You are on page 1of 8

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN HARA PADA BERBAGAI


PENGGUNAAN LAHAN DAN KELERENGAN DI DAS MIKRO
KALI KUNGKUK, KOTA BATU
Analysis of Changes in Nutrient Reserves at Various Land Uses and
Slopes in The Kali Kungkuk Micro Watershed, Batu City

Refki Aulia Wiwaha, Syahrul Kurniawan*


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 1 Malang, 65145
*Penulis korespondensi: syahrul.fp@ub.ac.id

Abstract
The Kali Kungkuk micro watershed which is located in the upper area of Brantas watershed, had
experienced forest conversion to horticulture during the last fourth decades. Since the physiographic
of Kali Kungkuk micro watershed is hilly, forest conversion to horticulture may result in soil nutrient
stock changes. The research aimed to analyze soil nutrient stock from forest to horticulture land uses
(i.e. apple orchard and vegetables) in the Kali Kungkuk micro watershed. The field research was
conducted on three different land uses (i.e. vegetable land (PK), apple orchard (PA), and forest (PH))
and four land slope classes (i.e. slope 0-8% (K1), 8-15% (K2), 15-25% (K3), and > 25% (K4)), with
three, replicates plots of each. Soil samples were collected at three different depths (0-10, 10-30, and
30- 50 cm) from each plot. The parameters measured included soil texture, bulk density, standing
litter mass, canopy cover, basal area, soil organic carbon and total nitrogen. Data analysis was
conducted with Linear Mixed Effect Models with a level of 5% and a further analysis of LSD test
level of 5% as well as a correlation test between observational parameters. The results showed that
differences in land use and slope affected to significant differences in the content of soil organic C
and total N. In general, forests had higher soil C and N stocks as compared to other land uses (i.e.
apple orchard and vegetables). Furthermore, soil organic C and total N was higher in the low slopes
(i.e. 0-8%) and (8-15%) as compared to the high slopes (i.e. 15-25%) and (> 25%). The study found
a positive correlation between soil nutrient stocks (i.e. C and N) and clay content. In contrast, soil C
and N stock was negatively correlated with soil bulk density. Soil fertility degradation that occurs in
the Kali Kungkuk micro watershed (i.e. apple orchard and vegetables) requires serious attention in
soil management in order to ensure the sustainability of apple and vegetable production.
Keywords : apple orchard, micro watershed, nutrient stocks, soil fertility management, vegetable land

Pendahuluan Bumiaji adalah kawasan pertanian. Kegiatan


pertanian menjadi salah satu pilihan mata
Daerah Aliran Sungai (DAS) mikro Kali pencaharian masyarakat di DAS Mikro Kali
Kungkuk membentang luas dari Desa Sumber Kungkuk. Temperatur udara yang berkisar 15-
Brantas dan Tulungrejo yang masuk ke dalam 27ºC menjadikan wilayah tersebut sesuai untuk
wilayah Kecamatan Bumiaji Kota Batu dan tanaman hortikultura sehingga penggunaan
sebagian kawasan hutan alami Tahura R. Soerjo. lahan di DAS Mikro Kali Kungkuk didominasi
Sebagian besar wilayah DAS mikro Kali oleh pertanian intensif. Namun, kegiatan
Kungkuk terletak di lereng pegunungan Arjuno- pertanian intensif tanpa memperhatikan kaidah-
Welirang pada ketinggian rata-rata 1.500 meter kaidah konservasi semakin meningkatkan
di atas permukaan laut (BPS, 2018). Kurang permasalahan di DAS Mikro Kali Kungkuk,
lebih 24% dari total kawasan Kecamatan

