You are on page 1of 15

SKONSEP LANDREFORM DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Hukum Agraria

Disusun Oleh

Kelompok 10

Wina Nofiani 1120017

Rizka Handayani 1120030

Muhammad Rizki Maulana 1120005

Dosen Pengampu :

FAJRUL WADI, S.Ag, M.Hum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( AHWAL AL- SYAKHSYYAH ) HK A

FAKULTAS SYARI’AH

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2023\2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik..

Shalawat dan salam juga dikirimkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah
bersusah payah membawa umatnya ke jalan yang benar untuk kebahagikan dunia dan
akhirat.

Dalam penulisan makalah ini ,pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan ,baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu pemakalah
sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya pemakalah berdo’a semoga makalah ini akan membawa manfaat pada para
pemakalah dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 1 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Landreform ............................................................................... 3


B. Dasar Hukum Pelaksanaan Landreform Di Indonesia. ............................... 4
C. Tujuan Landreform. .................................................................................... 6
D. Tanah Objek Landreform ............................................................................ 8
E. Program Landreform ................................................................................... 9
F. Pengadilan Landreform ............................................................................... 9
G. Yayasan Dana Landreform ......................................................................... 9
H. Ganti Kerugian ............................................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tanah memiliki arti dan kedudukan yang
sangat penting dimana dalam setiap kegiatan pembangunan selalu membutuhkan
tanah. Oleh karenanya dalam setiap REPELITA (Rencana Pembangunan Lima
Tahun), masalah tanah selalu mendapat perhatian yang cukup. Berbagai upaya telah
dilakukan selama ini dalam rangka untuk memberikan kemakmuran sebesarbesarnya
bagi rakyat Indonesia yang tentunya juga berguna untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan.
Dengan lahirnya UU No.5 / 1960 maka terciptalah unifikasi dalam bidang Hukum
Agraria dan juga UUPA ini merupakan politik hukum pertanahan baru bagi Bangsa
Indonesia yang merupakan titik tolak dari perombakan struktur pertanahan yang
disebut land reform.
Perkataan land reform berasal dari “land” dan “reform”. Land yang artinya
adalah tanah dan reform berarti perubahan, perombakan, atau penataan kembali. Jadi
pada dasarnya land reformadalah merombak kembali struktur hukum pertanahan yang
lain dan membangun struktur pertanahan baru.
Land reform juga meliputi perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan
tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengadaan tanah.
Ada juga yang mengartikan land reformini sebagai suatu asas yang menjadi dasar dari
perubahan-perubahan dalam struktur pertanahan hampir di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Asas tersebut adalah bahwa “tanah pertanian harus dikerjakan atau
diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri.”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Landreform
2. Bagaimana Dasar Hukum Pelaksanaan Landreform Di Indonesia
3. Apa Tujuan Landreform
4. Bagaimana Tanah Objek Landreform
5. Apa Program Landreform

1
6. Bagaimana Pengadilan Landreform
7. Bagaimanakah Yayasan Dana Landreform
8. Bagaimanakah Bentuk Ganti Kerugian
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Landreform
2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Pelaksanaan Landreform Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Tujuan Landreform
4. Untuk Megetahui Tanah Objek Landreform
5. Untuk Mengetahui Program Landreform
6. Untuk Mengetahui Pengadilan Landreform
7. Untuk Mengetahui Yayasan Dana Landreform
8. Untuk Mengetahii Ganti Kerugian

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landreform
Landreform berasal dari kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu "land" dan
"reform". "land" artinya tanah, sedangkan reform artinya perubahan dasar atau
perombakan atau penataan kembali struktur tanah pertanian. Jadi, landreform adalah
perombakan struktur pertanian lama dan pembangunan struktur pertanian baru.1
Boedi Harsono mengatakan: Landreform meliputi perombakan mengenai
pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan
dengan penguasaan tanah. Landreform di Indonesia dibagi dua bagian yaitu:
1. Landreform dalam arti luas, yang dikenal dengan istilah Agraria Reform meliputi
lima program, terdiri dari:
a. Perombakan hukum agrarian
b. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah
c. Mengakhiri penghisapan feudal
d. Perubahan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan hukum yang
berkaitan dengan penguasaan tanah (landreform dalam arti sempit), dan
e. Perencanaan persediaan peruntukan dan penggunaan bumi. air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Kelima program ini dapat diartikan sebagai
landreform dalam arti luas.2
2. Landreform dalam arti sempit, menyangkut perombakan mengenai pemilikan dan
penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah. Selanjutnya ketentuan ini akan digunakan dalam cara yang lebih
terbatas yang mengarah pada program pemerintah menuju pemerataan kembali
pemilikan tanah.3
Menurut Cohen, S.I. dikutip oleh Lufti I. Nasoetion, Agraria Reform adalah upaya
yang luas dari pemerintah yang mencakup berbagai kebijakan pembangunan melalui

