You are on page 1of 3

MATERI 1 KONSEP DIRI

Kelas Belajar Jadi Suami Batch 22


Sekolah Rumah Tangga :2021

Ibarat hendak berjalan menuju ke puncak, andai kita menggunakan tangga, maka kita
harus meniti anak tangga tsb satu demi satu, perlahan dari bawah sampai ke atas. Melompat
melewati beberapa anak tangga sekaligus, selain pertanda kekurangsabaran, juga berpotensi
mencelakakan diri karena perilaku demikian tidak sesuai dengan cara yang seharusnya.
Begitu pula dengan peran kita di keluarga, di dalam rumah tangga kita. Untuk
menjalani peran sebagai seorang ayah yang benar dan baik untuk anak-anak, kita harus terlebih
dahulu menjadi suami yang benar dan baik untuk istri. Dan untuk menjalani peran sebagai
seorang suami yang benar dan baik untuk istri, kita harus terlebih dahulu menjadi pribadi yang
benar dan baik. Kenapa selalu disebut "BENAR DAN BAIK"? Karena tidak semua yang baik
itu benar. Dan sesuatu yang benar sudah pasti baik. Jadi benar dulu, baru baik.
Contoh: seorang ayah yang memanjakan anaknya hingga dewasa itu barangkali niatnya
baik, ingin anaknya terus merasa nyaman dan membutuhkannya, tapi sayangnya itu tidak benar.
Yang benar dan baik justru pada usia dimana otak kritis anak sudah mulai aktif, berikanlah ruang
'derita' baginya. Perkenalkan ia dengan masalah, tantangan, konflik, untuk menyiapkannya
berhadapan dengan kehidupan kelak yang tak bisa selalu ramah padanya, tak bisa selalu sesuai
keinginannya. Cara ini benar dan baik sebab justru akan menjadikannya anak yang kuat dan
dewasa. Dan ketidakbergantungan pada orangtuanya justru bukan indikator kegagalan melainkan
indikator keberhasilan. Sebab anak tsb kelak akan pulang ke hadapan Allah sendirian,
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya sendirian, maka mempersiapkan ia untuk
mampu sendirian tanpa kita justru benar dan baik.
Lalu pribadi yang tidak mau bergaul sama sekali itu juga barangkali niatnya baik, supaya
diri terjaga dari godaan perempuan (misalnya). Tapi sayangnya itu tidak benar. Yang benar dan
baik justru bergaul lah seluas-luasnya sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk
menyambung silaturahim dengan sebanyak mungkin orang. Perkara penjagaan diri,
pengupayaannya bukan dengan tidak bergaul melainkan dengan memahami batasan dan tegaslah
apabila sudah akan melampaui. Sebab pergaulan membentuk dan mengasah banyak sekali skill
penting yang amat diperlukan oleh diri untuk jadi bekal dalam menjalani peran-peran lainnya,
misal sebagai suami, ayah, juga sebagai profesional di dunia kerja. Jadi bergaul seluas-luasnya
dengan paham batasan dan tegas atasnya itu justru benar dan baik Itulah kenapa benar dulu, baru
baik. Dan yang paling awal harus benar dan baik adalah diri kita sendiri.
Jadi titian tangganya :Pribadi yang benar&baik Suami yang benar&baik Ayah
yang benar & baik Tidak bisa melompat karena pada setiap titian ada pematangan fitrah kita
dalam menjalani peran tsb, yang akan berguna untuk menjalani peran berikutnya.
Artinya, jika kita sebagai suami mengalami kesulitan untuk menjadi partner yang
mendidik dan bertanggungjawab kepada istri, maka kita patut curiga bahwa jangan-jangan.. kita
belum selesai dengan diri sendiri. Bahwa jangan-jangan, ada yang keliru dari diri kita.
"Tidak akan bisa membenahi apapun, orang yang tidak membenahi dirinya
terlebih dahulu." Sekolah Rumah Tangga. Sampai disini, semoga kita telah sama-sama sepakat
mengisi awal pembelajaran kita dengan membenahi diri terlebih dahulu, siap?

