You are on page 1of 6

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI ZAT PENGATUR

TUMBUH (ZPT) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


JAHE GAJAH (Zingiber Officinale Rosc.)
ROLAND PURVANCE FAUSTINE NENDES
NIM: 22253111034
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Jln. Raya Negara Km 7 Tanjung Pati Payakumbuh
rpfnendes13@gmail.com

ABSTRACT

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae)


dan merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Tanaman ini satu
famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma xanthorriza), kunyit
(Curcuma domestica), temu hitam (Curcuma aeruginosa), lengkuas (Alpinia galangal L),
kencur (Kaempferia galangal L) dan lain-lain. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India sampai Cina. Jahe dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada bahan
pangan (Setyawan, 2015).penelitian ini menggunakan metode perendaman ekstrak touge
sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe gajah
(Zingiber officinale Rosc.)Tinggi tanaman 78,4 cm. Jumlah anakan 8,8 anakan. Berat
rimpang 0,3 kg 1. Pertumbuhan dan produksi tanaman jahe termasuk baik, hal tersebut bisa
terjadi karena rimpang yang digunakan sebagai bahan tanam bernas, tua dan normal juga
memanfaatkan ekstrak tauge sebagai ZPT sehingga mampu mempercepat pertumbuhan tunas
dan memperbanyak jumlah anakan. 2. Pelaksanaan budidaya tanaman jahe gajah secara
teknis berjalan dengan lancar yaitu diperolehnya presentase tumbuh tanaman jahe gajah
sebesar 99,5% dengan rata-rata tinggi tanaman 78,4 cm dan rata-rata jumlah anakan sebanyak
9,75 anakan dan berat rimpang rata-rata 0,3 kg.

Key words : Z. Officinale, estrak touge, zat pengatur tumbuh.


