Professional Documents
Culture Documents
PDF Contoh Kasus Manajemen Risiko - Compress
PDF Contoh Kasus Manajemen Risiko - Compress
Solusi :
Pertama, sebagai perusahaan terbuka, semestinya Bank Global transparan dan menerapkan
dengan seksama asas good corporate governance.
Kedua, seperti dilansir Investor Daily Online (14/12/2004), bahwa kehancuran Bank Global
sangat boleh jadi disebabkan oleh sebuah kolusi antara pengelola Bank Global dengan
Prudence Asset Management (PAM).
Ketiga, kasus Bank Global menarik diikuti karena kasus ini mencoreng citra reksadana,
sebuah instrumen pasar modal yang mengalami pertumbuhan pesat selama dua tahun
terakhir.
Keempat, kasus Bank Global mencerminkan lemahnya pengawasan BI dan Bappepam.
Uraian/ Penjelasan
General market risk merupakan
merupakan resiko yang disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan
oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh
sektor bisnis (Agus Sucipto: Manajemen Risiko). Sehatnya sebuah bank tidak hanya
berpatokan pada aset (modal)
( modal) semata, tetapi juga har
harus
us memperhitungkan faktor manmanajemen
ajemen
risiko yang meliputi delapan faktor, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko hukum, risiko strategi, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Tidak sedikit
para bankir yang tidak bisa
b isa mengelola manajemen risiko
r isiko dengan baik, sehingga
sehi ngga terjadi
pelanggaran prinsip kehati-hatian bank.
bank . Yang terpenting dari kasus-kasus
kasus -kasus pembekuan bank
adalah pembelajaran bagi pemilik maupun pengurus bank untuk bercermin diri dalam
pengelolaan keuangan
keuan gan dan manajemen perbank
perbankan an agar tidak menyimpang dari
dar i ketentuan-
ketentuan yang ada, serta diharuskan menerapkan prudent banking . Lebih khusus lagi, bagi
SPE
SP E C I F I C MA
M A R K E T RI
R I SK
Studi Kasus: PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam sempat
menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh
liputan6.com berikut ini.
Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir mempengaruhi laba-laba
perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data
Bloomberg , nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp
10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini
sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su mengatakan, akibat
dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari pelemahan
rupiah tersebut."Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek untuk pasar.Tapi emiten yang
mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara
Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu
(21/8/2013).
Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba bersih di
setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun saham
yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk
(ISAT). Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih, sedangkan
pengaruh BI Rate hampir sebesar
sebesa r 24% dari raihan laba bersih
bersih..
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga megalami
penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami
penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami
penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga
memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan
keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami
penurunan laba bersih hingga 3,4%. "Pelemahan
"Pel emahan mata uang
u ang rupiah juga berdampak pada PT
Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga sebesar
mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar negeri agar kualitas atas produk yang
dihasilkan tetap terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih
perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan
juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya industri rokok diberatkan dengan aturan
pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok, PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan
pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu aturannya yang
ANALISIS
Specific market risk merupakan
merupakan risiko yang hanya dialami secara khusus pada sektor
atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh (Agus Sucipto: Manajemen Risiko).
Kasus ini termasuk dalam kebijakan yang diberlakukan pada sektor Industri, yaitu rokok.
Sesuai dengan pembahasan studi kasus diatas, PT Gudang Garam ikut merasakan dampak
dari penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang
akan berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham, serta peraturan
pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk serta pendapatan perusahaan. Salah
satu cara yang dilakukan oleh PT Gudang Garam untuk menanggulangi risiko tersebut adalah
dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama
karyawan borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk
mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat
bertambah ketatnya peraturan
pe raturan industri roko
rokokk yang telah ditetapkan oleh
o leh pemerintah.
Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Astra Honda Motor
Status Perusahaan : Perseroan Terbatas
Status Investasi : PMA (Penanaman Modal Asing)
Alamat : Kantor Pusat & Plant 1 (Sunter) Jl. Laksda Yos Sudarso - Sunter I
Jakarta 14350 Tel. +6221.6518080, 30418080 (Hunting) Fax. +6221.6521889, 6518814
Tanggal Pendirian : 11 Juni 1971 sebagai PT Federal Motor 31 Oktober 2000 merger
menjadi PT AHM
Kepemilikan : 50% PT. Astra International Tbk 50% Honda Motor Co., Ltd
Aktivitas : Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Manufaktur, Perakitan dan
Distributor Sepeda Motor HONDA
Jumlah Karyawan : 19.630 orang (Desember 2012)
Studi Kasus
Setiap perusahaan pasti memiliki risiko dalam menjalankan kinerja perusahaanya,
salah satu risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah risiko kredit. Risiko kredit adalah
risiko yang dihadapi sebuah perusahaan karena pendanaan eksternal yang di usahakan oleh
perusahaan.
Dalam pengukuran risiko kredit kita membagi ke dalam penilaian risiko kredit secara
kualitatif, dan penilaian risiko kredit secara kuantitatif. Penilaian kualitatif pada risiko kredit
berkaitan dengan penggunakan kerangka 3R dan 5C. Sedangkan penilaian kuantitatif pada
risiko kredit yaitu dengan menggunakan analisis kuantitatif untuk mengukur risiko kredit.
Ada beberapa metode penilaian kuantitatif, yaitu model scoring kredit, RAROC, yield
income, mortality rate, credit metrics, dan kerangka opsi.
