You are on page 1of 11

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH

(ZPT) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAHE GAJAH


(Zingiber Officinale Rosc.)
MUHAMMAD ANDRE AHADI
NIM: 22253111004
Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Jln. Raya Negara Km 7 Tanjung Pati Payakumbuh
muhammadandreahadi@gmail.com
ABSTRACT
Tanaman jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah - rempah yang ada di
Indonesia.Tanaman jahe diperkirakan berasal dari China dan India yang terkenal sebagai Negara
yang memanfaatkan jahe sebagai obat. (Setyaningrum dan Saparinto, 2013). Beberapa manfaat jahe
diantaranya adalah untuk keperluan pembuatan obat-obatan, khususnya obat herbal seperti obat
masuk angin dan sakit perut. Manfaat lain dari jahe adalah sebagai bahan pembuatan kue, diolah
menjadi bubuk, minuman serta permen. Di samping itu, rimpang jahe juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan minyak asiri, kosmetik, serta simplisia (bahan alamiah obat yang belum
mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan) (Setyaningrum dan Saparinto, 2013).

PENDAHULUAN
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae) dan merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Tanaman ini satu famili dengan temu-temuan lainnya seperti
temu lawak (Curcuma xanthorriza), kunyit (Curcuma domestica), temu hitam
(Curcuma aeruginosa), lengkuas (Alpinia galangal L), kencur (Kaempferia
galangal L) dan lain-lain. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India
sampai Cina. Jahe dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran pada bahan
pangan (Setyawan, 2015).
Nama ” Zingiber” merupakan nama latin yang berasal dari bahasa
sanskerta yaitu ”Singibera” yang mempunyai makna berbentuk tanduk. Hal itu
karena bentuk percabangan rimpangnya yang mirip dengan tanduk rusa. Biasanya
tanaman ini tumbuh di perkarangan rumah maupun di kebun (Setyaningrum dan
Saparianto, 2013).
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk kedalam kelas
monocotyledoneae (tanaman berkeping satu) dan famili zingibereceae (suku
temu-temuan). Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang
telah lama tumbuh di Indonesia. Bisa dikatakan, Indonesia didatangi bangsa asing
sejak beberapa abad silam karena keberadaan jahe ini (Setyaningrum dan
Saparianto, 2013).
Di Indonesia tanaman jahe digunakan untuk menyembuhkan beberapa
penyakit, seperti kepala pusing, encok, batuk kering, masuk angin, dan juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan ringan, misalnya kembang gula,
manisan minuman, dan lain-lain. Kegunaan jahe sangat luas, mulai dari penyedap
masakan, minuman, bahan baku industri kosmetika dan obat-obatan (Santoso,
2017).
Tanaman biofarmaka kelompok rimpang pada tahun 2018 hampir
keseluruhannya mengalami kenaikan luas panen, hanya tanaman jahe dan
tanaman dringo yang mengalami penurunan. Luas panen tanaman jahe pada tahun
2018 menurun sebesar 3,32% sekitar 350,98 hektar dan mengalami penurunan
1
produksi sebesar 9.174 ton bila dibandingkan dengan luas panen tahun 2017.
Namun, jahe menjadi urutan pertama jenis tanaman biofarmaka kelompok
rimpang yang mempunyai produksi terbesar pada tahun 2018 sebesar 207.411,89
ton (BPS, 2018). Dan berdasarkan data BPS (2019) memperlihatkan bahwa
sumbangsih ekspor subsektor tanaman biofarmaka, aromatik, dan rempah-rempah
mencapai 16,40% dari total ekspor komoditas pertanian.
Rahmawati (2018), menyatakan jenis media tanam yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik
membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media
yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak
mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
Melihat dari banyaknya manfaat dan prospek dari tanaman jahe, tentunya
pengembangan tanaman jahe di Indonesia perlu dimaksimalkan. Luas areal lahan
dapat dilihat semakin berkurang (Hadiyanto, 2011). Budidaya jahe di dalam
karung dengan menggunakan media yang remah dilakukan untuk menghasilkan
benih yang sehat, bebas dari penyakit seperti layu bakteri yang sering menjadi
kendala dalam budidaya tanaman jahe. Hasil budidaya jahe di dalam 1.000 karung
dengan luas lahan 1000 m2 setara dengan budidaya konvensional seluas satu
hektar. Adapun manfaat budidaya jahe di dalam karung yaitu penghematan lahan,
pada areal yang sempit penggunaan karung untuk penanaman jahe dapat
menguntungkan karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa organik bukan
hara (nutrient) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote),
penghambat ( inhibit) dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Berdasarkan
sumbernya ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun sintetis. Penggunaan
ZPT alami lebih menguntungkan dibandingkan ZPT sintetis, karena harganya
yang lebih murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. ZPT alami yang dapat
digunakan yaitu ekstrak tauge atau kecambah kacang hijau, ekstrak tauge
mengandung sitokinin, auksin, giberalin (Abdullah, Maulana Wulandari, Nirwana,
2019).
Menurut Murdaningsih, Supardi, dan Soge, (2019) bahwa pengaruh
ekstrak tauge dengan konsentrasi 300 ml/l air dengan lama perendaman 3 jam
berpengaruh sangat nyata terhadap persentase (%) pertumbuhan jumlah tunas
(50,66%),panjang tunas (32,85%), jumlah daun (54,96%), jumlah akar (58,88%),
panjang akar (45,14%), bobot segar tunas (71,43%), bobot kering tunas (55,72%),
bobot segar akar (65,73%), bobot kering akar (69,10%) pada umur 8, 10, 12
minggu setelah tanam pada lada . Rukmana (2017) juga menyatakan bahwa
pemberian ekstrak tauge berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, psanjang
akar, dan jumlah daun pada pertumbuhan bibit lada dengan konsentrasi
300ml/liter .
Menurut Fadhillah (2015) mengatakan penambahan ekstrak tauge
sebanyak 20 gr/liter air menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter jumlah
tumbuh akar planlet kentang (Solanum tuberosum L.). Penggunaan ekstrak tauge
150 gr/liter memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan anggrek bulan
dengan menunjukkan hasil tertinggi (Amilah dan Astuti, 2006).
Rani (2022) mengatakan konsentrasi ekstrak tauge 45% memberikan
pengaruh terhadap waktu muncul tunas, tinggi tunas, diameter tunas jumlah daun,
dan persentase tumbuh tunas pada tanaman jahe gajah .
Tauge mengandung banyak sekali senyawa fitokimiawi yang sangat
berkhasiat (Amilah dan Astuti, 2006). Saat dalam bentuk tauge, kecambah
2
memiliki kandungan vitamin lebih banyak dari kandungan bijinya. Dibandingkan
kadar dalam biji, kadar vitamin B dan E meningkat jumlahnya, dari 2,5 sampai 3
kali lebih besar. Sedangkan vitamin C yang sangat sedikit bada biji-bijian kering,
dalam bentuk tauge meningkat menjadi 20 mg/100g. kandungan giberelin dalam
spesies Phaseolus sp mencapai 18 mg/kg. Ekstrak kecambah kacang hijau
memiliki konsentrasi senyawa zat pengatur tumbuh auksin1,68 ppm, giberelin
39,94 ppm dan sitokinin 96,26 ppm (Ulfa, 2014).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merencanakan untuk melakukan
Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Budidaya tanaman jahe gajah
(Zingiber officinale Rosc.) dengan pemanfaatan ekstrak tauge sebagai Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT)”.

