You are on page 1of 18

NAMA : RINA APRILIANTI

NIM : 190410158

MK : EKONOMI ISLAM

TUGAS RESUME

Pengertian Ekonomi Islam


Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan
ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al
Qur’an dan Sunnah Nabi (P3EI, 2012:17).Ekonomi syariah atau sistem ekonomi koperasi
berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari sistem kapitalisme, sistem Ekonomi Islam menentang eksploitasi oleh
pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain
itu, ekonomi dalam kacamata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang
memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan moral syariah islam.
Ekonomi syariah memiliki dua hal pokok yang menjadi landasan hukum
sistem ekonomi syariah yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang
diambil dari  kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak
dapat berubah kapanpun dan dimana saja).
Berikut ini beberapa pengertian Ekonomi Syariah dari beberapa sumber buku:
Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa ekonomi
Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam arti kajian
ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan
mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap ilmu-
ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistik, logika dan ushul
fiqih (Rianto dan Amalia, 2010:7).
M.A. Mannan mendefinisikan ilmu ekonomi syariah sebagai suatu ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
islam (Mannan, 1992:15).
Definisi ekonomi syariah berdasarkan pendapat Muhammad Abdullah Al-Arabi (1980:11),
Ekonomi Syariah merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita
simpulkan dari Al Qur’an dan As-sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang
kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Islam yaitu:
Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam didasarkan
atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),
khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk
menyusun teori-teori ekonomi Islam.
Selain pemaparan di atas, prinsip-prinsip mendasar dalam ekonomi
Islam mencakup antara lain yaitu :

1. Landasan utama yang harus dijadikan pegangan bagi seseorang khusunya dalam
dunia perekonomian adalah Iman, menegakkan akal pada landasan Iman, bukan
iman yang harus didasarkan  pada  akal/pikiran. Jangan biarkan     akal/pikiran   
terlepas    dari landasan Iman. Dengan demikian prinsip utama ekonomi Islam itu
bertolak kepada kepercayaan/keyakinan bahwa aktifitas ekonomi yang kita
lakukan itu bersumber dari syari’ah Allah dan bertujuan akhir untuk Allah.
2. Prinsip persaudaraan atau kekeluargaan juga menjadi tolak ukur. Tujuan ekonomi
Islam menciptakan manusia yang aman dan sejahtera. Ekonomi Islam
mengajarkan manusia untuk bekerjasama dan saling tolong menolong. Islam
menganjurkan kasih saying antar sesame manusia terutama pada anak yatim, fakir
miskin, dan kaum lemah.
3. Ekonomi Islam memerintahkan kita untuk bekerja keras, karena bekerja adalah
sebagai ibadah. Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia untuk
mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera dan makmur di bumi ini.
4. Prinsip keadilan sosial dalam distribusi hak milik seseorang, juga merupakan asas
tatanan ekonomi Islam. Penghasilan dan kekayaan yang dimiliki seseorang dalam
ekonomi Islam bukanlah hak milik nutlak, tetapi sebagian hak masyarakat, yaitu
antara lain dalam bentuk zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya.
5. Prinsip jaminan sosial yang menjamin kekayaan masyarakat Muslim dengan
landasan teaknyan    keadilan.

Ciri-ciri Ekonomi Islam


Ciri-ciri Ekonomi Islam yaitu:
 Adanya keyakinan bahwa manusia hanya memegang amanah dari Allah sang Maha
Segalanya.
 Adanya pengakuan terhadap hak individu, tapi dibatasi agar tidak terjadi monopoli
yang merugikan masyarakat umum.
 Adanya pengakuan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan
dibanding hak lainnya.
 Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk (barang dan jasa) harus bebas
dari unsur haram yang dilarang Islam.
 Adanya sistem sedekah, yakni distribusi kekayaan secara merata dari yang kaya
kepada yang kurang mampu.
Landasan

