You are on page 1of 3

Nama : Refamati Gulo

NIM : 2201020003
Mata Kuliah : Teologi Sistematika 3 (Eskatologi)
Dosen : Pdt. Dr. Sumbut Yermianto, M.Th.
Tugas : The Moody handbook of theology. Tentang Roh Kudus & Gereja

Roh Kudus adalah satu pribadi/ oknum yang terdapat dalam bagian Tritunggal. Karena
Roh Kudus adalah satu pribadi dari Allah Tritunggal maka studi khusus tentang pribadi dan
karya karyaNya sama pentingnya dengan studi yang lain, bahkan sangat penting dibahas secara
mendalam, dan jikalau bisa mendalami dan mengupas secara menditail.

Pribadi Roh Kudus


Yang menjadi permasalahan sekarang ini dalam pemikiran orang- orang banyak adalah
bahwa pribadi dapat atau bisa eksis hanya dalam diri manusia. Karena personalitas hanya dapat
direlasikan dengan keberadaan yang terbatas. Bukan pada keadaan yang tidak terbatas. Paul enns
mengutip dari buku Gerald F. Hawtone dalam bukunya yang berjudul philipians, in World
Biblical Commentary menyatakan dalam bukunya menyatakan bahwa manusia diciptakan
berdasarkan gambar Allah, maka masuk akal untuk mengharapkan karakteristik yang mirip
antara Allah dan manusia. Karena manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah personalitas
sederhana dapat dijabarkan sebagai yang memiliki akal budi emosi dan kehendak maka dapat
terlihat bahwa Ia adalah suatu pribadi yang memiliki personalitas. Paul enns dalam buku ini juga
menyebutkan bahwa Roh Kudus disebut kadang- kadang sebagai “ sesuatu” atau sekedar suatu
pengaruh.
Roh kudus memiliki akal budi, karena dikatakan bahwa Roh Kudus menyelidiki segala
sesuatu (1kor 2:10). Kata menyelidiki berarti meneliti atau menyelidiki sesuatu. Roh kudus
memiliki pengetahuan, tidak seorang manusia pun memiliki kesadaran atau pengetahuan tentang
pikiran Allah, tetapi Roh Kudus memahami pikiran Allah (1kor 2:11). Roh Kudus memiliki
pikiran, bahkan sebagaimana Roh Kudus mengenal Bapa. Demikian pula Bapa mengenal pikiran
Roh kudus (Rm 8:27). Roh Kudus memiliki emosi atau sensibilitas berarti memiliki perasaan
memiliki kesadaran atau kemampuan untuk memberikan tanggapan pada sesuatu. Roh Kudus
memiliki kehendak mengindikasikan kuasa yang berdaulat dalam pemilihan dan keputusan.
Harus diakui bahwa Sejarah Kekristenan (atau oleh beberapa ahli disebut jugadengan
Sejarah Gereja) di Barat telah sering dipercakapkan, namun Sejarah Kekristenan diTimur tidak
dikenal secara benar. Padahal benihnya sama, yaitu kabar baik tentang Yesus Kristus bagi
seluruh dunia, yang disebut “Injil” oleh orang-orang Kristen. Namun Injil ituditaburkan oleh
penabur yang berbeda, ditanam di tanah yang berbeda, bertumbuh dalamselera yang berbeda,
dan dikumpulkan oleh penuai yang berbeda.
Penelitian dalam bidang Ilmu Sejarah Gereja memang belum banyak diminati oleh para
pembelajar teologi di Indonesia. Meskipun demikian, beberapa hasil penelitian berikut ini telah
melandasi proses pendalaman bidang yang kurang populer ini. Sebuah pernyataan telah
diberikan oleh seorang penulis Ilmu Sejarah Gereja berkenaan dengangereja-gereja di Asia
(tentunya termasuk di Indonesia) yaitu bahwa prioritas sentral bagigereja di Asia seharusnya
berbalik pada fondasi-fondasi teologi. Maksudnya gereja-gereja di Asia seharusnya bersyukur
untuk semua nilai-nilai yang hebat, model-model, dankeuntungan-keuntungan serta pengajaran-
pengajaran yang begitu mendalam yang diwariskan dari gereja di Barat. Meskipun demikian
gereja di Asia seharusnya mempunyai sebuah pemahaman yang obyektif dan mandiri tentang
Alkitab dari konteks Asia. Olehkarena itulah diperlukan pikiran-pikiran dari para teolog di Asia
(termasuk di Indonesia)untuk meletakkan fondasi-fondasi teologi agar dapat menjadi landasan
