Professional Documents
Culture Documents
05.3 Bab 3
05.3 Bab 3
METODOLOGI PENELITIAN
dalam penelitian ini. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
2016 - 2018.
35
yang lengkap sesuai dengan kriteria sampel. Kriteria sampel dapat dilihat pada
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang aktif dan tercatat di Bursa Efek
144
Indonesia (BEI) selama periode 2016 - 2018.
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara lengkap
130
dari tahun 2016 - 2018.
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dengan
103
menggunakan mata uang rupiah.
Perusahaan yang mengeluarkan dividen setiap tahunnya. 57
Jumlah sampel akhir 57
sekunder yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yang
dipublikasikan kepada umum. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
manufaktur di setiap akhir tahun selama masa penelitian yaitu tahun 2016 - 2018.
Data mengenai nama perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dihasilkan dari
36
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek yang diamati yang menjadi fokus dari
proksi dengan IOS berbasis harga, Market to Book Value of Asset (MBVA).
Investment Opportunity Set ini dapat diukur dengan formulasi sebagai berikut
Keterangan :
37
Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Risiko. Pengukuran variabel independen ini
a. Kebijakan Dividen
policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir
tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
b. Kebijakan Hutang
Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan perbandingan antara jumlah hutang
dengan modal sendiri dengan atau ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Rasio ini
dengan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti modal sendiri semakin
jauh suatu perusahaan dibiayai oleh kreditur. Rasio DER dapat diukur dengan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 = X 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
38
c. Profitabilitas
Asset (ROA), bahwa rasio ini menunjukan hubungan antara tingkat keuntungan
yang dihasilkan manajemen atas dana yang ditanam baik oleh pemegang saham
EAT
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) = X 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
d. Risiko Sistematis
sering diukur dengan tolak ukur beta saham. Beta saham individual menunjukan
seberapa besar atau kecil tingkat perubahan return saham dibandingkan dengan
return pasar. Model pengukuran Beta (β) yang dapat digunakan dengan
𝑅𝑖 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑅𝑚 + 𝑒𝑖
return pasar.
𝑒𝑖 = nilai residu
39
3.4 Metode Analisis Data
debt to equity rasio, profitabilitas dan risiko juga pada variabel dependen yaitu
Untuk melangkah lebih jauh dalam melakukan analisis, sebuah data harus
analisis yang akurat atas faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis dan
untuk mendapatkan data yang tidak bias. Jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi
klasik, maka perlu ada pengobatan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang
1. Uji Normalitas
normal, bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Data penelitian yang telah diambil oleh peneliti harus diuji
40
terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik dari data tersebut salah satu
Test memiliki probabilitas kurang dari 0,05 (<0,05) maka distribusi sampel dan
data bersifat tidak normal, sedangkan apabila probabilitasnya lebih dari 0,05
(>0,05) maka distribusi sampel dan data bersifat normal. Tujuan digunakan uji
normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari penelitian
mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Jika distribusi data normal maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji statistik parameterik (paired T-test). Untuk
𝑀𝑎𝑥 𝐹𝑖
D = 𝐹𝑜 (𝑋𝑖)− 𝑆𝑁(𝑋𝑖) SN(Xi) = 𝑁
Keterangan :
i = 1, 2, ...N
2. Uji Multikoliniearitas
41
estimasi, sehingga mengarah kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini
Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Gujarat (1995)
semakin besar nilai VIF maka semakin bermasalah atau semakin tinggi
kolinearitas antara variabel independen. Sebagai rule of thumb adalah jika nilai
bila nilai VIF < 10, maka tingkat multikolinearitasnya belum tergolong berbahaya.
Sedangkan nilai Tolerance (TOL) berkisar antara 0 dan 1. Jika TOL = 1, maka
Sebagai rule of thumb, jika nilai TOL > 0.10, maka tidak terdapat kolinearitas
yang tinggi antara variabel independen (Hair, 1992). Untuk formulasinya sebagai
berikut :
1
Variance Inflation Factor (VIF) = 1−𝑅𝑖 2
Keterangan :
𝑅𝑖 2 = Koefisien Determinasi
42
3. Autokorelasi
merupakan fungsi dari data sebelumnya, atau data sesudahnya memiliki korelasi
yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data
sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jika terjadi pelanggaran ini, maka
hasil olah data yang dihasilkan akan bias dan tidak akurat.
Salah satu cara untuk melihat adanya autokorelasi adalah dengan uji statistik
Durbin-Watson (D-W). Alat uji ini digunakan hanya untuk autokorelasi tingkat
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen.
Ha : Ada autokorelasi (r # 0)
43
e. Lebih dari 2,91 : ada autokorelasi
4. Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
yang lain. Jika varian dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
ada tidaknya pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
maka telah terjadi Heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumu Y maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda (multiple
regression), yaitu suatu model dimana variabel tidak bebas (dependent variable)
tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (independent variable). Model
44
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
α : Konstanta
X1 : dividend yield
X2 : leverage
X3 : Profitabilitas (ROA)
ε : standard error
Ketepatan fungsi regresi sample dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F untuk menguji secara simultan, dan nilai statistik t
untuk menguji secara parsial dengan menggunakan taraf alpha (α) sebesar 5% dan
tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah Ho diterima. Untuk
menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
(Ghozali, 2001).
45
1. Koefisien Determinasi (𝑅 2 )
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (𝑅 2 ) yang kecil berarti kemampuan
KD = 𝑅𝑖 2 𝑋 100%
Dimana :
KD = Koefisien Determinan
Ri = Koefisien Korelasi
(X1) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial. Uji t-statistik juga berarti uji
kebenaran koefisien (bi). Hal ini digunakan untuk menguji koefisien rergresi
46
secara parsial dari variabel independennya. Prosedur pengujian hipotesis pada uji t
95%.
c. Menghitung nilai t
𝛽𝑛
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑆𝛽𝑛
Keterangan :
47
d. Membuat kriteria pengujian hipotesis
Jika Sig. T < α (α=0,05) atau jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak
atau Ha diterima.
Jika Sig. T > α (α=0,05) atau jika atau jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho
dependen.
48
c. Menghitung nilai F
𝑅 2 /k
𝐹0 = (1−𝑅2)/(n−k−1)
Keterangan :
𝑅 2 : Koefisien determinasi
49