METODE PELAKSANAAN
Ruang Lingkup Proyek

Budidaya Jahe Gajah (Zingiber officinale Rosc.) panen muda dalam


karung dengan pemanfaatan Ekstrak Tauge Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT),
dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh,
Tanjung Pati Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Proyek ini dilaksanakan selama 5,5 bulan dimulai pada bulan Juli minggu ketiga
sampai dengan Desember 2022.
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksaan penelitian antara lain; cangkul,


garu, kored, meteran, parang, cutter, ember, gembor, gerobak, dan knapsack
sprayer. Sedangkan bahan yang akan digunakan adalah rimpang jahe gajah,
karung plastik ukuran 35 x 65 cm, tali rapia, ajir bambu, pupuk kandang ayam,
top soil, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk KCl, Dithane M- 45, Sidametrin, Decis,
ajir, ekstrak tauge (ZPT).
Pembuatan ekstrak tauge

Biji kacang hijau disiapkan sebnayak 1,5 kg, direndam kedalam ember
selama 1 hari. Setelah perendaman, tiriskan kemudian disebar diatas nampan dan
tutup dengan karung selama ±2 hari sampai biji berkecambah atau tauge telah
terbentuk. Tauge yang telah terbentuk dibersihkan kulitnya, kemudian diblender
sampai halus tambahkan air sebanyak 1,5 liter atau dengan perbandingan 1;1
setelah diblender tuangkan kedalam ember, selanjutnya diperas untuk dipisahkan
dari ampasnya. Setelah itu, ZPT ekstrak tauge dapat digunakan. Kegiatan ini
dilaksanakan pada bulan Juli minggu ketiga.
Seleksi bahan tanam, perendaman dengan ekstrak tauge, dan
persemaian

Bahan tanam yang akan digunakan adalah varietas jahe gajah yang
diperoleh dari kebun pembibitan masyarakat yang ada di sekitar Kabupaten Lima
Puluh Kota, Sumatera Barat. Rimpang yang dibutuhkan sebanyak 10 Kg dengan
populasi sebanyak 200 rumpun yang ditambahkan dengan sulaman 20 rumpun (10
% sulaman). Rimpang yang digunakan berumur 12 bulan dengan ciri rimpang
yaitu berukuran besar, padat, berisi, nampak kasar dengan warna kulit mengkilap
3
licin, tidak mudah mengelupas, dan bila dipotong maka serat-serat rimpang pada
bagian tengah daging akan muncul keluar.
Pengecambahan dilakukan dengan cara menyeleksi rimpang jahe yang
dijadikan benih sebanyak 10 kg, setelah itu lakukan pemotongan rimpang jahe
menggunakan cutter setiap potongan terdiri dari 2-3 buah mata tunas. Kemudian
lakukan perendamam dengan ZPT ekstrak tauge konsentrasi 300 ml/l air selama 3
jam. Setelah itu potongan rimpang direndam di dalam larutan Dithane M-45
dengan konsentrasi 2 gr/liter air selama 5 menit. Dederkan rimpang jahe diatas
pasir dengan jarak 5 cm x 5 cm dan kemudian ditutup dengan pasir. Kemudian
dilakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga kelembaban. Saat 2-4 minggu
dipersemainaa jahe mulai bertunas. Kegiatan persemaian dan seleksi bahan tanam
dilaksanakan pada bulan Juli minggu ketiga.
Survei dan pengukuran lahan

Pengukuran lahan dilakukan dengan menentukan letak topografi lahan


dengan cara menentukan arah Timur-Barat dari lahan tersebut. Kemudian
dilakukan pengukuran lahan menggunakan meteran sehingga didapatkan luas
lahan seluas 67,2m2 (panjang 12 m x lebar 5,6 m). Panjangnya mengarah ke Utara
– Selatan dan lebarnya ke Timur – Barat. Dilaksanakan pada minggu pertama
bulan September.
Pembersihan lahan, pembuatan drainase, dan pembuatan bedengan

Pembersihan lahan dilakukan dengan cara membersihkan areal lahan


dengan menggunakan cangkul dan garu. Setelah itu dilakukan pembuatan drainase
menggunakan cangkul dengan lebar 0,3 m dan kedalaman 30 cm. Kemudian
lakukan pembentukan petakan datar dengan menggunakan garu, ukuran satu
petakan dengan panjang 11,4 m dan lebar 2,35 m sebanyak 2 petakan dengan
jarak antar bedengan 0,3 m. Tanah galian tersebut dinaikkan ke atas petakan dan
diratakan dengan garu
Pengisian media tanam dan penyusunan karung plastik