Penilaian Kualitatif
Return (pendapatan) yaitu menilai apakah PT. Astra Honda Motor mempunyai
pendapatan yang memadai dalam
d alam mencukupi atau melunasi h
hutang
utang dan bunganya.
bungan ya.
Repayment Capacity (kemampuan mengembalikan pinjaman) yaitu menilai apakah
PT. Astra Honda Motor mempunyai kapasitas/kemampuan dalam mengembalikan
pinjaman dan bunganya
bungan ya pada saat jatuh tempo.
Risk-bearing Ability yaitu menilai kemampuan PT. Astra Honda Motor dalam
Pedoman 5 C
Risiko tingkat suku bunga ini merupakan risiko terkait dengan kesehatan finansial
perusahaan. Adanya risiko Tingkat Suku Bunga merupakan salah satu indikasi bahwa PT.
Astra Honda Motor menggunakan pendanaan atas investasi dan operasionalnya dengan
modal yang berasal dari luar (external capital ). ). Dengan demikian akan merubah struktur
modal dari perusahaan. Indikasi yang dari modal yang didapatkan dari luar berupa hutang
merupakan salah satu sebab berubahnya struktur modal perusahaan. Dengan struktur modal
yang berubah seiring dengan bertambahnya utang perusahaan maka akan menambah biaya
kebangkrutan perusahaan walaupun taxshield nya bertambah. Biaya kebangkrutan merupakan
salah satu sebab perusahaan sedang mengalami financial distress.
Sumber :
Arianti, sherly .
. 2013. http://sherlyarianti.blogspot.co.id/2013/06/contoh-kasus-manajemen-risiko-
pt-astra.html.. Diakses pada 28 September 2016.
pt-astra.html
Solusi:
Risiko Tingkat suku bunga di PT. Astra Honda Motor ini dapat dilihat dengan
mengetahui utang perusahaan dan membandingkannya dengan modal sendiri perusahaan
yang terhubung dalam struktur modal. Dengan melihat perbandingan antara keduanya, maka
kita bisa melihat bagaimana perusahaan tersebut mempunyai risiko perubahan tingkat suku
bunga yang besar atau rendah.
r endah.
Kemudian untuk mengantisipasi terjadinya risiko suku bunga, upaya-upaya yang
perlu dilakukan
dilakuk an oleh PT. Astra Honda Motor antara
anta ra lain: Mengelompokkan
Mengelo mpokkan aktiva
a ktiva dan pasiva
berdasarkan tingkat kepekaannya dan menyusun perkiraan tingkat suku bunga melalui
berbagai metode sehingga didapat
di dapat perkiraan yang lebih baik.
b aik. Selain itu juga PT. Astra Honda
Hond a
Motor harus tanggap dalam menghadapi perubahan yang potensial akan merugikan
perusahaan.
OPERATIONAL RISK
KODAK
komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur, Steve Sasson,
menemukan kamera digital.
Namun, Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end
kamera bagi pasar niche.Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film initi mereka.
"Ketika (George Eastman) meninggal, ia menyisakan pengaruh pada perusahaan, yang salah
satunya Kodak akan terus terikat dalam nostalgia," kata Nancy Westt, seorang profesor yang
menulis sejarah Kodak dari University of Missouri. "Nostalgia memang indah, tapi itu tidak
memungkinkan orang untuk bergerak maju." tandasnya.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang
bisnis.Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak
memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan
printer dan posting foto ke Facebook.Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera
baru tidak bisa terhubung
terhub ung ke web tanpa membonceng
memboncen g pada smartphone atau koneksi
k oneksi Wi-Fi.
"Orang tidak hanya tertarik dengan fitur baru, kecuali sesuatu yang revolusioner, dan ini
adalah fitur tambahan,"ujar Suzanne Kantra, Editor Blog Teknologi Techlicious dan matan
Editor Teknologi Popular Science.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil
meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan
mengedit foto-foto mereka.Sebaliknya, Kodak berfokus terlalu banyak pada perangkat dan
kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
dilangsungkan 15 Februari nanti. Proposal paket 18 bulan yang diajukan Kodak ini ditentang
para kreditor karena khawatir Kodak tak bisa melunasinya, apalagi jika manajemen
membiarkan kerugian terus menggunung dan gagal mereorganisasi perusahaan.
"Tak akan menjadi Pasal 7," kata hakim, merujuk kode pasal kepailitan di AS yang berarti
sebuah perusahaan harus dilikuidasi.
Paten digital
Perez, mantan eksekutif Hewlett-Packard Co yang menjadi kepala Kodak pada 2005,
beberapa tahun terakhir telah membanting usaha Kodak ke bisnis printer namun gagal
memperbaiki profitabiltas perusahaan. Sejak 2007 Kodak tak bisa lagi untung.Kodak
tertinggal untuk waktu lama dari para pesaingnya, kata Ananda Baruah, analis Brean
Murray.Kodak berjuang keras memenuhi kewajiban pensiun dan lainnya bagi lebih dari
65.000 pekerja, pensiunan dan lainnya.
