You are on page 1of 7

KLASIFIKASI NUBUATAN MESIANIK

Dirk Novel, Clara Beri, Irvan Yohanes, Jessica Loise, Richard Lecourtbushe
Universitas Kristen Indonesia
2021
E-mail: dirknovel6@gmail.com

Abstrak
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru membentuk dua bagian utama dari Alkitab Kristen.
Bagian terakhir dari tiga bagian Ibrani kanonikal Alkitab Perjanjian Lama dikenal sebagai
Ketubim. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini, penelitian ini
bertujuan untuk menyajikan penjelasan sistematis tentang tujuan nubuatan tentang Mesias
dalam pandangan perjanjian lama. Firman Allah dalam nubuatan masa lampau sejatinya
menjadi landasan bersama dalam melihat keselanatan yang Allah tawrkan lewat
perjanjianNya kepada manusia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas masing-masing nubuat Mesias Perjanjian Lama secara
bergantian. Berdasarkan telaah dari teks-teks sejarah, kendala-kendala yang ingin diteliti.
Sebelum menggali catatan sejarah, penulis berusaha untuk menggambarkan pemenuhan
ramalan di Israel dan Timur Dekat Kuno; dalam situasi khusus ini, penulis dapat
menunjukkan bagaimana nubuat Mesias berkembang selama seluruh periode sejarah.
Kemudian, gambaran tentang nabi, yang melayani sebagai wakil Allah selama awal sejarah
Israel, diberikan. Dialah yang meramalkan berita itu. Selain itu, momen dan lokasi di mana
Firman Tuhan diucapkan ditambahkan. Penulis juga akan membahas bagaimana Firman
Tuhan yang menjadi keselamatan disampaikan dalam kerangka nubuatan sehingga pembaca
dapat memahami bagaimana nubuatan itu berkomunikasi.
Kata Kunci: Keselamatan, Mesias, Nubuat, Perjanjian