1
M. Arba, Hukum Agraria Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2015), Cet 1 hal 172
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi
dan Pelaksanaannya,( Djambatan, Jakarta, 2008), hal 3
3
Ibid, Cet 1 hal 173-175

3
redistribusi tanah, berupa peningkatan produksi, kredit kelembagaan, pajak
pertanahan, kebi- jakan penyakapan dan upah, pemindahan dan pembukaan tanah
baru. Ladejinski mengatakan Landreform adalah sebuah program yang berisikan
redistribusi drastis atas pemilikan dan pendapatan melalui pengorbanan kaum tuan
tanah, yang meliputi seluruh atau sebagian dari unsur-unsur; redistribusi tanah
kepada masyarakat tak bertanah, jaminan pengaturan pembiayaan yang layak bagi
pembelian tanah penyakapan, jaminan pengusaha dan penyakapan tanah yang adil,
bimbingan teknis, perkreditan yang baik, fasilitas pemasaran, dan lain- lain.
Hukum agraria nasional menganut pengertian landreform dalam arti luas
sebagaimana pengertian yang digunakan oleh Food and Agricultural Organization
(FAO), yaitu program tindakan yang saling berhubungan dan bertujuan untuk
menghilangkan penghalang di bidang ekonomi dan sosial yang timbul dari
kekurangan yang terdapat dalam struktur pertanahan.
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Landreform Di Indonesia
Pelaksanaan landreform di Indonesia didasarkan pada peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, yaitu diatur dalam Pasal 7, 10, 13, dan 17.
a. Pasal 7 yang menyatakan bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum maka
pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan
b. Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang dan badan hukum yang
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara
pemerasan Pasal 13 ayat (2) menyatakan bahwa pemerintah mencegah adanya
usaha-usaha dalam lapangan agraria dan organisasi-organisasi, perorangan yang
bersifat monopoli.4
c. Pasal 17 menyatakan:
1) Dengan mengingat ketentuan Pasal 7 maka untuk men- capai tujuan yang
dimaksud Pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan minimum tanah yang

4
Jurnal Nadya Sucianti, Land Reform Indonesia ( Jakarta: Vol. I, 2004), hal. 135-136

4
boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam Pasal 16 oleh satu
keluarga atau badan hukum
2) Penetapan batas maksimum dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dilakukan
dengan peraturan perundang-undang di dalam waktu yang singkat
3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termasud
dalam ayat (2) Pasal ini diambil pemerintah dengan ganti rugi, untuk
selanjutnya diba- gikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut keten-
tuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
4) Terciptanya batas maksimum termaksud dalam ayat. (1) Pasal ini yang
akan ditetapkan dengan peraturan perundangan dilaksanakan secara
berangsur-angsur
2. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1950 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
Undang-undang ini mengatur tentang penetapan luas maksimum dan minimum
pemilikan tanah oleh satu keluarga, serta pengaturan tentang pelaksanaan gadai tanah
pertanian. Undang-Undang ini sering disebut sebagai Undang-undang tentang
Landreform di Indonesia.
3. Peraturan-peraturan pelaksanaan landreform, antara lain sebagai berikut.
a. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Kerugian.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977 tentang pemilikan Tanah secara
Guntai/Absentee bagi Para Pensiunan Pagawai Negeri
c. Keputusan Presiden tanggal 5 April 1961 No. 131 Tahun 1961 yang kemudian
diubah dengan Keputusan Presiden tanggal 6 September 1961 No. 509 Tahun
1961 dan Keputusan Presiden tanggal 17 Oktober 1964 No. 263 Tahun 1964
tentang Organisasi Penyelenggara Landreform yang kemudian dicabut dan diganti
dengan Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Cara
Penyelenggaraan Landreform
d. Keputusan Menteri Agraria tanggal 31 Desember 1960 No. 978 tentang
Penegasan Luas Maksimum Tanah Pertanian

5
e. Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1973 No. 21 Tahun 1973
tentang larangan penguasaan tanah pertanian yang melampaui batas.
4. Peraturan perudang-undangan yang berkenaan dengan Pengha- pusan Tanah
Partikelir adalah antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-Tanah
Partikelir.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1958 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Penghapusan Tanah Partikelir.
c. Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun 1958 tentang Panitia Kerja Likuidasi
Tanah-Tanah Partikelir.
d. Keputusan Deputi Menteri/Kepala Depag No. SK. 15/ Depag/1966 tanggal 4 Mei
1966 tentang pedoman tentang Penetapan Ganti Rugi kepada Bekas Pemilik
Tanah Partikelir.
5. Peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan perjanjian bagi hasil, antara
lain:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil.
b. Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 1980 tentang Kebi-jaksanaan Mengenai
Percetakan Sawah.
c. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1980 tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1960.
d. Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 4 Tahun 1964 tentang Penetapan
Perimbangan Khusus Dalam Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil.5

