You are on page 1of 18

EKSPLOITASI ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Bahasa Inggris Hukum II

Dosen Pengampu:
Dita Handayani, S.S., M.Ag

Disusun Oleh:

Salma Rizky Salsabila 210418023


Anggit Nurul Afifah 210418004

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Yang

telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan

Makalah Pengantar Ilmu Hukum ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini

kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Bahasa Inggris

Hukum II. Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula

dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

mohon maaf atas segala kekurangannya. Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Dita

Handayani, S.S.,M.Ag sebagai pengajar mata kuliah Bahasa Inggris Hukum II yang telah

membimbing kami dalam

Bandung, 15 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Makalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Makalah..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Pengertian Eksploitasi Anak...........................................................................................6
B. Macam-macam Eksploitasi.............................................................................................6
C. Eksploitasi Ekonomi.......................................................................................................7
D. Eksploitasi Seksual..........................................................................................................8
E. Eksploitasi Sosial............................................................................................................9
F. Eksploitasi Fisik..............................................................................................................9
G. Faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Anak...............................................................10
1. Faktor Ekonomi.........................................................................................................10
2. Faktor Pendidikan......................................................................................................11
3. Faktor Lingkungan....................................................................................................11
H. Perlindungan Hukum atas Eksploitasi Anak.................................................................12
1. Bidang Kesehatan......................................................................................................12
2. Bidang Pendidikan.....................................................................................................13
3. Bidang Sosial.............................................................................................................13
I. Pandangan Hukum Islam tentang Perlindungan Anak terhadap Eksploitasi................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan eksploitasi anak adalah tindakan yang dilarang menurut hukum di

Indonesia yang sudah diatur oleh Undang Undang 1945. Anak adalah sebuah

anugerah dan amanah yang Allah berikan pada kita yang didalam dirinya terdapat

sebuah hak dan kewajiban seperti hal nya anak-anak lain pada umumnya. Oleh sebab

itu, pemerintah melakukan upaya dan melindungi dari eksploitasi anak dengan

menetapkan sebuah UU No 35 Tahun 2014, adalah ketetapan yang membahas dan

menjamin hak-hak anak yang harus mereka dapatkan, serta memberikan perlindungan

hukum terhadap anak-anak jika mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai

dengan peraturan tersebut.

Kasus eksplotasi pada anak sangat membutuhkan perhatian khusus dari

pemerintah. Salah satu kasus yang telah terjadi dimana ada seorang anak kecil di

bawah umur yang di culik yang telah dijalankan oleh seseorang tanpa dikenali atau

pada saudara korban telah di paksa untuk melakukan eksploitasi anak ekonomi dan

seksual. Pelaku telah bebas dari tuntutan dengan alasan untuk memenuhi ekonomi

yang kurang, namun disini perlu garisbawahi bahwa ada dampak yang ditimbulkan

pada korban di usianya yang masih sangat muda.

Anak-anak harus dilindungi dari kekejaman, kekerasan dan penindasan. Dalam

bentuk dan alasan apapun tidak benarkan bahwa anak menjadi bahan perdagangan.

Karena hal itu dapat merugikan pendidikan anak, kesehatan mentalnya dan masa

depannya.

4
B. Rumusan Makalah
1. Bagaimana eksploitasi anak itu?

2. Jenis-jenis apa saja eksploitasi anak yang ada di Indonesia?

3. Apa latar belakang terjadinya eksploitasi pada anak?

4. Bagaimana hukum berbicara mengenai eksploitasi pada anak?

5. Bagaimana hukum Islam mengunngkap tentang eksploitasi anak?

C. Tujuan Makalah
1. Memahami terminologi eksploitasi anak

2. Mengetahui macam-macam eksploitasi anak

3. Mengetahui penyebab dan factor terjadinya eksploitasi pada anak, serta

penanggulangannya

4. Memahami dari segi hukum di Indonesia tentang eksploitasi anak, dan juga sanksi

bagi pelanggarannya

5. Mengetahui dan memahami hukum Islam mengenai eksploitasi anak, kejahatan

pada anak, serta penyebab-penyebab yang ditimbulkannya

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Eksploitasi Anak


Eksploitasi adalah tindakan dengan tanpa persetujuan korban yang tidak terbatas pada

pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan,

penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara

melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau

pemanfaatan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan

keuntungan baik materiil maupun immateriil.1

Eksploitasi menurut terminologi berasal dari kata ausbeuten yang berarti pemanfaatan

secara tidak adil demi kepentingan sesuatu2. Eksploitasi dan dominasi mempunyai sisi

yang sama, dominasi merupakan tindakan penaklukan atau penguasaan melalui

eksploitasi demi mendapatkan keuntungan pribadi. Eksploitasi sesungguhnya selalu

diwarnai oleh salah satu pihak yang mendominasi pihak lain demi keuntungan atau

kekuasaan pribadi.

Jadi, eksploitasi anak adalah perbuatan yang memanfaatkan anak sesuai kehendak

untuk kepentingan dirinya sendiri yang dilakukan oleh keluarga atau orang lain dan

perbuatan tersebut mengganggu tumbuh kembang fisik dan mental anak. Pada intinya,

eksploitasi anak yaitu perbuatan yang menghilangkan hak-hak anak.

B. Macam-macam Eksploitasi
Dapat di temukan di lingkungan sekitar kita ketika hendak memulai aktivitas. Dapat

kita lihat di pinggiran jalan seorang anak yang mengimis di jalanan, mengamen di lampu

lalu lintas. Sesekali ibu dari anak itu hanya duduk saja menunggu hasil kerja kerasnya.

1
Undang-Undang Peberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Nomor 21 tahun 2007 Pasal 1 ayat
7
2
Bagong Suyanto, Anak Perempuan Yang Dilacurkan; Korban Eksploitasi di Industri Seksual
Komersial, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hlm. 162

6
Kondisi ekonomi yang alami menyebabkan seorang anak mau tak mau harus mengamen

atau mengemis demi memperoleh sesuap nasi. Namun Tindakan yang sebenarnya terjadi

tidaklah benar, seorang anak memiliki hak dan kewajibannya sendiri, sehingga pekerjaan

itu bukanlah sebuah kewajiban yang harus dilakukannya.

Bentuk-bentuk eksploitasi pada anak terdapat berbagai mcam, dan yang sering kita

jumpai adalah eksploitasi anak pada ekonomi dan seksual. Namun ada juga kita lihat

perkembangan sekarang ini terdapat eksploitasi fisik dan sosial.

C. Eksploitasi Ekonomi
Eksploitasi ekonomi pada anak yaitu dengan menyalahgunakan tenaga anak berupa

dimanfaatkan fisiknya untuk bekerja demi keuntungan orang yang mengeksploitasinya.

Pekerjaan tersebut membuat anak kehilangan hak-haknya, misalnya karena dipaksa

bekerja, anak tersebut tidak bisa sekolah, jarang dikasih makan, dan sebagainya.

Pekerjaan tersebut juga seharusnya belum bisa dikerjaan oleh seorang anak. Mirisnya,

menurut data International Labour Organization, sekitar 168 juta anak menjadi pekerja

anak dan sekitar 85 juta anak melakukan pekerjaan yang berbahaya.

Pengaturan hukum eksploitasi terhadap anak khususnya eksploitasi secara ekonomi

dalam bentuk pemanfaatan anak untuk berdagang asongan diatur pada Pasal 13 (1b) UU

perlindungan anak, menjelaskan bahwa seorang anak memiliki hak untuk memperoleh

rasa aman dari tindakan eksploitasi baik secara seksual ataupun ekonomi.

Diperkuat dengan ayat (2) yang menjelaskan bahwa, akan diberikan pemberatan

hukuman apabila pihak yang melakukan eksploitasi tersebut adalah pengasuh dari

seorang anak, wali, serta orang tuanya. Dengan demikian, tindakan setiap orang, baik itu

orang tua atau orang lain yang memberikan pekerjaan kepada seorang anak untuk

menjadi pedagang asongan termasuk sebagai sebuah kegiatan dari eksploitasi kepada

7
anak dari segi ekonomi. Selain pasal 13, perlindungan anak terhadap kejahatan

eksploitasi juga dipertegas dalam pasal 59 (1) serta (2), Selanjutnya dalam pasal 66 yang

menjelaskan mengenai upaya-upaya apa saja yang harus dijalankan oleh pemerintahan

Daerah, lembaga pemerintahan, serta lembaga lain yang pada hal mampu memberikan

sebuah perlindungan khusus terhadap anak yang menjadi korban eksploitasi ekonomi.