http://jtsl.ub.ac.id 1
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

salah satunya berkaitan dengan degradasi menemukan lokasi hutan dengan kelerengan 15-
kesuburan tanah. Hal tersebut ditunjukkan 25%. Setiap kombinasi penggunaan lahan dan
bahwa kegiatan pertanian semusim masih kelerengan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali
terdapat pada kelas 15-40% yang mana hal sehingga total plot pengamatan sebanyak 33
tersebut tidak sesuai dengan kriteria dan tata lokasi.
cara yang ditetapkan dalam Penyusunan Pola
Pengambilan sampel tanah
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah yang disusun oleh Pengambilan sampel tanah dilakukan pada
Departemen Kehutanan pada tahun 2003. semua plot pengamatan yang telah ditentukan.
Salah satu degradasi lahan yang terjadi Plot pewakil berukuran 20 m x 20 m dengan 3
pada kegiatan pertanian intensif di daerah sub plot pengamatan di dalamnya berukuran 5
berlereng adalah penurunan kesuburan tanah. m x 5 m yang ditentukan secara acak.
Penurunan kesuburan tanah tersebut dapat Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 3
mempengaruhi kemampuan tanah untuk kedalaman yaitu 0-10 cm, 10-30 cm dan 30-50
menyediakan nutrisi bagi tanaman. Selain itu, cm.
degradasi lahan dapat memberikan dampak
Pengukuran luas bidang dasar (LBD)
negatif yang lebih luas terhadap lingkungan,
Pohon
sosial dan ekonomi masyarakat sekitar.
Simbolon et al. (2016) melaporkan bahwa Pengukuran diameter pohon dilakukan dengan
penurunan kesuburan tanah menyebabkan cara melilitkan meteran pada pohon setinggi 1,3
penurunan produksi tanaman dan menambah m dari permukaan tanah untuk mendapatkan
biaya pembelian pupuk sehingga dapat nilai keliling batang. Kemudian nilai tersebut
menurunkan kesejahteraan petani. dikonversi menjadi diameter pohon yang dapat
Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji digunakan untuk menentukan Luas Bidang
pengaruh perbedaan kelerengan dan Dasar (LBD).
penggunaan lahan terhadap cadangan C dan N. Analisis laboratorium dan analisa data
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dasar dalam pemanfaatan lahan Analisis laboratorium dilakukan dengan
dengan faktor pembatas kelerengan guna mengkompositkan sampel tanah dari 3 sub plot
mengoptimalkan produktivitas tanaman di DAS pada setiap plot pengamatan. Analisis
Mikro Kali Kungkuk. laboratorium meliputi pengukuran C-organik,
N-total, Berat Isi, dan Tekstur). Cadangan unsur
hara C dan N dihitung dengan rumus:
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan di DAS Mikro Kali Elemen stok = % Ek (g kg-1) × BI (g
Kungkuk yang terletak di Kecamatan Bumiaji, (g m-2) cm-3) × KLO (cm) ×
terutama di Desa Tulungrejo dan Sumber 10.000 cm2 m-2 ÷ 1000
Brantas mulai bulan Januari 2019 sampai dengan g kg-1
Juni 2020. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Dimana Ek adalah konsentrasi elemen (C atau
Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian N), BI adalah berat isi tanah, KLO adalah
lapangan dilaksanakan di tiga penggunaan lahan kedalaman lapisan olah (Allen et al., 2016). Data
yang berbeda yaitu lahan sayuran (PK), kebun yang diperoleh, ditabulasi, kemudian dilakukan
apel (PA), dan hutan (PH). Pada penggunaan uji normalitas (Shapiro-Wilk), kemudian
lahan sayuran dan kebun apel, penelitian dianalisis keragamannya dengan Analysis of
dilakukan diempat kelas kelerengan lahan yaitu Variance (ANOVA) taraf 5% menggunakan
kelerengan 0-8% (K1), kelerengan 8-15% (K2), program regresi untuk mengetahui pengaruh
kelerengan 15-25% (K3), dan kelerengan penggunaan lahan dan kelerengan terhadap
>25%(K4). Pada penggunaan lahan hutan (PH), parameter pengamatan. Untuk mempelajari
penelitian lapangan dilakukan di 3 kelas hubungan antara C dan N dengan karakteristik
kelerengan (0-8%, 8-15%, dan >25%) lahan dan sifat fisika tanah (bobot isi dan
dikarenakan kondisi di lapangan sulit partikel tanah) dilakukan uji korelasi.

http://jtsl.ub.ac.id 2
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

Hasil dan Pembahasan menunjukkan bahwa lahan hutan didominasi


oleh pohon yang berukuran besar dengan
Karakteristik plot penelitian kanopi yang rapat. Diantara penggunaan lahan
Hasil pengukuran karakteristik lahan pada hutan, hutan yang terletak di kelas kelerengan >
berbagai penggunaan lahan dan kelerengan 25% memiliki tutupan dasar pohon (LBD)
disajikan dalam (Tabel 1). Lahan hutan dengan tertinggi diantara lahan hutan dengan kelas
populasi pohon yang lebih rendah dibandingkan kelerengan 0-8 % dan 8-15 %. Hal tersebut
dengan kebun apel, memiliki tutupan kanopi diduga disebabkan oleh lokasi yang curam
dan luas bidang dasar (LBD) yang lebih besar sehingga sangat sedikit mengalami gangguan
dibandingkan dengan kebun apel. Hal ini terutama oleh aktivitas manusia.