C. Tujuan Landreform
Landreform adalah upaya perombakan secara mendasar terhadap struktur
penguasaan dan kepemilikan tanah di Indonesia. Oleh karena itu, secara garis besar
tujuan utama program Landreform adalah sebagai berikut.
1. Pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan rakyat.
2. Pelaksanaan prinsip tanah untuk petani.

5
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehentif ( Surabaya: Kencana, 2012) hal. 203-204

6
3. Memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara
Indonesia.
4. Mengakhiri sistem tuan tanah dan pemilikan tanah secara besar- besaran
5. Mempertinggi produksi nasional dan mendorong pertanian secara intensif, gotong
royong dan koperasi.
Dengan demikian tujuan diadakan program landreform dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:6
1. Secara umum landreform bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dan
penghasilan petani penggarap, sebagai landasan pemba- ngunan ekonomi menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
2. Secara khusus landreform di Indonesia diarahkan agar dapat men- capai 3 (tiga)
aspek sekaligus, yaitu:
a. Tujuan sosial ekonomi
1) Mempertinggi keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak
milik serta memberi isi dan fungsi sosial pada hak milik.
2) Mempertinggi produksi nasional khususnya sektor per- tanian guna
mempertinggi perhasilan dan taraf hidup rakyat.
b. Tujuan Sosial Politik
1) Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemi- likan tanah
yang luas.
2) Mengadakan pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan
rakyat tani berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil
yang adil pula.
c. Tujuan Mental Psikologis
1) Meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani peng- garap dengan jalan
memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah.
2) Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dengan penggarapnya

6
Andrian Sutedi, Pengakuan Hak Milik Atas Tanah Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, ( Jakarta:
Cipta Jaya, 2006) hal. 51

7
Atas dasar tujuan itu maka sasaran yang akan dicapai adalah memberikan
pengayoman kepada para petani penggarap dalam usaha memberikan kepastian hak
dengan cara memberikan hak milik atas tanah yang telah digarapnya.

D. Tanah Objek Landreform


Tanah-tanah yang menjadi objek landreform di Indonesia adalah tanah- tanah
yang disebut dalam rangka pelaksanaan landreform sesuai dengan ketentuan Pasal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 adalah:
1. Tanah-tanah selebihnya dari batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 56/Prp Tahun 1960 dan tanah-tanah yang jatuh pada negara, karena
pemiliknya melanggar ketentuan undang-undang tersebut.
2. Tanah-tanah yang diambil oleh pemerintah, karena pemiliknya bertempat tinggal di
luar daerah.
3. Tanah-tanah Swapraja dan bekas Swapraja yang telah beralih kepada negara, sebagai
yang dimaksud dalam Diktum keempat huruf A UUPA.
4. Tanah-tanah lain dikuasai langsung oleh negara, yang akan dite- gaskan lebih lanjut
oleh Menteri Agraria.

Selanjutnya sesuai Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun


2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara menjadi tanah
objek landreform, menyatakan tanah-tanah negara lainnya yang akan ditegaskan menjadi
objek landreform oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional meliputi:

1. Tanah Negara bebas


2. Tanah-tanah bekas hak erfpacht
3. Tanah-tanah bekas hak guna usaha yang telah berakhir waktunya dan tidak
diperpanjang oleh pemegang hak atau telah dicabut/ dibatalkan oleh pemerintah
4. Tanah-tanah Kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat dan telah
dilepaskan haknya oleh Instansi yang bersangkutan
5. Tanah-tanah bekas gogolan
6. Tanah-tanah bekas hak adat/ulayat.