PENDAHULUAN
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae)
dan merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Tanaman ini satu
famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma xanthorriza), kunyit
(Curcuma domestica), temu hitam (Curcuma aeruginosa), lengkuas (Alpinia galangal L),
kencur (Kaempferia galangal L) dan lain-lain. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India sampai Cina. Jahe dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada bahan
pangan (Setyawan, 2015).
Nama ” Zingiber” merupakan nama latin yang berasal dari bahasa sanskerta yaitu
”Singibera” yang mempunyai makna berbentuk tanduk. Hal itu karena bentuk percabangan
rimpangnya yang mirip dengan tanduk rusa. Biasanya tanaman ini tumbuh di perkarangan
rumah maupun di kebun (Setyaningrum dan Saparianto, 2013).
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk kedalam kelas monocotyledoneae
(tanaman berkeping satu) dan famili zingibereceae (suku temu-temuan). Tanaman ini
merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang telah lama tumbuh di Indonesia. Bisa
dikatakan, Indonesia didatangi bangsa asing sejak beberapa abad silam karena keberadaan
jahe ini (Setyaningrum dan Saparianto, 2013).
Di Indonesia tanaman jahe digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit, seperti
kepala pusing, encok, batuk kering, masuk angin, dan juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan ringan, misalnya kembang gula,
manisan minuman, dan lain-lain. Kegunaan jahe sangat luas, mulai dari penyedap
masakan, minuman, bahan baku industri kosmetika dan obat-obatan (Santoso, 2017).
Tanaman biofarmaka kelompok rimpang pada tahun 2018 hampir keseluruhannya
mengalami kenaikan luas panen, hanya tanaman jahe dan tanaman dringo yang mengalami
penurunan. Luas panen tanaman jahe pada tahun 2018 menurun sebesar 3,32% sekitar 350,98
hektar dan mengalami penurunan produksi sebesar 9.174 ton bila dibandingkan dengan luas
panen tahun 2017. Namun, jahe menjadi urutan pertama jenis tanaman biofarmaka kelompok
rimpang yang mempunyai produksi terbesar pada tahun 2018 sebesar 207.411,89 ton (BPS,
2018). Dan berdasarkan data BPS (2019) memperlihatkan bahwa sumbangsih ekspor
subsektor tanaman biofarmaka, aromatik, dan rempah-rempah mencapai 16,40% dari total
ekspor komoditas pertanian.
Rahmawati (2018), menyatakan jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara
tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat
menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi
tanaman.
Melihat dari banyaknya manfaat dan prospek dari tanaman jahe, tentunya
pengembangan tanaman jahe di Indonesia perlu dimaksimalkan. Luas areal lahan dapat
dilihat semakin berkurang (Hadiyanto, 2011). Budidaya jahe di dalam karung dengan
menggunakan media yang remah dilakukan untuk menghasilkan benih yang sehat, bebas dari
penyakit seperti layu bakteri yang sering menjadi kendala dalam budidaya tanaman jahe.
Hasil budidaya jahe di dalam 1.000 karung
dengan luas lahan 1000 m2 setara dengan budidaya konvensional seluas satu hektar.
Adapun manfaat budidaya jahe di dalam karung yaitu penghematan lahan, pada areal yang
sempit penggunaan karung untuk penanaman jahe dapat menguntungkan karena tidak
membutuhkan lahan yang terlalu luas.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara
(nutrient) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), penghambat ( inhibit) dan
dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Berdasarkan sumbernya ZPT dapat diperoleh baik
secara alami maupun sintetis. Penggunaan ZPT alami lebih menguntungkan dibandingkan
ZPT sintetis, karena harganya yang lebih murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. ZPT
alami yang dapat digunakan yaitu ekstrak tauge atau kecambah kacang hijau, ekstrak tauge
mengandung sitokinin, auksin, giberalin (Abdullah, Maulana Wulandari, Nirwana, 2019).
Menurut Murdaningsih, Supardi, dan Soge, (2019) bahwa pengaruh ekstrak tauge
dengan konsentrasi 300 ml/l air dengan lama perendaman 3 jam berpengaruh sangat nyata
terhadap persentase (%) pertumbuhan jumlah tunas (50,66%),panjang tunas (32,85%), jumlah
daun (54,96%), jumlah akar (58,88%), panjang akar (45,14%), bobot segar tunas (71,43%),
bobot kering tunas (55,72%), bobot segar akar (65,73%), bobot kering akar (69,10%) pada
umur 8, 10, 12 minggu setelah tanam pada lada . Rukmana (2017) juga menyatakan bahwa
pemberian ekstrak tauge berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, psanjang akar, dan
jumlah daun pada pertumbuhan bibit lada dengan konsentrasi 300ml/liter .
Menurut Fadhillah (2015) mengatakan penambahan ekstrak tauge sebanyak 20 gr/liter
air menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter jumlah tumbuh akar planlet kentang
(Solanum tuberosum L.). Penggunaan ekstrak tauge 150 gr/liter memberikan pengaruh yang
baik terhadap pertumbuhan anggrek bulan dengan menunjukkan hasil tertinggi (Amilah dan
Astuti, 2006).
Rani (2022) mengatakan konsentrasi ekstrak tauge 45% memberikan pengaruh terhadap
waktu muncul tunas, tinggi tunas, diameter tunas jumlah daun, dan persentase tumbuh tunas
pada tanaman jahe gajah .
Tauge mengandung banyak sekali senyawa fitokimiawi yang sangat berkhasiat (Amilah
dan Astuti, 2006). Saat dalam bentuk tauge, kecambah memiliki kandungan vitamin lebih
banyak dari kandungan bijinya. Dibandingkan kadar dalam biji, kadar vitamin B dan E
meningkat jumlahnya, dari 2,5 sampai 3 kali lebih besar. Sedangkan vitamin C yang sangat
sedikit bada biji-bijian kering, dalam bentuk tauge meningkat menjadi 20 mg/100g.
kandungan giberelin dalam spesies Phaseolus sp mencapai 18 mg/kg. Ekstrak kecambah
kacang hijau memiliki konsentrasi senyawa zat pengatur tumbuh auksin1,68 ppm, giberelin
39,94 ppm dan sitokinin 96,26 ppm (Ulfa, 2014).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh, Tanjung Pati Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Proyek ini dilaksanakan selama 5,5 bulan dimulai pada bulan Juli minggu ketiga sampai
dengan Desember 2022.
Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak touge. Adapun prosesnya yaitu Biji
kacang hijau disiapkan sebnayak 1,5 kg, direndam kedalam ember selama 1 hari. Setelah
perendaman, tiriskan kemudian disebar diatas nampan dan tutup dengan karung selama ±2
hari sampai biji berkecambah atau tauge telah terbentuk. Tauge yang telah terbentuk
dibersihkan kulitnya, kemudian diblender sampai halus tambahkan air sebanyak 1,5 liter atau
dengan perbandingan 1;1 setelah diblender tuangkan kedalam ember, selanjutnya diperas
untuk dipisahkan dari ampasnya. Setelah itu, ZPT ekstrak tauge dapat digunakan.
Bahan tanam yang akan digunakan adalah varietas jahe gajah yang diperoleh dari
kebun pembibitan masyarakat yang ada di sekitar Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat. Rimpang yang dibutuhkan sebanyak 10 Kg dengan populasi sebanyak 200 rumpun
yang ditambahkan dengan sulaman 20 rumpun (10 % sulaman). Rimpang yang digunakan
berumur 12 bulan dengan ciri rimpang yaitu berukuran besar, padat, berisi, nampak kasar
dengan warna kulit mengkilap licin, tidak mudah mengelupas, dan bila dipotong maka serat-
serat rimpang pada bagian tengah daging akan muncul keluar.
Pengecambahan dilakukan dengan cara menyeleksi rimpang jahe yang dijadikan benih
sebanyak 10 kg, setelah itu lakukan pemotongan rimpang jahe menggunakan cutter setiap
potongan terdiri dari 2-3 buah mata tunas. Kemudian lakukan perendamam dengan ZPT
ekstrak tauge konsentrasi 300 ml/l air selama 3 jam. Setelah itu potongan rimpang direndam
di dalam larutan Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air selama 5 menit. Dederkan
rimpang jahe diatas pasir dengan jarak 5 cm x 5 cm dan kemudian ditutup dengan pasir.
Kemudian dilakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga kelembaban. Saat 2-4 minggu
dipersemainaa jahe mulai bertunas.
Media tanam yang digunakan adalah campuran topsoil dan pupuk kandang ayam
dengan cara memasukkan 2/3 volume karung dengan topsoil dan 1/3 dengan pupuk kandang.
Ukuran panjang karung plastik 65 cm dan lebar 35 cm dengan menggunakan sekop.
Kemudian lakukan penyusunan karung pada 2 petakan yaitu 100 karung plastik tiap petakan,
sehingga didapatkan jumlah karung diseluruh petakan yaitu 200 karung plastik dengan jarak
tanam rapat dalam barisan dan jarak antar baris karung yaitu 0,45 m.
Pemberian pupuk an-organik pada tanaman jahe yang dipanen muda dilakukan 2 tahap.
Tahap pertama pemberian pupuk an-organik dilakukan pada bulan September minggu ke-3,
yaitu pada saat :
1. Tanaman berumur 2 minggu, pupuk yang diberikan adalah :
a) Urea 100 kg/ha atau setara 1,2 gr/tanaman.