Tabel 1. Populasi pohon, kanopi, LBD, dan seresah.


Lokasi Populasi Kanopi LBD Seresah
(pohon ha-1) (%) (cm2 m-2) (t ha-1)
PKK1 - - - -
PKK2 - - - -
PKK3 - - - -
PKK4 - - - -
PAK1 2.500 57,01 0,26 0,46
PAK2 2.500 53,86 0,24 0,81
PAK3 2.500 53,29 0,25 0,89
PAK4 1.111 50,34 0,22 0,45
PHK1 600 88,76 33,50 8,88
PHK2 662 88,98 36,08 9,13
PHK4 712 89,81 40,05 9,94
Keterangan: PKK (lahan kentang); PAK (lahan apel); PHK (hutan)LBD (Luas Bidang Dasar).

Perbedaan usia dan kompleksitas tanaman pada ekosistemnya. Kompleksitas tanaman pada
mempengaruhi jumlah seresah dimana hutan penggunaan lahan hutan juga mempengaruhi
memiliki jumlah seresah paling tinggi diantara jumlah C-organik tanah. Banyaknya pohon
penggunaan lahan lainnya. Menurut Bot dan berukuran besar di lahan hutan memberikan
Benittes (2005) jumlah seresah dipengaruhi oleh masukan C-organik secara terus-menerus.
keadaan lingkungan, jenis tanaman, usia Sesuai dengan pendapat Bot dan Banites (2005)
tanaman serta waktu. salah satu faktor yang mempengaruhi
ketersediaan C-organik adalah vegetasi yang
C-organik tanah dan C stock tanah
mana C-organik sangat dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil pengukuran, perbedaan kualitas dan kuantitas input bahan organik baik
penggunaan lahan berpengaruh (p < 0,05) dari vegetasi dan pengelolaan lahan.
terhadap konsentrasi C-organik dalam tanah Ditambahkan pula bahwa lahan hutan dengan
pada berbagai kedalaman (0-10, 10-30, dan 30- vegetasi tanaman beragam dan kanopi lebar
50 cm). Secara umum nilai C-organik paling serta tanpa olah tanah mampu menyediakan C-
rendah berada pada lahan sayuran, dan C- organik lebih besar daripada lahan terbuka
organik paling tinggi terdapat pada lahan hutan (Kempen et al., 2018). Pertanian tanpa olah
(Tabel 2). Hal ini disebabkan karena lahan hutan tanah, aplikasi tanaman penutup, perbaikan
mampu menyediakan bahan organik yang cukup manajemen nutrisi dan daur ulang residu
terhadap lingkungannya, ditunjukkan oleh berat tanaman seperti seresah sangat banyak
kering seresah di hutan yang lebih tinggi direkomendasikan dalam meningkatkan
dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya ketersediaan C-organik dalam tanah (Pawlson et
(Tabel 1). Siklus hara tertutup pada lahan hutan al., 2011). Selain penggunaan lahan, kandungan
juga tetap menjaga kondisi hara tetap berada C organik tanah juga berbeda antar kelas