Baiklah, jika sudah sepakat, kita akan memulai dengan mempelajari "KONSEP DIRI".
Ilmu yang kerap didengar di teori-teori psikologi ini akan menjadi kerangka, namun ruh
utamanya tetap diisi oleh tauhiid. Sebab apa? Sebab kita ini milik Allah, semua ilmu juga milik
Allah, maka langsung saja kita sandarkan keilmuan tentang diri ini kepada pemiliknya, Allah
subhanahu wata'aala.
22 Channel BJ Suami
Apa yang ditulis di bawah ini adalah materi yang tidak ada di dalam video. Meski begitu antara
materi tulisan dengan materi video sama-sama saling melengkapi.
Jadi silakan untuk meresapi keduanya, baik itu materi tulisan maupun materi video.
KONSEP DIRI adalah keseluruhan pandangan seseorang dalam mengenali dirinya
sendiri.
Konsep diri dibangun oleh 3 komponen, yaitu:
One: SELF IMAGE, yaitu: bagaimana kita melihat diri kita sendiri, siapa sesungguhnya kita
menurut Allah, ini adalah Self Image yang hakiki. Karena kita diciptakan oleh Allah, maka kita
yang sesungguhnya adalah hamba Allah, dengan misi pokok penciptaan hanya untuk mengabdi
(beribadah) kepada Allah QS.51:56. Memahami prinsip Self Image ini membuat kita memaknai
bahwa seluruh peran dan aktivitas yang akan kita jalani haruslah bernilai pengabdian kepada
Allah, sebab jika tidak demikian maka sebagus apapun hasilnya, bahkan meski mendapat banyak
apresiasi, tapi sesungguhnya itu adalah sia-sia, tidak ada dampaknya pada amal sholeh. Dan ini
adalah sebenar-benarnya kerugian.
Bagaimana suatu peran dan aktivitas bisa dijalankan sebagai bentuk pengabdian kepada
Allah? Yaitu dengan senantiasa menjaga keberjalanannya sesuai dengan perintah Allah, dan
tidak melanggar larangan Allah. Kenapa harus begitu? Karena diri ini adalah hamba Allah. Jadi
saat kita melakukan sesuatu, patutlah kita terus bertanya pada diri, "Apakah Allah suka saya
melakukan ini?" Jika ya, maka lanjutkan. Jika tidak, maka hentikan. Maka kelebihan yang ada
pada diri adalah potensi untuk menjalankan misi ibadah dengan lebih spesifik. Sedangkan
kekurangan yang ada pada diri juga tetap merupakan sarana ibadah yang bisa digunakan dengan
cara berkolaborasi dengan orang lain yang mampu mengisinya. Dalam konteks rumah tangga,
suami istri yang telah diikat oleh perjanjian akad sudah pasti Allah pilih sebagai yang mampu
untuk saling mengisi dengan kelebihan dan kekurangan tsb, dalam koridor hakikat yaitu dalam
rangka ibadah kepada Allah. Kenapa harus demikian? Karena lagi-lagi, diri ini adalah hamba
Allah.

Two : SELF IDEAL, yaitu wujud ideal yang diharapkan pada diri kelak, sesuai dengan
kehendak Allah.
Setiap kita pasti memiliki cita-cita versi kita masing-masing. Tapi pernahkah kita
berpikir: "Apa ya yang sesungguhnya Allah kehendaki atas diri ini kelak?" Pernahkah kita
menyandarkan proses penyusunan cita-cita kita kepada kehendak Allah? Berangkat dari Self
Image sebagai hamba Allah, maka sepatutnya.. Self Ideal yang terbentuk juga bersandar pada
kehendak Allah.
Apa yang Allah kehendaki? Allah menghendaki semua hamba-Nya menjadi manusia yang: jika
hidup ia mulia, jika kelak mati ia syahid.
Kemuliaan seseorang dalam pandangan Allah dinilai dari ketakwaan. Tidak ada
hubungannya dengan status single/menikah/pernah menikah. Tidak ada hubungannya dengan
fisik. Tidak juga ada hubungannya dengan gender perempuan atau laki-laki. Semua orang berhak
atas kemuliaan selama ia bertakwa. Takwa artinya melakukan semua perintah Allah, dan
meninggalkan semua yang Allah larang. Dengan pengertian ini, mengejar ketakwaan menjadi
tampak menantang. Tapi justru itulah kenapa hidup mulia ini menjadi bagian dari Self Ideal.

Juga mati syahid, ini menjadi bagian lain dari Self Ideal. Karena hanya kematian yang
syahid saja yang mendapatkan jalan express menuju tempat pulang terbaik, Surga-Nya Allah
subhanahu wata'aala, bahkan tanpa hisab. Seseorang kelak bisa mendapatkan syahid dalam
kematiannya apabila ia meninggal dalam kondisi sedang berjuang di jalan Allah, sedang beramal
sholeh, sedang menebar kebenaran dan kebaikan dengan niat lurus semata-mata hanya
mengharap ridho Allah saja.Maka memperoleh syahid dalam kematian juga amat menantang,
itulah kenapa ia menjadi komponen Self Ideal.

Three : SELF ESTEEM, yaitu harga diri kita yang terbentuk dari serangkaian value/prinsip
berdasarkan idealisme diri. Seseorang yang memiliki Self Image dan Self Ideal seperti yang
tertulis di atas, pasti akan memiliki prinsip-prinsip hidup yang bersumber dari aturan Allah.
Prinsip-prinsip tsb, jika diakumulasikan akan membentuk harga diri. Sebagaimana yang kita
pahami, harga diri ini apabila terusik akan mencederai kita dan membuat kita melakukan segala
upaya untuk mempertahankannya, memperjuangkannya. Maka harga diri ini menjadi penting,
sebab jika yang terhimpun dalam diri adalah Self Esteem yang benar, maka ia akan membuat kita
memperjuangkan hal yang benar, dan mudah menemukan lingkungan yang sefrekuensi dalam
kebenaran itu, dimana ini akan menjadi salah satu penjaga keistiqomahan kita.

Nah, Konsep Diri dikuatkan atau dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:


1. Figur Otoritas Apa yang menjadi konsep diri kita sangat dipengaruhi oleh seseorang yg
kita anggap sebagai Figur Otoritas dalam hidup
2. Intensitas Emosi Peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup yang amat dalam sekali
berdampak terhadap emosi/ rasa/ jiwa, akan mempengaruhi seperti apa kita memandang diri
kita sendiri
3. Pengulangan / repetisi Kata-kata yang terus diulang sebagai label diri akan mempengaruhi
Konsep Diri.

You might also like