You are on page 1of 8

MODUL I

PENGOLAHAN MINERAL

A. Data Praktikum dan Perhitungan


Pada praktikum Pengolaah Mineral ini, data yang digunakan adalah sebagai
berikut

Kelompok pH Collector Frother Activator Massa Feed Masa Kalkopirit


(tetes) (tetes) (Ya/Tidak) (Gram) terangkat
(gram)
4 11 20 5 Ya 250 3,52
2 9 20 5 Ya 250 11,3773
3 11 20 5 tidak 250 1,4934
8 11 25 5 Ya 250 22,885
12 11 20 10 Ya 250 11,3145
Perhitungan data kelompok 4:

100 c ( f −t )
Recovery %Recovery= x 100 %
f (c−t)
c−t
Rasio Konsentrasi  Rasio Konsentrasi=
f −t
c
Enrichment Ratio Enrichment ratio=
f
100 x 9,15(2−1,8979)
%Recovery= x 100 %=6,44 %
2(9,15−1,8979)
9,15−1,8979
Rasio Konsentrasi= =71,029
2−1,8979
9,15
Enrichment ratio= =4,575
2

Kelompo %Fee %Concentrat %Tailin Recover Rasio Enrichmen


k d e g y Konsentras t Ratio
(f) (c) (t) i
4 2% 9,15% 1,8979% 6,44% 71,029 4,575

1
2

B. Analisis
a. Analisis Prosedur

Pada praktikum modul I Pengolahan Mineral ini, memiliki tujuan yaitu


untuk mempelajari macam-macam proses pengolahan mineral sebagai tahap
awal proses ekstraksi logam serta memahami prinsip penggunaanya, khususnya
froth flotation. Praktikum pengolahan minaeral ini dilakukan untuk memisahkan
mineral berharga dengan mineral tak berharga secara mekanis, dengan tujuan
untuk menghasilkan produk yang memiliki banyak mineral berharga
(konsentrat) dan sedikit pengotor (tailing). Metode yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah Froth flotation. Froth flotation merupakan proses
pemisahan secara fisik-kimia yang memanfaatkan sifat permukaan dari mineral
berharga dan pengotor

Praktikan pada kelompok 4 melakukan tahap pertama yaitu


mempesiapkan alat dan bahan. Mineral yang dipakai pada percobaan ini adalah
kalkopirit (CuFeS2). Setelah itu, dilakukan penimbangan bijih feed kalkopirit
sebanyak 250 gram menggunakan timbangan digital. Kemudian, praktikan
meletakan feed di wadah mesin Denver Flotation. Setelah itu, ditambahkan air
sebanyak 1 L ke dalam wadah yang berisi feed. Untuk menciptakan suasana
proses yang basa, dilakukan penambahan NaOH ke dalam wadah yang sudah
berisi feed dan air. Penambahan NaOH sebanyak 8 ml dan menciptakan kondisi
proses memiliki pH 1. NaOH disini berperan sebagai pH regulator agar mineral
dapat mengapung dengan baik pada lingkungan yang sesuai.. Selanjutnya
dilakukan penambahan reagen, dimana dilakukan penambahan oleic acid
(C18H34O) menggunakan pipet tetes sebanyak 20 tetes. Oleic acid yang
ditambahkan berperan sebagai collector dimana fungsinya adalah mengubah
permukaan mineral yang kita inginkan dari yang sifatnya hidrofilik menjadi
hidrofobik agar dapat mengapung bersama gelembung. Setelah itu, ditambahkan
reagen frother. Pada praktikum ini, frother yang digunakan adalah pine oil
sebanyak 5 tetes. Frother ditambahkan untuk menurunkan tegangan permukaan
gelembung agar gelembung lebih kuat. Setelah ity, dilakukan penambahan
activator dimana pada praktikum kali ini, activator yang ditambahkan adalah
CuSO4 sebanyak 15-20 tetes. Activator ditambahkan untuk membantu kolektor
3

agar interaksi kolektor dengan mineral tersebut berjalan baik. Setelah semua
reagen ditambahkan ke wadah, selanjutnya mesin Denver flotation pun
dinyalakan. Kecepatan putaran pada mesin ini diatur diangka 1750RPM dengan
waktu flotasi 15 menit.