Media tanam yang digunakan adalah campuran topsoil dan pupuk kandang
ayam dengan cara memasukkan 2/3 volume karung dengan topsoil dan 1/3 dengan
pupuk kandang. Ukuran panjang karung plastik 65 cm dan lebar 35 cm dengan
menggunakan sekop. Kemudian lakukan penyusunan karung pada 2 petakan yaitu
100 karung plastik tiap petakan, sehingga didapatkan jumlah karung diseluruh
petakan yaitu 200 karung plastik dengan jarak tanam rapat dalam barisan dan
jarak antar baris karung yaitu 0,45 m.
Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara menggali media tanam


dalam karung sedalam 10 cm. Kegiatan ini dilakukan pada bulan September
minggu kedua.
Penanaman

Setelah bibit di persemaian bertunas dengan tinggi sekitar 25 cm dilakukan


penanaman ke lapangan. Kemudian bibit ditanam ke dalam lubang tanam yang
telah dibuat. Peletakan bibit dilakukan dengan cara meletakkan mata tunas
menghadap ke atas dan jangan terbalik karena akan menghambat pertumbuhan.
4
Setelah dimasukkan ke dalam lubang tanam, bibit ditutup kembali dengan tanah.
Kegiatan penanaman dilakukan pada minggu kedua tanggal 11 September 2022.
Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman jahe mencakup penyiraman, penyulaman,


penyiangan, pemupukan dan pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada persemaian dan setelah penanaman di


lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menyiram air menggunakan gembor.
Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi atau sore hari, apabila hujan
penyiraman tidak dilakukan.
Penyulaman

Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.


Bibit yang digunakan pada penyulaman adalah bibit yang memiliki umur sama.
Pada saat persemaian dan penunasan sudah di siapkan bibit yang khusus untuk
sulaman. Kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat bulan September 2022.

Pemupukan an organik

Pemberian pupuk an-organik pada tanaman jahe yang dipanen muda


dilakukan 2 tahap. Tahap pertama pemberian pupuk an-organik dilakukan pada
bulan September minggu ke-3, yaitu pada saat :
1. Tanaman berumur 2 minggu, pupuk yang diberikan adalah :
a.Urea 100 kg/ha atau setara 1,2 gr/tanaman.

b.SP-36 serta KCl 50 kg/ha atau setara 0,6 gr/tanaman.

2. Saat umur tanaman 8 minggu setelah tanam pupuk yang diberikan adalah :

a. Pupuk Urea 200 kg/ha atau setara 2,4 gr/tanaman.

b. Pupuk KCl 100 kg/ha atau setara 1,2 gr/tanaman.

Pupuk diberikan dengan cara melingkar pada rumpun tanaman dengan


jarak ±10 cm dari pangkal tanaman. Setelah pupuk ditaburkan, kemudian ditutup
dengan selapis tanah untuk menghindari penguapan pupuk ke udara.
Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang menyerang tanaman jahe yaitu hama belalang, yang


pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan bahan kimia insektisida
Sidametrin dengan konsentrasi 2 ml/liter air yang disemprotkan ketanaman
dengan menggunakan knapsack sprayer. Pengendalian hama dilakukan jika sudah
terlihat gejala serangan dan dilakukan 2 minggu sekali sampai menjelang panen.
Penambahan media tanam

Penambahan media tanam (tanah) dilakukan setelah pemupukan yaitu


pada minggu ke-3 dan minggu ke-6 setelah tanam dengan cara menambahkan
media tanam (tanah) kedalam karung dengan tinggi ± 5 cm.
5
Pengamatan

Pengamatan dilakukan 2 minggu setelah penanaman sampai panen, dengan


cara mengambil sampel 10% atau 20 tanaman dari 200 populasi tanaman secara
acak untuk mengamati tinggi tanaman, jumlah anakan perumpun, dan berat
rimpang per rumpun, pengamatan dilakukan 1 kali 2 minggu. Pada tanaman yang
diamati diberi tanda dengan menancapkan ajir setinggi 5 cm dan mengukur tinggi
tanaman mulai dari atas ajir kemudian tinggi tanaman ditambah 5 cm. Kegiatan
pengamatan dilakukan dengan mengamati :
1. Persentase tumbuh tanaman