Pendahuluan
Nubuatan mesianik sangat penting bagi beberapa agama seperti Yahudi dan Kristen karena
mereka meyakini bahwa nubuatan tersebut meramalkan kedatangan Mesias atau Kristus,
sosok yang dianggap sebagai pembebas dan penyelamat umat manusia.
Bagi umat Yahudi, nubuatan mesianik merupakan bagian penting dari Kitab Suci mereka,
terutama dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani. Mereka meyakini bahwa nubuatan-nubuatan ini
meramalkan kedatangan Mesias sebagai raja yang akan memimpin bangsa Israel dan
membawa perdamaian dan keadilan ke seluruh dunia. Sedangkan bagi umat Kristen,
nubuatan mesianik merujuk pada ramalan-ramalan dalam Perjanjian Lama tentang
kedatangan Kristus sebagai Mesias. Mereka percaya bahwa Kristus telah datang dan
memenuhi nubuatan-nubuatan tersebut, sehingga Kristus dianggap sebagai "pembebas" dan
"penyelamat" bagi umat manusia. Dengan demikian, nubuatan mesianik memiliki arti penting
bagi keyakinan dan iman umat Yahudi dan Kristen. Nubuatan ini juga menjadi bukti bahwa
ajaran agama tersebut memiliki dasar yang kuat dalam Kitab Suci dan memberikan harapan
kepada umat manusia untuk masa depan yang lebih baik. nubuat-nubuat tentang Mesias juga
menunjukkan rencana Allah dalam menyelamatkan umat manusia. Dalam Alkitab,
dikisahkan bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menjanjikan keselamatan bagi
mereka melalui Mesias yang akan datang. Melalui kedatangan Mesias, Allah akan
memulihkan hubungan antara manusia dan-Nya, serta membawa umat manusia ke dalam
keselamatan abadi. Oleh karena itu, nubuat-nubuat tentang Mesias sangat penting dalam
Kitab Suci Ibrani dan menjadi dasar keyakinan agama Yahudi. Bagi umat Yahudi, Mesias
dipandang sebagai raja yang akan membawa perdamaian dan keadilan ke seluruh dunia.
Sementara bagi umat Kristen, Mesias dipercayai sebagai Kristus yang telah datang dan
membawa keselamatan bagi umat manusia.
Secara keseluruhan, nubuat-nubuat tentang Mesias menunjukkan kasih dan rencana Allah
dalam menyelamatkan umat manusia. Ia menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka
yang percaya dan mengikuti-Nya, serta memberikan harapan dan penghiburan bagi mereka
yang membutuhkannya. Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama menubuatkan kedatangan Mesias
dengan cara menerima wahyu dari Allah. Nabi-nabi ini diilhami oleh Roh Kudus untuk
memberikan pesan dan ramalan tentang masa depan, termasuk tentang kedatangan Mesias.
Ada beberapa cara yang digunakan nabi-nabi dalam menubuatkan kedatangan Mesias. Salah
satu cara yang paling umum adalah melalui mimpi atau penglihatan.
Nabi-nabi ini menerima penglihatan dari Allah yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-
simbol yang meramalkan tentang kedatangan Mesias. Selain itu, nabi-nabi juga menggunakan
bahasa metafora dan alegori untuk menyampaikan pesan mereka. Mereka sering
menggunakan bahasa yang sulit dipahami, seperti bahasa nubuat atau bahasa simbolik, yang
hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang telah diberi penerangan oleh Allah.Selain itu,
nabi-nabi juga sering menggunakan analogi dan perbandingan untuk menjelaskan pesan
mereka. Mereka menggambarkan kedatangan Mesias sebagai raja atau pemimpin yang akan
memimpin umat manusia ke dalam keselamatan dan kebahagiaan. Secara keseluruhan, nabi-
nabi dalam Perjanjian Lama menubuatkan kedatangan Mesias dengan cara menerima wahyu
dari Allah dan menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan pesan mereka. Nubuat-
nubuat ini menjadi bukti bahwa Allah mempunyai rencana besar untuk menyelamatkan umat
manusia, dan memberikan harapan dan penghiburan bagi mereka yang membutuhkannya.
Landasan Teori
Masyarakat Yahudi memandang nubuat mesias sebagai petunjuk dan harapan bagi umat
manusia. Nubuat-nubuat tersebut menjadi bagian penting dari Kitab Suci mereka dan
menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana yang besar untuk membawa keselamatan
bagi umat manusia. Bagi masyarakat Yahudi, nubuat mesias merupakan harapan bagi umat
mereka untuk membebaskan diri dari penindasan dan mengembalikan kejayaan bangsa Israel.
Mereka mempercayai bahwa Mesias akan datang sebagai raja yang akan memimpin bangsa
