You are on page 1of 10

MAKALAH

PRAKTEK IBADAH HAJI

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PRAKTIKTUM


IBADAH

Dosen : Irfan Irawan. MM

Disusun oleh :
1. Abdul Sepih
2. HAYKAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (S1)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DINAMIKA UMMAT


Alamat : Jln. Raya Mauk Km 11 komplek Masjid Awwabin
Sepatan-Tangerang 15520
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Pertama-tama penulis ucapkan rasa sukur kepada Allah SWT karena dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "IBADAH HAJI". Shalawat beserta salam tak lupa kita curahkan kepada
Baginda Alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukan jalan kebenaran dan
kebaikan di Dunia dan di Akhirat kepada Ummat Manusia. Penulis juga berterima kasih kepada
semua pihak yang membantu penulisan makalah ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh
IRFAN IRAWAN. MM selaku dosen mata kuliah Praktiktum Ibadah.

Dan dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah swt dan kita semua di berkahi Allah. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. maka dari itu
penulis berharap kritik dari pembaca sekalian dapat membantu penulis dalam menyempurnakan
makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengembangan wawasan tentang Ibadah Haji.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Tangerang, 28 Februari 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Syarat Haji……..………………………......................................................4
B. Rukun Haji………………............................................................................4
C. Wajib Haji………………………………………………………….............5
D. Yang membatalkan Haji…………………………………………………...5
E. Hikmah Haji……………………………………………………………….6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan membebaskan diri
manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah,
insya Allah akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan
umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan
puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan
tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.Dalam mengerjakan haji, diperlukan
penempuhan jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan
dalam perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin
dan kenikmatan rohani. Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan secara
singkat mengenai pengertian haji dan umrah, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat, rukun dan wajib
haji dan umrah serta hal-hal yang dapat membatalkan haji dan umrah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Syarat dalam Melakukan Haji?

2. Apa Saja Rukun Melakukan Haji?

3. Apa Saja Wajib Haji?

4. Apa SAjaYang membatalkan Haji?

5. Apa saja Hikmah dari Haji?

6. Bagaimanakah Menejemen Penyelenggaraan Haji?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat-Syarat Haji

Syarat-Syarat Haji Yang dimaksud mampu sebagai salah satu syarat haji adalah sebagai berikut.

1. Beribadah Sehat. Orang sakit atau lemah fisiknya dapat mewakilkan kepada orang lain jika ia mampu
membiayainya.

2. Ada kendaraan yang dapat mengantar ulang dan pergi ke Mekah bagi orang yang di luar mekah.

3. Aman dalam perjalanan. Artinya, jiwa dan hartanya terjamin keselamatannya.

4. Memiliki bekal yang cukup. Artinya, harta yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama
mengerjakan haji, termasuk juga cukup untuk menjamin kebutuhan keluarga yang ditinggalkannya.

5. Bagi perempuan harus dengan suaminya atau diserta mahram atau dengan perempuan lain yang ada
mahramnya.

Syarat-Syarat Haji yang harus dipenuhi :

a. Beragama Islam

b. Berakal sehat

c. Balig atau dewasa

d. Merdeka (bukan budak)

e. Kuasa atau mampu untuk melakukannya

B. Rukun Haji

Rukun Haji adalah perbuatan yang wajib dikerjakan dan tidak dapat diganti dengan membayar denda.
Meninggalkan salah satu rukun haji akan gugur atau tidak sah ibadah haji tersebut. Rukun haji ada enam,
yaitu sebagai berikut.

1. Ihram

Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah dengan memakai pakaian ihram,
pakaian berwarna putih bersih dan tidak berjahit. Pakaian tidak berjahit hanya berlaku bagi laki-laki.

2. Wukuf di Padang Arafah

Wukuf adalah hadir di Padang Arafah pada waktu zuhur, dimulai sejak tergelincir matahari
tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajat tanggal 10 Zulhijah (pada bulan haji).
3. Tawaf

Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad dengan
posisi Ka'bah di sebelah kiri orang yang bertawaf(berputar kebalikan arah jarum jam). Orang yang tawaf
harus menutup aurat serta suci dari hadas dan najis.