a. Aqidah
Aqidah adalah suatu idiologi samawi yang membentuk paradigm dasar bahwa
alam semesta ini dicipta oleh Allah Yang Maha Esa sebagai sarana hidup bagi
manusia untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Hubungan ekonomi Islam dengan aqidah Islam tampakjelas dalam banyak
hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang ditundukkan (disediakan)
untuk kepentingan manusia. Hubungan ekonomi Islam dengan aqidah tersebut
memungkinkan aktifitas ekonomi dalam Islam menjadi ibadah. Dalam sistem
ekonomi Islam kedudukan manusia sebagai makhluk Allah yang berfungsi
mengemban amanat Allah untuk memakmurkan kehidupan di bumi dan kelak di
kemudian hari akan dimintai pertanggung jawaban atas amanat Allah tersebut.
Sementara itu, sebagai penemban amanat manusia di bekali kemampuan untuk
menguasai , mengolah dan memanfaatkan potensi alam.
b. Shar’iah
Merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan , baik yang menyangkut hubungan interaksi
vertical dengan Allah maupun interaksi dengan sesame makhluk. Syariah
membimbing aktivitas ekonomi, sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah syariah
(syariah compliance)

c. Akhlak
Merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai oral dalam interaksi sesama
manusia, manusia dengan lingkungan nya, dan manusia dengan pencipta alam
semesta agar hubungan tersebut menjadi harmoni dan sinergis.
Sistem Ekonomi islam

Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai- 
nilai islam, bersumber dari Al Quran, As Sunah, Ijma’ dan Qiyas, ini telah dinyatakan
dalam  surah Al Maidah ayat 3, yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, danging  babi,  dan (daging)  hewan  yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh,  yang ditanduk, dan yang ditekam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu  sembelih.  Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan pula) mengundi nasib  dengan azlam( anak panah), karena itu suatu perbuatan
fasik. Pada hari  ini orang-orang kafir  telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agama untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku
ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar, bkan karena ingin
berbuat dosa, maks sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs. Al Maidah:3)

Sistem ekonomi islam berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis,
sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi sosialis dan
kapitalis,  namun  terlepas dari sifat buruknya. Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu
pengetahuan social yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami
oleh nilai-nilai islam. Ada beberapa penegrtian ekonomi islam menurut pakar ekonomi
muslim dalam buku karya M. B Hendrie Anto diantaranya adalah:

 Ekonomi islam adalah suatu ilmu dan aplikasi petunjuk atau aturan syariah yang 
mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber  daya 
material  agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan
kewajibannya kepada Allah dan masyarakat. (Hasanuzzaman, 1986; h. 18).

 Ekonomi islam adalah tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan


ekonomi pada zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al Quran dan
Hadist, serta alas an dan pengalaman. (Shhidqi, 1992:h.69)
Kepemilikan Dalam Islam

Kepemilikan sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari kata “ makala” yang berarti
memiliki, Dalam bahasa arab “milk”berarti kepenguasaan orangterhadap sesuatu barang
atau harta dan bbarang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara
hokum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang
memiliki sesuatu barang berrati mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut
sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan dalam syariah ada empat
macam yaitu:

 Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan,


 Akad,
 penggantian dan
 Turunan dari sesuatu yang dimiliki.

Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini  ada  empat 


macam yaitu:

 kepemilikan karena menghidupkan tanah mati.


 kepemilikan karena berburu atau memancing
 rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan
belantara yang tidak ada pemiliknya.
 kepenguasaan atas barang tambang.

Musyawarah sebagai Prinsip Pengambilan Keputusan


Musyawarah berarti menampakan sesuatu yang semula tersimpan  atau 
mengeluarkan pendapat yang baik kepada pihak lain. Musyawarah menurut bahasa
berarti "berunding" dan "berembuk", sedangkan Pengertian musyarawarah menurut
istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik.
Islam memandang musyawarah sebagai salah satu hal yang amat penting bagi
kehidupan insani, bukan saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan
dalam kehidupan berumah tangga dan lain-lainnya. Ini terbukti dari perhatian al-Qur’an
dan Hadis yang memerintahkan atau menganjurkan umat pemeluknya supaya
bermusyawarah dalam memecah berbagai persoalan yang mereka hadapi. Musyawarah
itu di pandang penting, antara lain karena musyawarah merupakan salah satu alat yang
mampu mempersekutukan sekelompok orang atau umat di samping sebagai salah satu
sarana untuk menghimpun atau mencari pendapat yang lebih baik.