http://jtsl.ub.ac.id 3
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

kelerengan (Tabel 2). Nilai C-organik menurun cadangan C- tanah tertinggi terdapat pada lahan
selaras dengan kenaikan kelas lereng. Hal ini hutan dengan kelas kelerengan 0-8%, yaitu
diduga akibat dari erosi tanah yang dapat sebesar 131 t ha-1 dan nilai terendah pada lahan
membawa partikel-partikel tanah yang kaya akan apel dengan kelerengan >25 %, sebesar 84,8 t
bahan organik berpindah menuju bagian yang ha-1 (Gambar 1)
lebih rendah (lembah). Sesuai dengan pendapat
Bot dan Banites (2005) salah satu faktor yang Tabel 2. C-organik pada berbagai penggunaan
mempengaruhi ketersediaan C-organik adalah lahan dan kelerengan.
topografi, dimana akumulasi bahan organik
Penggunaan C-organik (%)
cenderung berada di bagian bawah bukit akibat
Lahan Kedalaman (cm)
dari proses pengangkutan dari lereng-lereng.
Menurut Singh dan Benbi (2018) tingkat dan 0-10 10-30 30-50
besaran ketersediaan C-organik dalam tanah PK 2,40 b 2,04 b 1,61 b
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya sifat PA 3,01 b 2,57 b 2,01 b
tanah, kondisi iklim, dan penggunaan lahan. PH 5,40 a 3,75 a 2,80 a
Sejumlah penelitian terkait manajemen Kelerengan
penggunaan lahan termasuk intensifikasi K1 4,16 a 3,09 a 2,74 a
pertanian, pertanian tanpa olah tanah, aplikasi K2 4,01 a 3,18 a 2,21 ab
tanaman penutup, perbaikan manajemen nutrisi K3 2,61 b 2,22 b 1,62 b
dan daur ulang residu tanaman seperti seresah K4 2,70 b 2,15 b 1,59 b
sangat banyak direkomendasikan dalam Keterangan: PK = lahan sayur, PA = kebun apel, PH
meningkatkan ketersediaan C-organik dalam = hutan. K1 = kelerengan 0-8%, K2 = kelerengan 8-
tanah (Pawlson et al., 2011). Hasil penghitungan 15%, K3 = kelerengan 15-25%, K4 = kelerengan
cadangan C tanah pada berbagai penggunaan >25%. Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada
kolom yang sama adalah beda nyata pada uji BNT
lahan dan kelerengan didapati bahwa nilai
5%.

200.0 200.0 200.0


(a) (b) (c)
180.0 180.0 180.0 131.0
160.0 160.0
C-Organik (Ton Ha-1)

160.0
C-Organik (Ton Ha-1)

112.5
C-Organik (Ton Ha-1)

140.0
113.9
114.3

140.0 140.0
106.0
106.6

105.2

100.6

120.0 120.0 90.4


120.0
89.5

84.8

100.0 100.0
100.0
80.0
80.0 80.0
60.0
60.0 60.0
40.0
40.0 40.0
20.0
20.0 20.0
0.0
0.0 0.0
K1
K2
K3
K4
K1
K2
K3
K4

Kelerengan (%) Kelerengan (%) Kelerengan (%)

Gambar 1. Cadangan C tanah: (a) kentang; (b) Apel; (c) Hutan.


Keterangan :Kriteria angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan beda nyata pada uji BNT 5%.

Tingginya cadangan C pada lahan hutan 50% dari karbon yang terfiksasi dalam
disebabkan oleh banyaknya jenis tanaman dan fotosintesis pada awalnya dipindahkan ke bawah
ragam kualitas seresah. Menurut Baker et al. permukaan tanah yang digunakan beberapa
(2006), pada kebanyakan tanaman sebanyak 30- bagian untuk pertumbuhan struktur dari sistem