Macam-Macam Tawaf :

- Tawaf qudum, dilakukan ketika baru sampai di Mekah

- Tawaf ifadah, dilakukan karena melaksanakan rukun haji

- Tawaf nazar, dilakukan karena nazar

- Tawaf sunah, dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu (mencari keutamaan dalam ibadah).

- Tawaf wadah, dilakukan karena hendak meninggalkan mekah

4. Sai

Sai adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah. Ketentuan sai harus dimulai dari Bukit Safa
dan diakhiri di Bukit Marwah. Sai dilakukan sebanyak tujuh kali dan dikerjakan setelah tawaf.

5. Menggunting (Mencukur) Rambut

Waktu mencukur rambut setelah melempar Jamrah Aqabah pada hari Nahar. Apabila mempunyai
kurban, mencukup dilakukan setelah menyembelih hewan kurban. Mencukur rambut sekurang-kurangnya
tiga helai rambut.

6. Tertib

Tertib berarti menertipkan rukun-rukun haji tersebut. Artinya, harus berurutan dimulai dari niat (ihram),
wukuf, tawaf, sai, dan menggunting rambut.

C. Wajib Haji

Wajib haji adalah perbuatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Apabilah wajib haji dilanggar,
hajinya tidak sah (tidak membatalkan haji yang dilakukan), tetapi wajib membayar dam (denda) dengan
cara menyembelih binatang. Jika wajib itu telah diganti dengan menyembelih binatang. Jika wajib itu telah
diganti dengan menyembelih binatang, ibadah hajinya dianggap sah.

Adapun wajib haji itu ada enam yaitu sebagai berikut.

1. Ihram (niat berhaji) dari miqat (batas yang ditentukan)

2. Mabit di Muzdalifah

3. Melontar tiga jumrah, yaitu ula, wusta, dan aqabah

4. Mabit di Mina

5. Tawaf wadah bagi yang akan meninggalkan Mekkah, sedangkan bagi wanita yang sedang haid
(menstruasi) tawaf wadahnya gugur

6. Menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram

D. Yang Dapat Membatalkan Haji


Pada dasarnya yang mebatalkan haji itu adalah apabila rukun-rukun haji yang ditetapkan itu
ditinggalkan, termasuk semua perbuatan yang dapat merusak kesahihan rukun-rukun yang dimaksud. Ia
diwajibkan ber-tahalul dan membayar dam yaitu menyembelih seekor kambing dan wajib mengulangi
hajinya pada tahun berikutnya. Selain meninggalkan rukun, haji menjadi batal karena suami istri melanggar
larangan bersetubuh. Bagi suami istri ini diwajibkan membayar kafarat sebagai berikut:

1. Menyembelih seekor unta atau sapi.1

2. Menyelesaikan haji yang batal itu.

3. Mengulangi haji pada tahun berikutnya.


Apabila seseorang telah ber-ihram haji/umrah, lalu pelaksanaan hajinya tidak dapat disempurnakan karena
sakit atau lain hal yang diluar kemampuannya, maka haji atau umrahnya menjadi batal. Ia wajib membayar
dam di tempat terjadinya hal yang menghalanginya untuk menyempurnakan hajinya berupa menyembelih
seekor kambing dan kemudian bertahalul.
Macam-macam dam (denda)
A. Menyembelih seekor kambing, yang sah untuk qurban untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Kalau
tidak bisa, boleh diganti dengan puasa 10 hari (3 haridikerjakan waktu haji dan yang 7 hari bisa dilakukan
di kampungnya setelah pulang). Denda ini di berikan kepada yang :
1) Mengerjakan haji secara Tamattu.
2) Mengerjakan haji secara Qiran
3) Mulai ihram tidak dari Miqaat.
4) Tidak bermalam di Muzdalifah
5) Tidak bermalam di Mina
6) Tidak melempar jumrah.
B. Menyembelih kambing untuk disedekahkan, atau puasa 3 hari atau memberimakan 3 sha‟ (kira-kira
sebanyak 7 kg) kepada 6 orang miskin. Denda ini diberikan kepada seseorang yang melakukan salah satu
hal-hal di dalam ihram yaitu:
1) Memakai pakaian yang berjahit menyarung,bagi laki-laki saja
2) Memotong kuku
3) Bercukur atau memotong rambut atau bulu badan
4) Memakai minyak harum pada pakaian ataupun badan
5) Bersentuh dengan perempuan dengan Syahwat
6) Bersetubuh sesudah Tahallul-Awwal