Ketika mesin denver flotation dinyalakan, terlihat muncul gelembung


gelembung yang pada permukaanya terlihat banyak bintik-bintik mineral yang
ikut bersama gelembung, dimana mineral yang mengapung tersebut adalah
mineral yang memiliki kadar Cu yang lumayan banyak. Selama menunggu
proses flotasi, praktikan menyusun kertas saring di wadah lain yang nantinya
akan digunakan sebagai tempat pemisahan buih buih dengan air. Ketika buih
sudah terbentuk lumayan banyak, buih pun diambil dengan menggunakan
sendok dan memisahkannya ke kertas saring. Saat dilakukan flotasi, tampak
banyak endapan yang terbentuk di dasar wadah mesin, sehingga praktikan
beberapa kali mengaduk feed yang terdapat di dasar wadah mesin, agar mineral
yang terperangkap di dasar wadah dapat ikut terflotasi. Setelah waktu flotasi
telah selesai, selanjutnya mineral dan buih yang terdapat di kertas saring
dilakukan pengeringan dengan menggunakan dryer selama beberapa saat. Proses
pengeringan dilakukan hingga menghasilkan serbuk-serbuk konsentrat padat dan
kering. Selanjutnya, dilakukan penimbangan konsentrat, dan didapat hasil
sebanyak 3,52 gram.

Praktikan hanya melakukan percobaan pengolahan mineral satu kali,


selanjutnya akan digunakan data dari kelompok 2,3,8,dan 12 sebagai
perbandingan hasil percobaan.

b. Pengaruh pH

Praktikum kali ini mengenai pengolahan mineral, dimana pada tahap


separasi menggunakan metode froth flotation. Proses froth flotation
memanfaatkan sifat sifat permukaan pada mineral yaitu sifat hidrofilik dan
hidrofobik. Selain itu, terdapat dua factor yang mempengaruhi proses flotasi,
yaitu proses pengapungan dan reagen kimia.
4

Reagen kimia yang digunakan pada proses flotasi salah satunya adalah
pH regulator. pH regulator perlu ditambahkan paada proses flotasi karena
mineral dapat mengapung pada pH tertentu dan reagen bekerja baik pada pH
tertentu. pH dimana mineral-mineral dapat mengapung denganbaik disebut pH
kritis, dimana nilai nya akan tergantung kepada jenis kolektor dan konsentrasi
kolektor yang digunakan. Pada praktikum yang dilakukan kelompok 4 kali ini,
digunakan pH regulator NaOH hingga tercipta lingkungan basa dengan pH 11.
Feed kalkopirit yang digunakan sebanyak 250 gram dengan collector 20 tetes
dan frother 5 tetes serta penggunaan activator. Setelah dilakukan proses flotasi
selama 15 menit, didapat konsentrat yang dihasilkan sebanyak 3,52 gram.

Praktikan membandingkan data dengan kelompok 2. Kondisi percobaan


mereka berada pada pH 9. Sedangkan parameter lainnya pada percobaan ini,
sama dengan parameter kelompok 4. Pada percobaaan froth flotation dengan pH
9, didapat hasil konsentrat sebanyak 11,3773 gram.

Hasil dari percobaan ini, pada pH 11, didapat hasil konsentrat sebanyak
3,52 gram, sedangkan pada pH 9 didapat hasil konsentrat sebanyak 11,3773
gram. Hal ini sesuai dengan literatur dan menunjukan bahwa proses flotasi dari
mineral kalkopirit dapat berlangsung pada pH basa. Namun didapat hasil bahwa
pH 9 menghasilkan jumlah konsentrat yang lebih banyak disbanding pH 11. Hal
ini kemungkinan dengan pH 9, merupakan pH optimal dan kemungkinan juga
merupakan pH kritis untuk mendapat hasil konsentrat yang maksimal disbanding
pH 11.