Israel dan membawa perdamaian dan keadilan ke seluruh dunia. Nubuat mesias juga menjadi
dasar keyakinan agama Yahudi dan menjadi fokus dalam berbagai perayaan agama mereka.
Sebagai contoh, perayaan Hannukah merayakan kemenangan bangsa Israel atas penindasan
oleh bangsa Yunani, dan menjadi simbol harapan bagi umat Yahudi bahwa Mesias akan
datang untuk membebaskan mereka dari penindasan dan memberikan kejayaan yang sejati.
Namun, ada perbedaan pandangan di antara masyarakat Yahudi tentang siapa yang akan
menjadi Mesias dan kapan kedatangannya akan terjadi. Beberapa masyarakat Yahudi percaya
bahwa Mesias akan menjadi seorang raja yang berkuasa secara politis, sementara yang lain
percaya bahwa Mesias akan menjadi seorang guru spiritual yang memimpin umat manusia ke
dalam keselamatan. Secara keseluruhan, nubuat mesias memegang peran penting dalam
kehidupan agama dan budaya masyarakat Yahudi. Nubuat ini memberikan harapan dan
penghiburan bagi mereka yang membutuhkannya, dan menjadi bukti bahwa Allah
mempunyai rencana besar untuk membawa keselamatan bagi umat manusia. Menurut
kepercayaan bangsa Yahudi, Mesias (Mashiah dalam bahasa Ibrani) adalah seorang
pemimpin yang terpilih dan diurapi oleh Allah untuk memimpin bangsa Israel ke dalam
kejayaan yang sejati. Mesias diharapkan akan membawa perdamaian, keadilan, dan
kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
Masyarakat Yahudi mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang siapa yang akan
menjadi Mesias. Beberapa pandangan menyatakan bahwa Mesias akan menjadi seorang raja
politik yang akan memimpin bangsa Israel untuk membebaskan diri dari penindasan dan
mencapai kejayaan yang sejati. Sedangkan pandangan yang lain menyatakan bahwa Mesias
akan menjadi seorang guru spiritual yang memimpin umat manusia ke dalam keselamatan
dan pembebasan dari dosa. Permasalahan mengenai apakah Yesus adalah Mesias atau tidak
masih menjadi perdebatan di kalangan agama Yahudi dan Kristen. Menurut pandangan
agama Kristen, Yesus dianggap sebagai Mesias yang dinubuatkan di Perjanjian Lama.
Mereka percaya bahwa Yesus memenuhi semua nubuat mengenai Mesias, seperti
kelahirannya dari keturunan Daud, mukjizat-mukjizat yang dilakukannya, kematian dan
kebangkitannya, dan pengampunan dosa melalui iman pada-Nya.
Namun, pandangan agama Yahudi berbeda. Mereka tidak mengakui Yesus sebagai Mesias
karena Yesus tidak memenuhi beberapa kriteria yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian
Lama, seperti memulihkan Kerajaan Israel, membangun kembali Bait Suci Ketiga, dan
membawa perdamaian dan keadilan bagi seluruh dunia. Pandangan ini memunculkan
perbedaan keyakinan antara agama Kristen dan Yahudi dalam hal identitas dan peran Mesias.
Bagi agama Kristen, Mesias (bahasa Yunani: Christos) adalah Yesus Kristus. Pandangan ini
didasarkan pada keyakinan bahwa Yesus memenuhi semua nubuat yang terdapat di
Perjanjian Lama mengenai Mesias, seperti kelahirannya dari keturunan Daud, mukjizat-
mukjizat yang dilakukannya, kematian dan kebangkitannya, dan pengampunan dosa melalui
iman pada-Nya. Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang telah datang untuk
menyelamatkan manusia dari dosa dan memberikan hidup yang kekal. Dalam pandangan
Kristen, peran Mesias juga mencakup membangun Kerajaan Allah dan membawa
keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Bagi umat Kristen, Yesus Kristus adalah "Salvator Mundi" atau "Penyelamat Dunia", yang
telah memenuhi semua nubuat mengenai Mesias di Perjanjian Lama. Pandangan ini menjadi
dasar ajaran agama Kristen dan memengaruhi berbagai praktik keagamaan, seperti doa,
ibadah, dan perayaan-perayaan keagamaan. Maka dari itu, kami mencoba melihat kembali
bahwa benar adanya segala nubuatan yang ada dalam Perjanjian Lama, mengarah kepada
Yesus Kristus yang adalah Mesias.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang kelompok gunakan adalah dengan literatur sumber yang ada dari
jurnal yang telah ada. Serta melakukan study biblika. Kemudian kelompok mencoba untuk
membuat kembali hasil dalam pembahasan kelompok dan menjadi refleksi kelompok terkait
tugas ini.

