You are on page 1of 20

ANALISIS PELAKU UMKM TERHADAP SUMBER PENDANAAN

USAHA MIKRO MELALUI FINTECH BERBASIS AKAD MUDHARABAH


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pada era digital saat sekarang ini, segala aktivitas masyarakat tidak

terlepas dari penggunaan teknologi. Hampir di semua sektor telah

memanfaatkan perkembangan teknologi untuk melakukan inovasi tidak

terkecuali pada sektor keuangan. Inovasi yang hadir di sektor keuangan yaitu

Financial Technology (FinTech). Menurut The National Digital Research

Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi di sektor keuangan dengan

mempermudah penggunaannya dalam melakukan transaksi keuangan.

Sedangkan Menurut Bank Indonesia (2017) fintech ialah fenomena perpaduan

antara teknologi dan fitur keuangan dalam menghasilkan produk dan layanan

pada sistem keuangan serta memberikan dampak pada stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan.

Seiring dengan semakin adanya dukungan yang diberikan pemerintah

dengan pemberian regulasi bagi perusahaan fintech yang ada, agar dapat

mengurangi resiko terjadinya kejahatan dunia maya (cyber crime) dalam

penggunaan fintech di Indonesia. Selain itu, penggunaan fintech juga dapat

meningkatkan literasi masyarakat terhadap sektor keuangan.

Di Indonesia layanan fintech masih didominasi dalam hal pembayaran

sebanyak 41%, sedangkan sebanyak 12% dalam hal market provisioning,

kemudian sebanyak 11% dalam hal investasi, selanjutnya sebanyak 3% dalam

hal asuransi digital dan sebanyak 30% dalam hal peminjaman (peer to peer

lending). Adapun alasan masyarakat untuk beralih menggunakan fintech


karena masyarakat merasa tidak terlayani dengan sepenuhnya pada industri

keuangan konvensional. Seperti adanya aturan-aturan yang ketat dalam

melakukan transaksi, masalah keterbatasan lembaga keuangan dalam

memberikan layanan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat akan mencari

alternatif layanan keuangan yang dapat memudahkan mereka, salah satunya

melalui fintech.

UMKM merupakan usaha yang fleksibel dan dapat bertahan terhadap

kondisi apapun. Ini terbukti pada saat krisis moneter pada tahun 1998 UMKM

masih bertahan dari masalah keuangan yang terjadi pada saat itu. Namun

kebanyakan UMKM di Indonesia masih memiliki masalah, baik masalah

internal 3 maupun eksternal. Adapun masalah eksternal yang dihadapi UMKM

adalah keterbatasan dalam sarana dan prasarana untuk memasuki pasar,

penggunaan teknologi yang minim, dan masih lemahnya jaringan usaha serta

kemampuan penetrasian pasar. Sedangkan salah satu masalah internal yang

dihadapi adalah kekurangan modal dan keterbatasan dalam akses modal.

(Andini, 2017)

Di indonesia, UMKM telah siap untuk memperoleh keuntungan dari

perkembangan teknologi digital bagi usaha mereka. Berdasarkan riset yang

dilakukan Deloitte tahun 2015 terdapat sekitar 437 UKM di Indonesia, pelaku

UMKM yang telah terkoneksi dengan internet ternyata mereka merasakan

manfaat yang lebih banyak dibandingkan pelaku UMKM yang tidak

menggunakan teknologi dalam usaha mereka. Pemanfaatan teknologi digital

bagi UMKM dapat berupa pemasaran produk barang dan jasa yang

ditawarkan, sehingga menarik pelanggan baru dari berbagai wilayah yang ada

termasuk kancah internasional.


Penggunaan teknologi yang dapat dimanfaatkan UMKM salah satunya

fintech. Menggunakan fintech secara optimal dapat mendorong kemampuan

UMKM di Indonesia untuk dapat bersaingan dengan usaha lainnya.

pemanfaatan fintech bagi para pelaku UMKM bisa meningkatkan penjualan,

pendapatan, dan kemudahan dalam mengakses layanan keuangan lainnya.

selain itu, fintech juga dapat membantu para pelaku UMKM dalam

memasarkan produk mereka melalui layanan e-commerce, dengan biaya yang

lebih rendah.

Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang termasuk jumlah

UMKM yang banyak di Provinsi Aceh. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan

UMKM di Aceh (2022), Jumlah UMKM di Aceh saat ini sebanyak 74.810

UMKM. Keberadaan UMKM di Aceh masih menjadi roda penggerak bagi

perekonomian. Kehadiran teknologi akan sangat membantu pelaku UMKM di

Aceh dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi seperti permodalan,

pemasaran produk, serta peningkatan pendapatan. Saat ini teknologi berbasis

fitur keuangan (fintech) dapat menjadi solusi bagi para pelaku UMKM di

Aceh. Fitur fintech yang dihadirkan dapat berupa sistem pembayaran, e-

commerce, peminjaman, perencanaan keuangan, pembiayaan, asuransi digital

dan lainnya. Pengunaan internet di Aceh tahun 2020 sekitar 3.721.410

pengguna. Ini akan terus bertambah pada tahun berikutnya seiring dengan

kebutuhan mayarakat Aceh akan media data digital. Hal ini pun tidak lupa

dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM di Aceh dalam mengembangkan usaha

mereka. Dengan adanya fintech akan memberikan dampak bagi para pelaku

UMKM dalam memperkuat UMKM. Dengan demikian penelitian ini akan


bertujuan untuk mengetahui Perspektif Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) dalam Penggunaan Financial Technology (FinTech) di Aceh.

STUDI TERDAHULU

Sumber 1

PENULIS : Amanda Rizkita Putri, Bambang Waluyo, Nuraeni Hadiati Farhani

JUDUL JURNAL : PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN

PELAKU UMKM TERHADAP MINAT PEMBIAYAAN MELALUI

FINTECH LENDING SYARIAH

INTISARI JURNAL : Teknologi semakin canggih dan mulai merambah pada

inovasi di bidang keuangan (financial technology). Fintech lending

konvensional lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan fintech lending

syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi minat pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

dalam menggunakan pembiayaan melalui fintech lending syariah. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis regresi linear berganda

dengan pengambilan sampel convenience sampling. Hasil penelitian

menunjukkan pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap minat

pelaku UMKM Wilayah Bogor menggunakan fintech lending syariah

sedangkan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap minat pelaku UMKM

Wilayah Bogor menggunakan fintech lending syariah. Pengetahuan dan

kepercayaan berpengaruh pada minat secara simultan.

Sumber 2

PENULIS : Suhardi Kamaruddin, Asyari Hasan


JUDUL JURNAL : IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH DAN

MUSYARAKAH PADA FINASIAL TEKNOLOGI SYARIAH DENGAN

PENDEKATAN KEMASLHATAN

INTISARI JURNAL : (1) pembiayaan akad mudharabah yang dilakukan oleh

Ammana Fintek Syariah sesuai dengan konsep dasar transaksi mudharabah,

sebagaimana diatur dalam fatwa DSN-MUI No.117/DSNMUI/II/2018,

kemudian akad musyarakah Pembiayaan yang dijalankan oleh Ammana Fintek

Syariah sejalan dengan konsep dasar transaksi musyarakah sebagai ketentuan

fatwa DSN No.117/DSN-MUI/II/2018. Dari analisis implementasi akad

mudharabah dan musyarakah sangat relevan dengan prinsip-prinsip ekonomi

Islam. (2) Konsep Kemaslahatan pada akad mudharabah dan musyarakah

dalam meningkatkan ekonomi masyarakat para pelaku UMKM sangat

memberi solusi. serta mencakup unsur kemaslahatan seperti menjaga agama,

menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga keturunan. Hasil

analisis yang diperoleh dalam hal pembiayaan nasabah pada Ammana Fintek

Syariah memperoleh pengembangan bisnis para pelaku UMKM.

