen jika diamati dengan : | kop ultra mikroskop ultra. | 2) Salah satu atau semua 2) Semua partikel ber- | 2) Partikel berdimensi anta- ‘dimensi partikelnya le- dimensi (panjang, le- | rt L nm sampai 100.am bik besar dari 100 nm far, atau tebal) kurang ee | den Ln 3) Dua fase 3) Satu fase 4) Pada umumnya stabil | 3) Dua fase 4) Stabil 5) Tidak dapat disarng | Tidak stabil 5) Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring | 5) Dapat disaring ultra Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau suspensi alkohol 70%, larutan cuka, air laut, Contoh larutan : \arutan gula, larutan garam, spiritus udara yang bersih, dan bensin Contoh koloid + sabun, susu, santan, jelli, selai, mentega, dan mayonase. Contoh suspensi: air sungai yang keruh, campuran air dengan pasirs campuran Kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air. ‘Adakalanya suatu campuran mengandung zat terlarut dan zat koloid atau zat terlarut dan suspensi sekaligus. Air sungai, sebagai contoh, mengandung pasir dan berbagai partikel Kasar yang lain, Jika air sungai disaring, biasanya masih mengandung pertikel Koloid di samping zat ferlarut, Demikian juga halnya dengan udara, udara yang bersih merupakan larutan dari berbagal jenis gas. Akan tetapi, pada umumnya udara mengandung partikel Koloid berupa debu, asap, atau kabut. ee KGHN'SMU ju 28 Pada awal bab telah disebutkan bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi (medium dispersi). Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya, Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol éair (padat dalam cai), dan sol gas ( padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih, Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen jadi merupakan larutan, bukan koloid. Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada Tabel 10.2. Tabel 10.2. Jenis-jenis Koloid re a a Fase Nama q erdispersi_ | Pendispersi Nama Contoh oh to Pagar Gas Aerosol ——__Asap (smoke). debu di udara 2 _ Padat or | Sa | Sol emas, sol belerang, tinta, cat abe Pada = |_—sopaadat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam 4, Cait ee Aerosol Kabut (fog) 5. Cair Cait Emulsi Susu, santan, minyak ikan, 6. Cair Padat Emulsi padat | Jelly, mutiara, opal a Gas Cait Buih Buih sabun, krim kocok 8 Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung a. Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara, Contoh aerosol cair : kabut dan awan Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain, Untuk mepghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida. 6. Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri Contoh sol: Air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta dan cat. tul E a1 D6: ec. Emulsi ae Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah Kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan ait. Contoh emulsi minyak dalam air (M/A) : santan, susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mayonase, minyak bumi, dan minyak ikan. Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air, Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau deterjen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonase. d. Buih Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan pro- tein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih, Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya, buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain, Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih antara lain, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. e Gel Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat, & Koloid dalam Industei Dati contoh-contoh koloid yang telah disebutkan di atas, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produk yang berupa koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi dan. lain-lain, Mengapa harus koloid? Oleh karena koloid merupakan satu- satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara ~homogen” dan stabil (pada tingkat makroskopis). Cat, sebagai contoh, adalah zat-zat berwarna (pigmen) yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen” (merata) dan stabil. x Eyres FE 1. Apakah sistem koloid itu? 2. Lengkapilah daftar berikut ini: SMU Juo 28 No. Fase terdispersi_ | Fase pendispersi Contoh dD Sol ene wee 2). ve Gas. Cair Lis 3) ie sae sean ‘Asap 4) biceais ‘Agar-agar 5) : Gas 6) Emulst 3. Nyatakanlah jenis koloid berikut (tergolong sol atau emulsi, atau yang lainnya) a. Kabut f. Batu apung b. Lem kanji Air susu c Cat Air sungai d. Tinta Minyak ikan e. Mutiara Air sabun Qo ‘AT-SIFAT KOLOID. | Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas. Penampilan sistem koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak selalu begitu. Beberapa “larutan” Koloid tampak bening dan sukar dibedakan dari larutan sejati. Bandingkanlah larutan K,CtO, dengan sol As,S, atau larutan I, dengan sol Fe(OH), & Efek Tyndall Bagaimanakah cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat sederhana adalah dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepada obyek. Larutan sejati meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh Karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah samping walaupun partikel koloidnya sendiri tidak tampak. Jika partikel terdispersinya juga kelihatan, maka sistem itu bukan koloid melainkan suspensi (lihat Gambar 10.1). Untuk lebih mengerti hal ini, lakukanlah Kegiatan 10.2 (lihat lampiran) s Cahaya @ Oy} ‘€< Gambar 10.1 Efek Tyndall (a) laruan sejati meneruskan eahaye,berkas cahaya tidak Kelihatan;(b) sistem koloid menghamburkan cahaya, berkas eahaya Keihatan =a 10: Soin ROIS SS 113 Dalam kehidupan schari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain: sorot lampu mobil pada malam yang berkabut sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu. berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. & Gerak Brown ‘Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat meng- hamburkan cahaya. Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya seorang abli biologi Robert Brown berkebangsaan : i Inggris (lihat Gambar 10.2). ee Ee rein sea Gerak Brown menunjukkan Kebenaran eo Kineik'(bakan uk simbons dar olka medium molekul yang mengatakan bahwa molekul-molekul 3 dalam zat cair senantiasa bergerak. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid (lihat Gambar 10.3). Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown Karena ukuran partikel cukup besar sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown tetapi tidak dapat diamati, Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi. eRe @% Gambar 103 Arah tumbukan moleku! medium dengan parikel zat werdspers (a) tartan (6) Koloid (©) suspens & Muatan Koloid [ Partikel-partikel koloid bermuatan listrik. a. Elektroforesis Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. 114 sumber arus searah tegangan tinggi hh lekeroit bata % Gambar 104 Sel elektroforesis sederhana permukaan disebut absorpsi, sebagai contoh, penyerapan Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif’ akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. b. Adsorpsi Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau ‘muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah ir oleh Kapur tulis). Sol Fe(OH), dalam air mengadsorpsi ion positif schingga bermuatan positif, sedangkan sol As,S, mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif (lihat Gambar 10.5). x Gambar 10.5 Adsorbs ion-ion menyebabkan partkel Koloid bermuatan listrik Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, disamping gerak Brown. Oleh Karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhimnya mengendap). ‘Cx Gambar 10.6 Antarpartikel koloid tetdapat gaya tolak-menolak tistik karena bermuatan sejenis 115 Partike! koloid dapat mengadsorpsi bukan saja ion atau muatan listtik tetapi juga zat lain yang berupa molekul netral. Oleh karena mempunyai permukaan yang relatif luas, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar pula. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut. 1. Pemutihan Gula Tebu Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. 2. Pembuatan Obat Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari Karbon aktif. Di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. 3. Penjernihan Air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat tethidrolisis membentuk Al(OH), yang berupa koloid. Koloid A\(OH), ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air. c. Koagulasi Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan, Pelucutan muatan Koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik-ion negatif (anion), Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke dua (ihat Gambar 10.7). Sol Fe(OH), diketiting fon CT Sol Fe(OH), diketiting ion PO! ®) Sy = Gambar 10.7 Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit. Gambar memperlihatiam bahwa ion yang bermuatan lebih besar lebih efektif dalam menggumpalkan koloid, aasem bebes sep, Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid schingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. Gambar 10.7 memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bemuatan 3- tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan 1—, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil. Untuk mengamati koagulasi koloid lakukanlah Kegiatan 10.3 (lihat Lampiran). Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri. 1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai meng- alami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut. gas-gas Sinai 2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menam- fs bahkan asam format. === 3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digum- palkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif se- = hingga akan digumpalkan oleh ion Al** dari tawas 2a pada yang diendapkan (aluminium sulfat). 4, Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digum- palkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel (Lihat Gambar 10.8). Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam). ‘% Gambar 10.8 Pengendap Cottrel d. Pengolahan Air Bersih Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang Kali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, Klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH), yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida, Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. -Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (sebagai desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. fos: mmm 417 Susunan alat penyaring air sedethana, yang dapat digunakan untuk menyaring air sumur yang keruh, diberikan pada Gambar 10.9. Untuk lebih memahami proses pengolahan air bersih ini, lakukanlah Kegiatan 10.4 (Lihat Lampiran). sir kotor pasirhalus pasirkasae erik kecil ‘erik sedang Pipa dari pralon sir jernin % Gambar 10.9 Alat penyaring air sederhana Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Diagram pengolahan air bersih diberikan pada Gambar 10.10. Stasiun pomp ar bakes a Yen accelator Saringan psir ve Es fe or wt Siphon Resevoarsirberih | -H— mn Susiun pontiac lump ==] %x Gambar 10.10 Bagan pengolshan air bersih Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan ‘mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibybuhkan karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain ‘menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa- sisa flok akan tertahan, Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sodah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapar ‘untuk menaikkan pH dan gas klorin (post Klorinasi) untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen. ino 20 & Koloid Pelindung Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh: - pe ae ia Diali Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir (lihat Gambar 10.11). Kantong koloid terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel Kecil, seperti jon-ion atau moleku! sederhana, tetapi menahan koloid, Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable yang dapat dilewati air dan molekul-moleku! sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita gagal ginjal dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator (lihat Gambar 10.12) > Airkatar dials miler pis prod Brangan i diaist isperst a kolo’ ee FER Koios : | a 7 = [EG orion ns rah minas bes a | produktuansan OF -mbali ke pasien % Gambar 10.11. Dialisis % Gambar 10.12 Diagram suatu dialisis darah Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: Lio = cairan, philia = suka), Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada ‘atau sangat lemah. Liofob berarti takut cairan (Yunani = phobia = takut/benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Butir- butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya, Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat Kestabilan karena mengadsorpsi ion/muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan, muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan pada Tabel 10.3. Tabel 10,3 Perbandingan Sifat Sol Hidrofil dengan Sol Hidrofob Kindix SMU Jui 2B Isilah titik-titik pada soal berikut dengan kata/istilah yang benar a, Penghamburan cahaya oleh sistem koloid sehingg samping disebut b. Gerak zig-zag pertikel koloid yang dapat diamati dengan menggunakan mikroskop ultra disebut . ¢. Gerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut 4. Muatan koloid terjadi karena partikel koloid dapat . . . ion- permukaanny . Penggumpalan sistem koloid disebut f. Pemisahan ion-ion dari sistem koloid dengan menggunakan selaput semipermeable disebut a berkas cahaya dapat diamati dari mn atau muatan listrik pada 2. Apa yang dimaksud dengan koloid liofil dan koloid liofob? 3. Bandingkanlah koloid hidrofil dengan koloid hidrofob. @ Pemsuaran sistem KOLOID Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi. Ukuran partikel Koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh Karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejat atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian diaduk dengan medium ndispersi. Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi (lihat Gambar 10.13). Kondensasi Koloid <—Pizesi— Larutan spensi dispersi €% Gambar 10.13 Dus cara pembuatan kolid dispersi dan kondenssi @ Cara Kondensasi Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid, Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. ‘Bar 10: Siew KGL 421 7 a. Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi Contoh 1: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H,S) dengan belerang dioksida (SO,). yaitu dengan mengalirkan gas H,$ ke dalam larutan SO. 2H,S(g) + SO,(ag) —> 2H,O() + 3Stkoloid) Contoh 2: Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl, dengan larutan K,CO, dan HCHO (formaldehida), QHAUCI, (aq) + 6K,CO,(ag) + 3HCHO(ag) —> 2Au(koloid) + SCO,(g) + 8KCI(ag) + 3HCOOK(ag) + KHCO,(aq) + 2H,00 b. Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH), dari hidrolisis FeCl,, Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl, akan terbentuk sol Fe(OH),. FeCl(ag) + 3H,0() —> Fe(OH),(koloid) + 3HClaq) c. Dekomposisi Rangkap Contoh 1: Sol As,S, dapat dibuat dari reaksi antara larutan H,AsO, dengan larutan HS 2H,AsO,(ag) + 3H,S(ag). —>_As,S,(koloid) + 6H,0() Contoh 2: Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan laratan perak nitrat encer dengan Jarutan HCI encer. ‘AgNO,(aq) + HCK(ag) —> AgCl(koloid) + HNO (ag) d. Penggantian Pelarut Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan pe pelarut. Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. ‘Untuk lebih memahami proses pembuatan koloid, lakukanlah Kegiatan 10.5 (ihat lampiram). & Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid, Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loneatan bunga lisitrik (cara busur Bredig). @. Cara Mekanik Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu al inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air. b. Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir Koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan pro- tein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin. Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh HS dan endapan AKOH), oleh oe c. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi (lihat Gambar 10.14), kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid, Jadi, cara Geet busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara Loree kondensasi 2 Gamba 1014. Cara dispersi:Busur Bredig & Koloid Asosiasi Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor). ° i CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,-CH,~CH,-C-O-Na* Ekor Kepale Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan SMU Ju 2B ae = 123 mengadakan asosiasi Karena gugus nonpolamya (ekor) saling tarik-menarik, schingga terbentuk partikel koloid (lihat Gambar 10.15). Cae Of pees ® eo | & Gambar 10.15 Laruan sabun merupakan Koloid asosiasi. Bkor yang hidrofob cenderung berkumpul sekaligus menghindar dari air. Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air (lihat Gambar 10.16) Kovoran " . Kain ae @ ‘& Gambar 10.16 Skema cara kerja detergen: (a) Kotoran atau bercak lemak pada bahan cucian: (6) molekul sabun atau detergen menarik kotoran dengan gugus nonpolarnya; (c) kotoran mulai terangkat; (d) kotoran didispersikan dalam air Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan, Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian. 1. Bedakanlah pembuatan koloid menurut cara dispersi dengan cara kondensasi. 2. Pembuatan koloid dengan cara dispersi sering disebut cara fisika sedangkan cara kondensa disebut cara kimia. Jelaskan. 3. Jelaskan cara kerja sabun sebagai pembersih. DAFTAR ISTILAH PENTING Keadaan koloid, fase pendispersi, Fase terdispersi, Sol, Emulsi, Buih, Aersol, Gel, Bfek Tyndall, Geark Brown, Muatan Koloid, Adsopsi, elektroforesis, Koagulasi, Koloid Pelindung, Dialisis, Koloid liofil, Koloid liofob, Cara dispersi, Cara kondensasi, Peptisasi. Busur Bredig, Koloid asosiasi

You might also like