bagi pelayanangereja-gereja di Indonesia.
Berkenaan dengan istilah Sejarah Gereja, ada beberapa pengertian yang terkaitdan perlu
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, istilah “Sejarah Gereja” (Church History) adalah mata pelajaran yang paling
luas berkenaan dengan masa lalu gereja. Melalui pelajaran Sejarah Gereja seseorang dapat
menemukan apa yang telah dipraktekkan oleh gereja pada masa lalu, apayang telah dipikirkan
oleh para tokoh gereja pada masa lalu, apa pengajaran atau dogmayang telah diajarkan oleh
gereja, bagaimana gereja dapat berinteraksi dengan lingkungan,masyarakat, dan dunia yang lebih
luas. Bahkan seseorang juga dapat mempelajari tentangsusunan liturgi dalam ibadah gereja,
sakramen-sakramen yang dilakukan gereja, gayakotbah para pengkotbah gereja, gaya arsitektur
bangunan gedung gereja, perkembanganmusik gereja, bagaimana misi dan perluasan gereja telah
dilakukan, mengapa terjadi perkembangan dan perbedaan teologi gereja, dan sebagainya.
Kedua, istilah “Teologi Histori” (Historical Theology) adalah suatu istilah umumyang
menunjuk pada wilayah studi yang lebih luas. Bagi beberapa orang istilah itumenunjukkan studi
tentang sejarah doktrin Kristen terutama demi kepentingan formulasi teologi masa kini.
Sedangkan bagi yang lain, istilah itu berarti analisa-analisa dari dogma- dogma gereja dalam
hubungan yang terpisah dengan peristiwa-peristiwa sejarah gereja. Sebagai contoh: karya-karya
dari para apologet abad kedua, yaitu Athenagoras dan Justin Martir, dapat digunakan untuk
mengerti cara gereja melakukan misi ke dunia kafir, dan beberapa ahli cenderung melihat karya-
karya tersebut sebagai jejak-jejak para misonari, dari pada suatu permintaan toleransi kepada
kaisar. Bahkan materi itu dapat juga digunakansebagai dokumen tentang peranan, tempat, dan
persepsi orang-orang Kristen di dalam masyarakat Romawi, yaitu sebagai bukti bagi konstruksi
sejarah kehidupan sosial orang Kristen. Semua bidang pembelajaran ini adalah pokok yang
penting dalam Sejarah Gereja.
Ketiga, istilah “Sejarah Dogma” (History of Dogma) adalah sejarah dari tema-tema
doktrinal yang telah menerima definisi normatif dari gereja. Contoh: Konsili-konsili Nicea dan
Konstantinopel bergerak ke arah definisi dogmatik sepenuhnya tentang Trinitas,sementara itu
Konsili Chalcedon menawarkan gereja dengan definisi ortodox tentangKristologi. Berkenaan
dengan doktrin kasih karunia, pada masa awal Kekristenan telahgagal diformulasikan, namun
telah ditentukan bahwa keselamatan tidak dapat terjaditerpisah dari kasih karunia.
Keempat, istilah “Sejarah Pemikiran Kristen” (History of Christian Thought)
memperkenalkan suatu bidang yang lebih luas karena yang dituntut dari bidang itu tentang
penyelidikan seluruh jajaran pemikiran Kristen, termasuk topik-topik yang melebihi batas- batas
teologi. Misal sejarah kerohanian, termasuk diskusi tentang kehidupan dan kesalehanKristen,
bahkan topik tentang hubungan pemikiran Kristen dengan bangkitnya ilmu pengetahuan modern,
itu semua menjadi diskusi di dalam bidang ini. Jadi Sejarah PemikiranKristen berfungsi sebagai
dasar dari Teologi Histori, karena tanpa itu maka Sejarah Doktrinmaupun Sejarah Dogma tidak
dapat berfungsi. Doktrin-doktrin dan dogma-dogma itusendiri hanya dapat dimengerti dalam
konteks keagamaan yang terkait dengan cara-carahidup, berpikir, bertindak dari orang-orang
Kristen di tengah masyarakat. Dengan perkataanlain isu-isu doktrinal akan menjadi jelas ketika
terjadi interaksi antara gereja dengan budayayang mengelilinginya, bahkan hubungan timbal
balik antara formulasi-formulasi doktrinaldan kehidupan gereja di dalam konteks sejarah maupun
budayanya.

You might also like