b) SP-36 serta KCl 50 kg/ha atau setara 0,6 gr/tanaman.


2. Saat umur tanaman 8 minggu setelah tanam pupuk yang diberikan adalah :

a) Pupuk Urea 200 kg/ha atau setara 2,4 gr/tanaman.

b) Pupuk KCl 100 kg/ha atau setara 1,2 gr/tanaman.

Pupuk diberikan dengan cara melingkar pada rumpun tanaman dengan jarak ±10 cm
dari pangkal tanaman. Setelah pupuk ditaburkan, kemudian ditutup dengan selapis tanah
untuk menghindari penguapan pupuk ke udara.
Pengamatan dilakukan 2 minggu setelah penanaman sampai panen, dengan cara
mengambil sampel 10% atau 20 tanaman dari 200 populasi tanaman secara acak untuk
mengamati tinggi tanaman, jumlah anakan perumpun, dan berat rimpang per rumpun,
pengamatan dilakukan 1 kali 2 minggu. Pada tanaman yang diamati diberi tanda dengan
menancapkan ajir setinggi 5 cm dan mengukur tinggi tanaman mulai dari atas ajir kemudian
tinggi tanaman ditambah 5 cm. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengamati :
1. Persentase tumbuh tanaman
Persentase tumbuh dihitung dengan membandingkan jumlah bibit yang tumbuh dengan
jumlah yang ditanam dan dikali 100%.
Pengamatan dilakukan pada awal minggu ke 5 setelah tanam dan pada saat menjelang
panen dengan rumus :
jumlah rimpang yang tumbuh X100%
(%)tumbuh = jumlah rimpang yang ditanam
2. Tinggi tanaman (cm)
Data tinggi tanaman adalah hasil pengukuran ditambah 10 cm, karena pengukuran
dilakukan dari atas patok/ajir yang ditancapkan pada setiap tanaman sampel setinggi 10
cm.
3. Jumlah anakan (buah)
Dihitung dengan menjumlahkan anakan yang tumbuh dan muncul di permukaan tanah
pada setiap rumpunnya.
4. Berat rimpang per rumpun (gr)
Berat rimpang pada tanaman jahe dapat diketahui dengan cara melakukan pemanenan
terlebih dahulu, selanjutnya lakukan pembersihan rimpang jahe masih basah. Kemudian
timbang hasil produksi dan dibagi jumlah populasi untuk mendapatkan berat rata-rata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil pengamatan terhadap persentase tumbuh tanaman
Jumlah tanaman yang tumbuh
Presentase tumbuh = Jumlah Populasi x 100%