http://jtsl.ub.ac.id 4
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

akar, respirasi tanaman (autrophic), dan beberapa keseluruhan cadangan N tanah pada kedalaman
bagian hilang ke dalam tanah sekitar dalam 0-50 cm di tiga penggunaan lahan dengan 4 kelas
bentuk organik (rhizodeposition), dipisahkan kelerengan yang berbeda yang ada di DAS mikro
dalam bentuk jaringan mati dari jaringan hidup Kali Kungkuk Kota Batu berkisar antara 4.5 –
selama ekspansi akar maupun diekskresikan 20.6 t ha-1.
dalam berbagai senyawa. Selanjutnya, karbon
ditahan di dalam tanah dalam bentuk residu
Tabel 3. N-total pada berbagai penggunaan
yang perlahan menyatu ke dalam agregat tanah
lahan dan kelerengan.
(McKenzie, 2010). Akibatnya, agregat tanah
menjadi lebih kaya bahan organik yang nantinya Penggunaan N-total (%)
akan membantu menjadi situs pertukaran hara. Lahan Kedalaman (cm)
N-total dan N stock tanah 0-10 10-30 30-50
PK 0,24 c 0,22 c 0,19 c
Berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan PA 0,51 b 0,45 b 0,38 b
bahwa penggunaan lahan memiliki pengaruh PH 0,73 a 0,61 a 0,51 a
nyata terhadap konsentrasi nitrogen (N) total Kelerengan
dalam tanah pada berbagai kedalaman (p < K1 0,59 b 0,49 c 0,43 b
0,05). Konsentrasi N-total terbanyak berada K2 0,54 b 0,46 b 0,38 b
pada lahan hutan dan paling sedikit terdapat K3 0,36 a 0,32 a 0,27 a
pada lahan sayuran (Tabel 3). Beberapa faktor K4 0,37 a 0,33 a 0,28 a
yang diduga menyebabkan tingginya N total
Keterangan: PK = lahan sayur, PA = kebun apel, PH
tanah di lahan hutan adalah: 1) tingginya = hutan. K1 = kelerengan 0-8%, K2 = kelerengan 8-
masukan seresah yang menjadi sumber utama N 15%, K3 = kelerengan 15-25%, K4 = kelerengan
di dalam tanah, dan 2) rendahnya kehilangan N >25%. Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada
akibat pencucian / erosi / volatilisasi. kolom yang sama adalah beda nyata pada uji BNT
Akumulasi bahan organik tanah mampu 5%.
meningkatkan mineralisasi dan ketersediaan
Nitrogen dalam tanah (Doetterl et al., 2016). Di Apabila dilihat lebih rinci terlihat pada lahan
sisi lain, besarnya erosi dan perkolasi yang pertanian intensif yaitu pada lahan kentang dan
kemungkinan terjadi di lahan sayuran dan kebun apel kelerengan kelas 2 dan kelas 1 memiliki
apel berpotensi besar di dalam menyebabkan cadangan N-total yang lebih tinggi daripada
kehilangan N tanah. Selain itu penggunaan lahan kelas lereng 3 dan 4 (Gambar 2). Secara umum,
secara intensif sepanjang tahun dapat Gambar 2 menunjukkan bahwa lahan kentang
meningkatkan kerusakan lahan tersebut baik sudah banyak mengalami degradasi kesuburan
secara fisik maupun kimia. Selain penggunaan tanah, ditunjukkan dari nilai cadangan N-total
lahan, hasil analisis sidik ragam juga tanah pada kedalaman 0-50 cm di lahan kentang
menunjukkan bahwa perbedaan kelerengan hampir 50% dari cadangan N-total di lahan
memberikan pengaruh nyata terhadap hutan. Ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
konsentrasi N-total dalam tanah (p < 0,05). N (baik anorganik maupun organik) di lahan
Konsentrasi nitrogen menurun seiring kenaikan kentang tidak cukup untuk menggantikan unsur
kelas lereng (Tabel 3). Hal ini sebagian besar N yang hilang bersama pengangkutan panen dan
disebabkan oleh sifat nitrogen sendiri yang aktif erosi serta volatilisasi. Selain itu, cara
bergerak sehingga dapat dengan mudah terbawa pemupukan nitrogen dengan cara ditabur di
oleh limpasan permukaan maupun tercuci ke permukaan tanah menambah resiko kehilangan
lapisan yang lebih dalam. Limpasan permukaan akibat penguapan. Penguapan tersebut
tersebut dapat mengalir ke bagian lereng menuju menyebabkan N-total pada lahan kentang
bagian yang lebih rendah yaitu lembah sehingga menjadi rendah. Sesuai pendapat Nainggolan et
menyebabkan bagian lereng menjadi lebih al. (2009) kehilangan nitrogen tanah dapat
miskin akan. Basic et al. (2004) menyatakan disebabkan oleh penguapan N melalui air
bahwa erosi akibat pengolahan tanah pada lahan kapiler dan penempatan pupuk yang kurang
miring atau berlereng merupakan faktor utama tepat di permukaan menyebabkan penguapan
dalam degradasi lahan di lereng. Secara secara langsung.
http://jtsl.ub.ac.id 5
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

25.0 (a) 25.0 (b) 25.0 (c)

20.6
19.6
18.9

18.3

17.9
20.0 20.0 20.0

14.9

14.8
N (Ton Ha-1)

N (Ton Ha-1)

N (Ton Ha-1)
15.0

11.2
15.0

10.9
15.0

7.4
10.0 10.0 10.0

4.5
5.0 5.0 5.0

0.0 0.0 0.0


K1
K2
K3
K4

K1
K2
K3
K4
Kelerengan (%) Kelerengan (%) Kelerengan (%)
.
Gambar 2. Cadangan N tanah pada berbagai penggunaan lahan : (a) kentang; (b) Apel; (c) Hutan di
DAS mikro Kali Kungkuk, Kota Batu.