McCorvey mengatakan Apple Inc, produsen BlackBerry Research in Motion Ltd dan HTC
Corp dari Taiwan mundur dari negosiasi paten karena kondisi keuangan Kodak berdarah-
darah. Litigasi paten terpenting Kodak untuk bisa untung kembali.Kodak menggugat Apple,
Research in Motion dan HTC karena melanggar paten, namun ketiga perusahaan ini
membantah. Menurut McCorvey, Kodak menderita krisis likuiditas yang akut setelah para
vendor menghentikan pengapalan dan penyediaan jasa, serta menuntut jangka pembayaran
yang lebih pendek. Kodak mengaku memiliki dana tunai 820 juta dolar AS, tapi angka itu
anjlok hingga hanya 56,7 juta dolar AS. Dan ini menekan kantor pusat Kodak di Rochester,
New York, di mana jumlah pekerjanya terpangkas menjadi sekitar 7.000 orang dari
sebelumnya 60.000 orang.
Andrew Cuomo, Gubernur New York, menyebut status pailit Kodak ini sebagai berita yang
sulit dan disesalkan oleh kota tersebut, sementara Bank investasi Lazard membantu Kodak
untuk mendapatkan pembeli paten digitalnya. Mark Zupan, dekan fakultas bisnis Universitas
Rochester, mengatakan Kodak masih memiliki banyak sekali nilai sehingga tak perlu
dilikuidasi. "Segmen-segmen akan cukup menguntungkan demi mempertahankan status
leader ketika perusahaan menjadi lebih ramping," katanya. Perez mengatakan pailit akan
membantu Kodak memaksimalisasi nilai paten yang berkaitan dengan pencitraan digital yang
digunakan secara virtual dalam setiap kamera digital modern, ponsel pintar dan tablet.
Andrew Dietderich, pengacara Kodak, berkata kepada Gropper dalam dengar pendapat
Kamis itu bahwa perusahaan itu percaya masih memiliki hak intelektual antara 2,2 - 2,6
miliar dolar AS. Di antara 100.000 kreditor Kodak itu diantaranya adalah Wal-Mart Stores
Inc, Target Corp, Sony Corp dan Walt Disney Co.
Trademark
George Eastman yang putus sekolah SMA dari kawasan utara New York, mendirikan
perusahaan ini pada 1880 dan mulai membuat piringan-piringan
piringan-piri ngan fotografis. Untuk
mengembangkan bisnisnya, dia menggunakan mesin bekas untuk membuat piringan-piringan
foto. Dalam delapan tahun, nama Kodak menjadi trademark. Perusahaan ini lalu
mengenalkan kamera tenteng, lalu film roll-up.Eastman juga mengenalkan "Wage Dividend"
dalam mana perusahaan memberi bonus kepada karyawan berdasarkan kinerjanya.
Kodak lalu membuat kamera-kamera seperti Brownie yang diluncurkan pada 1900 dan
Instamatic pada 1963.Di lamannya, perusahaan ini mengatakan bahwa sebuah kamera Kodak
telah digunakan pada misi Apollo 11 tahun 1969. "Kamera Kodak telah digunakan oleh para
astronot untuk memfilmkan pendaratan di bulan hanya dalam jarak beberapa inchi," kata
NASA. Film Kodak telah digunakan pada 80 film pemenang
p emenang Oscar untuk Film Terbaik.
Pada 1975, Kodak menemukan kamera digital seukuran pemanggang roti. Kamera digital ini
terlalu besar untuk saku fotografer amatir yang kantongnya kini bisa dipenuhi kamera-kamera
digital buatan Canon, Casio dan Nikon.Namun Kodak malah mencampakkan kamera digital
dan bertahun-tahun hanya menyaksikan pesaing-pesaingnya merampas pangsa pasar digital.
Pada 1994, Kodak men- spin off bisnis kimia-nya, Eastman Chemical Co, yang terbukti
berhasil. Kejatuhan Kodak di depan mata ketika September lalu, investor menarik 160 juta
kreditnya sehingga membuat keuangan perusahaan menjadi kering. Belum jelas benar
bagaimanakah Kodak akan menangani kewajiban pensiunya, yang kebanyakan
mengambilnya berdekade-dekade lalu ketika perusahaan-perusahaan AS malah menawarkan
paket pensiun dan kesehatan
kes ehatan yang lebih menarik
menarik..
ANALISIS
1. Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?
Perusahaan Kodak melakukan pinjaman selain untuk memdapatkan modal untuk melakukan
produksi, meminjam modal pada investor juga dapat memperluas penggunaan produk dan
nilai paten dari produk agar perusahaan bisa berkerjasama dengan beberapa perusahaan yang
terkait
2. Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?
Perusahaan Kodak mendapat pinjaman modal dari investornya yang berupa beberapa
perusahaan terkait dan diantaranya secara langgsung menggunakan produk yang dikeluarkan
di keluarkan
oleh perusahaan seperti Wal-Mart Stores Inc, Target Corp, Sony Corp dan Walt Disney Co.
3. Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?
Perusahaan akan melunasi kewajibannya kepada investor jika perusahaan mendapatkan laba
dari penjualan produk, karena perusahaan mengalami kerugian dan pailit, sehingga
perusahaan harus menjual beberapa assetnya serta melaporkan kepailitannya
kepailitann ya kepada
pemerintah agar mendapat
mendap at bantuan dalam melunasi utang-utangnya
u tang-utangnya tersebut
ters ebut
4. Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?