E. Hikmah Haji
Para ahli telah banyak mnegungkap tentang hikmah haji ini dalam berbagai tinjauan. Dari sekian banyak
himah haji yang dirumuskan oleh para ahli tersebut, jika ditarik secara garis besar maka dapat disimpulkan
kepada dua macam: hikmah yang berkaitan dengan keagamaan dan hikmah yang berkaitan dengan sosial
kemasyarkatan.
Adapun hikmah haji yang berkaitan dengan keagamaan ialah sebagai berikut:
1. Menghapus dosa-dosa kecil dan menyucikan jiwa orang yang melakukannya, sebagaimana di
terangkan oleh Nabi SAW dalam hadistnya: Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:”Siapa
yang melakukan haji, tidak melakukan rifas dan tidak berbuat fasik, ia kembali sebagaimana pada ketika ia
dilahirkan oleh ibunya.”(HR Bukhari dan Muslim)
2. Mendorong seseorang untuk menegaskan kembalipengakuannya atas keesaan Allah SWT serta
penolakan terhadap segala macam bentuk kemusyrikan, baik berupa patung-patung , bintang, bulan,
matahari, serta segala sesuatu selain Allah SWT. Hal ini karena haji merupakan kilas balik atau
penampaakan kembali peristiwa penemuan keesaan Tuhan oleh Nabi Ibrahim as.
3. Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya neraca keadilanTuhan dalam kehidupan
di dunia ini, dan puncak dari keadilan Tuhan itu akan diperoleh pada hari kebangkitan kelak.
4. Mengantarkan seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmatnikmat Allah, baik berupa
harta dan kesehatan, dan menambahkan semangat ibadah dalam jiwanya. Al-Kasani dalam kitabnya al-
Badai‟mengatakan bahwa ibadah haji merukan aplikasi dari sifat kehambaan dan kesyukuran atas nikmat
Allah SWT, karena dalam pelaksanaan haji seseorang menundukkan diri bahkan menghinakan diri di
hadapan Allah SWT yang disembah. Semua kesombongan, keangkuhan, kekayaan, kekuatan, kekuasaan,
dan sebagainya hilang seperti halnya seorang hamba sahaya dihadapan tuhannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan syari‟at yang
di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, beribadah banyak macamnya. Adapun yang menjadi tolak ukur
seorang hamba di dalam ibadahnya yaitu dengan melaksanakan shalat, dan sebagai penyempurna rukun
Islam kita yaitu ibadah haji. Ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan ini,
yakni :
1. Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib kita laksanakan apabila
kita mampu “Ibadah Haji”.
2. Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam yang lain dari seluruh dunia dan
bisa mempererat tali ukhuwah Islamiyah serta banyak manfaat lainnya.
3. Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus dan itu untuk haji
yang mabrul
4. Untuk menjadi haji yang mabrul maka kita harus memperhatikan syrat, rukun, wajib, dan membatalkan
haji.
5. Untuk bisa melaksanakan haji kita juga harus memperhatikan menejemen dalam pelaksanaan haji agar
keinginan kita menjadi haji mabrul dapat tercapai
DAFTAR PUSTAKA

DR. Zainuddin,MA dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama Jakarta,2002


Nidjam, Acmad, dan Hanan, Altief , Menajemen Haji, Makasar: Mediacita, 2006

You might also like