Pasar yang Adil dalam Media Koordinasi


Kemunculan budaya islam memberikan kontribusi yang sangat besar pada
kemajuan pembangunan ekonomi dan teori ekonomi itu sendiri. Dan pasar adalah
sebuah mekanisme yang dapat mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi atas barang dan jasa, baik dalam bentuk produksi maupun
penetuan harga. Syarat utama terbentuknya  pasar  adanya pertemuan antara pihak
penjual dan pembeli, baik dalam satu tempat atau pun yang berbeda.
Menurut Marthon (2004),dalam konsep ekonomi islam, pasar yang ada
berdasarkan atas etika dan nila-nilai syari’ah, baik dalam bentuk perintah, larangan,
anjuran ataupun himbauan. Pelaku pasar mempunyai tujuan utama dalam melaksanakan
sebuah transaksi, yaitu mencari ridha Allah demi mewujudkan kemaslahatan hidup
bersama di samping juga untuk mewujudkan kesejahteraan individu.

Wujud suatu pasar dalam islam, merupakan refleksi dan kemampuan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan bukan sebaliknnya. Islam mengatur
bagaimana keberadaan suatu pasar tidak merugikan antara satu dengan  yang  lain.
Oleh  karena itu, keterlibatan produsen, konsumen, dan pemerintah sangatlah di
perlukan dengan tujuan untuk menyamakan persepsinya tentang keberadaan suatu
harga. Bila hal itu tercapai maka mekanisme pasar yang sesuai dengan syari’at islam
akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat (Sudarsono,2003).
Oleh sebab itu,penting sekali bagi umat islam untuk secara kumulatif
memberikan dukungannya kepada ide-ide pemberdayaan,kemajuan,dan pencerahan
peradaban bisnis dan perdagangan.islam secara ketat mendorong umatnya untuk giat
dalam aktivitas keuangan dan usahaa-usaha yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosial.konsep islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan
bebas (perpect competition) yang dalam hal ini bukan berarti kebebasan harus berlaku
mutlak,akan tetapi kebebasan yang di bungkus frame aturan syariah (Nasution,2007).

Masalah sebagai Insentif Ekonomi


Islam mengakui adanya insentif material ataupun  nonmaterial dalam kegiatan
ekonomi. Hal  ini dikarenakan ajaran islam memberikan peluang setiap individu untuk
memenuhi kepentingan individunya kepentingan social ataupun kepentingan sucinya
untuk beribadah  kepada  Allah SWT. Secara garis besar, insentif kegiatan ekonomi
dalam islam bisa dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu intensif yang akan diterima di
dunia dan intensif yang akan diterima di akhirat.