Risiko Operasional
Perusahaan Kodak yang bergerak didunia tekonologi tentu akan banyak mengalami
perubahan dan kemajuan zaman, namun perusahaan ini tidak mampu untuk memproduksi
produk maupun itu menciptakan produk baru ataupun memperbarui produk lama mereka
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para konsumen dan masyarakat luas, sehingga
perusahaan harus menghadapi masalah bahwa produk mereka tertinggal serta kalah bersaing
dengan produk lain dan menimbulkan kerugian pada perusahaan
Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada
sejumlah perusahaan dan investornnya, apalagi perusahaan mengalami pailit karena produk
yang dijual tidak bisa menhasilkan keuntungan pada perusahaan
Risiko Reputasi
Perusahaan terancam memiliki reputasi yang buruk karena banyak pengamat bisnis yang
meramalkan bahwa perusahaan tidak mampu lagi beroperasi karena harga saham perusahaan
yang terus menurun
Risiko Tenaga Kerja
Karena perusahaan secara terus menerus mengalami kerugian maka perusahaan harus
mengurangi banyak tenaga kerjanya serta permasalahan untuk membayar gaji dan biaya
pensiun bagi para karyawannya
kar yawannya yang masih berkerja
Risiko Bisnis
Persaingan bisnis didunia tekonologi sangatlah pesat, pesaing selalu mengeluarkan produk
terbaru dan lebih canggih, sehingga lebih digemari oleh konsumen dan laku dipasaran, risiko
ini menjadi salah satu risiko yang tidak bisa dilalui oleh perusahaan Kodak.
5. Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan
kredit atau berhutang?
Karena Perusahaan Kodak sebenarnya sudah lama bergelut didunia teknologi dan fotograpi,
perusahaan juga sudah punya nilai paten atas beberapa produk yang mereka ciptakan serta
sudah mendapat banyak kepercayaan dari beberapa perusahaan yang menggunakan
produknya tersebut tentu saja perusahaan seharusnya sudah punya banyak pengalaman
tentang sektor ini. Sebaiknya perusahaan membangun kerjasama dengan perusahaan lain
masih terkait dengan dunia fotografi dan teknologi jika memang perusahaan sudah tidak
mampu untuk memproduksi sendiri produk yang dapat laku dipasaran. Dengan berkerjasama
dengan perusahaan lain Kodak masih bisa menggunakan pengalamannya dan berbagai
assetnya yang masih dimiliki untuk keperluan operasional, tanpa harus meminjam modal dari
pihak lain.
Selain itu perusahaan juga dapat beralih ke bidang media sosial seperti yang telah disarankan
oleh analis, selain karena sedang majunya bisnis dalam dunia online, modal yang harus
dikeluarkan jumlahnya pun tidak sebanyak untuk memproduksi perangkat keras yang
biasanya dilakukan oleh
ol eh Kodak selama ini.
Sumber:
http://94genia.blogspot.co.id/2016/02/studi-kasus-manajemen-risiko-berserta.html
RISIKO LIKUIDITAS
Masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang
diberikan Bank Indonesia
diberikan Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat
terjadinya krisis moneter 1998
terjadinya 1998 di
di Indonesia.
Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian
Indonesia dengan
dengan IMF
IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
B L B I dan Hukum
H ukum yang B ungka
ungkam m
Penyimpangan atau korupsi dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) telah
menunjukkan kepada kita ongkos korupsi masa lalu yang harus ditanggung seluruh rakyat
Indonesia. Rakyat jadi korban karena efek berkepanjangannya dalam bentuk pengembalian
utang. Sementara para penjahat diampuni dan tetap dapat 'bertengger' dengan leluasa di atas
pundi-pundi uang yang dicuri. Harus diakui penyimpangan dana BLBI merupakan kasus
korupsi terbesar yang pernah terjadi di negeri ini. Fakta ini bisa dilihat dari hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Dari Rp 144,5 triliun dana BLBI yang dikucurkan kepada 48
bank umum nasional, Rp 138,4 triliun
tr iliun dinyatakan berpotensi
berpo tensi merugikan negara.
Dana-dana tersebut kurang jelas penggunaannya. Juga terdapat penyimpangan dalam
penyaluran maupun penggunaan dana BLBI yang dilakukan pemegang saham, baik secara
langsung atau tidak langsung melalui grup bank tersebut. Sedangkan hasil audit Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terhadap 42 bank penerima BLBI
menemukan penyimpangan sebesar Rp 54,5 triliun. Sebanyak Rp 53,4 triliun merupakan
penyimpangan berindikasi
berind ikasi korupsi dan tindak
ti ndak pidana perban
perbankan.
kan. Upaya menyeret para pel
pelaku
aku
korupsi dana BLBI sampai saat ini masih terbentur kendala penegakan hukum. Seolah hukum
bungkam dan tidak bertaring
ber taring menghadapi
mengh adapi para 'konglomerat hitam'.
h itam'. Untuk
Untu k penanganan kasus
ini, Kejaksaan Agung tidak menunjukkan kemajuan signifikan dari tahun ke tahun.
pengawas bank penerima BLBI, BLBI, ditemui oleh BPK dan BPKP adanya indikasi
penyalahgunaan BLBI oleh bank penerima. Menurut tujuannya, dana BLBI itu hanyalah
untuk dana pihak ketiga (masyarakat), namun pada kenyataannya juga digunakan untuk
membayar kembali transaksi bank yang tidak layak dibiayai oleh dana BLBI.
Oleh karena adanya penyalahgunaan atau penyimpangan penggunaan dana BLBI oleh
bank penerima, yang kemudian ternyata merugikan keuangan negara, maka persoalannya
tentu tidak lagi hanya sekedar kasus yang mesti diselesaikan dengan menggunakan ketentuan
hukum keperdataan. Artinya masalah BLBI telah berkembang menjadi perkara pidana.