c. Pengaruh Collector

Pada proses froth flotation, reagen kimia menjadi factor penting


disamping proses pengapungan. Salah satu reagen kimia yang berperan adalah
kolektor. Kolektor pada percobaan ini adalah oleic acid (C18H34O2). Penggunaan
oleic acid sebagai kolektor sesuai dengan sifatnya yaitu heteropolar. Sifat
heteropolar dibutuhkan untuk membuat mineral yang awalnya bersifat hidrofilik
menjadi hidrofobik sehingga dapat mengapung bersama gelembung udara. Oleic
5

acid mengandung 2 bagian atau 2 sisi. Pada sisi satu, merupakan rantai Panjang
C-H yang bersifat nonpolar sehingga akan berfungsi melekat pada gelembung.
Sedangkan pada sisi lainnya adalah COOH atau group asam karboksilat dimana
memiliki sifat polar dan akan berikatan dengan mineral yang hidrofilik.Ju.mlah
pemakaian kolektro bergantung pada pH dan luas permukaan partikel yang akan
diselimuti

Kelompok 4 menggunakan kolektor sebanyak 20 tetes yang


dipalikasikan dengan pipet. Feed merupakan kalkopirit sebanyak 250 gram, pH
proses sebesar 11, frother sebanyak 5 tetes dan menggunakan activator. Hasil
konsentrat yang didapat adalah 3,52 gram. Pada percobaan yang dilakukan oleh
kelompok 8, digunakan kolektor sebanyak 25 tetes yang diaplikasikan dengan
pipet. Parameter lain yang digunakan oleh kelompok 8 adalah sama dengan
kelompok 4, yaitu jumlah feed, pH, activator dan frother. Hasil yang didapat
adalah 22,885 gram konsentrat.

Hasil percobaan menunjukan pengaruh kolektor pada proses flotasi,


dimana dengan semakin meningkatnya jumlah kolektor, masa mineral yang
terflotasi akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana dengan
semakin banyaknya kolektor, maka mineral yang semula adalah hidrofilik akan
banyak yang berubah sifat menjadi hidrofobik karena kolektor. Semakin
banyaknya kolektor memungkinkan lebih banyak reaksi permukaan antara
mineral dengan kolektor sehingga mineral yang terangkat bersam gelembung
pun lebih banyak.

d. Pengaruh Frother

Frother merupakan salah satu reagen yang digunakan dalam proses


flotasi. Frother adalah senyawa yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan gelembung sehingga gelembung tidak mudah pecah. Pada percobaan
kali ini, frother yang digunakan adalah pine oil.

Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu dengan jumlah frother


sebanyak 5 tetes. Hasil konsentrat yang didapat sebagai hasil flotasi adalah 3,52
gram. Apabila dibandingkan dengan hasil percobaan kelompok 12, dimana pada
6

percobaannya menggunakan frother sebanyak 10 tetes. Hasil yang didapatkan


yaitu konsentrat sebanyak 11,3145 gram. Parameter lainnya yang digunakan
pada percobaan kelompok 4 dan kelompok 12 adalah sama.

Dengan meningkatnya konsentrasi frother sehingga hasil dari flotasi juga


akan semakin banyak. Hal ini sesuai literatur, bahwa konsentrasi frother yang
meningkat akan menyebabkan mineral hasil flotasi yang terangkat
gelembungpun juga semakin banyak. Namun pemakaian frother berlebih atau
melewati batas optimum, akan membuat hasil yang tidak efektif dan hasil yang
menurun karena gelembung tidak dapat ditempel dengan mineral. Meningkatnya
konsentrasi frother membuat gelembung akan lebih stabil dan lebih kuat dalam
membawa mineral di sekelilingnya sehingga banyak mineral hasil proses flotasi
pun meningkat.

e. Pengaruh Activator

Aktivator adalah salah satu reagen yang digunakan pada proses froth
flotation. Fungsi dari activator ini adalah untuk mmebantu kolektor agar
interaksi kolektor dengan mineral yang dituju dapat bekerja dengan baik.
Pemilihan activator disesuaikan dengan mineral dan kolektor yang digunakan.
Pada percobaan kali ini, praktikan kelompok 4 menggunakan activator CuSO4.

Penggunaan CuSO4 untuk proses flotasi kalkopirit (CuFeS2) sesuai


dengan literatur. Tembaga sulfat digunakan sebagai aktivator dalam flotasi
sulfida logam dasar karena mendorong interaksi molekul kolektor dengan
permukaan mineral. Praktikan kelompok 4 menggunakan activator pada proses
flotasi, sehingga didapat hasil konsentrat sebanyak 3,52 gram. Apabila
dibandingkan dengan data hasil kelompok 3 dimana pada proses flotasinya tidak
menggunakan activator, didapat hasil konsentrat sebanyak 1,4934 gram.