D. Eksploitasi Seksual
Seksual menurut terminologi adalah hal reproduksi/perkembangbiakan lewat

penyatuan dua individu yang berbeda yang masing-masing menghasilkan sebutir telur dan

sperma, perangsangan melalui alat kelamin, daerah-daerah sensitif atau erogenus, atau

dengan proses perkembangbiakan3

Eksploitasi Seksual pada anak adalah penggunaan anak untuk tujuan pemenuhan

hasrat seksual dengan imbalan tunai atau dalam bentuk lain antara anak, pembeli jasa seks,

penikmat,perantara atau agen, dan pihak lain yang memperoleh keuntungan dari

perdagangan seksualitas anak tersebut meliputi:

a. Prostitusi anak yaitu penggunaan anak dalam kegiatan seksual dengan

pembayaran atau dengan imbalan.

b. Pornografi anak yaitu setiap representasi dengan saran apapun, pelibatan

secara eksplisit seorang anak dalam kegiatan seksual baik secara nyata maupun

disimulasikan atau secara representasi dari organ-organ seksual anak untuk tujuan seksual.

c. Perdagangan anak untuk tujuan seksual, memperjual-belikan anak kepada

agen, perantara atau penikmat, demi tujuan seksual Eksploitasi seksual dapat berupa

perlakuan yang tidak senonoh dari orang dewasa, kegiatan yang menjuru pada pornografi,

perkataan-perkataan porno, membuat anak malu, menelanjangi anak, prostitusi anak,

menggunakan anak untuk produk pornografi dan melibatkan anak dalam bisnis prostitusi
3
Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, hlm 459

8
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 hanya

menyebutkan dua pasal tentang larangan melakukan eksploitasi seksual dan eksploitasi

ekonomi pada anak yaitu pasal 76 huruf I dan Pasal 88 dengan ancaman hukuman penjara

maksimal 10 tahun dan atau denda paling banyak 200 juta rupiah.

E. Eksploitasi Sosial
Eksploitasi sosial mempunyai sisi yang sama dengan eksploitasi secara fisik.

Eksploitasi sosial adalah segala bentuk penyalahgunaan ketidakmampuan seorang anak

yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak, seperti kata-kata

yang ancaman kepada anak atau menakut-nakuti, penghinaan terhadap anak, penolakan,

perlakuan negatif, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk perkembangan emosi

anak, memberi hukuman yang kejam pada anak-anak seperti mengunci anak pada kamar

yang gelap, mengunci didalam kamar mandi, dipukul, dipasung, dan perbuatan

menyimpang lainnya atau eksploitasi sosial adalah segala sesuatu yang bisa menyebabkan

terhambatnya perkembangan emosiona terhadap anak.4

F. Eksploitasi Fisik
Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan demi

keuntungan orangtuanya atau golongan tertentu seperti menyuruh anak bekerja dan

meletakkan anak pada pekerjaan-pekerjaan berat yang seharusnya belum pantas untuk

dijalaninya. Dalam hal ini anak-anak dipaksa untuk bekerja dengan segenap tenaganya dan

juga mengancam jiwanya, dengan adanya tekanan fisik yang berat dapat menghambat

pertumbuhan fisiknya, apabila anak tidak mau melaksanakan perintah dari orangtuanya

maka anak akan mendapatkan siksaan dari orangtuanya.