Penyalahgunaan dana BLBI yang menimbulkan kerugian keuangan negara itu, telah cukup
memenuhi rumusan hukum pidana berdasarkan UU Nomor 3 tahun 1971 jo UU Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dengan UU
Nomor 20 tahun 2001, untuk membawa kasus-kasus BLBI itu ke dalam proses peradilan
untuk dimintakan pertanggungjawaban pidana.
Meskipun demikian, kita tentu tidak boleh men-generalisasi semua kasus BLBI
sebagai perbuatan melawan hukum dalam konteks k onteks hukum pidana.
pida na. Tentu ada kasus-kasus
kasus-k asus
yang memang terjadi semata-mata karena sesuatu yang mesti diselesaikan melalui jalur
hukum keperdataan. Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang dalam kaitannya dengan
BLBI yang dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidana, di antaranya:
1. pemberian BLBI dilakukan kepada pihak
piha k yang tidak pantas meneriman
menerimanya.
ya.
2. konspirasi antara oknum Bank Indonesia dengan bank penerima BLBI.
3. pemberian BLBI melebihi jumlah yang sepantasnya
sepant asnya
4. penyimpangan dalam penyaluran dana BLBI
Di samping itu, studi hukum yang dilakukan Satgas BLBI telah mengidentifikasi
bentuk-bentuk penyimpangan penggunaan BLBI, antara lain: Penggunaan dana BLBI oleh
penerima secara menyimpang, seperti digunakan untuk keperluan pembelian devisa dan
memindahkan asset ke luar negeri, membawanya ke pasar uang atau digunakan untuk
operasionalisasi bank, serta untuk membayar pinjaman kepada kelompok sendiri (group
perusahaan penerima BLBI). Studi hukum
1. membayar atau melunasi kewajiban kepada pihak terafiliasi.
2. membayar atau melunasi dana pihak ketiga yang melanggar ketentuan.
3. membiayai kontrak derivatif baru atau kerugiaan karena kontrak derivative lama jatuh tempo.
4. membiayai penempatan baru di pasar uang antar bank (PUAB), atau pelunasan kewajiban
yang timbul dari transaksi PUAB.
5. membiayai ekspansi kredit atau merelasasikan kelonggaran tarik dari komitmen kredit yang
sudah ada.
6. bentuk-bentuk penyimpangan
pen yimpangan lainnya seperti:
a. pembayaran kepada pihak
piha k ketiga yang masih mempunyai
mempun yai kewajiban kepada bank
b. penarikan dana tunai dari
dar i giro bank di BI yang penggunaannya
penggun aannya tidak jelas.
jel as.
c. pelunasan kewajiban antar
ant ar bank, dan sebagainya.
sebagain ya.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan modus
operandi yang pada prinsipnya tidak sesuai dengan penggunaan dana BLBI yang seharusnya
dilakukan. Bertolak dari adanya penyimpangan dalam berbagai bentuk dan modus operandi
yang merugikan keuangan negara, maka penyelesaian terhadap kasus-kasus BLBI mesti
ditanggapi dengan menggunakan ketentuan-ketentuan hukum pidana.
Dalam soal penanganan terhadap kasus-kasus penyalahgunaan dana BLBI, kalangan
hukum cenderung pula memperdebatkan aturan-aturan hukum pidana yang mesti digunakan.
Masalahnya terletak pada penerapan ketentuan pidana yang ada dalam UU Nomor 10 tahun
1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan atau ketentuan pidana
dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Artinya, sejauhmana dan dalam hal-hal
menteri di lingkungan Polhukam dengan tim Pemantau Kasus Poso, di Gedung DPR-RI,
Jakarta.
Di lain pihak, KPK sendiri juga terlihat tidak terlalu bernafsu untuk mengambil alih
penanganan kasus korupsi
koru psi yang terkatung-katung
terkatung-katu ng di Kejaksaan Agung. Padahal, KPK sendiri
s endiri
sudah menegaskan akan mengambil alih kasus-kasus korupsi yang ditangani Kejaksaan
Agung dan Polri bila penanganan itu berlarut-larut. Hal itu disampaikan Ketua KPK yang
pada saat itu dijabat oleh Taufiqurahman Ruki seusai menandatangani Keputusan Bersama
antara KPK dan Jaksa Agung tentang kerja sama dalam rangka pemberantasan dan tindakan
korupsi, di Jakarta. Acara tersebut dihadiri antara lain oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara, Taufiq Effendi, Ketua BPK Anwar Nasution, dan Ketua Komisi III DPR Trimedya
Panjaitan. “KPK mempunyai tugas supervisi dan KPK akan ambil alih bila jaksa atau polisi
berlarut-larut dalam menangani kasus korupsi. Memang agak susah kalau tindak pidana
korupsi dengan bukti lengkap tetapi lama ditangani,” demikian kata Ruki. ( Kompas, 7/12/05).
Jadi, kalau MOU antara KPK dan Jaksa Agung tidak dapat memberikan dampak apa-apa
dalam penanganan kasus-kasus tersebut (termasuk kasus BLBI), tentu saja harus dicari
terobosan lain untuk penuntasan kasus BLBI.
Sumber:
http://lastiani16.blogspot.co.id/2014/06/masalah-bantuan-likuiditas-bank.html
RISIKO FRAUD
STUDI KASUS PELANGGARARAN PROFESI AKUNTANSI
“Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk”
Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta
& Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang,
pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated )),,
karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri
Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar
seb esar Rp 23,9 miliar,
mil iar, pada unit
Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan
penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1
dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek
p raktek penggelembungan
p enggelembungan atas laporan
lapo ran keuangan
keuan gan
per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor
PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan
penggelembung an laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik
berprakti k sebagai auditor independen.
indep enden.
