You are on page 1of 13

MA KA LA H

KE RA JAA N MA JA PA HIT D AN B AL I

Disusun Oleh :

Nama Kelompok VI :

VIVIN

WA MUJIAWATI KALEDUPA

WAHYU PADEDA

SRI MULAYANI KAIMUDIN

RAKA F. SILAWANE PELLU

FAHMI HASAN BUTON

Kelas : X – MIA-1

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr. Wb

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat AIIah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-

Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya

ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Kami Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,

oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan

semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-

teman. Amin.

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
1. Kerajaan Majapahit......................................................................................................... 1
2. Kerajaan Bali....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
I. Kerajaan Majapahit.......................................................................................................... 2
A. Kehidupan Politik dan Pemerintahan.....................................................................2
B. Kehidupan Sosial dan Masyarakat...........................................................................4
C. Ekonomi dan Mata Pencaharian...............................................................................5
D. Kehidupan Religi dan Sosial Budaya.......................................................................5
E. Runtuhnya Kerajaan Majapahit................................................................................. 6
II. Kerajaan Bali........................................................................................................................... 7
A. Raja-Raja Kerajaan Bali................................................................................................. 7
B. Kehidupan Kerajaan Bali.............................................................................................. 7
C. Penyebab Kejayaan......................................................................................................... 8
D. Penyebab Kemunduran................................................................................................ 9
PENUTUP............................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 10
B. Saran...................................................................................................................................... 10
C. Daftar Pustaka.................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah
Majapahit. Menurut cerita, nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang rasanya pahit.
Ketika orang-orang Madura bersama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik,
mereka menemukan sebuah pohon maja yang berbuah pahit. Padahal, rasa buah itu
biasanya manis. Oleh karena itu, mereka menamakan pemukiman yang baru mereka
bangun itu sebagai Majapahit.

2. Kerajaan Bali
Bali adalah tempat berkembangnya agama Hindu dan Hampir seluruh
Masyarakatnya menjadi penganutnya. Agama Hindu di Bali mulai tumbuh dan
berkembang sejak abad ke – 8, bersamaan dengan pertumbuhan agama Hindu di Jawa
Tengah, Agama Hindu banyak pengaruhnya terhadap kebudayaan setempat, juga
terhadap sistem pemerintah.

Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau kecil yang tidak jauh dari daerah Jawa
Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau
Jawa. Karena letak pulau itu berdekatan, maka sejak zaman dulu mempunyai hubungan
yang erat. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang
melarikan diri dan menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian
dari masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan politik pemerintahan pada masa Kerajaan Majapahit?
2. Bagaimana kehidupan sosial dan kemasyarakatan pada masa Kerajaan Majapahit?
3. Bagaimana ekonomi dan mata pencaharian pada masa Kerajaan Majapahit?
4. Bagaimana kehidupan religi dan sosial budaya pada masa Kerajaan Majapahit?
5. Apakah yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Majapahit?
6. Apa Bukti Kerajaan Bali?
7. Dimana letak Kerajaan Bali?
8. Siapa raja-raja Kerajaan Bali?
9. Bagaimana kehidupan Kerajaan Bali?
10. Apa penyebab kejayaan Kerajaan Bali?
11. Apa kemunduran Kerajaan Bali

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah selain sebagai bahan untuk memperoleh nilai,
juga sebagai bahan untuk memberi tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai
kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan religi pada masa Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Bali.

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. Kerajaan Majapahit
A. Kehidupan Politik dan Pemerintahan
1. Raden Wijaya
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan di Majapahit dan mencari saat yang
tepat untuk menyerang balik Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan
kekuatan dari raja-raja yang masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang
pada Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang akhirnya muncul
setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanegara. Keadaan
seperti ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan cara memperalat mereka untuk
menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya bersama-sama dengan pasukan Kubhilai Khan
berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang. Begitu pula Jayakatwang berhasil
ditangkap dan lalu dibunuh oleh pasukan Kubhilai Khan.

Setelah Jayakatwang terbunuh, lalu Raden Wijaya melakukan serangan balik


terhadap pasukan Kubhilai Khan. Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan
Kubhilai Khan, sehingga mereka terpaksa menyelamatkan diri keluar Jawa. Setelah
berhasil mengusir pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja
Majapahit pada tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat putri Kertanegara
sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang putra yang bernama
Jayanegara. Sedangkan dari Gayatri, ia mempunyai dua orang putri, yaitu
Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.

