You are on page 1of 13

TUGAS MATA KULIAH MATERNITAS

“PERSALINAN”.

Dosen Pembimbing : Ns.Ernauli Meliyana,M.Kep

Disusun oleh :

KHOIRIYAH (221560112011)
RISMA YUNITA (221560112013)
WANDI PRIYANTO (221560112019)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEPERAWATAN (S1) DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKERS MEDISTRA INDONESIA
TAHUN 2022-2023
A. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara spontan (Manuaba,
1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih
peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan
(Guyton & Hall, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007: 100).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Saragih, 2017),ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses persalinan


normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage, Passenger, Psikis ibu
bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian berikut;
1. Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin untuk lahir. Dalam
proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga, yaitu primer dan sekunder.
a. Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang berlangsung sejak
muncul tanda-tanda persalinan hingga pembukaan lengkap.
b. Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah pembukaan
lengkap.
2. Passenger (janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang
meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus), serta jumlah
janin. Pada persalinan normal yang berkaitan dengan passenger antara lain:
janin bersikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam
keadaan fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran berat janin normal
adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit.
3. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Oleh karena
itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
4. Psikis ibu bersalin
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan dianggap hal yang
menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang menimbulkan
kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena
yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak akan
sama, bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri persalinannya tidak
akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya. Sehingga persiapan
psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah
siap dan memahami proses persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama
dengan petugas kesehatan yang akan menolong persalinannya. Dalam proses
persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu yang disertai dengan
perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus meyakini bahwa ia mampu
menjalani proses persalinan dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai
keyakinan positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat
besar saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak semangat
atau mengalami ketakutan yang berlebih maka akan membuat proses
persalinan menjadi sulit.
5. Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah petugas kesehatan
yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan, antara lain: dokter,
bidan, perawat maternitas dan petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi
dalam pertolongan persalinan, menangani kegawataruratan serta melakukan
rujukan jika diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi 15 pertolongan
persalinan dapat menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan cuci
tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari pasien. Pemanfaatan
pertolongan persalinan oleh tenaga professional di masyarakat masih sangat
rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong
persalinan merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses persalinan
yang aman (Nurhapipa, 2015).

C. Proses Persalinan
1. Tanda-Tanda Persalinan Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:
a) Kontraksi (His)
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan dari
pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin yang
secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin.
Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan
kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak
terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan
kontraksi. Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil merasakan
kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan makin kuat
terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa
kencang. Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi
pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan
(fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu
hamil mengalami kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal
untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi persalinan.
b) Pembukaan serviks, dimana primigravida >1,8cm dan multigravida 2,2cm
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini
disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya,
pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya
tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat
melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis
biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher).
c) Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur darah.
Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi pelunakan, pelebaran,
dan penipisan mulut rahim. Bloody show seperti lendir yang kental dan
bercampur darah. Menjelang persalinan terlihat lendir bercampur darah yang
ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai akibat terpisahnya membran selaput
yang menegelilingi janin dan cairan ketuban mulai memisah dari dinding
rahim.
Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban (korioamnion)
yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin
agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar.
Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan ketuban dan
terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya. Cairan ketuban
umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus keluar sampai ibu
akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi
secara normal namun bias juga karena ibu hamil mengalami trauma, infeksi,
atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah. Setelah
ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan dunia luar
dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah harus segera
dilakukan penanganan dan dalam waktu kurang dari 24 jam bayi harus lahir
apabila belum lahir dalam waktu kurang dari 24 jam maka dilakukan
penangana selanjutnya misalnya caesar.
2. Tahapan Persalinan
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang disertai
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau
mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseranpergeseran ketika
serviks membuka (Wiknjosastro dkk, 2005).
a) Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang
dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama,
dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata
durasi total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai
19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam (Bobak, Lowdermilk
& Jensen, 2004). Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan emosinya
karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan
(Manuaba, 2006).
Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali dengan mulai
timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang menghasilkan perubahan
serviks.
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni: · Fase akselerasi. Dalam waktu
2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. · Fase dilatasi maksimal. Dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. ·
Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek (Wiknjosastro
dkk, 2005).
b) Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his
menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat
kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan
maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah
simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk, 2005).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas
waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II
berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala II dapat lebih lama pada
wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks
mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini
adalah 25-57 menit (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi
kala II yaitu 50 menit (Kenneth et al, 2009)
Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan cemas, maka ibu
akan mengalami persalinan yang lebih lama dibandingkan dengan jika ibu
merasa percaya diri dan tenang (Simkin, 2008).

c) Kala III (Kala Uri)


Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro dkk, 2005).
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara
Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan
kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak menyebabkan gangguan
kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder (Manuaba, 2006).

d) Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)


Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika
homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh darah
terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi
terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan
perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan
bersama bayinya (Manuaba, 2008)

D. Manajemen Nyeri Persalinan


1. Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi
sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan
sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan
gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah,
kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan
efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).
Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang
berdiameter besar yaitu:
a) Metode Effluerage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
1) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus
dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan
dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan
ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan
beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah
tekanan sudah tepat.
2) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan
Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat
kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan
gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh
pasien (Gadysa, 2009).

b) Metode deep back massage


memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien
menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan
lagi, begitu seterusnya.

c) Metode firm counter pressure


memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien
menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap
dan beraturan.
d) Abdominal lifting
memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang
dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang
belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan
kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu
seterusnya (Gadysa, 2009).

2. Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan
sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi secara
disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi
ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (Salmah, 2006 ).

Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot dam
menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama
persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus. Ketika
dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin
mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di
antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).
Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa sakit
yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari
proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan sedang mengikuti
waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode mengatasi rasa sakit
akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan
beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat
(Whalley, Simkin & Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi :
a.       Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan 
Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot
selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,
memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi, serta
membuat ibu lelah.
b.      Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu
mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita yang sedang
mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan, amarah, ketakutan,
atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon stres). Kadar
katekolamin yang tinggi di dalam darah dapat memperpanjang persalinan
dengan mengurangi efisiensi kontrasi rahim dan dapat berpengaruh buruk pada
janin dengan mengurangi aliran darah kerahim dan plasenta.
c.       Mengurangi rasa nyeri                                                                              
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri
yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga memungkinkan
ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim, yang juga
mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi)
menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu, konsentrasi mental yang
terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu mengalihkan perhatian
ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan mengurangi kesadaran
ibu akan rasa sakit (Whalley, Simkin, & Keppleer, 2008).
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan
istirahat atau selama proses persalinan :
a.       Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua
tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
b.      Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala
diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut
tidak menggantung.
c.       Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga.
d.      Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
e.       Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada
saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada
sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006).

Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan
sederhana yaitu :  
a.       Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”.
Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat
menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata ”rileks”
tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan dari
tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres.
b.      Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai
empat, atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung
sampai tiga atau empat lagi.
c.       Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.
Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak
mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya ”fuuuuuuuuuh”
(Danuatmadja & Meiliasari, 2004)

E. Pengkajian Bayi Baru Lahir


1. Pemeriksaan antropometri pada BBL
Pemeriksaan yang diukur adalah:
a) Diameter kepala ; normalnya 33-35 cm
b) Lingkar dada ; 30-33 cm
c) Lingkar abdomen= lingkar dada
d) Berat Badan
Berat badan bayi baru lahir dikaji di atas timbangan dengan alat diantara bayi baru
lahir dan ditimbang normal >2500gram.
e) Panjang Badan
Panjang badan di ukur dalam dua tahap dengan pita ukur yang tidak teratur dari
ujung atas kepala ujung bawah spinal dan dari ujung bawah spinal sampai ke tumit.
PB 48 – 53 cm

2. Penilaian APGAR SCORE


APGAR adalah metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam 1 sampai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama untuk
menentukan tindakan, sedangkan menit kelima adalah menentukan prognosa.
A = APPEARANCE -WARNA KULIT/PERMUKAAN TUBUH
P = PULSE--- DENYUT NADI
G = GRIMACE-- RESPON TERHADAP RANGSANGAN
A = ACTIVITY-- GERAKAN EKSTREMITAS
R = RESPIRATORY---PERNAFASAN

Penilaian APGAR SCORE


 Nilai 7-10 : bayi normal
 Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
 Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
 Jika jumlah skor berkisar 4 – 6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan
napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya
bernapas
 Jika nilai skor Apgar antara 0 – 3, membutuhkan resusitasi
3. Pemeriksaan reflex BBL
Reflek pada BBL di sebut reflex primitif Reflek primitif adalah aksi reflek yang
berasal dari dalam pusat sistem saraf yang ditunjukkan oleh bayi baru lahir normal
namun secara neurologis tidak lengkap seperti pada orang dewasa dalam
menanggapi rangsang tertentu. Reflek ini tidak menetap hingga dewasa,namun
lama kelamaan akan menghilang karena dihambat oleh lobus frontal sesuai dengan
tahap perkembangan anak normal

a) Sucking reflex
Refleks menghisap (sucking reflex) Bayi akan melakukan gerakan
menghisap ketika Anda menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi.
Refleks menghisapterjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
b) Rooting reflex
Refleks mencari (rooting reflex) Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap
(dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya
menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap dan mencari
menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan.
c) Reflex Moro
Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada
bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan
punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan
tangan dan kakinya.
d) Tonic neck reflex
Refleks leher (tonic neck reflex) Akan terjadi peningkatan kekuatan otot
(tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu
sisi
e) Grasping /palmar Grasp Reflex
refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan
ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi
akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk
kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak
tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat
f) Babinski Reflex
Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika
bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal.
Hilang di usia 4 bulan.
g) Swimming reflex
ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisi air, ia akan mulai
mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang.Reflek ini akan
menghilang pada usia empat sampai enam bulan.
h) Stepping/walking reflex
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dantelapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akanmelihat
refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan
i) Crawling reflex
Saat bayi diposisikan tengkurap maka bayi akan membentuk posisi
merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.

You might also like