Sumber 3

PENULIS : Durotin Masruroh

JUDUL JURNAL : MEKANISME LAYANAN PEER TO PEER LENDING

DALAM TINJAUAN SYARIAH BERDASARKAN FATWA DSN MUI

NO.117/DSN.MUI/II/2018

INTISARI JURNAL : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme

layanan Peer to Peer Lending di PT Ammana Fintek Syariah dan menjelaskan


penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang produk

Peer to Peer Lending. Analisis menggunakan metode kualitatif dengan analisis

isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme layanan Peer to Peer

Lending di PT Ammana Fintek Syariah telah terdaftar dan berizin di OJK,

terdapat tiga produk mekanisme layanan yaitu pendanaan Ammana,

pembiayaan haji, dan Ammana Paylater. Secara hukum sudah sesuai dengan

fatwa DSN-MUI. Perjanjian pembiayaan yang bersumber dari PT. Ammana

Fintek Syariah berdasarkan QS. Al-Anfaal ayat 27 dan Ijab Qobul sesuai

dengan QS. Al-Maidah ayat 1. Penerapan produk Peer to Peer Lending yang

tidak sesuai dengan fatwa DSN-MUI no.117/DSNMUI/II/2018 dalam

ketentuan umum butir 19 yaitu Gharar. Di PT.Ammana Fintek Syariah yang

merupakan produk Dana Ammana mengenai akad, terdapat kerancuan dengan

akad yang digunakan tidak sesuai dengan prinsip syariah.

KEKURANGAN STUDI TERDAHULU

OJK dalam Ikhtisar Penyelenggaraan Fintech Lending menunjukan

fintech konvensional lebih diminati dilihat dari jumlah aset pada perusahaan

fintech lending konvensional memiliki aset yang jauh lebih besar daripada aset

perusahaan fintech syariah dalam 3 bulan terakhir (Januari 2021 - Maret 2021)

dan Prinsip Syariah yang berorientasi pada kesejahteraan dan keadilan

menjadikan fintech Syariah menjadi bisnis lembaga keuangan yang

menanggung beban pada dua sisi antara keuntungan dan tanggung jawab

sosial.serta Permasalahan finansial teknologi di Indonesia sering terjadi

dikarenakan platform-platform yang belum terdaftar dan berizin di OJK terlalu

beresiko bagi peminjam dana maupun pemberi dana. PT. Ammana merupakan

perusahaan Platform finansial teknologi pertama yang berizin dan diawasi oleh
OJK. PT Ammana juga menggunakan sistem integrasi di DUKCAPIL, sistem

E-KYC dan Scoring, kemudian menggunakan tanda tangan langsung dengan

pemberi pinjaman dan penerima secara digital dan bekerja langsung dengan

asuransi syariah di Indonesia.

TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN

a. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai penulis, yaitu: Untuk Menganalisis dan

mengetahui kesiapan Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah dalam

penggunaan Financial Technology (Fintech) di Aceh.

b. Manfaat

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

• Bagi pemerintah

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan

dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan yang berkaitan

dengan penggunaan Financial Technology (Fintech) terhadap penguatan

UMKM di Aceh

• Bagi masyarakat umum

Diharapkan dapat menjadi salah satu wadah untuk menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai Fintech terhadap penguatan UMKM

di Aceh.

• Bagi mahasiswa

Diharapkan dapat sebagai bahan referensi, literatur dan informasi

maupun penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan Fintech terhadap

pengguatan UMKM di Aceh.


• Bagi penulis

Dapat dijadikan sebagai menambah dan memperdalam pengetahuan

mengenai penggunaan Fintech terhadap pengguatan UMKM.

TARGET PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk masyarakat atau pelaku UMKM yang

membutuhkan pendanaan tanpa harus ada jaminan.


BAB II

PEMBAHASAN

• PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN FINTECH

• Pengertian fintech

Financial Technology (FinTech) adalah sebuah inovasi yang berbasis

pada perangkat lunak atau app dalam menyediakan jasa financial. Fintech

merupakan salah satu alternatif yang mempunyai keinginan untuk mengakses

layanan jasa keuangan secara praktis, efesien, nyaman, dan ekonomis.

Keberadaan fintech sangat mempengeruhi gaya hidup masyarakat ekonomi.

Perpantuan antara efektivitas dan teknologi memiliki dampak posistif bagi

masyarakat pada umumnya.

• Perkembangan fintech

Fintech sudah berkembang besar di Indonesia, dan acuan pelaksaannya

berlandasan pada peraturan OJK nomor 77/PJOK.01/2006 yang berisikan

tentang layanan kegiatan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi.

