You are on page 1of 12

KERANGKA ACUAN KERJA

AUDIT TATA RUANG DI KAWASAN PESISIR BENGKULU


(KONTRAKTUAL)

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BPN


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN
PENGUASAAN TANAH
DIREKTORAT PENERTIBAN PEMANFAATAN RUANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

1
AUDIT TATA RUANG DI KAWASAN PESISIR BENGKULU

Kementerian / Lembaga : Agraria Dan Tata Ruang / BPN


Unit Eselon II / Satker : Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang /
Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah
Kegiatan : Penertiban Pemanfaatan Ruang
Keluaran (Output) : Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang yang
Sistematik dan Lengkap (P3RSL)
Aktivitas : Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir Bengkulu
Volume : -
Satuan Ukur : Kegiatan
Alokasi Dana : Rp. 900,000,000,- (Sembilan Ratus Juta Rupiah)

I. LATAR BELAKANG

A. DASAR HUKUM
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan ini yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)
mengamanatkan perlunya kegiatan pengawasan penataan ruang (Pasal 55 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) serta Pasal 59 ayat (3)).
a. pasal 55 (1): “..dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang.”
b. pasal 55 ayat 2: “ ..pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan.”
c. pasal 59 ayat 3: “..ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan
terhadap pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang diatur
dengan peraturan Menteri.”
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (PP-PPR) mengamanatkan bahwa pengawasan penataan ruang terdiri atas
pengawasan teknis dan pengawasan khusus (Pasal 202 ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3).

2
a. pasal 202 ayat 1: “ … bentuk pengawasan penataan ruang meliputi pengawasan
teknis dan pengawasan khusus.”
b. pasal 202 ayat 2: “ … Pengawasan teknis penataan ruang merupakan
pengawasan terhadap keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang
yang dilakukan secara berkala.”
c. pasal 202 ayat 3: “… pengawasan khusus penataan ruang merupakan
pengawasan terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan
ruang dilaksanakan sesuai kebutuhan.”
3. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 17 Tahun 2017 mengamanatkan dilakukannya audit tata ruang
mengamanatkan dilakukannya audit tata ruang (Pasal 5 ayat (1), ayat (2)).
a. pasal 5 ayat 1: “Audit tata ruang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan”.
b. Pasal 5 ayat 2: “Dasar audit tata ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a antara lain: laporan atau pengaduan dari masyarakat terkait adanya
dugaan pelanggaran di bidang penataan ruang; temuan indikasi pelanggaran
di bidang penataan ruang; dan bencana yang diduga disebabkan adanya
indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang”.

B. GAMBARAN UMUM
Rencana tata ruang disusun guna mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan suatu wilayah, kebutuhan
terhadap ruang semakin meningkat. Ruang yang terbatas dan kebutuhan yang
meningkat seringkali memicu terjadinya ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terhadap
rencana tata ruang, yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan konflik
pemanfaatan ruang. Untuk mengatisipasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan
audit tata ruang, sebagai salah satu bentuk pengawasan khusus, sebagai upaya
pencegahan sejak dini atas indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau langkah awal upaya penertiban atas pelanggaran tata
ruang yang telah terjadi.
Hasil kegiatan audit tata ruang, dapat mengindikasikan ada/tidaknya ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang. Hasil indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang memerlukan

3
upaya tindak lanjut, yang dapat dikenakan sanksi yang bersifat administrasi dan/atau
pidana. Hasil pengawasan yang mengindikasikan terjadinya tindak pidana penataan
ruang menjadi masukan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penataan Ruang
untuk melakukan penyidikan dalam rangka penegakan hukum.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kegiatan Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir
Bengkulu perlu dilakukan sebagai upaya perwujudan tertib tata ruang melalui
penegakan hukum.

II. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan tindakan penertiban pemanfaatan ruang
yang sistematik dan lengkap.
Tujuan dari dilaksanakannya penertiban pemanfaatan ruang yang sistematik dan
lengkap adalah terwujudnya tertib pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional
dan daerah.
Sasaran dari kegiatan ini adalah
1. Terlaksananya Audit Tata Ruang dalam penanganan kasus-kasus indikasi
pelanggaran pemanfaatan ruang di Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir Bengkulu.
2. Tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA) Tata Ruang di Audit Tata Ruang Kawasan
Pesisir Bengkulu.

III. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang Sistematik dan Lengkap (P3RSL) meliputi
kegiatan Audit Tata Ruang di Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir Bengkulu.

1. Ruang lingkup kegiatan.


1. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, antara lain:
a. penyiapan jadual rencana pelaksanaan kegiatan,
b. penyiapan sarana dan prasarana kegiatan,
c. penyiapan mobilisasi tenaga ahli, penentuan deliniasi lokasi audit,
penyiapan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan.
2. Melakukan pengumpulan data dan infomasi, meliputi:

4
a. dokumen rencana tata ruang, materi teknis rencana tata ruang, dan peta
rencana tata ruang;
b. peta penggunaan lahan eksisting;
c. kronologis/riwayat penggunaan lahan;
d. data status kepemilikan lahan;
e. dokumen perizinan terkait pemanfaatan ruang (izin prinsip; izin lokasi;
izin penggunaan pemanfaatan tanah; izin mendirikan bangunan; dan
dokumen izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan);
f. dan informasi dan keterangan pendukung lainnya.
3. Melakukan penilaian indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap:
a. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
Meliputi: pertampalan peta; penilaian kesesuaian penggunaan lahan; dan
verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan menggunakan peralatan
pendukung, antara lain: Global Positioning System (GPS) Tracker dan
Aerial Photo Capturing Drone. Hasil pertampalan peta dan hasil penilaian
kesesuaian penggunaan lahan dituangkan dalam peta dan tabel yang
memuat: indikasi pelanggaran penggunaan lahan eksisting; lokasi indikasi
pelanggaran penggunaan lahan eksisting dalam bentuk koordinat; dan
luasan dan jumlah titik lokasi indikasi pelanggaran penggunaan lahan
eksisting. Hasil verifikasi lapangan paling sedikit memuat: titik koordinat
dan lokasi audit tata ruang; foto dan/atau video; dan keterangan dan
informasi yang berisi kronologis kegiatan pemanfaatan ruang.
b. Izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang
Dilakukan dengan cara memeriksa: kepemilikan izin pemanfaatan ruang
yang dipersyaratkan; waktu dikeluarkan dan masa berlaku izin
pemanfaatan ruang; dan kesesuaian isi, ketentuan, dan muatan yang
ditetapkan dalam izin pemanfaatan ruang dengan pelaksanaannya.
Analisis dilakukan terhadap: kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin
prinsip atau yang setara; kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin
lokasi; kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin penggunaan

5
pemanfaatan tanah; kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin
mendirikan bangunan; dan/atau kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang
Dilakukan melalui pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap
hal yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hasil pemeriksaan kesesuaian
pemanfaatan ruang terhadap hal yang dipersyaratkan di dalam izin
pemanfaatan ruang paling sedikit memuat: gambar 3 dimensi
perbandingan kondisi pemanfaatan ruang yang ada dengan persyaratan
izin pemanfaatan ruang, titik koordinat lokasi serta dokumentasi
lapangan.
d. Penutupan akses terhadap kawasan milik umum
Dilakukan melalui pemeriksaan lapangan untuk melihat suatu kegiatan
menutup atau tidak memberikan akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
4. Melakukan analisis dampak pemanfaatan ruang yang diduga tidak sesuai
tersebut yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, yang mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, dan yang
mengakibatkan kematian orang.
5. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait, dengan cara:
melakukan kunjungan lapangan di wilayah kota/kabupaten terpilih,
melaksanakan diskusi Focus Group Discussion (FGD) di daerah yang
melibatkan pihak-pihak yang terkait, dan melaksanakan rapat pembahasan di
Jakarta.
6. Melaksanakan workshop di Jakarta dalam rangka sinkronisasi, penyelesaian
dan penajaman hasil audit untuk tindak lanjut.
7. Menyusun Laporan Hasil Audit Tata Ruang yang memuat: hasil pelaksanaan
audit tata ruang, gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak
lanjut; dan lampiran data pendukung, serta menyusun Resume Laporan Hasil
Audit Tata Ruang, berupa laporan komprehensif yang dibuat secara ringkas

6
untuk kepentingan para pengambil kebijakan seperti:
Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk
kepentingan publikasi kepada media massa terkait.