Hasil dan Pembahasan


Menurut Jurnal “Silsilah Dalam Matius 1:1-17 Meneguhkan Yesus Sebagai Mesias” mencoba
melihat bahwasanya Yesus, berasal dari keturunan Daud. Hal ini menjadi salah satu indicator
“Mesias” karna menurut bangsa Yahudi, Mesias haruslah berasal dari keturunan Daud.
Penulisan Injil Matius dilatarbelakangi oleh rasa prihatin dari seorang Matius pemungut cukai
dengan bangsanya yakni Yahudi. Hal ini dapat dilihat melalui tindakannya yang mengisahkan
banyak hal tentang bagaimana pandangan kekristenan orang-orang Yahudi terhadap Yesus.
Dengan demikian, Injil ini diduga dialamatkan kepada orang-orang percaya yang berlatar
belakang Yahudi untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah Raja.
Matius menunjukkan bagaimana Yesus dari Nazaret mengembangkan serta menguraikan
wahyu Ilahi yang telah dimulai dalam nubuat tentang Mesias dalam Perjanjian Lama.”22
Penulis Kitab ini memberi perhatian yang sangat kuat terhadap Perjanjian Lama, ditandai
dengan mengutip banyak ayat. Adapun ayat-ayat yang dikutip dalam Perjanjian Lama
berkaitan dengan diri Yesus yakni nubuatan tentang kelahiran-Nya yang dikandung oleh
Perawan Suci (Mat. 1:22-23; band. Yes. 7:14), pemerintahan-Nya sebagai Raja yang pra-
eksistensi-Nya sudah sejak purbakala (Mat. 2:-6; band. Mikh. 5:1), peristiwa kelahiran-Nya
(Mat. 2:15 band. Hos. 11:1; Mat. 2:17-18 band. Yer. 31:15), kedatangan-Nya membawa
terang (Mat. 4:14-15; band. Yes. 8:23-9:1), kematian-Nya (Mat. 8:17; band. Yes. 53:4).
Matius menulis silsilah Yesus dalam Injilnya (Matius 1:1-17) sebagai salah satu bukti bahwa
Yesus adalah keturunan Daud, sebagaimana dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Silsilah ini
diawali dengan Abraham, kemudian Daud, dan berakhir pada Yusuf, ayah Yesus menurut
tradisi.Silsilah yang disusun oleh Matius dibagi menjadi tiga bagian, dengan setiap bagian
mengandung empat belas generasi. Dari Abraham sampai Daud: Bagian pertama ini
mencakup tokoh-tokoh penting dalam sejarah Israel, seperti Abraham, Ishak, Yakub, dan
Daud. Dari Daud sampai pembuangan ke Babel: Bagian kedua ini mencakup masa kejayaan
kerajaan Israel di bawah pemerintahan Daud dan Salomo, serta pembuangan ke Babel. Dari
pembuangan ke Babel sampai Yesus: Bagian ketiga ini mencakup masa pemulihan bangsa
Israel setelah pembuangan ke Babel, serta genealogi keluarga Yusuf hingga kelahiran Yesus.
Dalam menyusun silsilah ini, Matius menggunakan berbagai sumber seperti catatan keluarga
dan dokumen-dokumen sejarah untuk memastikan keakuratan dan ketepatan silsilah Yesus.
Selain itu, silsilah ini juga menunjukkan hubungan Yesus dengan bangsa Israel dan
pemenuhan nubuat mengenai Mesias sebagai keturunan Daud.
Dalam pandangan Bapa-bapa Gereja, Yesus adalah Mesias yang telah lama dinantikan,
pemimpin rohani, pencipta dunia, Anak Allah, dan Tuhan yang layak untuk dipuja dan
diikuti. Pandangan ini menjadi dasar keyakinan agama Kristen mengenai Yesus sebagai
Mesias, yang dipercayai hingga saat ini oleh umat Kristen di seluruh dunia.
Pemenuhan nubuat Perjanjian Lama: Bapa-bapa Gereja percaya bahwa Yesus memenuhi
nubuat Perjanjian Lama mengenai Mesias, seperti yang tercantum dalam Kitab Yesaya dan
Kitab Daniel. Mereka melihat tanda-tanda ke-Mesian-an dalam kehidupan, karya, dan
penderitaan Yesus, serta dalam kematian dan kebangkitannya. Berdasarkan isi dari
keseluruhan Injil Matius dan juga kutipan-kutipan penulis terhadap Perjanjian Lama,
merupakan bukti bahwa penekanan Injil ini berfokus untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah
Mesias yang diurapi. Menurut sudut pandang penulis Kitab Matius, Yesus adalah
penggenapan nubuatan Perjanjian Lama, Ia adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah.
Selain melihat pada salah satu kriteria bahwa Mesias harus lahir dari keturunan Daud,
kelompok mencoba melihat bahwa dalam perjalanannya, pada nabi dalam masa-masa
perjanjian lama juga menubuatkan tentang kedatangan Mesias yang kemudian digenapi oleh
Yesus dalam ratusan tahun berikutnya.