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi
dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku
2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik.
p ublik. Akuntan
Akun tan publik
publi k Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Keterkaitan
Keterkaita n Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam
kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated ) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya.
pertanggungjawabann ya. Seperti diketahui,
diket ahui, perusahaan
perusah aan farmasi terbesar
te rbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah
terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan
per soalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab j awab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Kesalahan Pencatatan
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam
laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan
dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan
keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku
pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut.
Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
menyajikan kembali (restated ) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah
mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham
Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya
pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM
sebagai akuntan publik.
Dampak Terhadap Profesi Akuntan
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak
terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi
yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair . Akuntan
sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
Sumber:
http://lindapraba.blogspot.co.id/2015/01/tugas-3-fraud-dan-contoh-kasus-fraud.html
ANALISIS
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana
mana
ditinjau dari segi kepentingan stakeholder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata
yang tidak mampu melakukanreview menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi
lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai
nil ai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu
tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan
ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder .
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
a) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM
HTM
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan
melakuka n audit pada Kimia Farma.
b) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder , dan
menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
c) Mengutamakan reputasi KAP HTM
Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas,
reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam
melakukan perbandingan.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM
dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
dengan st
sta
akeho
kehold
ldeer
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan
para stakeholder HTM.
HTM.
Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam
laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga
yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan
direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pad akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang
seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif
sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen
PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang.
4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak
tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat
jasa angkutannya
angkutann ya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 200 2003.
3.
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan auditor akuntan
publik terjadi
terjad i karena PT KAI tidak
ti dak memiliki tata
t ata kelola perusahaan
perus ahaan yang baik.
b aik. Ketiadaan tata
tat a
kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses
laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit
laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan
Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin
praktik.
Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum
sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip
akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.
Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak
tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan
tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan
masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan
Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.
Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai
auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan
Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.
Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan
masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika
profesi yang disepakati
disepak ati harus
har us dijunjung
dijun jung tinggi.
tin ggi. Hal itu penting
pen ting karena
karen a ada keterkaitan kinerja
akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan.
Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui
prospek ke depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan
harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus di atas merupakan
merupakan Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI yang dilakukan oleh
Manajemen PT KAI dan Ketidakmampuan KAP dalam mengindikasi terjadinya manipulasi.
B. Analisis 5 Question Approach:
Profitable
1. Pihak yang diuntungkan adalah Manajemen PT KAI karena kinerja keuangan perusahaan
seolah-olah baik (laba Rp 6.9 M), meskipun pada kenyataannya menderita kerugian Rp 63 M.
Tidak tertutup kemungkinan, pihak manajemen memperoleh bonus dari “laba semu” tersebut.
2. Pihak lain yang diuntungkan adalah KAP S. Manan & Rekan, dimana dimungkinkan
memperoleh Fee khusus karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Legal
1. PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Dalam kegiatan
a) perdagangan
Menipu atau efek, setiap pihak
mengelabui Pihakdilarang secara
secarmenggunakan
lain dengan a langsung maupun
saranatidak
dan langsung:
atau cara apa pun;
b) Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c) Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi
Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.”
PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang
menyatakan:
“Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin,
persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga)
( tiga) tahun dan
d an denda paling
pali ng banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
( lima
miliar rupiah).”
2. KAP S. Manan & Rekan melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
Fair
Perbuatan manajemen PT.KAI merugikan publik/masyarakat dan pemerintah.
1) Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga
keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah
2) Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima
pemerintah lebih kecil.
kecil .
Right
1) Hak-hak Publik; dirugikan karena investor memperoleh informasi yang menyesatkan,
Dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua
kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang bertanggung jawab karena dia
tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga
laporan keuangan yang dilaporkan merupakan keadaan dari posisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya.
2. Kepentingan Publik ;
Dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang berhubungan
dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI
diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja memanipulasi laporan
keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun karena manipulasi
tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya,
termasuk bagi PT. KAI. Karena, apabila kerugian tersebut semakin besar namun tidak
dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi kerugian tersebut.
3. Integritas ;
Dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini akuntan
PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan manipulasi laporan
keuangan.
4. Objektifitas ; Dimana
akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak siapapun.
Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga telah memanipulasi
laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berada di PT.
KAI.
kehati-ha tian professional ;
5. Kompetensi dan kehati-hatian
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan. Dalam kasus ini, akuntan PT.
KAI tidak melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga terjadi kesalahan pencatatan
yang mengakibatkan PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan
keuangan mengalami keuntungan.
a) Melakukan koreksi atas salah saji atas: pajak pihak ketiga yang dimasukkan sebagai asset;
penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan yang belum dibebankan; bantuan
pemerintah yang seharusnya
seharus nya disajikan sebagai
sebag ai bagian modal perseroan .
b) Meminta maaf kepada stakeholders melalui konferensi pers dan berjanji tidak mengulangi
kembali di masa datang.
2. KAP S. Manan & Rekan & Rekan
a) Melakukan jasa profesional sesuai SPAP, dimana tiap anggota harus berperilaku konsisten
dengan reputasi profesionalnya dengan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesioreksi
b) Melakukan koreksi atas opini yang telah dibuat
c) Melakukan konferensi pers dengan mengungkapkan bahwa oknum yang melakukan
kesalahan sehingga menyebabkan opini atas Laporan Keuangan menjadi tidak seharusnya
telah diberikan sanksi dari pihak otorisasi, dan berjanji tidak mengulang kembali kejadian
yang sama di masa yang akan datang.