Pada tahun 1309 M, Raden Wijaya meninggal dunia dan didarmakan di Antahpura,
dekat Blitar. Setelah Raden Wijaya meninggal dunia, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh
Jayanegara dengan gelar Sri Jayanegara.

2. Jayanegara
Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan
pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan ini datang dari Ranggalawe (1309),
Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314), Nambi (1316), dan Kuti
(1320).

Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti


berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan
diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah
pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada,
pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah
Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan Patih di Daha
(Kediri).

2
Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia
didharmakan di dalam pura di Sila Petak dan Bubat. Jayanegara tidak mempunyai putra,
maka takhta kerajaan digantikan oleh adik perempuannya yang bernama
Tribhuanatunggadewi. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar
Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu Wardhani.

3. Tribhuanatunggadewi
Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun
1331. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas
jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit oleh
Tribhuanatunggadewi.

Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah
yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa
sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru,
Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun
1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa
daerah di Semenanjung Malaka. Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama,
wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sangat luas, yakni meliputi daerah hampir seluas
wilayah Republik Indonesia sekarang.

Tribhuanatunggadewi memerintah selama dua puluh dua tahun. Pada tahun 1350, ia
mengundurkan diri dari pemerintahan dan digantikan oleh putranya yang bernama
Hayam Wuruk. Pada tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi
raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dan ia didampingi oleh Mahapatih Gajah
Mada.

4. Hayam Wuruk
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-
cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan.

Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan
terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada
waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri
Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di
Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara
Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran
kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya
terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan
Pajajaran gugur.

Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan
yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk
meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan

3
Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang
saudara.

Setelah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki oleh


Wikramawardhana. Ia adalah menantu Hayam Wuruk yang menikah dengan putrinya
yang bernama Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan Majapahit selama dua belas
tahun.

Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang


memerintah Majapahit setelah Wikramawardhana adalah:

1. Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana


2. Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita
3. Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M)
4. Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya
5. Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M)
6. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya

B. Kehidupan Sosial dan Masyarakat


Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya,
dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala,
Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat
Majapahit.

Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu:


mengajar; belajar; melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan
menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup; dan bersatu dengan
Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang
berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu
pendeta dari agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha
(Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat
pemukiman empu (kalagyan). Buddhadyaksa mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan
bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa
(tapaswi).

Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai


wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala,
dharma, sima, wihara, dan sebagainya.

Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu,
yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan.

Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan.


Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.

Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang
mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada
golongan brahmana.

4
1. Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan
sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan
waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya.
2. Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna
kulit, yaitu para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang
tidak menganut agama Hindu.
3. Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah
para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat
menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar
rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak, dan memfitnah
kehormatan perempuan.

C. Ekonomi dan Mata Pencaharian


Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan
sebagai negara agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai.
Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu
untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian dan
pelayaran.

Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun,
butir berasnya amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah, dan
lain-lain kecuali gandum. Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa,
delima, pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur berlimpah
macamnya. Jenis binatang juga banyak.

Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit


membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan
Bendungan Trailokyapur untuk mengairi daerah hilir.

Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog. Gobog merupakan uang
logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga.
Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya.

Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk


Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang
Ta-yuan seorang pedagang dari Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah
lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah
mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.

D. Kehidupan Religi dan Sosial Budaya


Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua
umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat
beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada
beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik.

Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama
itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam

5
Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa.
Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang
mendua.

Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut


Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan
untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama
Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut
dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam Wuruk yang terkenal ada tujuh orang
yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga
dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah
seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya
Negarakertagama.

Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi-
candi. Pada masa Majapahit bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra.
Karya seni sastra yang dihasilkan pada masa zaman awal Majapahit, antara lain sebagai
berikut:

1. Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada tahun 1365 Masehi. Berisi
tentang sejarang dan keadaan kerajaan Singhasari dan Majapahit.
2. Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi riwayat Sutasoma,
seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha.
3. Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi tentang
riwayat raja raksasa yang berhasil ditundukkan oleh Raja Arjunasasrabahu.
4. Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna, tidak jelas siapa pengarangnya. Kitab itu
berisi kisah raksasa Kunjarakarna yang ingin menjadi manusia, dan
pengembaraan Pandawa di hutan karena kalah bermain dadu dengan Kurawa.
Sedangkan, karya seni sastra yang dihasilkan pada zaman akhir Majapahit antara lain,
sebagai berikut:

1. Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.


2. Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
3. Kitab Sorandakan, isinya tentang pemberontakan Sora.
4. Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
5. Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai dengan menjadi Raja
Majapahit.
6. Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan
Aryadamar.
7. Kitab Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa
oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Di samping seni sastra, seni bangunan juga berkembang pesat. Bermacam-macam
candi didirikan dengan ciri khas Jawa Timur, yaitu dibuat dari bata, misalnya Candi
Panataran, Candi Tigawangi, Candi Surawana, Candi Jabung, dan Gapura Bajang Ratu.

E. Runtuhnya Kerajaan Majapahit


Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam
Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang
dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan)

6
diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389,
Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.

Beberapa faktor penyebab kemunduran Majapahit sebagai berikut:

1. Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan


kesatuan wilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
2. Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada
masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah
memudahkan wilayah-wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui
bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan.
3. Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg
(1401 – 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan
Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia
berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi
dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan.
Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan
Girindrawardhana dari Kediri (1478).
4. Masuknya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri di Jawa Timur menimbulkan
kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Banyak bupati di wilayah
pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan
Majapahit.

II. Kerajaan Bali


A. Raja-Raja Kerajaan Bali
1. Khesari Warmadewa yang beristana di Singhadwala menurunkan Wangsa
Warmadewa
2. Ugrasena
3. Raja Haji Tabanendra Warmadewa ia di candikan di Air Mandu
4. Raja Jayasingha Wamadewa ia membangun pemandian di Desa Manukraya yaitu
Pemandian Tirta Empul dekat tampak Siring tahun 960
5. Raja Jayasadhu Warmadewa
6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahdewi
7. Raja Udayana yang memerintah bersama istrinya yakni Gunapriyadarmapatni yang
melahirkan Airlangga, Marakata, Anak wungsu
8. Marakata bergelar Marakata Utungga Dewa yang di segani rakyatnya, ia membangun
bangunan suci di Gunung Kawi, Tampak Siring Bali
9. Anak Wungsu, mengaku penjelmaan Wisnu yang masa pemerintahannya di bantu 10
senopati rakyat hidup dari bertani, binatang yang berharga adalah Kuda. Untuk
golongan pedagang laki-laki disebut Wanigrama dan untuk perempuan disebut
Wanigrami
10. Raja Walaprabuk. Raja Jayasakti, pada masa pemerintahanya ada dua kitab undang-
undang yakni Utara Widdi Balawan dan Raja Wacana (Rajaniti)
11. Jayapangus yang dikenal penyelamat negara karena mengajak rakyatnya kembali
melakukan upacara agama sehingga mendapat wahyu (Hari Galungan)
B. Kehidupan Kerajaan Bali
1. Kehidupan Politik
Nama Bali sudah lama dikenal dalam beberapa sumber kuno. Dalam berita Cina abad
ke-7 disebut adanya nama daerah yang bernama Dwa-pa-tan, yang terletak disebelah

7
timur Kerajaan Holing (Jawa). Menurut para ahli nama Dwa-pa-tan ini sama dengan Bali.
Adat istiadat penduduk Dwa-pa-tan ini sama dengan di Holing, yaitu setiap bulan padi
sudah dipetik, penduduknya menulis dengan daun lontar, orang yang meninggal dihiasi
dengan emas, dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas sertadiberi harum-
haruman, kemudian mayat itu dibakar.

Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, pengaruh Buddha datang terlebih


dahulu dibandingkan dengan pengaruh Hindu. Prasasti yang berangka tahun 882 M,
menggunakan bahasa Bali menerangkan tentang pemberian i in kepada para biksu untuk
mendirikan pertapaan di Bukit Cintamani. Pengaruh Hindu di Bali berasal dari
JawaTimur, ketika Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ketika Majapahit runtuh,
adasebagian penduduk yang melarikan diri ke Bali, sehingga banyak penduduk Bali
sekarangyang menganggap dirinya keturunan dari Majapahit.Prasasti yang
menceritakan raja yang berkuasa di Bali ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur. Dalam
prasasti ini disebutkan bahwa raja yang bernama KhesariWarmadewa, istananya
terletak di Sanghadwala. Prasasti ini ditulis dengan huruf Nagari(India) dan sebagian lagi
berhuruf Bali Kuno, tetapi berbahasa Sanskerta. Prasasti ini berangka tahun 914 M (836
saka), dalam Candrasengkala berbunyi Khecara-wahni-murti.Raja selanjutnya yang
berkuasa adalah adalah Ugrasena pada tahun 915 M.Ugrasena digantikan oleh
Tabanendra Warmadewa (955-967 M). Tabanendra kemudian digantikan oleh
Jayasingha Warmadewa, ia membangun dua buah pemandian di desaManukraya.
Pemandian ini merupakan sumber air yang dianggap suci. Jayasinghakemudian
digantikan oleh Jayasadhu Warmadewa yang memerintah dari tahun 975-983M. Tidak
banyak berita yang menceritakan masa kekuasaannya.