Persentase tumbuh dihitung dengan membandingkan jumlah bibit yang


tumbuh dengan jumlah yang ditanam dan dikali 100%.Tinggi tanaman (cm)

Data tinggi tanaman adalah hasil pengukuran ditambah 10 cm, karena


pengukuran dilakukan dari atas patok/ajir yang ditancapkan pada setiap tanaman
sampel setinggi 10 cm.
2. Jumlah anakan (buah)

Dihitung dengan menjumlahkan anakan yang tumbuh dan muncul di


permukaan tanah pada setiap rumpunnya.
3. Berat rimpang per rumpun (gr)

Berat rimpang pada tanaman jahe dapat diketahui dengan cara melakukan
pemanenan terlebih dahulu, selanjutnya lakukan pembersihan rimpang jahe masih
basah. Kemudian timbang hasil produksi dan dibagi jumlah populasi untuk
mendapatkan berat rata-rata.
Panen

Untuk jahe yang dipanen muda, pemanenan dilakukan pada umur 3,5
bulan, namun pada pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau cutter
atau tangan. Dalam melakukan pemanenan harus secara hati-hati supaya rimpang
jahe yang dipanen tidak terpotong ataupun lecet. Rimpang selanjutnya dipisahkan
dari batang kemudian dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel.
HASIL

Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan terhadap persentase tumbuh tanaman adalah sebagai
berikut :
- Jumlah populasi : 200 tanaman

- Jumlah tanaman yang tumbuh sebelum diserang penyakit : 200 tanaman

- Jumlah tanaman yang tumbuh setelah diserang hama penyakit : 200

tanaman j𝑢𝑚𝑙𝑎

𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙
j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛g 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑠i
Persentase tumbuh =
6
Persentase tumbuh awal = 200
200
× 100%

× 100%

= 100%

Persentase tumbuh menjelang panen = 199

200 × 100%

= 99,5%

Tabel 8. Data pengamatan sampel tinggi tanaman, jumlah anakan, dan berat
rimpang pada umur 3 bulan.
No Parameter Rata-rata hasil pengamatan

1 Tinggi tanaman (cm) 78,4 cm

2 Jumlah anakan (buah) 8,8 anakan

3 Berat rimpang (kg) 0,3 kg

7
KESIMPULAN

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dengan aplikasi ekstrak tauge sebagai ZPT


pada budidaya jahe gajah (Zingiber officinale Ros.) dengan media karung karung
plastik, maka dapat disimpulkan :
1. Pertumbuhan dan produksi tanaman jahe termasuk baik, hal tersebut bisa
terjadi karena rimpang yang digunakan sebagai bahan tanam bernas, tua dan
normal juga memanfaatkan ekstrak tauge sebagai ZPT sehingga mampu
mempercepat pertumbuhan tunas dan memperbanyak jumlah anakan.
2. Pelaksanaan budidaya tanaman jahe gajah secara teknis berjalan dengan lancar
yaitu diperolehnya presentase tumbuh tanaman jahe gajah sebesar 99,5%
dengan rata-rata tinggi tanaman 78,4 cm dan rata-rata jumlah anakan sebanyak
9,75 anakan dan berat rimpang rata-rata 0,3 kg.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Maulana Wulandari, Nirwana. 2019. Pengaruh Ektrak Tanaman