Perkembangan penggunaan fintech yang awalnya 7% di tahun 2007,

berkembang menjadi 20% di tahun 2011, menjadi 36% di tahun 2014, dan

meningkat menjadi 78% di tahun 2017 (tercatat 135-140 perusahaan ).

• FINTECH SYARIAH INDONESIA

Fintech syariah merupakan kombinasi antara teknologi dan layanan

keuangan yang memudahkan pelaku bisnis dalam bertransaksi, investasi, dan

menyalurkan dana yang dimiliki sesuai dengan prinsip syariah.

Fintech syariah di Indonesia banyak menarik perhatian masyarakat saat

dibentuknya Asosiasi Fintech Syariah di Indonesia (AFSI). Institut AFSI

merupakan asosiasi yang menaungi fintech syariah di Indonesia dan


melegalkan fintech syariah sebagai layanan transaksi ekonomi yang dapat di

daftarkan pada OJK atau Otoritas Jasa Keuangan (Hiyanti et al., 2020), AFSI

ini dibentuk pada oktober 2017 dan telah disahkan sebagai badan hukum

melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM pada 2018.

Pertumbuhan Fintech syariah di Indonesia memiliki potensi dan

peluang yang sangat besar, mengingat/ negara ini mempunyai penduduk

muslim terbesar di dunia. Banyaknya kaum muda yang mulai aware terhadap

transaksi syariah juga menjadi kesempatan yang menjanjikan bagi pasar

Fintech di Indonesia. Beberapa jenis fintech yang telah diantur kesyariahnya

adalah Peer to Peer Lending (pinjaman berbasis teknologi).

Fintech lending syariah adalah layanan keuangan yang memberikan

fasilitas peminjaman dengan memanfaatkan teknologi yang berlandaskan

prinsip syariah , dimana layanan ini harus terhindar dari riba, gharar, maysir,

tadlis, dharar, zhulm, dan haram.Fintech lending syariah dalam pelaksanannya

harus benar-benar menerapkan prinsip syariah dan menjauhi kedzaliman agar

terciptanya rasa aman bagi pengguna. Terdapat etika dimana pemberi

pinjaman (lender) harus meminjamkan dananya secara ikhlas pada peminjam.

Maka dalam hal ini, fintech lending syariah dapat dikonsepkan pada perbuatan

tolong menolong. Adapun konsep tolong menolong tercantum pada Surah Al-

Maidah ayat 2. Pelaksanaan fintech lending juga syariah harus berpedoman

pada Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yaitu

Fatwa Nomor 117/DSNMUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.


Mekanisme Peer to Peer Lending merupakan peer-to-peer lending

syariah yang mana pemilik dana dan peminjam dana dipertemukan via

Ecommerce atau Marketplace dalam pengelolaan atau pengontrolan platfrom

dan akad-akad yang sesuai syariah. Peer-to-peer lending yang banyak diminati

masyarakat yaitu Crowd-funding atau urun dana. Crowd-funding merupakan

platform yang memiliki skema pengumpulan dana secara online yang berskala

kecil namun dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dengan jumlah

yang banyak sehingga dana yang didapatkan dari pengumpulan tersebut

menjadi banyak.

Finansial teknologi yang sering digunakan masyarakat dengan model

terbaru dan proses yang sederhana yang dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pemilihan Lending-based Crowd-funding karena masyarakat

merasa sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan apalagi pengusaha mikro

yang sedang memulai usaha untuk mendapatkan modal.

Hal ini merupakan salah satu solusi agar pengusaha mikro mendapatkan

modal dengan mudah karena meminjam modal di bank tidak semudah yang

didapatkan di platform. Adapun Layanan Peer to Peer Lending terdapat

beberapa pihak yang terlibat, yaitu terdiri dari pemberi pinjaman (Lender),

penerima pinjaman (Borrower), dan penyelenggara layanan berbasis teknologi

informasi. Lender dan Borrower memiliki beberapa karakeristik dalam

penggunaan Fintech Lending. Karakteristik tersebut terdiri dari badan usaha,

gender dan usia pengguna fintech lending. Oleh karena itu, sebagai umat

muslim sudah wajib hukumnya mengunakan fintech sesuai dengan tuntunan

al-quran dan as-sunah.