Nubuat Kelahiran Mesias


1. Yesaya 9 : 1- 6
2. Yesaya 7:10-17
3. Yesaya 11:1-5
4. Yesaya 7:14 TB
5. Yesaya 11:1-9
6. Mikha 5:2
7. Yeremia 31:15 TB
8. Hosea 11: 1
9. Yesaya 11:1-9

Nubuat Penderitaan Mesias


1. Yesaya 50 : 6
2. Zakaria 12 :10
3. Mazmur 69: 22 a

Nubuat Kematian Mesias


1. Yesaya 53 :3 -7
2. Mazmur 103:3-4
3. Mazmur 22:14
4. Yesaya 50:6

Nubuat Kebangkitan Mesias


1. Yesaya 53:11
2. Mazmur 110:1
3. Mazmur 16:10
4. Mazmur 118:22-24
Mengenai tempat dimana para nabi-nabi mendengarkan Firman Allah dalam nubuatan adalah
berada di Asyur dan Babel, termasuk juga bangsa-bangsa yang ada di sekitar Israel.
Sebelumnya mereka bemubuat di Yehuda dan Israel (kerajaan Utara dan Selatan). Tetapi
sebelum bangsa Israel masuk ke dalam pembuangan ada juga nabi yang bemubuat seperti
Yeremia. Dan di tengah-tengah pembuangan seperti Daniel dan Yehezkiel, termasuk
Habakuk. Pada masa pasca pembuangan terdapat nabi Hagai dan Zakaria. Jadi berdasarkan
waktu dan tempat itulah nubuatan mesias disampaikan oleh para nabi, baik di Israel maupun
di Yehuda, dan juga pada masa dimana raja-raja memerintah.
Pada umumnya didalam Alkitab khusunya PL, inti pemberitaan nabi-nabi tertuju kepada
kekudusan Allah dan kekudusanumat, begitu jugakebenaran dan keadilan ditegakkan
ditengah-tengah dosa yang membuat hati Allah kecewa. Setiap kali bernubuat nabi tidak
pernah berhenti menyampaikan kebenaran dan menegur dosa-dosa bangsa Israel, dan tidak
segan-segan nabi mengucapkan penghakiman, murka dan penghukuman yang akan Allah
laksanakan bila tidak menaati ketetapan Allah. Lain dari itu, Allah adalah kasih, dalam hal ini
nabi pun menubuatkan tentang pengampunan Allah dan kebaikan Allah untuk membuat
bangsanya kembali kepada Yahweh sebagai satu-satunya Tuhan.
Nubuat dalam Mazmur ini bersifat kristosentris. Artinya nubuat tersebut mengandung arti
Mesianis. Adapun alasan mengatakan bahwa nubuatan ini bersifat kristosentris dikarenakan
mengacu pada siapa sebetulnya kata tuan yang diucapkan oleh Daud dalam Mazmur 110:1
tersebut. Kata tuan yang digunakan dalam bahasa Ibraninya mengunakan kata !Ada' (adown)
atau doa (adon) yang bukan sekadar berarti tuan seperti dalam bahasa Indonesia pada
umumnya, tetapi kata tersebut bisa dimaknai sebagai Tuhan atas seluruh bumi. Terlihat
bahwa gambaran yang coba ditonjolkan oleh pemazmur dalam hal ini Daud mengenai Allah
Israel yang juga Allah yang Daud sembah adalah pencipta segalanya.
Allah adalah Alfa dan Omega yaitu yang awal dan yang akhir. Lembar demi lembar dari
Perjanjian Lama mencatat bagaimana keselamatan ini akan disalurkan kepada umat manusia
melalui Sang Mesias. Taurat, Nabi-nabi dan Kitab-kitab mencatat bagaimana nubuat
mengenai keselamatan ini disalurkan.
Dalam Perjanjian Lama, istilah “anak Allah” dapat menunjuk pada beberapa subyek,
malaikat (Ay. 1:6; Kej. 6:2-4)14 dan manusia (Hos. 1:10). Untuk memahami makna sebutan
ini lebih dalam, maka penting untuk melihatnya lebih luas.15 Dalam Perjanjian Baru, frase
ini seringkali menunjuk pada pengangkatan orang percaya sebagai anak oleh Allah, yang
dikenal dengan istilah adopsi (adoption) (Rm. 8:14,19; 2 Kor. 6:18; Gal. 4:5,6; Flp. 2:15; 1
Yoh. 3:1,2). Kristus adalah pribadi kedua dari Tritunggal, oleh sebab hubungan-Nya yang
bersifat kekal dengan Allah sebagai Pribadi pertama dalam Tritunggal. Ia adalah Anak Allah
dalam hal natur ilahi-Nya, dalam hal natur kemanusiaan-Nya, Ia adalah Anak Daud (Rm.
1:3,4 band. Gal. 4:4; Yoh. 1:1- 14; 5:18-25; 10:30-38). Pada akhirnya, wahyu yang progresif
menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah sebelum inkarnasi-Nya, dan bahwa klaim
Kristus terhadap gelar ini menunjukkan kesetaraanNya dengan Allah. Sifat kemanusiaan
Kristus, selain nampak dalam kelahiran-Nya, penderitaan dan kematian-Nya juga jelas
memberi keterangan tentang natur ini. Untuk menyelesaikan misi penyelamatan yang
diemban-Nya, Ia harus menanggung penderitaan hingga mati di kayu salib. Sementara, jika
Kristus hanya “ilahi” maka Ia tidak mungkin mengalami kematian, jadi solusinya, Ia haruslah
bersifat fana.