Dalam hal ini, anak-anak dipaksa bekerja menggunakan segenap tenaga dan juga

dapat mengancam jiwanya. Tekanan fisik yang sangat berat dapat menghambat

4
P Joko Subagyo, “Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek”, Rineka Cipta, Jakarta, 1999. Hlm 63

9
perkebangan fisik anak hingga 30% karena mereka mengeluarkan stamina melebihi

kapasitasnya hingga dewasa. Oleh sebab itu, anak-anak akan mengalami cedera fisik yang

diakibatkan oleh pukulan, cambukan, luka bakar, luka jatuh, lecet dan goresan, atau

memar dengan berbagai tingkat penyembuhan, fraktur, luka pada mulut, bibir, rahang, dan

mata5

G. Faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Anak


Beberapa penyebab terjadinya eksploitasi pada anak yang terjadi di Indonesia yang

menyebabkan hilangnya hak-hak anak, baik dari internal maupun eksternal adalah:

H. Faktor Ekonomi
Kebanyakan anak-anak di paksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Harga BBM yang kini naik menjadikan kebutuhan bahan pokok ikut melonjak

harganya. Sehingga anak ikut terjun untuk bekerja. Memperkerjakan anak kemudian

menjadi cara yang tidak sah yang dilakukan oleh orangtua dalam mencukupi

kebutuhan ekonomi yang tidak dapat dipenuhi saat orangta melakukan pekerjaan

tanpa melibatkan anak. Dalam hal ini terlihat bahwa faktor ekonomi yang mendorong

orangtua untuk melakukan tindakan eksploitasi terhadap anak. Keluarga yang tidak

mempunyai kebutuhan ekonomi yang memenuhi standar kehidupan, maka keluarga

akan menempuh cara yang ilegal apabila pendapatan yang mereka dapatkan secara

sah tidak mencukupi, yang kemudia dilihat bahwa kemiskinan mendoro orang untuk

melakukan kejahatan.6

I. Faktor Pendidikan
Faktor Pendidikan menjadi salah satu penyebab ekploitasi pada anak, karena

rendahnya pemahaman orangtua bahwa sang anak memiliki hak-hak yang harus di

5
Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Volume IV No. 1 Mei 2016, diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/69241-ID-eksploitasi-pekerja-anak-pemulung.pdf pada
tanggal 17 Oktober 2022, Pukul 15.18
6
B.Simandjuntak, “Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial”, Bandung, 1981, Hlm 232

10
tunaikan. Perlakuan orangtua yang menyuruh dan mengawasi anaknya yang

mengemis merupakan salah satu bentuk bahwa pendidikan orangtua yang rendah

menyebabkan orangtua tidak paham mendidik anak dengan cara yang tepat.

Orangtua yang mempunyai pendidikan yang rendah hanya mengutamakan

bagaimana anak ikut membantu dalam meringankan beban ekonomi keluarga, dengan

tidak mempertimbangkan dampak dari menyuruh anak bekerja. Tingkat pendidikan

yang rendah juga mengakibatkan orangtua tidak mementingkan Pendidikan sang anak

dan tidak memahami bahwa pendidikan mempunyai arti yang sangat besar di

perkembang anak di masa mendatang.

J. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan sekitar termasuk factor pendorong terjadinya Tindakan

eksploitasi pada anak. Anak yang menlami Tindakan eksploitasi bertempat tinggal di

lingkungan yang kumuh. Dan bisasanya satu keluarga yang tinggal di lingkungan

tersebuat mempunyai pendapat ekonomi yang rendah.

Selain karena factor lingkungan juga ada alas an ikut-ikut temannya, yang

merupakan factor dominan bagi orangtua untuk menyuruh anaknya bekerja di jalanan.

Para orangtua terpengaruh oleh lingkungan sekitar karena beranggapan orangtua lain

pun menyuruh anaknya mengemis dan tidak ada salahnya juga anak mengemis demi

memenuhi kebutuhan orangtuanya dan keluarganya.

K. Perlindungan Hukum atas Eksploitasi Anak


Menurut Aristoteles, hukum adalah suatu yang berbeda ketimbang sekedar mengatur

dan mengekspresikan bentuk dari konstitusi, hukum berfungsi juga untuk mengatur

tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman

atau sanksi terhadap pelanggar7


7
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Cetakan ke-1, Agustus 2009, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal 418

11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah keputusan yang dijatuhkan

hakim kepada terdakwa yang berpedoman pada peraturan resmi yang menjadi pengatur

dan dikuatkan oleh pemerintah, undang-undang, peraturan, patokan (kaidah,ketentuan)

mengenai peristiwa alam yang tertentu8

Dalam pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

1979 tentang Kesejahteraan Anak, bahwa:

“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun

sudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan lingkungan hidup yang

dapat membahayakan atau mengahambat pertumbuhan dan pperkembangan dengan

wajar.”