Insentif sebagai sarana motivasi yang mendorong para pegawai untuk bekerja
dengan kemampuan yang optimal, yang dimaksudkan sebagai pendapatan ekstra di luar
gaji atau upah yang telah ditentukan. Pemberian insentif dimaksudkan agar dapat
memenuhi kebutuhan para pegawai dan keluarga mereka. Istilah sistem insentif pada
umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah yang
dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan berbagai standar kinerja pegawai
atau profitabilitas organisasi.
Keuangan Publik Pada Masa Rasulullah
Negara Islam pertama yang dibangun di dunia adalah negara yang dibangun
Rasulullah di Madinah yang dikenal dengan nama Negara Islam Madinah. Negara ini
dibangun berlandaskan semangat keislaman yang tercermin dari Al qur’an dan
kepemimpinan Rasulullah. Modal utama yang dipergunakan untuk membangun negara ini
bukanlah uang melainkan semangat ketauhidan yang ditanamkan Rusulullah kepada
masyarakat Madinah. Pada waktu itu kaum muhajirin yang mengungsi dari Mekkah dan
datang ke Madinah tanpa membawa bekal yang cukup. Sementara di Madinah belum ada
pemerintahan yang terorganisir dengan baik.
Beberapa kebijakan diambil oleh Rasulullah untuk mengukuhkan pemerintahan yang
ada. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rosulullah bersabda, “kemiskinan membawa
orang pada kekafiran.” Maka upaya untuk mengentaskan kemiskinan merupakan bagian
dari kebijakan sosial yang dikeluarkan Rosulullah Saw.[1] Diantara kebijakan ekonomi
Rasulullah, guna memacu pertumbuhan kegiatan perekonomian yang ada di Madinah
ketika itu yaitu :
a. Membangun masjid sebagai Islamic Center yang digunakan selain untuk beribadah
juga untuk kegiatan kegiatan lain seperti tempat pertemuan parlemen,
kesekretariatan, mahkamah agung, markas besar tentara, kantor urusan luar negeri,
pusat pendidikan, tempat pelatihan bagi para penyebar luas agama, asrama, baitul
maal, tempat para dewan dan utusan.
b. Mempersaudarakan antara kaum mujahirin dengan kaum anshar. Kelompok anshar
memberikan sebagian dari harta mereka kepada kaum muhajirin untuk
dipergunakan dalam kegiatan produksi sampai kaum muhajirin dapat
melangsungkan kehidupannya.
Kebijakan lainnya yang diambil Rosulullah diantaranya merehabilitasi muhajirin dari
Makkah di Madinah, menciptakan kedamaian dalam negara, mengeluarkan hak dan
kewajiban kepada warga negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun sistem
pertahanan Madinah, dan meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara[2].
Dua perubahan besar yang dilakukan oleh Rosulullah pada masa itu adalah: Pertama, Islam
telah membuang sebagian besar tradisi, ritual, norma, nilai simbul-simbul dari masa
lampau dan mengganti dengan yang baru sesuai Al quran dan sunnah Rosul. Kedua, negara
baru dibentuk tanpa menggunakan sumber keuangan ataupun moneter karena tidak diwarisi
harta ataupun persediaan dari masa lampau.
Karakteristik Keuangan Publik yang Berlandaskan Keadilan
Dalam problematika makanan pokok, Islam memandang ada beberapa poin penting
yang harus dipenuhi untuk mencapai keadilan:
 Pertama, hajat hidup orang banyak harus dikelola dan menjadi tanggung jawab
negara. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa “manusia berserikat dalam tiga hal
yaitu api, air, dan rumput”. Dalam konteks kekinian, rumput dalam hadits tersebut
meliputi sumber makanan pokok masyarakat. Artinya, menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk memastikan bahwa rakyat dalam kondisi mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya. Karena itu sudah selayaknya sektor pertanian didukung
sepenuhnya. Tidak sekadar menjamin untuk membeli, tetapi bagaimana
meningkatkan produktivitas.

 Kedua, mekanisme pasar harus berjalan sempurna; ikhtikar dan spekulasi harus
ditangani. Islam memandang keadilan harus menjadi prinsip sistem ekonomi.
Dalam pandangan Islam, mekanisme pasar bebas adalah sistem yang alami, sistem
yang memungkinkan pelaku ekonomi berkompetisi menuai hasil atas usaha masing-
masing. Tetapi Islam menekankan perlunya perlindungan kepada si lemah oleh
pemerintah. Islam memandang pentingnya pengorbanan si kuat untuk berbagi
kepada sesama. Bukan sebaliknya, para pedagang besar terus menggerus
keuntungan yang seharusnya milik mereka para petani yang telah berkeringat.

 Ketiga, upaya untuk ''mensyariahkan'' sektor pertanian. Dalam hal ini lembaga-
lembaga keuangan syariah memiliki tanggung jawab vertikal dan horisontal untuk
merealisasikan tujuan keadilan.
Lembaga Keuangan Islam

1. Pengertian Lembaga Keuangan Islam


Pengertian Lembaga Keuangan Islam (Syariah) tidak memiliki banyak perbedaan
dengan Lembaga Keuangan Konvensional, hanya saja dalam Lembaga Keuangan Syariah
memiliki prinsip yang tidak sama dengan Lembaga Keuangan Konvensional yaitu prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

2. Bentuk Lembaga Keuangan Islam


Bentuk Lembaga Keuangan Syariah Bentuk Lembaga Keuangan Syariah
sebagaimana yang ada pada Lembaga Keuangan Konvensional dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu Lembaga Keuangan Syariah Bank (Bank Syariah) dan Lembaga Keuangan Syariah
Non-Bank.

a. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah riba. Menurut jenisnya terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah) dan BPRS (Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah). Bank syariah memiliki sistem yang berbeda dengan bank
konvensional.
b. Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank

Lembaga-lembaga keuangan syariah non-bank jenis-jenisnya tidak jauh berbeda


dengan lembaga-lembaga keuangan konvensional. Hanya ada 1 lembaga yang dimiliki
bank syariah namun tidak dimiliki bank konvensional, lembaga tersebut adalah BMT atau
Baitul Maal wat Tamwil. BMT terdiri dari 2 istilah yaitu baitul maal dan baitut tamwil.
Baitul maal dalam lebih mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
non-profit seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil lebih pada
pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Pengertian Konsumsi
Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar ekonom,
namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian
yang sama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga
mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah swt. untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah). Perbedaan yang
mendasar konsumsi ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional adalah tujuan
pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah
pedoman syariah  islamiyyah.
Prinsip Konsumsi dalam Islam
Menurut Abdul Mannan, dalam melakukan konsumsi terdapat lima prinsip dasar, yaitu:
1) Prinsip Keadilan
Keadilan yang dimaksud adalah mengkonsumsi sesuatu yang halal (tidak haram) dan
baik (tidak membahayakan tubuh).
2. Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang dapat merusak
fisik dan mental manusia, misalnya: makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak
kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Sementara dalam arti luas adalah
bebas dari segala sesuatu yang diberkahi Allah. Tentu saja benda yang dikonsumsi
memiliki manfaat bukan kemubaziran atau bahkan merusak.
3. Prinsip Kesederhanaan
Sikap berlebih-lebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah dan merupakan pangkal dari
berbagai kerusakan di muka bumi. Sikap berlebih-lebihan ini mengandung makna melebihi
dari kebutuhan yang wajar dan cenderung memperturutkan hawa nafsu atau sebaliknya
terlampau kikir sehingga justru menyiksa diri sendiri. Islam menghendaki suatu kuantitas
dan kualitas konsumsi yang wajar bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola
konsumsi yang efesien dan efektif secara individual maupun sosial.
4. Prinsip Kemurahan hati
Allah dengan kemurahan hati-Nya menyediakan makanan dan minuman untuk
manusia (Qs al-Maidah, 5: 96). Maka sifat konsumsi manusia juga harus dilandasi dengan
kemurahan hati. Maksudnya, jika memang masih banyak orang yang kekurangan makanan
dan minuman maka hendaklah kita sisihkan makanan yang ada pada kita, kemudian kita
berikan kepada mereka yang sangat membutuhkannya.
5. Prinsip Moralitas
Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus dibingkai oleh
moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata – mata memenuhi segala
kebutuhan. Allah memberikan makanan dan minuman untuk keberlangsungan hidup umat
manusia agar dapat meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual. Seorang muslim diajarkan
untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terimakasih setelah makan.
Tiga Pondasi Dasar Ekonomi Islam
a. Al Wahdaniyah atau ketauhidan
Al Wahdaniyah adalah suatu bentuk keyakinan yang menancap kuat dalam hati
sanubari seseorang, bahwa hanyalah Allah Dzat yang Maha Esa, keimanan bahwa Allah
adalah pencipta alam jagad raya ini, keimanan bahwa kepada-Nya-lah tujuan beribadah,
keimanan bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Mengawasi, Maha Besar…. (Al Qaul Al
Mufid, 1/12).
b. Ar Risalah atau petunjuk/ aturan hidup
Maksudnya adalah Allah Ta’ala tidaklah membiarkan manusia menghuni dunia ini
tanpa petunjuk dan aturan. Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada umat manusia
untuk menyampakaikan petujuk dan aturan hidup. Dan aktivitas transaksi keuangan adalah
termasuk hal yang mendapatkan perhatian khusus dari Allah swt.

c. Al Hadaf atau tujuan


Cita-cita terbesar seorang yang beriman adalah mendapat maghfirah (ampunan),
ridho dan rahmat dari Allah Ta’ala.

Dasar Hukum Perilaku Konsumsi


Dasar prilaku konsumsi itu antara lain :

Al Qur’an surah Al-Maidah (87-88) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,
dan janganlah melampaui batas. Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya”.
Arti dan Ruang Lingkup Syariah
Syariah atau syariat menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air. Dari asal
katanya itu, syariat islam berarti jalan yang harus ditempuh seorang muslim. Menurut
istilah, syariat berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan
antara manusia dengan alam semesta.
Syariah dan Fikih serta Keabadian Syariah Islam
Syariat islam memiliki karakteristik yang khas, karena itu ia bersifat universal dan
abadi. Hal ini karena :

1. Syariat islam itu sesuai dengan kemampuan manusia dan mudah dilaksanakan.

2. Bagian-bagian syariat yang tidak terpengaruh oleh perubahan zaman, seperti aqidah dan
ibadah diterangkan secara rinci dan jelas sehingga tidak perlu penambahan dan
pengurangan.