IV. METODOLOGI
Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan metode sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengumpulan data yang
diperoleh langsung dari sumber asli. Data yang didapatkan berupa opini
subyek (orang) secara individual, ahli ataupun kelompok. Dalam melakukan
data primer dapat dilakukan melalui survei langsung atau pengamatan
lapangan.
b. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur/diperoleh
secara tidak langsung berupa bukti, catatan atau laporan yang tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Dalam melalukan pengumpulan data sekunder, terlebih dahulu melakukan
inventarisasi data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis.
2. Metode Analisis
a. Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dilakukan dengan pertampalan peta
antara peta penggunaan lahan eksisting dengan peta rencana pola ruang
beserta ketentuan umum peraturan zonasinya. Hasil analisis tersebut
meliputi: indikasi ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting; koordinat,
luasan dan jumlah titik lokasi indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang.
b. Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin pemanfaatan ruang
dilakukan melalui pemeriksaan kepemilikan izin pemanfataan ruang yang
dipersyaratkan; waktu dikeluarkan dan masa berlaku izin pemanfaatan ruang;
dan kesesuaian isi, ketentuan dan muatan yang ditetapkan dalam izin
pemanfaatan ruang.
c. Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan persyaratan izin yang
diberikan dilakukan melalui pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang
terhadap hal yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang.

7
d. Analisis dampak pemanfaatan ruang yang diduga tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang mengakibatkan:
1) Perubahan fungsi ruang dapat dilakukan menggunakan metode
perhitungan performa ruang atau metode lainnya.
2) Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang
dilakukan dengan memperhitungkan nilai aset terdampak yang hilang
atau rusak; perubahan biaya input; dan/atau potensi pendapatan yang
hilang. Metode perhitungannya tercantum dalam lampiran Permen
ATR/BPN Nomor 17 Tahun 2017.
3) Mengakibatkan kematian orang dilakukan dengan cara memeriksa dan
memastikan akibat tersebut merupakan tindakan pelanggaran;
melakukan analisa keterkaitan antara faktor penyebab dengan tindakan
pelanggaran; dan mengumpulkan keterangan dan bahan bukti.

Ruang lingkup wilayah kegiatan ini adalah Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir Bengkulu.

V. TENAGA AHLI
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan sebanyak 4 (empat) orang tenaga ahli
sebanyak 24 (dua puluh empat) orang bulan (OB), dengan rincian tenaga ahli, sebagai
berikut:

TABEL 1.
KEBUTUHAN TENAGA AHLI DAN ORANG BULAN
No. Tenaga Ahli Jumlah MM
1. Ahli Perencanaan Wilayah & Kota (Team 1 orang 8
Leader)
2. Ahli GIS 1 orang 6
3. Ahli Hukum 2 orang 6
4. Ahli Lingkungan 1 orang 4

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut :


1. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (team leader)
Disyaratkan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Planologi/ Teknik
Perencanaan Wilayah & Kota dan S2 Perencanaan Wilayah & Kota/Planologi atau S2

8
bidang lainnya dan memiliki sertifikat keahlian di bidang Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota dengan kualifikasi:
a. Tenaga ahli Perencanaan Wilayah dan Kota pada pekerjaan bidang penataan
ruang sekurang-kurangnya 5 tahun atau 60 bulan kalender; atau
b. Ahli Muda dengan pengalaman sebagai ahli muda Perencanaan Wilayah dan
Kota pada pekerjaan bidang penataan ruang sekurang-kurangnya 3 tahun atau
36 bulan kalender.
2. Ahli GIS
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Geografi
atau Geodesi dengan pengalaman profesional di bidang Sistem Informasi Geografis
pada pekerjaan bidang penyusunan rencana tata ruang wilayah/rencana rinci tata
ruang sekurang - kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender. Tugas Ahli GIS adalah
melakukan kajian teknis indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang dari aspek
Sistem informasi Geografis.
3. Ahli Hukum
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang - kurangnya jenjang S1 bidang hukum
dengan pengalaman profesional di bidang hukum pada pekerjaan bidang penataan
ruang dan atau lingkungan sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
Tugas Ahli Hukum adalah melakukan kajian teknis dan kajian yuridis indikasi
pelanggaran di bidang penataan ruang dari aspek hukum.
4. Ahli Lingkungan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang - kurangnya jenjang S1 Lingkungan dengan
pengalaman profesional di bidang lingkungan sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36
bulan kalender. Tugas Ahli Lingkungan adalah melakukan kajian dampak akibat
pemanfaatan ruang dari aspek lingkungan.