Undang-Undang No 35 Tahun 2014, Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak menjelaskan:

1. Bidang Kesehatan
Mendapatkan pelayanan kesehatan pada pasal 44 ayat 1: “Pemerintah dan

pemerintah daerah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan

yang komprehensif bagi Anak agar setiap Anak memperoleh derajat kesehatan yang

optimal sejak dalam kandungan”. Selanjutnya pada ayat 3, “upaya kesehatan yang

komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk

pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan”. Pada ayat 4, diselenggarakan secara

cuma-cuma bagi Keluarga tidak mampu9.

B. Bidang Pendidikan
Pasal 48: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan Pendidikan

dasar minmal 9 (Sembilan) tahun untuk semua anak.”

Pasal 50:
8
Lihat KBBI.Web.Id/hukum
9
UU No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

12
a. Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental

dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal.

b. Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi.

C. Bidang Sosial
Pasal 55 Ayat 1: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan

pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial Anak terlantar, baik di dalam

lembaga maupun di luar lembaga”

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2):

Bahwa anak adalah subjek dan warga Negara yang berhak atas perlindungan hak

konstitusionalnya dari serangan orang lain, termasuk menjamin peraturan perundang-

undangan termasuk undang-undang yang pro hak anak.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak:

Pasal 2 berbunyi: “Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan,asuhan berdasarkan

kasih sayang, pelayanan untuk berkembang, pemeliharaan dan perlindungan baik

semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan lingkungan hidup yang

menghambat perkembangan”.

Undang-Undang yang Mengatur tentang Eksploitasi Anak

1. UU Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak

2. Pasal 15 UU Nomor 35 Tahun 2014 bagian (f)

3. Pasal 20 UU Nomor 35 Tahun 2014

4. Pasal 76 I UU Nomor 35 tahun 2014

5. Pasal 88 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Sanksi pelaku eksploitasi anak

13
D. Pandangan Hukum Islam tentang Perlindungan Anak terhadap Eksploitasi
Sebuah penganiayaan, kekerasan telah di jelaskan pada firman Allah subhanahu wa

ta’ala pada surat Al Maidah:45 yang artinya:

“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya

jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan

telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang

melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka

mereka itu adalah orang-orang yang zalim”

Menurut Jumhur Ulama, Hanafiyah, Malikiyah sebagia Syafi’iyah, dan sebuah

Riwayat Ahmad dimana pendapat ini dinilau sebagai yang paling tepat, bahwa ayat-ayat

tentang qisas terhadap anggota badan yang dilukai, melukai atau penganiayaan tetap

berlaku bagi umat islam. Sedangkan menurut ulama kalangan Asy’ariyah bahwa hal ini

tidak berlaku bagi orang islam (syar’u man qablana).10

Sebuah perintah perlindungan Anak terdapat juga pada firman Allah, QS. An Nisa:9,

yang artinya:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka

meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan

hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”11

Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwasanya menjaga anak adalah sebuah Amanah

yang telah Allah berikan. Oleh karena itu, hendaknya sebagai orangtua menjaga amanah

Allah dengan merawatnya dan mengasuhnya dengan baik, memberikan hak-haknya.

10
M.Nurul Irfan,Hukum Pidana Islam, Cetakan Pertama, Maret 2016, Jakarta:Amzah, hal 40
11
Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya. Hlm 101

14
Melaksanakan kewajiban sebagai orangtua memberikan pendidikan dan juga memberi

nafkah.