3. Syariat islam cocok dengan fitrah dan sesuai akal, dapat mengikuti perkembangan serta
layak untuk segala tempat dan waktu.

Ibadah

Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya menghambakan diri
kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang
beribadah kepada Allah disebut 'abdullah atau hamba Allah. Ibadah terdiri dari ibadah
khusus (ibadah mahdhah) dan ibadah umum (ibadah gair mahdah).

Arti, Tujuan dan Berbagai Bentuk Taharah


Taharah (thaharah) berasal dari kata tahara artinya bersih, yaitu kondisi seseorang
yang bersih dari hadas dan najis sehingga layak untuk melakukan kegiatan ibadah seperti
salat. Taharah atau bersuci bertujuan untuk menyucikan badan dari najis dan hadas. Najis
adalah kotoran yang mewajibkan seorang muslim untuk menyucikan diri dari dan kepada
apa yang dikenai nya. Sedangkan hadas adalah suatu kondisi di mana seseorang yang
memilikinya wajib wudhu atau mandi.
Hikmah dan Pelaksanaan Salat
Menurut bahasa, salat berarti doa sedangkan menurut istilah adalah bentuk ibadah
yang terdiri dari gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan Takbiratul
Ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Salat yang diwajibkan bagi
setiap muslim adalah salat lima waktu yang terdiri dari Dzuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat,
Maghrib 3 rakaat, Isya 4 rakaat, dan Subuh 2 rakaat.
Hikmah dan Pelaksanaan Zakat
Dalam hubungan dengan pemilik harta benda dalam ajaran Islam dikenal dengan
kewajiban zakat. Menurut asal katanya “zakat” berarti tambah, bersih atau suci sedangkan
menurut terminologi syariat, “zakat” adalah mengeluarkan harta kepada mereka yang telah
ditetapkan menurut syariat. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi orang yang
mempunyai harta, yang telah mencapai nisab atau ketentuan minimal memiliki harta kena
zakat. Ibadah zakat mendidik orang untuk membersihkan jiwanya dari sifat kikir, tamak,
sombong dan angkuh karena kekayaanya, menumbuhkan sifat perhatian dan peduli
terhadap orang yang lemah dan miskin. Dari segi penerima zakat (mustahik), zakat
memberikan harapan dan optimisme.
Hikmah dan Pelaksanaan Puasa

Ibadah ritual wajib yang dilakukan setahun sekali adalah puasa pada bulan
Ramadan. Puasa adalah menahan makan dan minum serta yang membatalkannya sejak
terbit fajar sampai terbenam matahari. Ibadah puasa berfungsi pula sebagai wahana
memupuk dan berlatih rasa keperdulian dan perhatian terhadap sesama. Dengan itulah
puasa orang dapat merasakan penderitaan orang yang kekurangan pangan sehingga lahir
sikap peduli terhadap orang-orang yang lemah. Dengan puasa seorang muslim dilatih untuk
membatasi dan mengendalikan nafsu terhadap makanan dan minuman serta dorongan
seksual yang biasanya menjadi sebab terjadinya pelanggaran.