200
Presentase awal tumbuh = 200 x 100%

= 100%
199
Presentase tumbuh menjelang panen = 200 x 100%

= 99,5 %
Tabel 1. Data pengamatan sampel tinggi tanaman, jumlah anakan, dan berat rimpang pada
umur 3 bulan.
No Parameter Rata-rata hasil pengamatan

1 Tinggi tanaman (cm) 78,4 cm

2 Jumlah anakan (buah) 8,8 anakan

3 Berat rimpang (kg) 0,3 kg

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa diperolehnya presentase tumbuh tanaman jahe gajah
sebesar 99,5% dengan rata-rata tinggi tanaman 78,4 cm dan rata-rata jumlah anakan sebanyak
9,75 anakan dan berat rimpang rata-rata 0,3 kg.

b. Hasil pengamatan terhadap aspek produksi


Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan dan produksi budidaya jahe gajah

No Parameter Rata-rata data Data pembanding*


pengamatan pengamatan

1 Persentase tumbuh (%) 99,5 % 99 %

2 Tinggi tanaman (cm) 78,4 cm 79.15 cm

3 Jumlah anakan (buah) 9,75 anakan 7,1 anakan

4 Berat rimpang 0,30 kg 0,30 kg


(kg)/rumpun

Dari tabel 2 dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata data pengamatan dengan data
pembanding bahwasanya pertumbuhan dan produksi tanaman jahe termasuk baik. Hal
tersebut bisa terjadi karena rimpang jahe yang digunakan untuk bahan tanam bernas, tua
dan normal dan juga karena memanfaatkan ekstrak tauge sebagai zat pengatur tumbuh
sehingga mampu mempercepat pertumbuhan tunas dipersemaian dan memperbanyak
jumlah anakan di lapangan. Rani (2022) mengatakan konsentrasi ekstrak tauge 45%
memberikan pengaruh terhadap waktu muncul tunas, tinggi tunas, diameter tunas jumlah
daun, dan persentase tumbuh tunas pada tanaman jahe gajah.

KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dengan aplikasi ekstrak tauge sebagai ZPT pada budidaya
jahe gajah (Zingiber officinale Ros.) dengan media karung karung plastik, maka dapat
disimpulkan :
1. Pertumbuhan dan produksi tanaman jahe termasuk baik, hal tersebut bisa terjadi
karena rimpang yang digunakan sebagai bahan tanam bernas, tua dan normal juga
memanfaatkan ekstrak tauge sebagai ZPT sehingga mampu mempercepat
pertumbuhan tunas dan memperbanyak jumlah anakan.
2. Pelaksanaan budidaya tanaman jahe gajah secara teknis berjalan dengan lancar
yaitu diperolehnya presentase tumbuh tanaman jahe gajah sebesar 99,5% dengan
rata-rata tinggi tanaman 78,4 cm dan rata-rata jumlah anakan sebanyak 9,75 anakan
dan berat rimpang rata-rata 0,3 kg.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada program Due-Like Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh yang telah mendanai penelitian ini, Kepala UPT Laboratorium beserta
staf, Kepala UPT Farm beserta staf dan Kepala P3M beserta staf atas fasilitas yang diberikan
selama penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maulana Wulandari, Nirwana. 2019. Pengaruh Ektrak Tanaman Sebagai
Sumber ZPT Alami terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman.
Achroni, K. 2018. Cara cerdas budidaya jahe panen maksimal. Trans Idea
Publishing, Yogyakarta. 120 hal.
Agus. S. 2012. Efektifitas sekolah lapangan goog agriculture ractices (SIGap)
Rimpang dalam peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani jahe gajah
(Zingiber officinale. Rosc).
Aidin, A. 2016. Pengaruh Jenis impang dan Komposisi Media Tanama Terhadap
Pertumbuhan Bibit Jahe Merah (Zingiber officonale var.rubrum).
Amelia, F. (2009). Analisis Daya Saing Jahe di Pasar Internasional. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Amilah dan Astuti Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi ekstrak tauge dan kacang hijau
pada media vacin and went (vw) terhadap pertumbuhan kecambah anggrek
bulan. https://andreasdamanik14.

You might also like