Faktor yang mempengaruhi cadangan C total tanah berkorelasi negatif dengan fraksi
dan N tanah di DAS mikro Kali Kungkuk pasir (r = -0.50** dan -0.55**, p < 0.01). Hal ini
diduga karena liat mempunyai luas permukaan
Cadangan C dan N tanah dipengaruhi oleh sifat
dan kemampuan menahan bahan organik dan
fisika tanah yaitu tekstur tanah (Gambar 3 dan
hara yang lebih besar dibandingkan dengan
4). Tekstur merupakan perbandingan unsur
fraksi pasir sehingga mengurangi kehilangan C
pasir, debu dan liat sebagai penyusun tanah.
dan N melalui erosi maupun pencucian.
Dalam hal ini pengukuran hubungan tekstur
Sebaliknya, apabila tanah didominasi oleh fraksi
tanah difokuskan hanya pada fraksi liat yang
pasir, dapat menyebabkan kehilangan C organic
merupakan situs aktif pertukaran hara dalam
dan N total tanah melalui pencucian ataupun
tanah. Menurut Hanafiah (2005) sebagian fraksi
runoff dan erosi karena tidak kuat di dalam
liat merupakan koloid aktif tanah sebagai situs
mengikat unsur tersebut. Selain itu, Bot dan
pertukaran hara. Hasil uji korelasi menunjukkan
Banites (2005) menyatakan bahwa kerapatan
bahwa C organik tanah dan N total tanah
ikatan antara permukaan partikel liat dan bahan
berkorelasi positif dengan fraksi liat (r = 0.58**
organik dapat memperlambat proses
dan 0.73**, p < 0.01) terutama pada lapisan atas
dekomposisi sehingga bahan organik tanah tidak
0-10 cm. Sebaliknya, C organik tanah dan N
cepat hilang.

1.2 y = 0.0043x + 0.3149


1 R² = 0.1689
N-Total (%)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
Liat (%)

Gambar 3. Hubungan fraksi liat dengan N total tanah.

http://jtsl.ub.ac.id 6
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

7
y = 0.0231x + 2.2292
6 R² = 0.1243
5

C-Organik (%)
4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100
Liat (%)

Gambar 4. Hubungan fraksi liat dengan C organik tanah.

Pengaruh C organik tanah terhadap sifat organik tanah, direfleksikan dalam pengukuran
fisika tanah C-organik tanah, diduga sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap bobot isi tanah. Agus et
Berat volume atau berat isi tanah
al. (2006) menyatakan bahwa tanah dengan
menggambarkan tingkat kepadatan tanah,
kandungan bahan organik yang tinggi
dimana semakin padat tanah dapat
mempunyai berat isi yang relatif rendah. Hal ini
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
sesuai dengan hasil uji korelasi pada penelitian
tanaman diatasnya. Haryati (2014) melaporkan
ini yang menunjukkan bahwa C organik tanah
bahwa rendahnya nilai berat isi tanah dapat
berkorelasi negatif dengan bobot isi tanah baik
mempermudah penetrasi akar ke dalam tanah
pada kedalaman 0-10, 10-30, dan 30-50 cm (r =
sehingga hara-hara yang sulit tersedia akibat
-0.58**, -0.55**, dan -0.40*; p < 0.01, p < 0.01,
fiksasi menjadi lebih mudah dijangkau oleh
p < 0.05; Gambar 5).
rambut akar. Tingginya kandungan bahan

1.4

1.2
y = -0.0395x + 0.8714
1 R² = 0.1459
BI ( g cm-3 )

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4 5 6 7
C-Organik (%)

Gambar 5. Pengaruh C organik tanah terhadap bobot isi tanah pada berbagai penggunaan lahan dan
kelerengan di DAS mikro Kali Kungkuk, Kota Batu.

http://jtsl.ub.ac.id 7
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 1-8, 2021
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.1