Hikmah dan Pelaksanaan Ibadah Haji


Ibadah haji adalah berkunjung kebaitullah (kakbah) untuk melakukan wukuf,
tawaf dan amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan
mengharap ridhanya. Ibadah haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu dan
mencukupi syarat- syaratnya.
Muamalah dan Perubahan Masyarakat serta Pelaksanaannya
Muammalah artinya saling berusaha. Muamalah dalam syariat islam berisi
pengaturan hubungan antar manusia, baik dalam kaitan perdata maupun pidana. Syariat
Islam dalam muamalat senantiasa mendorong penyelenggaraan manfaat bagi semua pihak,
menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang
kuat terhadap pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan
syariat Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.
Sistem Kewarisan Islam
Dalam kaitan pengelolaan harta, syariat Islam mengàtur pula tata cara dan ketentuan
pembagian harta yang ditinggalkan orang meninggal dunia yang disebut hukum waris.
Hukum waris berlaku karena adanya orang yang meninggal dunia (pewaris), meninggalkan
harta benda dan ahli waris. Pewaris adalah orang meninggal dunia yang meninggalkan
harta dan ahli waris. Hak orang yang meninggal terhadap hartanya telah hilang dan
selanjutnya harta diserahkan kepada aturan Allah, yaitu melalui hukum pewarisan Islam.
Hal lain yang masih harus ditunaikan dari orang yang meninggal dunia adalah wasiatnya,
yaitu janji ketika masih hidup untuk memberikan sebagian hartanya kepada pihak lain. Hak
wasiat ini juga dibatasi oleh syariat Islam, yaitu jumlahnya tidak boleh melampaui ½ dari
jumlah harta yang ditinggalkan dan wasiat itu tidak boleh kepada ahli waris.
Kerjasama Antar Umat Beragama
 Kerja Sama Sesama Muslim
Kerja sama sesama umat Islam hendaknya didasarkan atas kesamaan aqidah
sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan dalam meninggikan syiar Islam di muka
bumi.

 Kerja Sama Umat Islam Dengan Penganut Agama Lain

Dalam hubungannya dengan penganut agama lain, Islam mengajarkan toleransi


(tasamuh), yaitu membiarkan dan tidak ikut campur dengan mereka dalam melaksanakan
agamanya. Islam membolehkan umatnya untuk bekerja sama dengan penganut agama lain
di luar kegiatan ritual, misalnya menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan, politik,
sosial, dan budaya sepanjang dapat menjamin kemurnian aqidahnya. Sedangkan kerja sama
dalam urusan ritual atau ibadah tidak diperkenankan sama sekali. Tetapi umat islam tetap
wajib menghormati dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk menjalankan
agamanya.

Definisi Etika Bisnis

Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik

sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi bisnisnya dengan

“stakeholders”nya.Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi

pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi,

transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.

Dasar Hukum Etika Bisnis Dalam Islam

 An Nisa’ : 29

Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga

larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri,

karena umat merupakan suatu kesatuan.

Tujuan Umum Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam


1. Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan dan menancapkan
metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama.
2. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari resiko.
3. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para pelaku
bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan
diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
4. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan
persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.

5. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
Istilah etika memiliki banyak makna berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa etika

adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu

sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian moralitas. Sedangkan

moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar

dan salah, atau baik dan jahat suatu perbuatan. Meskipun etika berkaitan dengan moralitas,

namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika merupakan studi standar moral yang

tujuan utamanya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh

penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang

moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.

Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah

perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam sistem

ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.

Pengertian Ekonomi konvensional

Pengertian ekonomi konvensional yaitu merupakan suatu sistem dalam aktivitas

manusia yang berkaitan dengan kegiatan produksi, distribusi, pertukaran dan perolehan

serta konsumsi barang maupun jasa. Sedangkan yang dimaksud Ilmu Ekonomi merupakan

suatu studi pembelajaran mengenai perilaku masyarakat dalam penggunaan sumber daya

yaitu baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia.

Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan ekonomi Islam adalah membuat kemakmuran, kesejahteraan, adil secara

merata, seimbang dan secara merdeka yang terarah, mandiri, lestari dan membawa

kemajuan umat. Baik sistem ekonomi komunis maupun kapitalis, keduanya mendewakan

materi, kekuatan, dan kekuasaan bagi perekonomiannya. Oleh karena itu, mereka

cenderung menjadi agresif, rakus, dan mengabaikan kelestarian sumber alam. Secara
normatif, sistem perekonomian Islam dapat lebih memberikan rangsangan untuk menahan

diri. Dalam hal kemandirian, sistem komunis dapat menjamin keterwujudannya, sementara

sistem kapitalis kurang menjamin kemandirian ini. Sistem perekonomian Islam dapat

mewujudkan kemandirian ini melalui persuasi kultural.

Mekanisme Kerja Pasar Dalam Ekonomi Islam

Ekonomi islam memandang bahwa pasar, negara, dari individu berada dalam
keseimbangan, tidak boleh ada subordinat, sehingga salah satunya menjadi dominan dari
yang lain. Pasar menjamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara
produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan rusaknya
keseimbangan pasar. Akan tetapi, pasar yang berjalan sendiri secara adil kenyataannya
sulit ditemukan. Konsep mekanisme pasar dalam Islam dapat dijelaskan pada masa
Rasulullah dan Para pemikir ekonomi Islam.