Syari’at juga menegaskan tidak boleh adanya eksploitasi anak, Allah subhanahu wa

ta’ala berfirman dalam QS Al Isra:31 yang artinya:

“Dan janganlah membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang

memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa

yang besar.”12

Ayat diatas telah menegaskan bahwasanya orangtua tidak berhak untuk merampas

hak-hak anak, merampas masa depan, dengan memperkerjakannya, menjualnya hanya

karena alasan ekonomi. Kata membunuh menurut Djaenab penulis Perlindungan Anak

Perspektif Fiqh dan Perundang-Undangan-tidak hanya memiliki arti membunuh jiwa nya,

namun juga menjerumuskan anak pada masa depan yang suram.13

Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya Hlm 388


12

13
Djaenab, Perlindungan Anak Persfektif Fiqh dan Perundang-undangan (Al-Risalah Volume 10
Nomor 1 Mei 2010), hlm 6

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan hukum bagi anak dibawah umur yang menjadi korban eksploitasi

sebagai artis masih kurang. Padahal, di Indonesia sendiri perangkat hukum dan aturan

yang tersedia sebenarnya sudah jelas menyatakan larangan melibatkan anak bekerja.

Masalahnya sekarang, meski telah ada hukum dan aturan yang melarang keterlibatan

anak bekerja, dalam kenyataan tetap saja bisa ditemui anak-anak yang bernasib malang

dan bekerja sebagai artis yang jauh diluar kemampuan mereka. Meskipun sudah banyak

undang-undang yang mengatur mengenai hak-hak anak, undang-undang tersebut belum

teratur dan belum terarah dalam pengaturannya, karena dari sejumlah undang-undang

yang mengatur tentang hak-hak anak dan larangan eksploitasi anak, belum ada

harmonisasi dalam pelaksanaanya, sehingga pemerintah, penegak hukum dan masyarakat

sukar untuk menerapkannya ditambah lagi ketidakpedulian masyarakat khususnya orang

tua serta kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pendidikan dan kebutuhan hak-hak

anak

B. Saran
1. Untuk pemerintah harus dan lembaga terkait, harus lebih memberikan perhatian

kepada kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan yang melanggar aturan dan

norma-norma kehidupan masyarakat. Pihak pemerintah dan lembaga terkait mempunyai

kewajiban memberikan pemahaman bagi masyarakat dengan cara yang mudah dipahami

tentang peraturan dan perundang-undangan yang berkenaan dengan eksploitasi anak,

khususnya pengemis anak. Selain itu, perlu diadakannya sanksi yang tegas bagi para

orangtua yang melakukan Tindakan eksploitasi terhadap anak demi tegaknya sistem

perlindungan anak di Indonesia. Namun yang paling utama adalah pemerintah membuat

16
lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya, walaupun orangtua sudah diberikan jaminan

sosial dan pelatihan-pelatihan, tetap saja orangtua melakukan tindakan eksploitasi anak

menjadi pengemis, karena pada dasarnya kebutuhan hidup bukan hanya untuk makan

saja tetapi untuk tanggungan lainnya.

2. Kepada masyarakat, dengan lemahnya sistem penegakan hukum perlindungan anak

di Indonesia maka masyarakat juga mempunyai peran untuk melindungi anak. Setiap

unsur masyarakat bisa menjadi agen bagi system perlindungan anak sesuai kapasitasnya.

Mahasiswa misalnya, bisa membuka forum diskusi tentang perlindungan anak, tokoh

agama juga bisa memberikan penjelasan terkait perlindungan anak melalu forum-forum

keagamaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)

Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Cetakan ke-1, Agustus 2009,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

B.Simandjuntak, “Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial”, Bandung, 1981

Bagong Suyanto, Anak Perempuan Yang Dilacurkan; Korban Eksploitasi di Industri Seksual

Komersial, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

Djaenab, Perlindungan Anak Persfektif Fiqh dan Perundang-undangan (Al-Risalah Volume 10

Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Volume IV No. 1 Mei 2016

Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi

Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya

M.Nurul Irfan,Hukum Pidana Islam, Cetakan Pertama, Maret 2016, Jakarta:Amzah, Nomor 1 Mei

2010)

P Joko Subagyo, “Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek”, Rineka Cipta, Jakarta, 1999

Undang-Undang Peberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Nomor 21 tahun 2007 Pasal 1

ayat 7

UU No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

https://media.neliti.com/media/publications/69241-ID-eksploitasi-pekerja-anak-pemulung.pdf

18

You might also like