8
E. Program Landreform
Land reform merupakan perubahan secara mendasar mengenai pemilikan dan
penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah. Ada beberapa program-program utama landreform di Indonesia,
yakni meliputi:
1. Larangan pemilikan dan penguasan tanah pertanian melampaui batas
2. Larangan penguasaan tanah pertanian secara absentee/guntai
3. Redistribusi tanah-tanah pertanian
4. Pengaturan tentang hak gadai tanah pertanian
5. Pengaturan tentang bagi hasil tanah pertanian
6. Penetapan batas minimum pemilikan tanah pertanian, disertai larangan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan
tanah-tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.
F. Pengadilan Landreform
Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
landreform dibentuklah Pengadilan Landreform berda- sarkan UU No. 1 Tahun 1964.
tetapi kenyataannya pengadilan ini tidak dapat bekerja secara efektif. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1970 pengadilan landreform ini dihapus. Apabila
terjadi sengketa yang berkenaan dengan landreform, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui:
1. Peradilan Umum, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 apabila
sengketa itu bersifat perdata atau pidana.
2. Aparat pelaksanaan landreform apabila mengenai sengketa ad- ministrasi.
G. Yayasan Dana Landreform
Yayasan Dana Landreform merupakan badan otonom yang bertujuan untuk
memperlancar pengurusan keuangan dalam rangka pelaksanaan landreform. Yayasan ini
dibentuk berdasarkan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 dan telah
diambil alih oleh Departemen Keuangan sejak tahun 1984 selanjutnya sumber keuangan
Yayasan Dana Landreform ini adalah:
1. Dana Pemerintah

9
2. Pungutan 10% biaya administrasi dari harga tanah yang harus dibayar oleh petani
yang menerima hak milik atas tanah redistribusi
3. Hasil sewa dan penjualan tanah dalam rangka pelaksanaan landreform
4. Lain-lain sumber yang sah yang menjadi wewenang Direktorat Agraria (sekarang
Kantor BPN).
H. Ganti Kerugian
Ganti kerugian ini akan diberikan kepada para pemilik tanah objek landreform
yang terkena ketentuan kelebihan maksimum dan larangan absentee yang tanahnya
diambil alih oleh negara untuk keperluan redistribusi tanah. Pengecualiannya adalah
terhadap pelanggaran ketentuan undang-undang, misalnya pelanggaran mengenai batas
maksimum, tidak diberi ganti kerugian dalam bentuk apa pun.
Pemberian ganti kerugian kepada para bekas pemilik tanah tersebut
mencerminkan penghargaan dan penghormatan pemerintah atas hak-hak tanah yang
dimiliki seseorang. Ganti kerugian ini pada asasnya dibayar oleh petani penerima
redistribusi. Namun, karena mereka itu umumnya miskin dan tidak mampu membayar,
maka untuk mempelancar pelaksanaannya mereka dibantu oleh Yayasan Dana
Landreform.
Perhitungan besar ganti kerugian diatur dalam Pasal 6 PP No. 224 Tahun 1961
dan Peraturan Dirjen Agraria No. 4 Tahun 1967. Apabila dari perhitungan itu ternyata
hasilnya lebih besar daripada harga umum, maka yang dipakai untuk penetapan adalah
harga umum setempat. Apabila pemilik asli tidak setuju dengan besarnya ganti kerugian
yang ditetapkan oleh Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kota, maka dia dapat
mengajukan banding kepada Panitia Pertimbangan Landreform Provinsi dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan sejak penetapan ganti kerugian.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Landreform berasal dari kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu "land" dan "reform".
"land" artinya tanah, sedangkan reform artinya perubahan dasar atau perombakan atau
penataan kembali struktur tanah pertanian. Jadi, landreform adalah perombakan struktur
pertanian lama dan pembangunan struktur pertanian baru.

Landreform adalah upaya perombakan secara mendasar terhadap struktur penguasaan


dan kepemilikan tanah di Indonesia. Oleh karena itu, secara garis besar tujuan utama
program Landreform adalah sebagai berikut. Ganti kerugian ini akan diberikan kepada
para pemilik tanah objek landreform yang terkena ketentuan kelebihan maksimum dan
larangan absentee yang tanahnya diambil alih oleh negara untuk keperluan redistribusi
tanah. Pengecualiannya adalah terhadap pelanggaran ketentuan undang-undang, misalnya
pelanggaran mengenai batas maksimum, tidak diberi ganti kerugian dalam bentuk apa
pun.

B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
memberikan pengetahuan sedikit tentang pencatatan perkawinan, kami mengetahui
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang besifat
membangun, sangat kami harapkan agara dapat terciptanya makalah yang baik yang
dapat memberikan pengetahuan yang benar kepada pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Harsono Boedi, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok


Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,( Djambatan, Jakarta, 2008)
M. Arba, Hukum Agraria Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2015)

Sutedi Andrian, Pengakuan Hak Milik Atas Tanah Menurut Undang-Undang Pokok Agraria,
( Jakarta: Cipta Jaya, 2006)

Jurnal Nadya Sucianti, Land Reform Indonesia ( Jakarta: Vol. I, 2004)

Santoso Urip, Hukum Agraria Kajian Komprehentif ( Surabaya: Kencana, 2012)

12

You might also like