Mekanisme pasar yang berjalan dalam sistem ekonomi islam mempunyai konsep
islam dalam hal penentuan harga yang berbasis pada kekuatan pasar , yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran tersebut harus
terjadi rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa tertipu, atau adanya kekeliruan objek.
Transaksi dalam melakukan transaksi barang tertentu pada tingkat harga tertentu. Dengan
demikian, islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan penjual bersaing satu
sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan yaitu
dengan tidak adanya pihak yang merasa di dzalimi atau pun mendzalimi.
Atribut fisik dan nilai dalam produksi
Dalam pandangan ekonomi islam produk juga merupakan kombinasi dari atribut
fisik dan nilai (value). Konsep ekonomi islam tentang atribut fisik suatu barang mungkin
tidak berbeda dengan pandangan umumnya, tetapi konsep nilai yang harus ada dalam
setiap barang adalah nilai-nilai keislaman (Islamic values). Adanya nilai-nilai ini pada
akhirnya akan memberikan berkah pada suatu barang. Setiap barang/jasa yang tidak
mengandung berkah tidak bisa di anggap sebagai barang/jasa yang memberikan
mashlahah, sebab berkah merupakan elemen penting dalam konsep mashlahah.

Input Produksi dan Berkah


Aktifitas produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang ladzim

disebut input atau factor produksi, yaitu semua bentuk factor yang memberikan kontribusi

baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah proses produksi. Maka factor-faktor

produksi ini mendeskripsikan dalam factor sumber daya alam, factor finansial, factor

sumber daya manusia dan factor waktu.

Kemuliaan Harkat Kemanusiaan Sebagai Karakter Produksi

Harkat kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam keseluruhan

aktivitas produksi. Segala aktivitas yang bertentangan dengan kemuliaan harkat

kemanusiaan dan dikatakan bertentangan dengan ajaran islam. Karakter produksi seperti

ini akan membawa implikasi penting dalam teori dan capital.

Eksplorasi dan Pembentukan Konsep Produksi

Semangat produksi untuk menghasilkan mashlahah maksimum perlu dituntun dengan

nilai dan prinsip ekonomi islam. Nilai dan prinsip pokok dalam produksi adalah amanah

dan profesionalisme.

1. Pengertian Produksi Menurut Islam


Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia, yang

sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiatan produksi.

Produksi adalah proses mencari, mengolakasikan dan mengolah sumber daya menjadi

output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi

juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang

melekat pada proses dan hasilnya. Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis)

produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan

produksi dalam islam yang bertujuan untuk memberikan Mashlahah yang maksimum bagi

konsumen. Walaupun dalam  ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan


mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan

hukum islam.

Tujuan Produksi menurut Islam


Tujuan produksi dalam perspektif fiqh ekonomi khalifah Umar bin Khatab adalah sebagai
berikut:

1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin.

2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.

3. Tidak mengandalkan orang lain.

4. Melindungi harta dan mengembangkannya.

5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk


dimanfaatkan.

6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi

7. Taqarrub kepada Allah SWT


Motivasi Produsen Dalam Berproduksi

Dalam ekonomi Islam ada beberapa nilai yang membuat sistem produksi sedikit
berbeda, di mana barang yang diproduksi dan proses produksi serta proses distribusi harus
sesuai dengan nilai-nilai syariah. Dalam artian, semua kegiatan yang bersentuhan dengan
proses produksi dan distribusi harus dalam kerangka halal. Karena itu, terkadang dalam
sistem ekonomi Islam ada pembatasan produksi terhadap barang-barang mewah dan bukan
merupakan barang kebutuhan pokok. Dengan tujuan untuk menjaga resources ( sumber
penghasilan ) yang ada agar tetap optimal.

Nilai-Nilai Islam Dalam Produksi


Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari

alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam. Konsep

ini bermakna bahwa ekonomi Islam berdiri di atas kepercayaan bahwa Allah adalah satu-

satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya

menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan ketetapan-Nya

(sunatullah).

You might also like