E. Rekomenda
Rekomendasi si Agar Kasus Serupa Tidak Terulang
1) Membangun kultur perusahaan yang baik; dengan mengutamakan integritas, etika profesi
dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal, khususnya tentang
otorisasi.
2) Mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan publik.
3) Merekrut manajemen baru yang memiliki integritas dan moral yang baik, serta
memberikan siraman rohani kepada karyawan akan pentingnya
p entingnya integritas
integrit as yang baik bagi
ba gi
kelangsungan usaha perusahaan.
4) Memperbaiki sistem pengendalian internal perusahaan.
5) Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka
mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate
governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
6) Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya
adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat
dan melindungi perusahaan dari kerugian.
7) Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk
mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
8) Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik
adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan
fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan
perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan
atau penyalahgunaan asset.
9) Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk
jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap strategis
dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada
pengecualian yang tidak masuk akal
10) Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan adil
dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama dan
adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya walaupun pejabat lain diatasnya tidak “berkenan”
dengan orang tersebut, tetapi karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan logis untuk
menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran profesionalisme dikedepankan
11) Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar memungkinkan
monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum dapat
diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.
ANALISIS:
Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu merupakan
suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun tersebut yang terjadi
karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI
tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti
investor tersebut. seharusnya PT KAI harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-
asas etika profesi akuntansi.
Sumber:
http://praatiwii.blogspot.co.id/2014/11/kasus-manipulasi-laporan-keuangan-pt-kai.html
RISIKO KREDIT
PT KIANI KERTAS
Prabowo dan 'Kebocoran' di PT.Kiani Kertas
Kembali, lebih dari 1000 orang karyawan PT. Kiani Kertas (Kertas Nusantara)
dijadwalkan akan demo di depan kantor pemkab Berau Kalimantan Timur karena tunggakan
gaji yang tidak diterima karyawan selama lebih dari 5 bulan. Pembayaran ini sudah ditunggak
sejak bulan Agustus tahun lalu, karena kondisi keuangan perusahaan kertas terbesar di Asia
tersebut dalam kondisi kritis. Ada apa dengan PT. Kiani Kertas? Bukankah dulu perusahaan
ini berkibar dan sangat menguntungkan?Mengapa kini dalam kondisi terengah-engah? Salah
kelola seperti apa? Apa ada yang bocor? Menurut Suyadi, Ketua DPC SBSI Berau Kaltim,
sebelum diambil alih oleh Prabowo, kondisi PT. Kiani sangat sehat. Pabrik berjalan dengan
baik, karyawan sejahtera, penduduk sekitar yang memiliki pohon diuntungkan juga dengan
menyuplai ke PT. Kiani Kertas.Sebelum diambil alih oleh Prabowo, perusahaan itu sangat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan berhasil meningkatkan taraf perekonomian di
Berau.Tetapi sekarang, walupun mesin-mesin masih baik, suplai kayu sudah ada (dari
masyarakat sekitar yang menanam pohon kayu di HTI), tetapi mengapa justru produksi
dihentikan?Pengambil Alihan PT. Kiani Kertas dari Bob Hassan ke Prabowo Dulu
perusahaan ini merupakan perusahaan milik Bob Hassan. Perusahaan ini diambil alih oleh
BPPN terkait penyelesaian hutang Bank Umum Nasional milik Bob Hassan senilai Rp 8,9
Trilyun. Berarti dalam hitungannya ketika itu tentu nilai PT. Kiani Kertas senilai Rp 8,9
Trilyun. Tahun 2002, BPPN menawarkan kepada perusahaan milik Prabowo Subianto, PT.
Voyala, yang kemudian membeli semua saham PT. Kiani senilai Rp 7,1 Trilyun. Dari nilai
tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri. Tetapi
kemudian PT. Kiani terjerat dalam kredit macet tidak mampu membayar hutangnya ke Bank
Mandiri.
Pada tahun 2005, Prabowo dipanggil oleh Kejagung sebagai saksi penyaluran kredit
dari Bank Mandiri ke PT. Kiani Kertas, karena ada temuan dari Kejagung dan BPK terdapat
perbuatan melawan hukum dalam penyaluran kredit Rp 1,89 Trilyun yang berpotensi
menimbulkan kerugian negara. Tetapi tahun 2011, kasus ini di SP3kan oleh Kejagung.
Penyelamat Prabowo dalam masalah kredit macet PT. Kiani Kertas adalah Hasyim
Joyohadikusumo, yang pada tahun 2007 menyetorkan uang ke Bank Mandiri senilai US$ 50
juta, sehingga PT. Kiani bisa melakukan restrukturisasi hutang. Pada tahun 2011, PT. Kiani
digugat pailit ke PN Jakpus karena tidak mampu membayar hutang dengan no register
perkara 31/Pailit/2011/PN
31/Pailit/20 11/PN Niaga Jakpus.