Menurut data OJK pada Desember 2017 terdapat 50 perusahaan. Dari

50 perusahaan fintech yang terdaftar OJK 49 fintech konvesional dan satu

fintech syariah yaitu PT Ammana fintech syariah.

• PT. AMMANA FINTECH SYARIAH

• Pengertian Ammana

Ammana adalah fintech syariah pertama di Indonesia yang berijin dan

diawasi oleh OJK pada 23 Desember 2017 yang mendukung kemajuan pada

pelaku usaha (UMKM) melalui cara menjembatani para pendana dengan

memungkinkan. Dalam hal ini para pelaku UMKM yang membutuhkan modal

usaha yang halal melalui program pendanaan halal. Ammana hadir dengan

system non direct funding yaitu para pelaku UMKM diwajibkan untuk

menjadi anggota dari mitra keuangan syariah mikro yang telah terdaftar di

Ammana yang berfungsi sebagai lembaga kurasi kelayakan usaha UMKM.

Ammana telah terbukti aman dan bukan penipuan karena sudah terdaftar

di OJK sesuai izin dan no keputusan OJKKEP-123/D.05/2019. Ammana

bertujuan untuk menawarkan solusi keuangan yang halal bagi para pelaku

UMKM dan mengajak masyarakat untuk bertransaksi sesuai dengan prinsip

syariah.

Visi

• Menjadikan halal bagian dari gaya hidup untuk semua orang

• Menjadi wadah dalam mewujudkan pemberataan dan keadilan

ekonomi, serta mengakselerasi perkembangan ekonomi syariah

melalui inovasi finasial teknologi untuk kemaslahatan seluruh

masyarakat Indonesia.
Misi

• Mendorong kepedulian dan edukasi keuangan syariah di

Indonesia

• Meningkatkan penetrasi inklusi keuangan melalui fintech

syariah di Indonesia

• Menyatukan sinergi dengan lembaga ekonomi syariah, dan

teknologi financial Inteernasional dalam mengambangkan

potensi-potensi fintch syariah

• Memberikan support system kepada pemerintah dan institusi

akademis dalam mendorong kemajuan fintech di Indonesia

• Menghubungkan orang dengan ekonomi halal dan

membuatnya diterima secara universal

Fokus organisasi

Mendanai masa depan industri halal melalui Digital

Crowdfunding yang islami

• Nilai dan budaya organisasi

Halal (mematuhi nilai-nilai syariah secara utuh) Thayyib

(menjaga tata kelola yang baik) Maslahat (menciptakan nilai

yang bermanfaat) Sahlun (menghadirkan kepuasan bagi

pelanggan)

 Syarat Pengajuan di Ammana

• Berusia minimal 17 tahun

• Warga Negara Indonesia (WNI) dibuktikan dengan e-KTP

• Warga Negara Asing (WNA) dibuktikan dengan paspor dan

rekening Bank Indonesia


• Memiliki penghasilan tetap

• Simulasi Pinjam Uang di Ammana Fintech Syariah


• Tenor Kredit dan Limit Pinjaman

Jenis pinjaman

Jenis pinjaman yang diberikan oleh Ammana yaitu pinjaman syariah yang

memiliki definisi sebagai suatu kredit atau pinjaman yang disediakan oleh

lembaga keuangan dengan system transaksi berlandaskan syariat agama

Islam. Dalam sistem syariah, seluruh aktivitas keuangan mulai dari akad

sampai imbal jasa disesuaikan dengan prinsip syariah.

Terdapat dua jenis akad yaitu:

• Mudharabah(modal 100% berasal dari satu pihak) Pembiayaan

mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada

pihak lain yang membutuhkan dana dalam melakukan usaha

produktif, dimana LKS sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan

penerima dana sebagai pengelola (mudharib). Akad ini tercantum

pada Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Mudharabah.terhadap minat pelaku UMKM Wilayah


Lhokseumawe dalam melakukan pembiayaan melalui fintech

syariah.

• Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang menerapkan

suatu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam melakukan

usaha produktif dimana kedua belah pihak menyalurkan dana.

Akad ini tercantum pada Fatwa DSN No. 08/DSNMUI/IV/2000

tentang Pembiayaan Musyarakah.

You might also like