Hasil dari proses flotasi yang menggunakan activator akan menghasilkan


konsentrat yang lebih banyak dibanding proses flotasi yang tidak menggunakan
activator. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana fungsi dari activator ini adalah
mendorong interaksi molekul kolektor dengan permukaan mineral sehingga
didapat hasil flotasi atau konsentrat yang lebih banyak.
7

f. Perhitungan Recovery

Pada kelompok 4, dimana bahan baku berupa kalkopirit memilki kadar


feed 2%, kadar konsentrat 9,15% dan kadar tailing 1,8979%. Recovery yang
sebelumnya sudah dihitung, didapat persentase recovery sebesar 6,44%.
Recovery menyatakan jumlah atau presentase mineral berharga yang dapat
diambil dari umpan dan masuk ke konsentrat. Nilai ini menunjukan rasio
mineral berharga yang ada dalam konsentrat disbanding dengan mineral
berharga dalam bijih, dan dapat menunjukan efisiensi pemisahan. Rasio
konsentrasi yang didapat pada percobaan ini sebesar 71,029. Rasio konsentrasi
menyatakan jumlah umpan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu ton
konsetrat. Selain itu, perhitungan terhadap enrichment ratio sebesar 4,575.
Enrichment ratio menunjukan rasio kandungan mineral berharga dalam
konsentrat dibanding dengan kandungan mineral berharga dalam feed.

C. Kesimpulan
Setelah praktikum dilakukan, didapat kesimpulan sebagai berikut :
 Proses separasi yang dilakukan pada praktikum kali ini dengan metode froth
flotation
 Proses froth flotation dengan pH 9 menghasilkan jumlah konsentrat yang
lebih banyak yaitu sebesar 11,3773 gram dibanding proses flotasi dengan
pH 11 yang menghasilkan jumlah konsentrat 3,52 gram
 Collector bertambah, maka konsentrat akan bertambah. Proses froth
flotation dengan jumlah pemakaian kolektor 25 tetes menghasilkan
konsentrat yang lebih banyak yaitu 22,885 gram, dibanding proses flotais
dnegan pemakaian kolektor 20 tetes meghasilkan konsentrat sebanyak 3,52
gram
 Frother yang bertambah, maka konsentrat akan bertambah. Proses froth
flotation dengan penggunaan frother sebanyak 10 tetes menghasilkan
konsentrat lebih banyak yaitu 11,3145 gram , sedangkan bila menggunakan
frother sebanyak 5 tetes menghasilkan konsentrat sebnayakn 3,52 gram
 Activator yang bertambah, maka konsentrat akan bertambah. Proses froth
flotation dengan penggunaan activator akan menghasilkan konsentrat yang
8

lebih banyak, yaitu 3,52 gram, dibandingkan dengan proses flotasi tanpa
activator yang menghasilkan konsentrat sebanyak 1,4934 gram.
 Perhitungan yang didapatkan oleh kelompok 4 yaitu persentase recovery
sebesar 6,44%; rasio konsentrasi sebesar 71,029; dab enrichment ratio
sebesar 4,575
D. Saran
Setelah melakukan praktikum hidrometalurgi, saran yang dapat praktikan
sampaikan diantaranya :
 Sebaiknya digunakan variable depressan juga untuk mengetahui prosesnya
 Pemberian pH regulator sebaiknya menggunakan larutan asam dan basa
untuk melihat efek dari keduanya, dan tidak menggunakan 2 larutan yang
sama sama asam atau 2 larutan sama sama basa
E. Referensi
[1] Modul Praktikum Metalurgi Ekstraksi 2019
[2] Flotation separation of copper/lead concentrate. [Online]
https://www.researchgate.net/figure/Flotation-of-chalcopyrite-and-
galena-in-the-presence-of-these-four-depressants-as-a_fig3_257737705.
Terakhir diakses 22/02/2019]
[3] Effect of pH Pulp Potential and Sulphide Mineral Flotation [Online].
https://pdfs.semanticscholar.org/3d14/aac3124af6918160b4be8c082b9f9
0afd3e1.pdf. Terakhir diakses 22/09/2019

You might also like