Kesimpulan Bot, A. dan Benites, J. 2005. The Importance of Soil


Organic Matter, Key to Drought-Resistant Soil
Perbedaan penggunaan lahan dan kelerengan and Sustained Food Production. Food and
berpengaruh terhadap konsentrasi dan Agriculture Organization of the United Nations.
cadangan C-organik dan N-total (p < 0,05) baik Italia
pada kedalaman 0-10 cm, 10-30 cm, dan 30-50 BPS (Badan Pusat Statistik). 2018. Kecamatan
cm. Hutan dengan masukan seresah yang tinggi Bumiaji Dalam Angka 2018. Badan Pusat
dan terus menerus, memiliki C-organik dan N Statistik. Batu
total tanah yang lebih tinggi dibandingkan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial: Departemen Kehutanan.
dengan kebun apel dan kentang. Selain itu, lahan 2003. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi
dengan kelas kelerengan 0-8% dan 8-15% Lahan dan Konservasi Tanah (RTL-RLKT).
memiliki kandungan C-organik dan N total yang Doetterl, S., Berhe, A.A., Nadeu, E., Wang, Z.G.,
lebih tinggi dibandingkan lahan dengan kelas Sommer, M., dan Fiener, P. 2016. Erosion,
kelerengan 15-25% dan >25%. Cadangan P- deposition and soil carbon: a review of process-
tersedia lebih dipengaruhi perbedaan kelerengan level controls, experimental tools and models to
saja dibanding perbedaan penggunaan lahan address C cycling in dynamic landscapes. Earth-
yang mana nilai cadangan P-tersedia paling baik Science Reviews 154: 102-122
berada pada lereng kelas 0-8% dan 8-15% Hanafiah, A.H. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
dibandingkan kelas di atasnya. Rajawali Pers. Jakarta
Haryati, U. 2014. Karakteristik fisik tanah kawasan
budidaya sayuran dataran tinggi, hubungannya
Ucapan Terima Kasih dengan strategi pengelolaan lahan. Jurnal
Sumberdaya Lahan 3(2) : 125-138
Penelitian ini sebagian didanai oleh hibah penelitian Kempen, B., Dalsgard, S., Kaaya, A.K., Chamuya,
PNBP FP – UB tahun 2019. Penulis mengucapkan N., Gonzales, M.R., Pekkarinen, A. and Walsh,
terimakasih kepada para pranata laboratorium M.G. 2018. Mapping topsoil organic carbon
pendidikan (PLP) di Jurusan Tanah Fakultas concentrations and stocks for Tanzania.
Pertanian Universitas Brawijaya. Selain itu, ucapan Geoderma 337: 164-180.
terima kasih juga ditujukan kepada para pengelola / McKenzie, R. 2010. Soil Carbon Sequestration
pemilik lahan Tahura R. Soerjo atas bantuan Under Pasture. (Project MCK 13538). In
pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Australian McKenzie Soil Management. Orange
NSW: Dairy Regions. Dairy Australia.
Nainggolan, G.D., Suwardi, dan Darmawan. 2009.
Daftar Pustaka Pola pelepasan nitrogen dari pupuk tersedia
Agus, F., R.D. Yustika, dan Umi H. 2006. Penetapan lambat (Slow Release Fertilizer) urea-zeolit-asam
Berat Volume Tanah. Balai Besar Litbang humat. Jurnal Zeolit Indonesia (8) 2: 89-96
Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pawlson, D.S., Whitmore, A.P. and dan Goulding,
Pertanian. Bogor 25-34 K.W.T. 2011. Soil carbon sequestration to
Allen, K., Marife D. C., Kurniawan, S., Utami, S., R. mitigate climate change-a critical re-examination
andn Edzo, V. 2016. Spatial variability surpasses to identify the true and the false. European
land-use change effects on soil biochemical Journal of Soil Science 62(1): 42-55.
properties of converted lowland landscapes in Simbolon, S.D., Zulkifli, N., Abdul, R. D. and
Sumatra, Indonesia. Geoderma 284 : 42-50 Delvian. 2016. Kerugian ekonomi sebagai
Baker, J,M., Ochsner, T.E., Venterea, R.T. and dampak erosi di kawasan hulu DAS. Jurnal
Griffis, T.J. 2006. Tillage and Soil Carbon Ilmiah Ukhuwah. 3 (11) : 302-471.
Sequestration-What do we Really Know?. Singh, P. dan Benbi, D.K. 2018. Soil organic carbon
Collingwood:CSIRO Publishing. pool changes in relation to slope position and
Basic, F., Kisic, I., Mesic, M., Nestroy, O. and land-use in Indian Lower Himalayas. Catena 166:
Butorac, A. 2004. Tillage and crop management 171-180
affects on soil erosion in Central Croatia. Soil &
Tillage Research 78: 197-206

http://jtsl.ub.ac.id 8

You might also like