2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali adalah sektor pertanian. Hal itudapat
dibuktikan dengan kata-kata yang terdapat dalam berbagai prasasti yangmenunjukkan
usaha dalam sektor pertanian, seperti suwah, parlak (sawah kering), gaga(ladang),
kebwan (kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).

3. Kehidupan Sosial Budaya


Struktur masyarakat Bali dibagi ke dalam empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Tetapi pembagian kasta ini tidak seketat seperti di India. Begitu
puladalam pemberian nama awal pada anak-anak di lingkungan masyarakat Bali
memilikicara yang khas, yaitu:a. Wayan untuk anak pertama; b. Made untuk anak kedua;
c. Nyoman untuk anak ketiga;d. Ketut untuk anak keempat.Tetapi ada juga nama Putu
untuk panggilan anak pertama dari kasta Brahmanadan Ksatria

4. Kepercayaan
Masyarakat Bali banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India, terutamaHindu.
Sampai sekarang, masyarakat Bali masih banyak yang menganut agama Hindu. Namun
demikian, agama Hindu yang mereka anut telah bercampur dengan budayamasyarakat
asli Bali sebelum Hindu. Masyarakat Bali sebelum Hindu merupakankelompok
masyarakat yang terikat oleh hubungan keluarga dan memuja roh-roh nenek moyang
yang mereka anggap dapat menolong dan melindungi kehidupan keluarga yang masih

8
hidup. Melalui proses sinkretisme ini, lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu
Dharma.

C. Penyebab Kejayaan
1. Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan
Kerajaan Bali semakin jelas.
2. Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri
dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan
Bali semakin kuat.
D. Penyebab Kemunduran
Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal
dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama
Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin
menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu
patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur
dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu
namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah
seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada
akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia
dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada
pada tahun 1343.

1. Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di
Majapahit Kebo Iwa dibunuh.
2. Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan
di Bali, lalu ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali
berada di bawah kekuasaan Majapahit.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan Majapahit
didirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan ini berdiri di hutan Tarik dekat Mojokerto.

Kerajaan Bali muncul pada abad ke 9 yang di perintah oleh Raja Sri
Kesariwarmadewa, Udayana dan anak Wungsu. Tahun 915 Raja Bali Ugrasena berhasil
membangun Kerajaan Bali dan berkembang dan serta menjalin persahabatan Mataram,
dan di tandai perkawinana Udayana Wamadewa (956-1022) kawin dengan putri
Makutawangsa Whardana yang bernama Mahendratta, hubungan berlanjut setelah putra
Udayana yang bernama Airlangga menikah dengan putri Darmawangsa Tguh sampaia
khirnya terjadi perlaya 1016. Karena diserang oleh Raja Wurawari dari Wengker yang
merupakan sekutu Sriwijaya. Pada masa pemerintahan anak Wungsu (1049-1077)
berhasil dibangun Candi Tampak Siring. Pengganti Anak Wungsu, Jaya Sakti, Jayapangus
dan Bedahulu adalah raja lemah dan akhirnya ditaklukan oleh Gajah Mada dalam
meluaskan KerajaanMajapahit

B. Saran
Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan makalah yang
penulis susun ini juga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan
penulis terima dengan senang hati demi melengkapi makalah ini.

C. Daftar Pustaka
 http://www.fahmiblogs.com/2011/09/kerajaan-bali.html
 http://www.scribd.com/doc/36399255/Kerajaan-Bali
 indahsarigk.blogspot.co.id/2012/12/makalah-kerajaan-majapahit.html
 hard-stnp.blogspot.co.id/2012/09/h.html

10

You might also like