Sebagai Sumber ZPT Alami terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman.
Achroni, K. 2018. Cara cerdas budidaya jahe panen maksimal. Trans Idea
Publishing, Yogyakarta. 120 hal.
Agus. S. 2012. Efektifitas sekolah lapangan goog agriculture ractices (SIGap)
Rimpang dalam peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani jahe
gajah (Zingiber officinale. Rosc).
Aidin, A. 2016. Pengaruh Jenis impang dan Komposisi Media Tanama Terhadap
Pertumbuhan Bibit Jahe Merah (Zingiber officonale var.rubrum).
Amelia, F. (2009). Analisis Daya Saing Jahe di Pasar Internasional. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Amilah dan Astuti Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi ekstrak tauge dan kacang hijau
pada media vacin and went (vw) terhadap pertumbuhan kecambah anggrek
bulan. https://andreasdamanik14.
BPS (2018). Produktivitas Jahe Indonesia 2018. Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia. Jakarta.
BPS Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia
Ekspor. Jakarta (ID): BPS RI.
Hadiyanto, D. K. (2011). Pengaruh Komposisi Media Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Jahe (Zingiber officinale. Rosc).
Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian FP Universitas Jember.
Hepperly, P. R., dan Francis, Z. 2017. Boron/Calcium Deficiency causes Ginger
Zingiber officinale Roscoe Diebackin Hawaii. Agricultural Research &
Technology Vol. 9 (1) : 1-3.
8
Jayanti. F.D dan Bintoro, A. (2019). Pengaruh Pemberian Ektrak Tauge dan
Ekstrak Bawang Merah Pada Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquilaria
malaccensis). Jurnal Belantara [JBL] Vol. 2, No. 1.
http://belantara.unram.ac.id/index.php/JBL/article/download/124pdf
(diakses pada 17 Mei 2022).

Oktori 2012. Cara Tanam Jahe Merah di Polybag dan Karung.


http://gratisarif.co.id/2012/04/cara-tanam-jahe-merah-di-plybag-karung
(diakses 08 Mei 2020).
Paimin. F. B. dan Murhananto. 2000. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe,
Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal.

9
Pamnungkas, S.T dan Nopiyanto (2020) Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Alami
Dari Ekstrak Tauge Terhadap Pertumbuhan Pembibitan Budchip Tebu
(Saccharum officinarum L.) Varietas Bululawang (BL). Jurnal
MEDIAGRO. Vol. 16, No 1.
Paramitasari. D. Y. 2011. Panduan praktis, lengkap, dan menguntungkan
budidaya rimpang, jahe, kunyit, temulawak. Cahaya Atma. 87 hal.
Rahmawati, E. 2018. Pengaruh Berbagai Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi
Nutrisi Larutan Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mentimun
Jepang (Cucumis Sativus L.). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
AlauddinMakassar.http://repositori.uinalauddin.ac.id/10748/Elma%20Rah
mawati.pdf. (diakses 7 April 2022).
Rani, S. 2022. Pemanfaatan Ekstrak Tauge (Vigna radiate L.) Sebagai ZPT
Dengan Berbagai Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Tunas Jahe Gajah
(Zingiber officinale Rosc.) Di Persemaian.
Roidah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Bonorowo 1, 30-34.
Santoso. H. B. 2017. Sukses budidaya Jahe Organik di Pekarangan Perkebunan,
Yogyakarta. 120 hal.
Santoso. H. B. 1994. Jahe Gajah, Kaniusius. Yogyakarta.
Setyaningrum. H. D. dan Saparianto, C. 2013. Jahe. Penebar Swadaya, Jakarata.
164 hal.
SS Tri, R. N. (2020). Pengaruh zat pengatur tumbuh alami dari ekstrak tauge
terhadap pertumbuhan pembibitan budchip tebu (Saccharum officinarum
L).
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/339
1 (diakses 16 Mei 2022).
Sugianto. 2015. https://docplayer.info/30659997-Budidaya-jahe-gajah-zingiber-
officinale-osc-di-dalam-karung-dengan-penggunaan-abu-jerami.html
(diakses 9 April 2022).
Ulfa, Fachirah. 2014. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur
Tumbuh Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang Solanum
tuberosum L. Pada sistem Budidaya Aeroponil. Disertasi Program Studi
Ilmu Pertanian Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Widowati, L. R. 2005. Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan


Bahan Mineral dan Produksi Sayuran Organik.. Laporan Proyek Penelitian
Program Pengembangan Agribisnis, Balai Penelitian, TA 2005.

10

You might also like