Kesimpulan
Menjadi utusan Tuhan, para nabi tidak hanya membawa berita penghakiman dan hukuman,
tetapi juga keselamatan. Prospek kedatangan Mesias, yang akan memerintah dan memerintah
sebagai Raja, adalah pesan keselamatan yang diakui. Seorang pemimpin atau penguasa
Mesias yang dibangkitkan oleh Tuhan sendiri melaksanakan tujuan keselamatan Tuhan.
Penguasa mesianik sama sekali tidak disebutkan oleh para Nabi, tetapi diketahui bahwa
seseorang dari keluarga Daud akan menjadi penguasa mesianik—walaupun hal ini masih
belum jelas dalam Perjanjian Lama. Keberadaan Mesias memiliki banyak kesamaan dengan
gaya pemerintahan Daud. Dia adalah seseorang yang sepenuhnya tunduk pada kekuasaan dan
keagungan Tuhan dan memerintah semata-mata sesuai dengan keinginan Tuhan. Nubuatan
ini semata-mata mengacu dan merujuk kepada Kristus karena jelas dari sudut pandang
silsilah dan dari kiasan dalam Perjanjian Baru bahwa Kristus, anak Daud, adalah subjek yang
dimaksud.
Kebenaran mendasar yang harus diterima oleh orang percaya adalah bahwa Tuhan memiliki
rencana yang sempurna untuk menyelamatkan umat manusia. Kedatangan dan janji-janji
Kristus/Mesias sebagian besar digenapi (pada kedatangan pertama) dan tidak ada yang
melenceng jauh sebelum itu benar-benar terjadi. Yesus dari Nazaret adalah penggenapan
penuh dari prediksi ini. Oleh karena itu, tidak seorang pun memiliki alasan untuk tidak
percaya pada janji eskatologi. Kitab Suci tentang Dia

You might also like