VI. KELUARAN
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Sistematik dan Lengkap ini adalah:
1. Laporan Hasil Audit Tata Ruang (LHA) yang memuat: hasil pelaksanaan audit tata
ruang, gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak lanjut; dan
lampiran data pendukung.
2. Resume Laporan Hasil Audit Tata Ruang, berupa laporan komprehensif yang
dibuat secara ringkas untuk kepentingan para pengambil kebijakan seperti:
Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk kepentingan
publikasi kepada media massa terkait.

9
VII. MANFAAT
Manfaat dilaksanakan kegiatan ini adalah terselesaikannya penanganan kasus-kasus
indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang melalui Audit Tata Ruang Kawasan Pesisir
Bengkulu.

VIII. NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA


Pemilik pekerjaan adalah Satuan Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

IX. WAKTU PELAKSANAAN


Pekerjaan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 8 (delapan) bulan kalender secara
berturut-turut untuk tahun anggaran 2019 melalui kontraktual.

X. SUMBER PENDANAAN
Pekerjaan ini dilakukan secara kontraktual dan biaya dari APBN murni melalui DIPA
Tahun 2019 dengan biaya sebesar Rp. 900,000,000,- (Sembilan Ratus Juta Rupiah).

XI. PELAPORAN
Pekerjaan ini melalui beberapa tahapan kegiatan yang masing-masing tahapannya
menghasilkan produk laporan yang harus diserahkan sebagai berikut:

1. Rencana Mutu Kontrak


Rencana Mutu Kontrak (RMK) berisikan penjelasan tentang semua kegiatan yang
akan dilakukan berdasarkan antara lain: lingkup pekerjaan, jadual pelaksanaan
pekerjaan, metode pelaksanaan, dsb. yang bertujuan  untuk  mengevaluasi dan
memonitor pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan. RMK dibuat sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
diterbitkan SPMK.

2. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan persiapan pelaksanaan kegiatan,
minimal memuat rencana kerja, metode pelaksanaan, dan keluaran yang
dihasilkan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan
diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterbitkan SPMK.

3. Laporan Antara
10
Laporan antara merupakan laporan hasil kegiatan survei dan analisis temuan
sementara penyimpangan pemanfaatan ruang yang berdasarkan perda RTRW di
Kota/Kabupaten yang terpilih. Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan setelah diterbitkan
SPMK.

4. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan hasil seluruh pelaksanaan kegiatan, memuat
hasil spatial gap analysis, hasil identifikasi pelanggaran pemanfaatan ruang, dan
rekomendasi tindak lanjut. Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
dan diserahkan paling lambat 8 (delapan) bulan setelah diterbitkan SPMK.

5. Laporan Prosiding
Laporan Prosiding merupakan laporan hasil rapat koordinasi/FGD dengan
pemangku kepentingan terkait. Laporan Prosiding dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan selambat-lambatnya 8 (delapan) bulan diterbitkan
SPMK.

6. Laporan Hasil Audit/LHA


Laporan Hasil Audit/LHA merupakan laporan komprehensif yang dibuat secara
ringkas untuk kepentingan para pengambil kebijakan seperti:
Bupati/Walikota/Gubernur/ Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk kepentingan
publikasi kepada media massa terkait. Laporan Hasil Audit dibuat sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan diserahkan selambat-lambatnya 8 (bulan) bulan setelah
diterbitkan SPMK.

7. Buku Eksekutif Summary


Laporan Buku Eksekutif Summary merupakan ringkasan laporan yang merangkum
keseluruhan kegiatan. Laporan ini disajikan dalam bentuk buku eksekutif dengan
menggunakan glowsy paper sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan diserahkan
selambat-lambatnya 8 (bulan) bulan setelah diterbitkan SPMK.

XII. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN


Seluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK ini
diserahkan kepada organisasi pengguna jasa yakni Satuan Kerja Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

11
12

You might also like