PT.Kiani lolos dari gugatan pailit setelah 89% atau 120 kreditur dari 143 setuju
memberikan perpanjangan masa pembayaran hutang. Keputusan ini diambil dari rapat
pemungutan suara yang diadakan untuk memutuskan atau menolak proposal perpanjangan
hutang oleh perusahaan milik Prabowo tersebut. Perpanjangan masa pembayaran terhitung
mulai 2013, selama 15 tahun untuk kreditur separatis dan 20 tahun untuk kreditur konkuren
hutang tersebut. Salah satunya adalah Allied Ever Investmen Ltd, yang menyatakan bahwa
proposal dibuat sederhana. Padahal hutang yang dibuat oleh PT. Kiani Kertas ini dulu Rp
14,3 Trilyun. Kuasa hukumnya menyatakan: 'Banyak hal yang seharusnya diperiksa dan
dipelajari. Apalagi laporan keuangan mereka juga tidak diaudit.Yang diaudit baru
disampaikan kemarin.'Dana yang dipinjam memang sangat besar sekali.Nilainya trilyunan
rupiah.Jika perusahaan tetap sekarat, cashflow perusahaan untuk bergerak tidak ada,
bukankah penzaliman
p enzaliman namanya
na manya terhadap karyawan yang ada beserta masyarakat
mas yarakat sekitar yang
menumpukan hidupnya dengan keberadaan perusahaan ini?Kemana larinya hasil produksi
dulu yang sempat sangat baik?Dan kini, perusahaan itu masih berdarah-darah.Apakah
Prabowo tidak berminat menutup kebocoran disini dengan serius pembenahan manajemen di
PT. Kiani Kertas alias Kertas Nusantara ini?
ANALISIS
1. Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya?
Perusahaan terlibat utang untuk keperluan bisnis karena ada pemindah alihan kepemilikan
perusahaan dari Bob Hasan ke PT. Voyala, perusahaan milik Prabowo Subianto yang
membeli seluruh saham PT. Kiani yang senilai Rp 7,1 Trilyun namun dari nilai tersebut, US$
230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri
2. Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?
PT. Kiani menjadi terlibat utang kepada Bank Mandiri, dan kepada beberapa pihak kreditur
lainnya yang berupa kreditur separatis, kreditur konkuren yang diakui, kreditur konkuren
yang diakui sementara, serta kreditur asing seperti JP Morgan Europe Ltd, Credit Suisse
International, Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc.
3. Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?
Karena perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya kepada para kreditur unuk
saat ini, maka perusahaan sempat digugat pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun
perusahaan berhasil lolos dari gugatan tersebut dan mendapat perpanjangan waktu untuk
melunasi kewajibannya dari para kreditur
4. Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?
Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada
bank dan sejumlah pihak yang menjadi krediturnya meskipun sudah mendapat perpanjangan
waktu karena perusahaan tidak beroperasi dengan baik.
Risiko Operasional
Perusahaan memiliki risiko operasional karena ada perubahan kepemilikan perusahaan yang
secara langsung merubah dan mengganggu sistem operasional serta manajemen internal
perusahaan menjadi tidak
tid ak berfungsi dengan baik
b aik dan menimbulkan masalah
masala h
Risiko Tenaga Kerja
Perusahaan yang tidak produktif dengan baik seperti sebelumnya menghasilkan risiko kepada
perusahaan tidak bisa
bis a membayar gaji para tenaga kerjanya
k erjanya dengan sesuai.
5. Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan
kredit atau berhutang?
Karena sebelum pemindah alihan kepemilikan perusahaan, PT Kiani Kertas sudah dapat
beroperasi dengan baik tanpa terlilit oleh utang, maka dari itu perusahaan seharusnya bisa
tetap mempertahankan sistem manajemen dan operasional mereka dengan baik agar
perusahaan tetap berproduksi
ber produksi dengan lancar
lan car dan perusahaan bisa
b isa mendapatkan keuntungan.
keun tungan.
Sistem manajemen internal yang baik, mengurangi pengeluarkan perusahaan yang tidak
penting, memaksimalkan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan serta memanfaatkan
sumber daya dari lingkungan sekitar perusahaan untuk kebutuhan produksi dapat menghemat
biaya perusahaan daripada perusahaan harus meminjam dana kepada kreditur untuk
kebutuhan produksi.
MUHAMAD
MUHAMA D YASIR
YASIR
Oktober 04, 2017
Sejarah
Visi
customers’ contribute
dream come to
true, creating
Indonesia joy to customers and
society.
Misi
Pendahuluan
Penilaian Kualitatif
eturn;
R
eturn;
R
epayment Capacity;
epayment
isk Bearing Ability.
R
isk
haracter;
C
haracter;
apacity;
C
apacity;
apital;
C
apital;
ollateral;
C
ollateral;
C
ondition.
ondition.
Pedoman 3R
Pedoman 5C
Risiko Dampak
Penjelasan:
· Risiko pertama,
pertama , batasan-batasan dalam industri yang
menyebabkan kehilangan peluang dan pendapatan dapat berdampak
pada keuntungan yang dihasilkan dan strategi yang diterapkan
akan berubah. Risiko ini tidak dapat dihindari karena
· kedua,
Risiko kedua , perubahan regulasi pemerintah juga merupakan
· Risiko ketiga,
ketiga, risiko kehilangan lisensi memiliki dampak
yang sangat besar pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Namun, risiko ini kecil kemungkinannya terjadi karena biasanya
perusahaan akan segera mendaftarkan lisensinya begitu usaha
telah berjalan.
· Risiko kelima,
kelima, tindakan manajemen yang melanggar aturan
akan menyebabkan terganggunya kinerja perusahaan baik sebagian
maupun secara keseluruhan. Risiko ini dapat dicegah dengan
selalu mematuhi peraturan yang ada dan tidak melakukan
tindakan yang dapat merugikan perusahaan.
Bunga
Risiko Dampak